Aku rela merendahkan diri demi mempertahankan pernikahan kita yang sudah memasuki usia empat tahun. Aku yang menemanimu menyembuhkan luka hati dan membangun karir. Namun kamu justru memilih kembali pada mantan kekasihmu. Meninggalkanku yang mencintaimu tanpa tapi, disaat aku tengah hamil lagi setelah dua kali keguguran. Usai tiga tahun kamu bersamanya, kenapa kamu ingin membawaku kembali dalam hidupmu? Apa yang kamu sesalkan karena telah meninggalkanku, Mas? Apa yang tidak kamu dapatkan dari wanita pujaanmu, hingga mengharapkanku kembali? Adakah takdir masih menyimpan kejutan yang tidak terduga di antara kita? Sedangkan aku sudah mengubur semua rasaku, bahkan pada pria selain dirimu.
View MoreAruna memperhatikan dengan perasaan campur aduk. Mau tidak mau ia harus menerimanya. Dulu ia memilih kontrasepsi implan agar tidak ribet dan takut dirinya lupa. Sementara Tristan kalau ada maunya, sewaktu-waktu melakukannya. Dan mereka tidak pernah membicarakan anak lagi setelah kelahiran Giska.Namun kecelakaan itu, membuat implannya harus dilepas tanpa sepengetahuannya. Sekarang ia hamil dikala belum siap untuk memiliki anak kedua.Setelah dokter kandungan memberikan vitamin dan obat, Aruna melangkah pulang dengan naik taksi. Selama di perjalanan, dua kali Tristan menghubunginya. Dan mereka nyaris bersamaan ketika sampai di rumah."Kenapa nggak menungguku tadi?" protes Tristan saat keduanya masuk ke dalam rumah. Terus menaiki tangga menuju kamar mereka."Pas kebetulan ada taksi, jadi aku langsung naik.""Dokter bilang apa?"Keduanya masuk kamar. Aruna mengeluarkan amplop putih dari dalam tasnya dan memberikan pada sang suami.Membaca hasil tes dan melihat foto USG, membuat Tristan t
"Pulang dari pelatihan, aku langsung ke dokter untuk periksa," jawab Aruna sambil bangkit dari duduknya. Namun tubuhnya terhuyung hampir jatuh dan langsung ditahan oleh Tristan. "Duduk dulu!" Dibimbingnya sang istri duduk di tepi pembaringan."Mungkin ini bukan tentang efek dari kamu kecelakaan waktu itu." Tristan harus jujur tentang pelepasan implan di lengan istrinya. Sebab sampai sekarang Aruna tetap tidak menyadarinya. Tristan yang justru merasa kalau Aruna sedang hamil sekarang. Melihat perubahan bentuk tubuh istrinya yang mulai berisi, mual, dan selera makannya yang menurun. "Nggak usah ke pelatihan dulu. Nanti kuantar periksa. Bukan ke dokter umum, tapi ke dokter kandungan."Aruna terkejut memandang suami yang duduk di sebelahnya. Jadi Tristan mengira dirinya hamil? Memang dia belum haid lagi semenjak puasa. Tapi bukankah siklus bulanannya memang tidak pernah teratur, terlebih setelah ia sering sekali mengalami stres semenjak mereka konsultasi ke konselor pernikahan."Aku ngg
USAI KEPUTUSAN CERAI- Jangan Sampai Gagal Author's POV Bre tersenyum dan meletakkan pulpennya di atas meja saat Hilya muncul dari pintu. Pria itu bangkit dari kursi putarnya lalu memeluk sang istri. Perutnya yang datar, bersinggungan dengan perut Hilya yang membulat. Saat disentuh, bayi mereka menyambutnya. Membuat mereka berdua saling pandang dan tersenyum senang.Lalu Bre menarik kursi dan membantu istrinya untuk duduk. "Rifky, mana?""Nggak kuajak. Ribet kalau pas meeting ngajak Rifky, Mas. Anaknya nggak mau diam.""Dia nggak nangis kamu tinggal tadi?""Nggak."Mereka duduk berhadapan dan dipisahkan oleh meja."Aku tadi mampir beli siomay, Mas." Hilya mengeluarkan dua mealbox berisi dua porsi siomay Bandung dari kantung kresek. Satu kotak di geser Hilya ke hadapan suaminya. Bre bangkit untuk mengambilkan dua botol air mineral. "Sayang, kamu sudah melihat gadis itu?" tanya Bre sambil menyuap siomay.Hilya menggeleng."Dia cantik?" tanya Hilya seraya menjeling pada suaminya. Bre
Aruna memandang suaminya dengan netra mulai memanas. Ia menelan saliva karena merasakan sesak dalam dada. Dan tangannya terus bekerja memasukkan baju kotor. Hingga Tristan menangkapnya. "Maafkan aku, Runa.""Ya." Runa menjawab lirih tanpa memandang Tristan. Ditarik tangannya pelan dari genggaman sang suami untuk membereskan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi. Ia sudah setuju untuk berdamai dan memperbaiki hubungan mereka, meski dalam hati masih ada ganjalan tentang rasa khawatir dan cemas."Runa, aku ingin kita punya anak lagi."Perkataan yang membuat Aruna terkejut. "Kita bisa membahasnya nanti, Mas. Aku masih menyelesaikan pelatihan kewirausahaan yang tinggal dua pertemuan lagi. Kemarin kan break karena bulan puasa. Nanti kupikirkan karena aku harus melepas implanku."Tristan diam. Jadi Aruna memang benar-benar tidak menyadari bahwa benda di lengannya sudah tidak ada. Apa sang istri tidak terbiasa untuk mer*ba benda itu?Pria itu menarik pinggang istrinya. Lalu menghabiskan seteng
Bre duduk berseberangan dengan Agatha. Rifky di sebelahnya dan Hilya di sebelah kanan. Pelayan datang membawa buku menu, memberi mereka waktu sejenak untuk memilih makanan.Hilya memperhatikan bekas luka yang katanya ada di wajah Agatha. Namun ternyata sudah tidak ada. Mungkin sudah disamarkan."Bentar ya, Bunda ambilin mainan." Hilya bicara pada sang anak, lantas berdiri menuju sebuah rak untuk mengambilkan kotak mainan yang tersedia di sana.Agatha menoleh ke arah Hilya dan terkejut saat melihat perut wanita itu sedikit menonjol di balik gamis sage-nya. Dia baru menyadari kalau wanita itu tengah hamil."Hilya sedang hamil, Bre?""Iya, sudah lima bulan," jawab Bre sambil tersenyum.Agatha menarik napas. Sekilas jemarinya mengusap rambut yang jatuh ke pipinya. Hatinya terusik. Dia sudah legowo menerima takdirnya bersama Bre, tapi jujur juga kalau dia merasa terluka. Setahun menikah, Bre sama sekali tidak menyentuhnya."Wah, selamat, ya. Aku senang mendengarnya. Calon ayah."Bre tersen
USAI KEPUTUSAN CERAI- Berteman Author's POV Hilya berdiri di depan cermin, membetulkan jilbab warna sage. Gamis senada yang membalut tubuhnya memberi kesan anggun, tidak mencolok, tapi justru karena itulah Hilya tampak memikat. Malam itu dia dan Bre akan pergi ke sebuah restoran yang telah disepakati untuk bertemu dengan Agatha. Dada Hilya berdebar-debar. Penasaran dengan sosok Agatha itu seperti apa? Kalau dilihat dari foto profilnya, dia sangat cantik. Usianya sekarang hampir empat puluh tahun dan masih bertahan sendiri setelah bercerai dari Bre.Dia mencintai Bre semenjak masih SMA. Duh selama itu. Apa bermakna sekarang dia belum bisa move on. Perasaan Hilya jadi kebat-kebit."Sayang, sudah apa belum?" Bre muncul di pintu kamar sambil menggendong Rifky yang sudah berpakaian rapi. Bocah tampan itu mengenakan kemeja warna navy, sama dengan yang dipakai papanya."Sudah, Mas." Hilya mengambil tas kecil, menyampirkannya di bahu, lalu keluar. Ia menyembunyikan ketegangan yang menyeli
Lebaran ....Suara takbir menggema di seluruh penjuru alam. Hari kemenangan telah pun tiba. Tristan berharap, ini bukan sekedar kemenangan puasa, melainkan kemenangan dalam rumah tangganya.Meski Aruna masih belum banyak bicara, tapi mereka sudah bisa saling berkomunikasi dengan baik. Mereka juga membeli barang bersama-sama untuk persiapan menyambut hari raya.Semenjak malam kebersamaan mereka, Tristan tak lagi pulang ke rumahnya. Tapi ke apartemen. Dia yang menemani anaknya bermain jika Aruna ada acara pengajian. Dan habis Maghrib itu, ia, Aruna, dan Mbak Sari bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Mereka akan merayakan lebaran di rumah. Besok sehabis salat Idul Fitri, dua keluarga akan bertemu untuk membahas tentang kelanjutan hubungan mereka."Ada apa?" Tristan menghampiri Aruna yang tampak menunduk diam setelah menyusun pakaian di dalam koper."Nggak apa-apa," jawabnya mengelak. Padahal kepalanya terasa agak pusing. Mungkin imbas dari benturan waktu dia kecelakaan hari itu."Kamu n
Jam enam pagi, Tristan sudah berpakaian rapi. Dia harus ke kantor lebih awal karena beberapa hari ini tidak bisa fokus pada pekerjaan.Ia menghampiri Aruna yang tengah membukan gorden jendela kamar. Tristan memeluknya dari belakang. Tentu saja dia terlihat segar, karena tadi malam mendapatkan apa yang ia mau. Perlahan Aruna melepaskan tangan Tristan dari perutnya tanpa memandang sang suami. "Sore nanti aku nggak akan pulang ke rumah, tapi langsung ke sini."Aruna memandang suaminya sekilas, lalu mengambil keranjang baju kotor dan membawanya keluar kamar.Tristan masuk ke kamar putrinya. Namun Giska masih tertidur pulas. Hari ini dia masih libur awal puasa. Diciumnya pipi sang anak, baru ia keluar kamar.🖤LS🖤"Mbak Sri, bawakan data anak-anak magang kemarin pada saya." Bre menghampiri Mbak Sri sebelum masuk ke ruangannya."Baik, Pak."Sejak awal Bre curiga dengan salah satu di antara kelima gadis itu. Ada yang terasa aneh saja. Sebab baru kali ini perusahaannya menerima peserta mag
USAI KEPUTUSAN CERAI- Keputusan Author's POV Aruna membantu Giska melepaskan mukena, lalu melipatnya dan ditaruh di atas meja. Bocah itu naik ke atas tempat tidur untuk menyusul papanya. "Papa, sudah sembuh?" Giska meletakkan telapak tangan di kening sang papa. "Udah nggak panas. Papa, sudah sembuh?"Tristan mengangguk lalu memeluk putrinya. Menggelitik pinggang bocah itu yang membuatnya terkekeh. Mereka bercanda beberapa lama. Giska juga menemani papanya makan.Namun tetap saja kepala Tristan terasa semakin berat. Tadi nyaris saja ia berhasil menyentuh Aruna. Namun keberadaan Giska membuyarkan segalanya. Anak itu pulang dari salat tarawih lebih cepat dari perkiraannya. Dan pintu kamar lupa tidak dikunci."Mama, Giska ngantuk," rengek Giska seraya mengucek kedua matanya."Tidur sini aja sama Mama, ya?" Aruna menepuk bantal di sampingnya. Giska yang sudah ngantuk berat mengangguk lalu merebahkan diri. Sebentar saja bocah itu terlelap.Aruna turun dari atas tempat tidur, lalu masuk k
USAI KEPUTUSAN CERAI- Usai"Jauhi suamiku!" Seorang perempuan melempar asbak kayu tepat di hadapanku. Aku sempat terkejut, tapi sejenak kemudian aku memandangnya dengan tenang.Kulihat dua orang telah siap dengan kamera ponselnya untuk mengabadikan kejadian ini yang sebentar lagi bisa jadi akan viral. Tapi aku tidak peduli. Sepertinya hal ini sudah direncanakan. Dia hendak mempermalukanku."Jauhi bagaimana maksudnya?" tanyaku menentang sorot matanya. "Sedangkan saya tidak pernah dekat dengan suamimu selain urusan pekerjaan, Mbak. Jangan menuduh tanpa bukti, saya bisa melaporkan Anda kembali."Aruna terkejut. Mungkin dia tidak mengira aku seberani ini melawannya. Yang hanya seorang staf biasa di kantor suaminya."Sekalipun Anda menantu big bos saya, jangan Anda kira saya tidak berani. Mana buktinya kalau saya menggoda suami Anda?"Wanita itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Menunjukkan screenshot sebuah percakapan. Aku tersenyum samar. "Apa di sini saya membalas chat Pak Trista...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments