Rachel menatap langit-langit rumahnya yang sudah mulai rapuh. Atap bocor di sana-sini, dan dinding kayu yang lapuk membuat angin dingin leluasa masuk. Malam itu, ia duduk di samping ranjang kayu tempat ibunya terbaring lemah. Napas wanita tua itu terdengar pelan dan berat, seolah setiap hembusan membutuhkan tenaga besar.“Ibu, makanlah dulu.” Rachel menyodorkan semangkuk bubur yang hampir dingin.Sang ibu menggeleng pelan, menatapnya dengan mata sayu. “Kamu sudah makan, Nak?”Rachel tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kenyataan. “Sudah, Bu.”Padahal, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun.Bohong demi kebaikan sudah menjadi kebiasaannya. Ia lebih memilih menahan lapar asalkan ibunya bisa makan, meski hanya sedikit.Hidup mereka selalu penuh kekurangan. Sejak ayahnya meninggal, Rachel dan ibunya hidup dalam kemiskinan. Setiap hari, ia bekerja sebagai pelayan di restoran kecil, mencoba mengumpulkan uang untuk bertahan hidup. Namun, gaji kecilnya nyaris tak cukup untuk membiayai pe
Terakhir Diperbarui : 2025-03-07 Baca selengkapnya