Mertua julid, ipar sinis kupikir hanya ada di sinetron. Saking takut dicap anak durhaka, suamiku menyerahkan gajinya untuk membiayai keluarganya berfoya-foya, sementara untuk kebutuhan rumah tangga aku harus bant1ng tulang! mereka pikir aku bodoh, menerima perlakukan tak adil ini. "Mulai sekarang, aku akan hitung setiap luka yang kau beri padaku. Akan ada waktunya aku menuntut bal4s!"
View More"Dia kenapa?" tanya Juno melihat Yudi uring-uringan masuk ke dalam rumah. Sella yang ditanya mengangkat bahu acuh tak acuh, dia duduk di sebelah Juno dengan raut cemberut. "Masmu dari rumah Sukma. Dia kesal karena wanita itu ada laki-laki lain.""Laki-laki lain?" Dahi Juno berkerut, dia menggeser duduk lebih dekat dengan Sella. "Maksudnya gimana?"Sella tersenyum tipis. "Sukma itu tampilannya aja alim, muslimah taat, aslinya dia doyan selingkuh." "Nggak mungkin dia begitu, kamu pasti salah."Sella berdecak. "Kalau begitu dia juga berhasil menipu kamu. Emang, ya, sekarang nggak bisa menilai orang dari penampilan." Suaranya terdengar sinis."Memangnya ada bukti kalau Mbak Sukma selingkuh?"Sella menatap Juno tajam. "Kamu masih ngebela dia? Jelas-jelas tadi saat aku dan Yudi ke rumahnya, si Sukma itu baru pulang jalan sama laki-laki lain. Bukan hanya itu, laki-laki itu mengatakan akan menikahi Sukma setelah melahirkan nanti. Aku jadi curiga, jangan-jangan an4k yang dia kandung bukan an
Arman berlari menghampiri Sukma yang mencoba bangkit, sementara sepeda motornya dibiarkan begitu saja."Kamu nggak apa-apa?" Arman memapah Sukma membawanya duduk di trotoar."Aku nggak apa-apa, tapi perutku ...." Sukma meringis sambil memegangi perutnya.Wajah Arman pias, dia tahu Sukma sedang mengandung. "Tunggu di sini, aku ambil mobil dulu. Kita ke rumah sakit."Sukma mengangguk. Dia melihat beberapa orang lelaki membawa sepeda motornya ke pinggir. Dia juga melihat Arman berbicara dengan pemilik warung lalu memberikan sesuatu. Sukma terpaksa membanting stang sepeda motor ke kiri untuk menghindari anak kecil yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan. Sayangnya, dari belakang sepeda motor langsung menabraknya. Beruntung keduanya tidak terlalu kencang hingga tidak ada luka serius."Ayo, apa kau kuat berjalan?" Arman membantu Sukma bangkit.Sukma mengangguk, tapi baru beberapa langkah dia mengaduh. Arman tak mau berpikir panjang dia membopong si wanita lalu mendudukkan di kursi depan di
"Sarapan dulu, Nak." Narti, Ibu Sukma meletakkan secangkir susu hangat untuk wanita ham1l di atas meja. Dia menatap putri semata wayangnya dengan sorot khawatir. Ibu mana yang tidak cemas memikirkan nasib anaknya? Putri yang dia besarkan seorang diri, berpayah-payah menahan tudingan miring orang-orang yang mengatakan kalau dia istri simpan, sebab suami yang baru menikahinya beberapa bulan menghilang tanpa jejak. Bukan tak pernah dia mencari, tetapi bingung harus ke mana? Narti yang terlalu polos percaya begitu saja saat si lelaki berkata hidup sebatang kara. Saat Sukma berdiri di depan pintu rumah tadi malam, dia tidak bertanya apa pun. Dari sorot mata sang putri dia tahu kalau pernikahannya tidak baik-baik saja. Sakit hati, pasti! Dia tidak akan membiarkan Sukma menghadapi getir seorang diri sepertinya dulu."Nggak usah, Bu. Nanti aja sekalian makan siang," balas Sukma tanpa mengalihkan pandangan dari barang jualan yang siap dikirim ke ekspedisi.Narti menghela napas, dia duduk di s
"Lepaskan!" Sukma menepis tangan Juno yang menahan pinggangnya. Dia berdiri menjauh dari lelaki itu.Juno tersenyum miring. "Kenapa sih Mbak, setiap melihatku seperti jijik?"Sukma mendengkus, dia menatap adik iparnya dengan raut tidak suka. "Syukurlah kalau kamu sadar aku jijik sama kamu. Jangan pikir aku udah lupa apa yang kamu lakukan beberapa hari yang lalu di rumahku!"Alih-alih merasa malu, Juno malah tertawa. Dia bertolak pinggang di depan Sukma. "Hallah, Mbak, masalah itu nggak usah dibesar-besarkan. Lagian nggak ada yang percaya kalau aku ngerayu Mbak."Ingin rasanya Sukma menampar wajah adik iparnya yang kurang ajar itu, tapi dia menahan diri. Percuma meladeni manusia tidak tahu malu seperti dia. Sukma memilih menghindar, dia berjalan melewati Juno, tapi langkahnya mati karena lelaki itu menghalangi jalannya."Minggir!" bentak Sukma dengan wajah garang.Juno justru tertawa. Di matanya raut marah Sukma semakin membuat hatinya terpikat. "Mbak sangat cantik kalau marah. Aku he
"Sa, sayang?" Yudi melepaskan tangan Sella dari lengannya, tetapi wanita itu tak peduli, dia kembali merangkul, malah kepalanya disandarkan ke bahu si pria.Tatapan Sukma menajam, dia mendekat perlahan sembari menahan amukan badai amarah di dada. Siapa yang tidak sakit hati melihat suami dempet-dempetan sama perempuan lain?Apalagi melihat Yudi sibuk melepaskan diri dari pelukan Sella. "Bisa kamu jelaskan maksud perkataan dia tadi, Mas?" Suaranya terdengar datar.Yudi bangkit menghampiri Sukma, melihat raut dingin sang istri membuat Yudi ketar-ketir. Dia takut Sukma mengamuk di ruang perawatan sang ibu."Sayang, ini nggak seperti yang kamu kira. Aku ....""Kamu pikir aku bod0h?" sambar Sukma, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. "Mataku masih awas untuk melihat apa yang kalian lakukan, telingaku sangat tajam mendengar apa yang wanita itu katakan!" Meski ada bara yang mengunggun di dadanya, tapi Sukma tetap menjaga intonasi suaranya. Dia sangat tahu diri untuk tidak membuat
Tengah malam Sukma terbangun, dia menatap sisi pembaringan di sebelahnya. Empat hari sejak ibu mertuanya keserempet mobil, Yudi selalu menemani di rumah sakit. Beberapa kali Sukma ingin menjenguk, tapi selalu dilarang suaminya dengan alasan tak mau sang istri tertular penyakit. Alasan yang masuk akal. Akan tetapi, bukan hal itu yang menjadi menyita pikirannya. Sukma meraih ponsel di atas meja di sebelah tempat tid-urnya. Dia melihat lagi foto yang dikirimkan Mirna, tetangga sebelah rumahnya. Di foto itu tampak Yudi sedang duduk berdampingan dengan Sella di bawah pohon lansano yang rindang. Pria itu sedang menikmati makanan yang ada di dalam kotak bekal. Bukan hanya itu, di foto yang lainnya tampak Sella sedang mengulurkan botol minum ke suaminya itu. Tentu saja foto-foto itu menggiring asumsi tak baik ke kepala Sukma. Apakah Yudi mulai bermain api? Inikah alasan pria itu melarangnya ke rumah sakit? Sukma memijit dahinya yang berdenyut. Sejak kehamilannya masuk bulan ketiga rasa mual s
Napas Yudi memburu menahan godaan Sella. Pria mana yang tidak akan tergoda bila disodori wanita cantik dan seksi setiap malam. Sekuat apa pun iman pasti akan tergoda juga."Mas, kamu nggak perlu mikir lama-lama. Kamu kepala rumah tangga, masak takut sama istri? Kalau Sukma nggak setuju ceraikan saja. Aku lebih bisa membahagiakan kamu."Sella berbisik lirih di telinga Yudi, bahkan bibir wanita itu meny3ntuh daun telinga si pria. "Coba kamu pikir, Mas. Aku anak satu-satunya, otomatis kekayaan Ayah bakal jatuh ke tanganku. Artinya, siapa saja yang jadi suamiku nanti pasti akan beruntung. Banyak lho Mas pria yang mau jadi pendampingku, tapi aku cintanya sama kamu.""Nggak Sel, aku nggak bisa berbuat curang Sukma. Dia istri yang baik. Dia nggak pernah mengecewakanku selama ini. Justru aku yang belum mampu membahgiakan dia."Mendengar Yudi terus memuji Sukma, kesabaran Sella pun terkikis. Dia semakin berani memeluk Yudi erat-erat. Gerakannya begitu tiba-tiba hingga pria itu tidak sempat be
Yudi berdiri di depan pintu gudang yang remang-remang, tangannya memutar kunci gembok. Setelah membujuk Sukma, istrinya memberi izin meski setengah hati. Yudi tak peduli karena dengan menerima pekerjaan yang ditawarkan Sella bisa meringankan bebannya. Dia juga tidak perlu lagi mengojek. Lagipula niatnya murni bekerja bukan aneh-aneh. Gudang beras milik juragan Marjuki itu luas, dengan rak-rak tinggi yang dipenuhi karung beras tertata rapi. Tempat itu sunyi saat malam hari meski terletak di pinggir jalan desa. Yudi menghela napas panjang. Ini hari ke lima dia bekerja. Dia merenggangkan badan mencoba mengusir rasa lelah setelah seharian bekerja di pabrik.Yudi baru saja menutup pintu gudang ketika suara langkah mendekat. Dia menoleh dan mendapati Sella datang dengan membawa kotak makanan. Wanita itu mengenakan kaos ketat dan celana pendek yang bahkan tidak menutupi setengah pah4nya. Bau parfum menusuk hidung Yudi, membuatnya mengerutkan kening."Mas Yudi, aku bawain makanan buat kamu."
"Gimana jalan-jalannya Mas?" tanya Sukma melihat sekilas ke arah Yudi masuk ke rumah saat azan Isya berkumandang. "Iya, tadi macet di jalan. Maklum lagi musim liburan." Yudi duduk di sebelah Sukma lalu memberikan kantong kresek yang dia bawa. "Tadi aku beli nasi bebek kesukaanmu? Kamu belum makan kan?"Dahi Sukma berkerut, rautnya terlihat heran. "Kamu sehat kan?" Dia menempelkan punggung tangannya ke dahi Yudi."Sehat? Kenapa sih?"Sukma mengangkat bahu, dia lalu mengendus nasi bebek yang masih di dalam bungkusnya. "Nasinya kamu kasih jampi-jampi, ya?"Yudi sampai menganga mendengar pertanyaan Sukma. "Ya, Allah, sayang! Kamu mikirnya kejauhan!" Yudi berjalan ke dapur lalu kembali lagi membawa satu piring dan sebotol air mineral. "Tadi saat pulang aku lewat depan jualan nasi bebek. Akhir-akhir ini aku perhatiin kamu doyan, mungkin bawaan hamil, ya."Sukma melengos, dia memperhatikan tangan Yudi cekatan membuka bungkus nasi lalu diletakkan di atas piring. Aroma gurih khas nasi bebek
Sukma memasuki pekarangan rumah ibu mertuanya sambil menenteng dua kotak berisi makanan matang yang lebih berat dari biasanya. Setiap hari dia selalu datang untuk memastikan ibu mertuanya tidak kekurangan. Kemarin wanita itu minta dibelikan banyak bahan-bahan mentah dan lauk, tapi tidak memberi ua4ng sepeser pun. Bukannya pelit, namun ibu mertuanya mendapat jatah belanja bulanan dari Yudi, suami Sukma, lebih banyak, namun habis entah ke mana. Walau kesal, dia tetap berusaha menjalankan kewajibannya sebagai menantu. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dari ruang tamu. Sukma mendengar suara keras pria membent4k ibu mertuanya."Buk, saya sudah kasih waktu cukup lama! Jangan bilang Anda tidak tahu menahu, padahal sertifikat rumah atas nama Anda dan Anda sendiri yang tanda-tangan sebagai penanggung jawab.""Benar, Pak, bukan saya yang ngutang, tapi anak saya. ""Saya tidak mau tahu, Buk. Angsuran sudah telat empat bulan!" suara seorang pria semakin keras, penuh amarah.Sukma ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments