Rachel, seorang perempuan miskin, menjalani hidup yang penuh penderitaan bersama ibunya yang sudah tua. Sejak kecil, ia terbiasa berjuang untuk bertahan hidup dalam menghadapi kesulitan demi kesulitan tanpa ada yang benar-benar peduli padanya. Namun, hidupnya berubah ketika Martin seorang pria kaya raya yang baik hati datang untuk melamarnya. Pernikahan dengan Martin bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan bagi Rachel. Semua kesulitan yang dulu membebani hidupnya kini sirna. Ia bisa menikmati kehidupan mewah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rachel merasa beruntung memiliki suami yang begitu mencintainya dan memberinya segalanya tanpa syarat. Namun, kemewahan perlahan mengubah hati Rachel. Ia mulai merasa malu dengan latar belakangnya yang miskin dan memilih menjauh dari keluarganya. Keangkuhan menguasai dirinya, membuatnya lupa bagaimana sulitnya hidup sebelum bertemu Martin. Ketika Martin jatuh sakit dan tidak lagi bisa mengurus bisnisnya, Rachel melihat ini sebagai kesempatan emas. Keserakahannya tumbuh, dan ia mulai berusaha menguasai seluruh harta yang belum sepenuhnya berada di tangannya. Namun, karma datang lebih cepat dari yang ia duga. Sebuah kecelakaan tragis membuat Rachel terbaring tak berdaya di rumah sakit. Kesakitan dan kehilangan segalanya membuatnya sadar akan semua kesalahannya. Di saat ia merasa sudah terlambat untuk menebus semuanya, Martin tetap ada di sisinya. Meski dikhianati, Martin masih mencintai Rachel dan bersedia memberinya kesempatan kedua. Tapi, apakah Rachel benar-benar bisa berubah? Ataukah kesalahannya terlalu besar untuk dimaafkan?
Lihat lebih banyakPagi itu, yaitu setelah percakapan penuh emosi dengan ibunya, Rachel merasa semakin yakin bahwa dia harus menemukan pria yang dimaksud, yaitu Malik. Orang yang bisa jadi mengetahui lebih banyak tentang Adrian dan masa lalu yang selama ini disembunyikan. Martin, meski ragu, akhirnya setuju untuk ikut serta. Ia tahu betul betapa pentingnya pencarian ini bagi Rachel, dan meski ada rasa khawatir yang menggelayuti dirinya, ia tak bisa membiarkan Rachel melakukannya sendirian.Mereka berdua memutuskan untuk menuju ke daerah yang disebutkan oleh pria misterius di gudang—tempat terakhir Malik terlihat beberapa tahun lalu. Tidak ada petunjuk pasti mengenai keberadaan Malik, namun Rachel merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.Di dalam mobil, suasana sunyi menyelimuti mereka. Rachel melirik Martin, mencoba membaca ekspresinya. Suaminya itu terlihat tegang, memfokuskan perhatian pada jalan yang semakin sepi.“Martin, kamu yakin kita harus melanjutk
Rachel terdiam setelah mendengar kata-kata Pak Surya. Matanya terasa kosong, kosong oleh semua informasi baru yang datang begitu cepat. Apa maksud Pak Surya dengan mengatakan kebenaran ini akan menghancurkannya? Apa yang lebih gelap dari apa yang sudah ia temui? Semua hal yang ia percayai kini terancam hancur.Pak Surya menatapnya dengan raut wajah yang penuh kecemasan. “Rachel, aku tidak ingin kau terjebak dalam dunia ini. Dunia yang sudah mengubah hidup banyak orang. Dunia yang menganggap nyawa tak lebih dari sebuah harga yang bisa ditawar.”Rachel dengan tegas. “Saya tidak akan mundur begitu saja, Pak. Saya harus tahu apa yang terjadi pada Adrian. Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?”Pak Surya menghela napas panjang. “Malam itu… bukan hanya Adrian yang menghilang. Ada banyak hal yang terjadi di balik itu. Banyak hal yang tidak pernah seharusnya kamu tahu.”Rachel menatapnya intens. “Kenapa sekarang, Pak? Kenapa Anda baru bicara sekarang?”Pak Surya menundukkan kepala, tampa
Rachel berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang terpantul. Sesuatu dalam dirinya telah berubah. Kebenaran yang baru ia terima begitu menghantam, meninggalkan rasa sakit yang dalam, namun juga memberikan pemahaman yang baru. Adrian, saudara kandungnya, ternyata telah dibawa pergi oleh ayah kandungnya sendiri, yang selama ini disembunyikan ibunya.Pikiran Rachel terus berputar, mengingat setiap momen yang pernah ia alami bersama ibunya. Momen-momen yang tampak begitu sempurna, tapi kini terasa seperti ilusi. Mengapa ibunya tidak pernah menceritakan tentang ayah mereka? Apa yang membuatnya begitu takut? Dan mengapa ayahnya tiba-tiba muncul setelah sekian lama?Rachel menghela napas panjang dan melangkah menuju meja, di mana ponselnya tergeletak. Ada pesan dari Clara yang baru saja masuk.“Rachel, aku sudah menemukan sesuatu. Kita perlu bicara.”Tangan Rachel gemetar ketika membuka pesan tersebut. Clara selalu menjadi orang yang paling bisa diandalkan, namun pesan ini memberi isyara
Rachel merasakan gelisahnya semakin mendalam. Setiap langkah yang ia ambil seakan membawa ia lebih dekat ke dalam lingkaran yang tidak dapat ia pahami. Kebenaran yang tersembunyi begitu sulit untuk dijangkau, dan semakin ia menggali, semakin banyak hal yang mencurigakan muncul.Setelah perbincangannya dengan ibunya, Rachel tidak bisa duduk diam. Ibunya yang begitu takut untuk mengungkapkan lebih banyak membuatnya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sangat kelam yang berhubungan dengan masa lalu mereka, terutama dengan hilangnya Adrian.Ia melangkah keluar rumah dengan perasaan cemas yang tak bisa dijelaskan. Pikirannya kembali pada sosok Richard Arman, pria yang muncul di rekaman CCTV dan sepertinya memiliki keterkaitan yang dalam dengan hilangnya Adrian. Nama itu terdengar begitu asing namun sangat dekat pada saat yang sama. Ibunya jelas menghindar dari membicarakan Richard, tapi alasan apa yang membuatnya begitu takut?Rachel merasa ia harus mencari tahu lebih banyak, tidak hanya t
Rachel menatap layar ponselnya dengan penuh perhatian. Clara. Ada sesuatu dalam suara temannya yang membuatnya merasa gelisah. Dengan tangan gemetar, Rachel mengangkat teleponnya dan menempelkan ke telinga.“Clara,” Rachel memulai dengan suara yang sedikit tegang. “Ada apa?”Di ujung sana, suara Clara terdengar cemas. “Rachel, aku baru saja mendapat informasi yang cukup mengejutkan. Kau perlu datang ke kantor segera.”Rachel merasa ada sesuatu yang tidak beres. Mengapa Clara terdengar begitu tergesa-gesa? “Apa yang terjadi? Apa yang kau temukan?”Clara terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara yang lebih rendah. “Aku tidak bisa menjelaskan semuanya lewat telepon, tapi ini berhubungan dengan kasus Adrian. Aku menemukan sesuatu yang sangat penting.”Rachel merasa dadanya semakin sesak. Apa yang baru saja ia dengar? Sesuatu yang berhubungan dengan Adrian? Ia tahu ini bukan kebetulan, dan pasti ada kaitan antara apa yang baru saja diungkapkan ibunya dan apa yang Clara temukan.“Aku ak
Rachel berdiri di depan ibunya, merasa dunia seakan berputar begitu cepat. Setiap kata yang keluar dari mulut ibunya mematahkan segala yang ia percayai selama ini. Ayah kandung Adrian. Itu jawaban yang selama ini ia cari, namun tak pernah terbayangkan olehnya bahwa kebenaran ini jauh lebih rumit dan menyakitkan dari yang ia kira.Ibunya masih menangis, wajahnya pucat, seolah beban bertahun-tahun yang telah disembunyikan kini akhirnya tumpah ruah. Rachel merasa hatinya remuk, namun di sisi lain, amarah mulai menguasai dirinya.“Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal, Bu?” suara Rachel serak, hampir tak dapat menahan emosinya.Ibunya hanya bisa menunduk, air mata mengalir deras dari matanya. “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, Rachel… Aku takut kamu akan membenciku jika kamu tahu kebenarannya.”Rachel menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan ledakan amarah yang hampir pecah. “Kamu lebih memilih menyembunyikannya, malah membiarkan aku hidup dengan kebohongan! Kamu tahu betapa
Rachel tidak bisa tidur semalaman. Pikirannya terus dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Siapa pria itu? Apa hubungannya dengan Adrian? Mengapa ibunya begitu ketakutan?Ia tahu satu-satunya cara untuk menemukan jawaban adalah dengan terus menggali. Dan itu berarti, ia harus kembali menemui orang-orang yang mungkin masih mengingat sesuatu.Pagi-pagi sekali, Rachel sudah bersiap keluar rumah. Ia bertekad untuk mencari petunjuk lain, meskipun itu berarti harus kembali ke tempat-tempat yang mungkin tidak nyaman baginya.Rachel memarkir mobilnya di depan kantor polisi setempat. Sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Ia berharap masih ada arsip lama mengenai kasus Adrian.Saat ia masuk, seorang petugas mendekatinya. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”Rachel mengangguk. “Saya ingin mencari informasi tentang kasus orang hilang yang terjadi bertahun-tahun lalu.”Petugas itu mengernyit. “Tergantung kasusnya. Apa Anda punya nama atau tahun kejadiannya?”
Rachel duduk di dalam mobilnya dengan kepala bersandar di kemudi. Pikirannya masih berputar tentang informasi yang baru saja ia dapatkan dari Bu Rina.Mobil hitam.Sebuah detail kecil, tetapi cukup untuk mengguncang segalanya. Jika ada orang asing yang membawa Adrian pergi, mengapa tidak ada seorang pun yang melaporkan atau mencari tahu lebih lanjut?Rachel menghela napas dalam. Ia tidak bisa berhenti sampai di sini.Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Clara.“Clara, aku butuh bantuanmu lagi,” katanya begitu panggilan tersambung.“Apa yang kau temukan?” Clara terdengar serius.Rachel menggigit bibirnya. “Seorang tetangga lama mengingat sesuatu. Katanya, ada mobil hitam yang parkir di sekitar rumah kami pada hari Adrian menghilang.”Clara terdiam sejenak sebelum berkata, “Mobil hitam? Itu petunjuk yang bagus. Tapi mobil seperti itu bisa dimiliki siapa saja.”“Aku tahu,” Rachel mengangguk, meskipun Clara tidak bisa melihatnya. “Tapi ini lebih baik daripada tidak ada petunjuk sama sek
Rachel duduk diam di dalam mobil, tangannya menggenggam kemudi erat. Apa yang baru saja ia dengar dari ibunya masih terus bergema di kepalanya. Adrian tidak menghilang… dia diambil.Oleh siapa? Kenapa? Dan bagaimana mungkin tidak ada jejaknya sama sekali?Rachel menghela napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Jika ibunya tidak bisa memberikan jawaban lebih lanjut, maka ia harus mencari ke tempat lain.Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Clara.“Rachel?” suara Clara terdengar cemas. “Apa kau baik-baik saja?”Rachel menatap kosong ke depan. “Clara… aku sudah bicara lagi dengan ibuku.”“Apa yang dia katakan?”Rachel menelan ludah sebelum menjawab, “Dia bilang Adrian tidak menghilang begitu saja. Dia… diambil.”Clara terdiam sesaat. “Diambil? Maksudmu… diculik?”“Aku tidak tahu,” Rachel menggeleng, meskipun Clara tidak bisa melihatnya. “Ibuku hanya bilang seseorang mengambilnya. Tapi yang membuatku bingung, kenapa tidak ada catatan atau berita tentang itu?”Clara menghela napas.
Rachel menatap langit-langit rumahnya yang sudah mulai rapuh. Atap bocor di sana-sini, dan dinding kayu yang lapuk membuat angin dingin leluasa masuk. Malam itu, ia duduk di samping ranjang kayu tempat ibunya terbaring lemah. Napas wanita tua itu terdengar pelan dan berat, seolah setiap hembusan membutuhkan tenaga besar.“Ibu, makanlah dulu.” Rachel menyodorkan semangkuk bubur yang hampir dingin.Sang ibu menggeleng pelan, menatapnya dengan mata sayu. “Kamu sudah makan, Nak?”Rachel tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kenyataan. “Sudah, Bu.”Padahal, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun.Bohong demi kebaikan sudah menjadi kebiasaannya. Ia lebih memilih menahan lapar asalkan ibunya bisa makan, meski hanya sedikit.Hidup mereka selalu penuh kekurangan. Sejak ayahnya meninggal, Rachel dan ibunya hidup dalam kemiskinan. Setiap hari, ia bekerja sebagai pelayan di restoran kecil, mencoba mengumpulkan uang untuk bertahan hidup. Namun, gaji kecilnya nyaris tak cukup untuk membiayai pe...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen