Ketika Istri Mati Rasa

Ketika Istri Mati Rasa

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-04
Oleh:  Farid-ha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
20 Peringkat. 20 Ulasan-ulasan
149Bab
274.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Alina, adalah seorang istri yang mandiri, setia dan penyayang. Seorang menantu yang menyayangi mertuanya. Mendadak berubah menjadi wanita yang serba tega. Perempuan yang penuh cinta itu berubah menjadi mati rasa gara-gara suaminya. Apa yang menyebabkan Alina mati rasa? Temukan jawabannya di sini.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Terbongkar Sebuah Rahasia

Ketika Istri Mati RasaBab 1"Rencananya kapan kalian akan menikah secara resmi?" Samar, aku mendengar obrolan di ruang tamu. Jelas sekali itu suara ibu mertua. Siapa yang akan menikah secara resmi? Tangan yang sudah siap mengetuk pintu aku urungkan. Mematung di depan pintu adalah pilihanku saat ini. Mencuri dengar obrolan mereka dengan tangan membopong Wildan yang sedang tidur. "Radit belum tahu, Bu." Aku terperanjat , kaget mendengar jawaban mas Radit. Jantungku memompa darah lebih cepat dari biasanya. Ya Allah, apa maksud semua ini? Tidak, tidak mungkin suamiku menikah lagi. Aku pasti salah dengar. Hatiku menolak tapi pikiranku menyimpulkan sesuatu."Apa memang harus diresmikan pernikahan kalian, Dit? Apa tidak sebaiknya kamu ceraikan saja wanita itu. Ibu memikirkan perasaan Alina. Dia begitu baik selama ini, Nak. Ibu tak tega melihat dia terluka." Innalillahi … berarti pradugaku tadi benar.Detik ini rasanya duniaku runtuh. Apa yang aku dengar bukan lagi halusinasi atau sebuah

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Ira Kusuma Suryo
kereen ceritanya
2024-11-01 14:27:53
0
user avatar
Hafidz Rivandra
cerita nya bagus
2024-10-19 13:13:46
0
user avatar
Dianah Putri
sy baru baca sedikit didepannya,dan sy merasa tertarik dengan ceritanya,dan buku ini jga dah tamat jdi ga terlalu lama bacanya,semoga ceritanya bgus sampe selesai....
2024-09-24 23:21:59
1
user avatar
MASRITA TITA
mantap Thor menguras emosi,
2024-09-23 19:41:34
2
user avatar
Sakdiah Dekcik
istri itu memang harus mandiri
2024-09-18 09:48:51
1
user avatar
Ayra Khanza Mikhayla Zea
ceritanya bagus banget, gak muter muter
2024-09-16 07:48:04
0
user avatar
Sri Mahrita
ceritanya menarik
2024-04-11 17:19:50
1
user avatar
Qios Shaqadoi
Dari awal cerita sudah memancing emosi. Bikin gk bisa berhenti baca jd harus rajin2 kerja biar bisa isi ulang koin terus....
2024-03-21 05:07:09
2
user avatar
Sasih Hasani
ceritanya seru
2024-02-05 20:56:22
1
user avatar
故丽丽
sepertinya cerita ini GK bagus utk kesehatan jantungku, aku terlalu menjiwai sbgai pembaca sampai emosi kebawa nyata
2024-02-03 20:19:46
0
default avatar
rinda
Kerenn ceritanya
2023-12-19 12:09:33
0
user avatar
Panti Maryati
Setelah menjelajah kesana kemari,akhirnya nemu yg asli...
2022-12-19 07:23:11
1
user avatar
Kuwin Indarti
akhirnya aku menemukan cerita aslinya,terimakasih y kak author ats rekomendasinya,smngat kak
2022-12-18 21:49:27
1
default avatar
ZulaikhaNaura
ceritanya seru thor,, semangat thor
2022-12-18 19:49:38
1
default avatar
Rizalsyah Muhammad
Banyak kejadian serupa di luar sana. Wanita mencari nafkah...suami menghabiskan dengan wanita lain .........
2022-12-13 07:32:01
1
  • 1
  • 2
149 Bab

Terbongkar Sebuah Rahasia

Ketika Istri Mati RasaBab 1"Rencananya kapan kalian akan menikah secara resmi?" Samar, aku mendengar obrolan di ruang tamu. Jelas sekali itu suara ibu mertua. Siapa yang akan menikah secara resmi? Tangan yang sudah siap mengetuk pintu aku urungkan. Mematung di depan pintu adalah pilihanku saat ini. Mencuri dengar obrolan mereka dengan tangan membopong Wildan yang sedang tidur. "Radit belum tahu, Bu." Aku terperanjat , kaget mendengar jawaban mas Radit. Jantungku memompa darah lebih cepat dari biasanya. Ya Allah, apa maksud semua ini? Tidak, tidak mungkin suamiku menikah lagi. Aku pasti salah dengar. Hatiku menolak tapi pikiranku menyimpulkan sesuatu."Apa memang harus diresmikan pernikahan kalian, Dit? Apa tidak sebaiknya kamu ceraikan saja wanita itu. Ibu memikirkan perasaan Alina. Dia begitu baik selama ini, Nak. Ibu tak tega melihat dia terluka." Innalillahi … berarti pradugaku tadi benar.Detik ini rasanya duniaku runtuh. Apa yang aku dengar bukan lagi halusinasi atau sebuah
Baca selengkapnya

Menolak Tidur Bersama

Ketika Istri Mati Rasa, Aku bangkit dan mengepalkan kedua tangan. Aku akan mengambil seluruh aset yang aku dapatkan dari kerja kerasku selama ini. Mulai sekarang tidak akan aku biarkan kamu dan istri mudamu menikmati uang karetku. Sudah cukup kamu mengakali aku sekian tahun! Air mata kususut dengan kasar. Segera kubasuh seluruh tubuh ini. "Tumben, Sayang sudah ganti dari kamar mandi?" Mata itu menatap tubuhku yang telah dibalut dengan baju dari kamar mandi. Memangnya, dia tadi tidak melihat lipatan baju dalam tangan ini sebelum masuk kamar mandi? Entah apa yang ia pikirkan! "Ah, iya, Mas. Masih kebawa suasana di kampung. Kan kamu tahu sendiri kamar mandi ada di luar kamar di sana." Lagi-lagi hanya senyum tipis yang bisa aku berikan. Aku menyisir rambut di depan cermin. Mas Radit dengan gesit memeluk tubuhku dari belakang. Aku menegang sesaat, hatiku berdesir, tapi segera bisa menguasai keadaan. Posisi seperti ini jujur sangat aku rindukan. Bohong, kalau aku tidak merindukan sentu
Baca selengkapnya

Foto Mesra Mereka

Aku sangat mengenal perempuan yang digandeng mesra oleh mas Radit di sebelah kanan. Sementara, tangan sebelah kiri lelaki yang masih sah menjadi suamiku membopong seorang bocah perempuan. Mereka tampak sangat bahagia. Aku mengepal tangan kuat-kuat. Dadaku bergemuruh hebat. Darah terasa mendidih. Di sana dia enak-enakan menikmati hidup, jalan-jalan, memanjakan perempuan lain. Istri mudanya. Sementara, aku di sini terasa terpenjara, tidak bisa ke mana-mana karena ada ibu yang sedang sakit yang butuh perhatian ekstra. Jalan-jalan? Rasanya mas Radit sudah lama sekali tak pernah mengajak kami pergi. Setiap pulang dia hanya sibuk menghabiskan waktunya di rumah. Kenapa tega kamu lakukan ini padaku, Mas? Desti, di mana hati nuranimu sebagai seorang perempuan? Kamu tahu itu suamiku tapi tega merampasnya! Ya, perempuan itu Desti. Teman kecilku waktu di kampung dulu. Namun, kami tak lagi menjalin komunikasi setelah berpisah setamat SMP. Dia merantau ikut kakaknya di Palembang. Tidak tahu tep
Baca selengkapnya

Terlalu Percaya Diri

Bersusah payah aku menjadi pembantu di luar negeri demi mengumpulkan uang dan berupaya mengangkat taraf hidupmu, Mas. Setelah kelihatan hasilnya dengan tanpa perasaan kamu menggunakannya untuk menyenangkan hati perempuan lain. Terbuat dari apa hatimu, Mas! Hatiku menjerit. Merutuki perbuatan lelaki yang bergelar suami. Tanganku kembali mengepal hingga kukunya memutih.Rahangku mengeras. Bibir kukatup rapat-rapat. Gigiku gemeletuk. Gemuruh di dada kembali meletup-letup. "Lin, kamu masih di sana, kan?" Suara Mbak Sisil memutuskan lamunanku. "Ma — masih, Mbak. Aku masih mendengar kok. Terus perempuan itu pernah pulang nggak setelah menikah?" "Pernah beberapa kali, tapi tidak pernah sama suaminya. Katanya, sih, suaminya selalu sibuk. Tapi, ada yang bilang kalau itu suami orang. Selentingan yang Mbak dengar dia menjadi istri simpanan. Katanya, dia mau meresmikan pernikahan sirinya." Deg! Meresmikan pernikahannya?Seratus persen keyakinanku menyimpulkan Desti adalah maduku. Segera,
Baca selengkapnya

Mas Radit Keceplosan

Tahu aja mau dikasih kejutan." Mas Radit melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku. Beralih mengambil benda di balik sakunya. Sejurus kemudian dia berjongkok seperti orang-orang yang akan melamar pacarnya."Maukah engkau hidup menua bersamaku, Sayang?" Dia buka kotak beludru merah yang berisi cincin bermata indah. Aku membungkam mulut, pura-pura kaget dan bahagia. Padahal, di dalam sini rasanya mual, muak mendengar rayuan sampahnya. Dengan gerakan cepat aku ambil perhiasan tersebut. "Terima kasih banyak, ya, Mas. Indah sekali, aku suka." Cincin kini sudah melingkar di jari manis. "Tentu, akan mas berikan yang terbaik untukmu, Sayang." Rasanya ingin aku melu dah di depannya. Muak dengan omong kosongnya. "Ini semua hasil uang karetku kan, Mas? Sudah seharusnya kamu memberikan yang terbaik untukku. Aku yakin cincin ini tak harganya bila dibandingkan dengan apa-apa yang kamu berikan pada perempuan yang bernama Desti. Dia yang selama ini menikmati hasil ladangku kan, Mas?" Saya
Baca selengkapnya

Mengambil Mobil

Ketika Istri Mati Rasa Mas Radit tampak ternganga. Mungkin tak percaya dengan apa yang aku ucapkan. Kepala itu digelengkan ke kiri dan ke kanan. Seolah menolak ucapanku. Aku hanya tersenyum tipis melihat ekspresi. Pandangan kualihkan ke arah wanita yang sedang duduk di kursi roda. Ibu pun tak kalah terkejutnya. Buktinya mulutnya hanya bisa melongo, seperti orang yang sedang mengucapkan huruf 0. Kaget-kaget lah kalian! Itu belum seberapa dibandingkan nanti kedepannya. Akan banyak kejutan untukmu, Mas! "Setuju atau tidak itu mobil tetap aku ambil, Mas!" ucapku sembari kembali berjalan ke tempat aku menaruh bumbu yang sempat tertunda pengerjaannya. Namun, baru beberapa langkah kakiku kembali berhenti karena ucapan mas Radit."Kamu apa-apaan, Alina! Nggak bisa gitu, dong! Itu mobil aku pake untuk bolak-balik ke Gumawang. Kamu bisa naik angkot ke ke rumah makan! Jangan egois kamu, Lin!" protes mas Radit dilayangkan ke padaku, setelah sekian menit ia sempat cenggo di tempatnya berdiri.
Baca selengkapnya

Radit Bersikeras

Tak kuhiraukan lagi tentang masakan. Lebih baik aku beli makanan jadi saja untuk saat ini. Membahas mobil itu lebih penting bagiku. Masalah satu ini harus segera kelar."Kamu jangan egois, Alina! Aku yang lebih membutuhkan mobil itu daripada kamu!" Tanganku diturunkan dari hadapannya kemudian melenggang meninggalkan ku seorang diri. Dasar, nggak sadar diri! Sabar Alina! Ucapannya benar-benar membuatku emosi. Oksigen kuhirup sebanyak-banyaknya kemudian ku hembuskan pelan-pelan. Berharap kadar emosi ini bisa menurun setelah ada di ubun-ubun. "Mas, motor kamu dipinjam Mbak Nanik," ucapku saat menemukannya di garasi. Aku hapal betul bagaimana lelaki itu kalau marah. Pasti akan pergi dari rumah dengan membawa motor.Tadi pagi, saat mas Radit sedang sibuk di kamarnya, Mbak Nanik menemui aku dan meminjam motor itu untuk jualan. Motor miliknya sedang rusak. Toh, tidak ada salahnya aku meminjamkan untuk saudara yang membutuhkannya. Sepertinya apa yang sering mas Radit lakukan selama ini."K
Baca selengkapnya

Ibu Terjatuh

"Kenapa kamu begitu percaya diri kalau itu hartamu? Seandainya, ini seandainya, ya, tapi amit-amit, jangan sampai terjadi. Seumpama kita berpisah maka, itu mobil akan menjadi harta Gono gini. Akan kita bagi dua bukan hartamu sendiri meskipun, itu dibeli dengan uangmu sendiri." Aku tertawa kecil mendengar penuturannya. Harta gono-gini. Lucu! Ngarep banget dapat harta gono-gini dari hartaku. Itu tidak mungkin akan terjadi."Kamu mau kita berpisah, Mas? Ayo, siapa takut!" Dagu kuangkat ke arahnya. Sedikit menantangnya. "Mas, ngaji yang bener. Berguru yang bener dengan seorang ustadz. Di dalam Islam itu tidak ada harta gono-gini. Harta yang didapatkan suami itu murni menjadi hak suami setelah dia mengeluarkan sedekah kepada istrinya berupa nafkah; sandang, pangan dan papan. Kalau ada sisa dari itu itu murni harta suaminya. Sedangkan harta istri yang dihasilkan dari kerjanya sendiri itu juga hak istri. Tidak ada bisa dijadikan harta gono-gini. Coba ngaji yang bener! Sekarang sudah paham,
Baca selengkapnya

Inikah Alasannya?

Setelah sekian menit perjalanan, rumah Mbak Niswa sudah tampak. Mobil diparkirkan di sisi jalan. Kami sengaja tidak turun. Takut kelamaan.Mas Radit membunyikan klakson mobil, Mbak Niswa ke luar rumah menemui kami. Kaca tengah aku buka separuh."Mbak, nitip Wildan, ya. Maaf dia belum makan sedari tadi." Kusodorkan dua lembar uang berwarna merah yang sudah aku siapkan sejak tadi. "Untuk jajan Wildan selama aku tinggal. Aku tidak tahu pulang kapan. Kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku, Mbak. Terima kasih sebelumnya. Wildan hanya aku bawakan baju tiga stell." Aku tadi menyiapkan baju Wildan setelah menghubungi Mbak Niswa sambil menunggu Mas Radit. Tas milik Wildan pun aku berikan ketika bocah tewas jauh tahun itu turun dari mobil."Tenang saja, Wildan aman sama aku. Kebetulan ada baju Deri yang bisa dipake ganti kalau memang kehabisan." Aku mengangguk mendengar ucapan Mbak Niswa. Setelah mengucapkan salam Kami kembali melanjutkannya perjalanan ke rumah sakit. Kebetulan rumah Mb
Baca selengkapnya

Pesan dari Desti

[Abang yang sabar, ya. Semoga Ibu lekas sehat. Adik sedih tahu, Bang. Mertua sakit tapi tak bisa menjenguk apalagi mengurusnya.] Benar apa kataku, Dik adalah panggilan untuk Desti. Maduku. Aku menarik salah satu sudut bibir ke atas setelah membaca pesan dari maduku itu. Manis sekali rangkaian kata-katanya. Terlihat sangat tulus. Mungkin, bagi orang yang tidak mengenalnya akan terbuai oleh ucapan-ucapan yang keluar dari mulut wanita itu. Tapi, aku tidak termasuk.Sembilan tahun di sekolah yang sama, membuatku paham betul bagaimana tabiat istri muda mas Radit. Bermuka dua, penjilat ulung. Handphone dalam genggamanku, kembali ada pesan masuk dari kontak yang diberi nama pak Garwo. Garwo, artinya sigaran jiwo atau belahan jiwa. Sebegitu romantisnya mas Radit dalam memperlakukan istri mudanya. Ada yang sesak di dalam sini. Tapi ada yang lebih menyesakkan dada dari sekedar nama kontak itu. Bahkan, kini darahku mendidih seketika setelah membacanya. Jadi ini alasan mas Radit tidak mau meny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status