Istri yang Kau Anggap Bodoh

Istri yang Kau Anggap Bodoh

last updateLast Updated : 2025-04-12
By:  MaheeraUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
23Chapters
277views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Mertua julid, ipar sinis kupikir hanya ada di sinetron. Saking takut dicap anak durhaka, suamiku menyerahkan gajinya untuk membiayai keluarganya berfoya-foya, sementara untuk kebutuhan rumah tangga aku harus bant1ng tulang! mereka pikir aku bodoh, menerima perlakukan tak adil ini. "Mulai sekarang, aku akan hitung setiap luka yang kau beri padaku. Akan ada waktunya aku menuntut bal4s!"

View More

Latest chapter

Free Preview

Debt Kolektor

Sukma memasuki pekarangan rumah ibu mertuanya sambil menenteng dua kotak berisi makanan matang yang lebih berat dari biasanya. Setiap hari dia selalu datang untuk memastikan ibu mertuanya tidak kekurangan. Kemarin wanita itu minta dibelikan banyak bahan-bahan mentah dan lauk, tapi tidak memberi ua4ng sepeser pun. Bukannya pelit, namun ibu mertuanya mendapat jatah belanja bulanan dari Yudi, suami Sukma, lebih banyak, namun habis entah ke mana. Walau kesal, dia tetap berusaha menjalankan kewajibannya sebagai menantu. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dari ruang tamu. Sukma mendengar suara keras pria membent4k ibu mertuanya."Buk, saya sudah kasih waktu cukup lama! Jangan bilang Anda tidak tahu menahu, padahal sertifikat rumah atas nama Anda dan Anda sendiri yang tanda-tangan sebagai penanggung jawab.""Benar, Pak, bukan saya yang ngutang, tapi anak saya. ""Saya tidak mau tahu, Buk. Angsuran sudah telat empat bulan!" suara seorang pria semakin keras, penuh amarah.Sukma ...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
23 Chapters
Debt Kolektor
Sukma memasuki pekarangan rumah ibu mertuanya sambil menenteng dua kotak berisi makanan matang yang lebih berat dari biasanya. Setiap hari dia selalu datang untuk memastikan ibu mertuanya tidak kekurangan. Kemarin wanita itu minta dibelikan banyak bahan-bahan mentah dan lauk, tapi tidak memberi ua4ng sepeser pun. Bukannya pelit, namun ibu mertuanya mendapat jatah belanja bulanan dari Yudi, suami Sukma, lebih banyak, namun habis entah ke mana. Walau kesal, dia tetap berusaha menjalankan kewajibannya sebagai menantu. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dari ruang tamu. Sukma mendengar suara keras pria membent4k ibu mertuanya."Buk, saya sudah kasih waktu cukup lama! Jangan bilang Anda tidak tahu menahu, padahal sertifikat rumah atas nama Anda dan Anda sendiri yang tanda-tangan sebagai penanggung jawab.""Benar, Pak, bukan saya yang ngutang, tapi anak saya. ""Saya tidak mau tahu, Buk. Angsuran sudah telat empat bulan!" suara seorang pria semakin keras, penuh amarah.Sukma
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
Sampai Kapan, Bu?
Langit sudah gelap ketika Yudi memarkir motornya di depan rumah ibunya. Tubuhnya terasa lemas, karena beban pikiran memberatinya. Sukma benar, masalah ini seperti tak pernah berakhir, meski kecewa dan amar4h padu di dada, dia tetap datang untuk mendengar penjelasan dari sang ibu. Yudi mengetuk pintu perlahan dan mengucap salam."Bu, ini Yudi.""Masuk, Yud." Suara ibunya terdengar dari dalam rumah.Yudi membuka pintu dan seperti biasa, ibunya sedang duduk di sofa tua di ruang tamu, wajahnya tampak kusut. Yudi duduk di hadapan ibunya, melihat wajah tua sang ibu yang terlihat suram membuat amarahnya perlahan menguap, sekesal apa pun dia tak pernah tega melihat ibunya bersedih. “Bu, kenapa Romi bisa menggadaikan sertifikat rumah?”Ibunya menghela napas panjang, "Romi bilang dia butuh uang untuk modal usaha. Dia mau buka kios kecil-kecilan. Awalnya Ibu ragu, tapi dia terus memohon. Kamu tahu sendiri, Romi itu kalau minta apa-apa nggak dituruti pasti sakit. Ibu nggak tega, Nak.”Yudi memi
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
Ipar Tak Tahu Diri
Sukma menatap Yudi yang terbaring lemah di kursi, wajah suaminya tampak pucat, keringat dingin mengalir di pelipis. Termometer menunjukkan angka 39 derajat. Sukma menahan diri untuk tidak menangis. Bukan hanya karena kondisi fisik Yudi yang membuatnya khawatir, tetapi juga beban yang terus menumpuk di pundak pria itu. Dengan tangan cekatan, dia menggosokkan minyak kayu putih ke hidung dan leher Yudi. Tak lama, lelaki itu mulai siuman. Matanya membuka perlahan, dia meng3rang."Mas, ayo kita ke dokter," pinta Sukma lembut. Dia mengambil kain kompres di dahi Yudi.Yudi menggeleng pelan. "Nggak usah. Aku cuma butuh istirahat, tolong ambilkan paracetamol.""Mas, kamu demam tinggi. Ini bukan main-main," desak Sukma. Dia kesal, setiap sakit Yudi tidak pernah mau diajak berobat. Bagaimana kalau ada penyakit lain di tubuhnya?"Aku demam biasa. Sudah, percaya sama aku," ujar Yudi sambil mencoba duduk, meski tubuhnya masih terasa lemas.Sukma berdecak kesal, tapi akhirnya menuruti permintaan Yud
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
Pusing Tujuh Keliling
Sukma sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur ketika Yudi muncul dari kamar mandi dengan langkah berat. Wajah pria itu masih terlihat pucat, sisa demam semalam belum sepenuhnya hilang. Namun, aroma masakan yang memenuhi udara membuat perutnya keroncongan. Dia mendekati Sukma perlahan, lalu melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu."Maaf, Sayang," bisiknya pelan.Sukma berhenti mengaduk nasi goreng yang hampir matang. Meski hatinya melunak sedikit, dia tidak langsung menjawab. Semalaman dia tid-ur membelakangi suaminya. Bahkan, saat pria itu mencoba memeluk dia menepis. Yudi mempererat pelukannya, kepalanya bersandar di bahu Sukma. "Aku tahu aku salah. Aku terlalu sering menaruh beban keluargaku di atas pundak kita. Aku tahu itu menyakitimu."Sukma menarik napas dalam. "Mas, aku nggak keberatan membantu keluargamu, tapi mereka udah kelewatan. Ibumu terlalu memanjakan adik-adikmu. Aku ini istrimu, jangan sampai aku merasa hanya sebagai tamu dalam hidupmu.""Aku cuma nggak tega me
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
Gosip
Sukma merapikan tudung saji dan memeriksa dapur sebelum berangkat ke rumah ibunya. Pagi ini suasana hatinya tidak baik-baik saja. Saat tahu angsuran yang harus dibayar sekitar tiga juga, kepalanya seketika terasa berat. Dulu saat Yudi membayar utang bank keliling Romi yang jumlahnya 800 ribu sebulan, dia hanya diberi nafkah satu juta per bulan. Dia pastikan ke depan mungkin Yudi akan kesulitan memberinya uang. Sukma berusaha menenangkan diri, walau dia punya penghasilan sendiri, bukan berarti tidak butuh nafkah dari Yudi. Dia memasukkan gamis, jilbab dan bahan makanan ke dalam tas kain untuk diberikan ke ibunya.Rumah yang ditempati ibunya sekarang bekas kontrakan mereka dulu. Dari usahanya berjualan online, Sukma mampu membeli rumah itu saat dia masih menimba ilmu di salah satu universitas. Rumahnya tidak terlalu besar, tetapi sangat nyaman. Bukannya tak pernah mengajak sang ibu tinggal bersama di kontrakannya, tetapi wanita itu selalu menolak untuk pindah. "Ibu di sini saja, Nak. Te
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
Kesabaran yang Diuji
Dua hari terakhir, Sukma merasa ada yang janggal. Yudi pulang larut malam hampir setiap hari. Ketika ditanya, jawabannya selalu sama. "Aku ambil pekerjaan tambahan. Kita harus segera melunasi utang bank."Mendengar itu, Sukma tidak bisa memprotes. Dia tahu Yudi melakukannya demi keluarga, tetapi dalam hati, dia sedih dan muak. Lagi-lagi, suaminya harus berkorban untuk menanggung beban yang sebagian besar adalah ulah adik-adiknya. Sukma berusaha mengendalikan dirinya, mengingat nasihat ibunya tentang kesabaran.'Aku ingin lihat sampai di mana dia bisa bertahan jadi budak keluarganya,' Sukma membatin sembari menahan kekesalan yang sudah menumpuk. Dia tidak ingin berdebat lagi, apalagi menambah beban pikiran Yudi. Masalah dengan ibu mertua di warung juga mengendap sendiri. Sejak hari itu Sukma tak pernah datang lagi mengunjungi mertuanya. Dia tahu apa pun yang dia lakukan, di mata wanita itu tetap salah.Siang itu, setelah mengantar barang dagangannya ke ekspedisi, Sukma pulang dengan pi
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
Pencuri
Pagi itu, Sukma bangun lebih awal seperti biasa. Setelah menyiapkan sarapan sederhana-nasi putih, ayam goreng, dan sayur lodeh favorit Yudi-dia berniat membangunkan suaminya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Rani keluar dari kamar tamu dengan mata masih setengah tertutup. Tanpa basa-basi, Rani langsung duduk di meja makan lalu meraih piring dan mulai menyendok nasi dengan lahap. Tidak cukup sampai di situ, tangannya dengan santai mengambil ayam goreng yang Sukma siapkan khusus untuk suaminya. Sukma mematung, nyaris tak percaya dengan kelakuan adik iparnya itu. Dia gegas menghampiri meja makan. "Rani, itu ayam buat Masmu," katanya dengan suara tertahan. Rani mendongak, mengunyah pelan, lalu menjawab dengan nada datar, "Kan masih ada telur ceplok. Mas Yudi juga nggak bakal keberatan." "Ini bukan soal keberatan atau nggak," balas Sukma dengan nada mulai meninggi. "Kamu tamu di sini. Seharusnya kamu tahu sopan santun. Kalau kamu mau makan, bilang dulu. Jangan asal ambil makana
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
Konfrontasi
"Tanya adik kesayanganmu apa yang dia ambil dari rumahku?" balas Sukma dengan suara bergetar. Rasanya dar4hnya mendidih menahan amar4h. "Maksudmu apa? Kamu kenapa sih nggak suka adikku tinggal di sini? Padahal dia berkunjung sesekali, tapi sikapmu selalu ketus padanya." "Karena adikmu tidak tahu diri!" seru Sukma keras. Sepertinya Yudi sudah buta hingga tak melihat prilaku adiknya yang tidak tahu adap. Yudi menggeleng pelan. Dia tidak mengerti kenapa Sukma sangat membenci adik-adiknya. Dia tahu mereka kelewatan, tapi keluarga tetaplah keluarga. "Di mana Rani sekarang?" tanya Sukma lagi dengan wajah garang. "Sikapmu yang seperti ini bikin Rani nggak hormat. Aku antar ke terminal. Dia bilang anak-anak nggak betah di sini, jadi dia pulang ke rumahnya sore tadi. Emangnya kenapa sih?" Sukma tertawa sinis.. " Rani pulang bukan karena nggak betah, tapi untuk menghilangkan jejak!" Dahi Yudi berkerut. Dia semakin tidak mengerti arah pembicaraan Sukma. "Cincin kawin kita hilang, Mas! Ua
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
Ini Pilihanku
Sukma berdiri membelakangi Yudi sembari memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak menikah ini pertama kalinya Yudi melukai fisiknya dan untuk Sukma tindakan tadi adalah puncak dari segala luka yang selama ini dia pendam. Cukup sudah kesabarannya, selama ini dia bertahan berharap Yudi sadar telah bersikap tidak adil padanya. Tak jemu merajut doa di setiap sujud agar pria itu melihat pengabdiannya. Namun, semua sia-sia, ternyata berjuang sendiri itu melelahkan. Sementara itu Yudi masih berdiri di ambang pintu kamar, dia berusaha mendinginkan hati Sukma yang membara. “Sukma, aku minta maaf,” ucap Yudi dengan suara bergetar. Dia menyesali perbuatannya, melihat pipi Sukma bekas tangannya di pipi bersih Sukma menyakiti hatinya juga. Dia merasa gagal sebagai suami. “Aku khilaf. Aku nggak sengaja. Aku—” “Pergi!” Sukma menjawab tegas, suaranya meninggi. “Kamu pikir maaf bisa memperbaiki semuanya? Kamu pikir aku akan melupakan begitu saja apa yang baru saja kamu lakukan?” Yudi terdiam, mat
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
Baikan
Di rumah ibunya, Sukma terduduk di sofa kecil ruang tamu, wajahnya sembab karena tangis yang belum juga reda. Sang ibu duduk di sebelahnya, memegang tangan putrinya dengan lembut. “Sudahlah, Nak. Kamu di sini dulu. Tenangkan pikiranmu. Jangan ambil keputusan apa-apa saat hati masih panas,” ucap ibunya dengan lembut. Sukma mengangguk walau hatinya masih gelisah. “Tapi, Bu, apa gunanya bertahan? Aku mencintai Yudi, tapi dia tidak pernah berpihak padaku. Kalau begini terus, aku capek. Aku nggak sanggup.” Ibunya mengusap punggung Sukma dengan penuh kasih. “Ibu tahu kamu cinta sama dia, tapi pernikahan itu bukan cuma soal cinta, Nak. Kalau kamu terus terluka, itu bukan cinta lagi namanya. Kamu istirahat dulu, ya. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang meny4kitkan.” Sukma lagi-lagi mengangguk pelan. Tubuhnya terasa lelah, bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena beban emosional yang tak kunjung hilang. Belakangan ini dia juga sering merasa mual dan pusing, mungkin efek masala
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status