Home / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of ISTRI LUPA DIRI: Chapter 51 - Chapter 60

78 Chapters

Bab 51: Keputusan

Rachel duduk di kursi belakang mobilnya, menatap kosong ke luar jendela. Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin hanya hatinya yang terasa beku setelah percakapannya dengan Martin.Ia merasa terhimpit oleh situasi ini. Martin masih meragukannya, seseorang mencoba menjebaknya, dan kini, pikirannya mulai terusik oleh bayangan ibunya yang telah lama ia abaikan.“Apa aku benar-benar sudah lupa diri?” gumamnya pelan.Sopir pribadinya melirik ke kaca spion, tetapi tidak berkata apa-apa. Rachel sendiri tenggelam dalam pikirannya. Keinginannya untuk tetap mempertahankan kehidupan mewahnya begitu kuat, tetapi ada bagian dari dirinya yang mulai retak.Setibanya di rumah, suasana terasa lebih hampa dari biasanya. Martin belum pulang. Mungkin masih di kantornya, atau mungkin sengaja menghindarinya.Rachel masuk ke kamar dan melemparkan tasnya ke atas tempat tidur. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang terus menghantuinya.Tapi semakin ia mencoba m
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 52: Kembali ke Rumah Lama

Keesokan paginya, Rachel berdiri di depan lemari pakaian, menatap deretan gaun mahal yang memenuhi ruangannya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa semua barang itu tidak berarti apa-apa. Setelah percakapannya dengan Martin semalam, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan ibunya. Rumah yang hampir roboh, ibunya yang tinggal sendirian dalam keadaan memprihatinkan—semuanya menghantam kesadarannya dengan keras. Rachel mengambil tasnya dan berjalan keluar kamar. Ia melewati ruang makan tanpa menyentuh sarapan yang telah disiapkan. Martin sedang duduk di sana, membaca koran. Ketika Rachel hendak melewati pintu, suara Martin menghentikannya. “Kau benar-benar akan pergi?” Rachel menoleh, menatapnya ragu. “Ya. Aku harus melihat keadaan ibuku.” Martin melipat korannya dan menatap Rachel dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Aku ikut.” Rachel terkejut. “Kenapa?” Martin menghela napas. “Kau mungkin sudah lama tidak pulang, tapi aku sudah melihat sendiri bagaiman
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 53: Janji Untuk Ibu

Rachel masih duduk di kursi ruang tamu rumah ibunya, menatap sekeliling dengan perasaan campur aduk. Bau khas rumah kayu yang dulu begitu akrab kini terasa asing. Meskipun ia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di tempat ini, sekarang ia merasa seperti orang asing—seorang tamu yang baru saja kembali setelah lama menghilang.Ibunya sudah masuk ke dalam kamar untuk beristirahat setelah perbincangan emosional tadi. Wanita tua itu tampak lebih tenang, meskipun jelas kelelahan. Rachel tahu, ibunya bukan hanya lelah secara fisik tetapi juga secara emosional. Dan semua itu terjadi karena dirinya yang terlalu lama mengabaikan keluarga.Martin masih berdiri di ambang pintu, bersandar pada kusen dengan tangan terlipat di dada. Tatapannya tertuju pada Rachel, seolah menunggu apa yang akan ia lakukan selanjutnya.“Kau ingin menginap di sini?” tanya Martin akhirnya.Rachel menoleh, menatap Martin dengan ragu. Ia ingin tinggal lebih lama, tapi di sisi lain, perasaan tidak nyaman mulai menyel
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 54: Menata Ulang Segalanya

Rachel duduk di kursi belakang mobil dengan tatapan kosong ke luar jendela. Perjalanan pulang dari rumah ibunya terasa jauh lebih panjang dari yang seharusnya. Hatinya masih diliputi perasaan bersalah, meskipun ia sudah memutuskan untuk memperbaiki kesalahannya.Martin yang sedang duduk di sampingnya tetap diam, dan tidak ada komentar sarkastik seperti biasanya bahkan tidak ada sindiran tajam. Hanya hening, seakan memberinya ruang untuk mencerna semuanya.Rachel menarik napas panjang. “Martin…”“Hm?”Rachel menunduk ragu. Ia ingin mengucapkan terima kasih, tapi rasanya terlalu sederhana dibandingkan dengan semua yang telah Martin lakukan.“Aku…” Rachel akhirnya berkata, “Aku akan sering mengunjungi Ibu setelah rumahnya direnovasi.”Martin meliriknya sekilas sebelum kembali menatap jalan. “Itu keputusan yang bagus.”Rachel menoleh ke arahnya dan memperhatikan ekspresi Martin yang tampak sangat serius namun tetap tenang. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa suaminya hanya peduli pada bi
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 55: Tawaran yang Mengguncang

Rachel duduk di sofa dengan ekspresi penuh kewaspadaan, menatap wanita dan pria dibelakangnya yaitu Leonard yang tampak begitu percaya diri. Martin berdiri tak jauh darinya, matanya tajam menatap tamu tak diundang itu dengan penuh kewaspadaan. “Jadi, tawaran apa yang ingin kau berikan padaku?” tanya Rachel tanpa basa-basi. Wanita itu menyilangkan kakinya, tersenyum tipis. “Aku akan langsung ke intinya. Aku tahu kau baru saja kembali mendekati ibumu dan ingin menebus kesalahan masa lalu. Aku juga tahu bahwa kau sekarang mulai mempertanyakan posisimu di rumah tangga ini.” Rachel mengerutkan kening. “Apa maksudmu?” Wanita itu mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan meletakkannya di meja. “Di dalamnya ada sesuatu yang mungkin akan mengubah cara pandangmu terhadap pernikahanmu dengan Martin.” Martin yang sejak tadi diam, kini melangkah maju dengan ekspresi semakin dingin. “Aku tidak suka permainan seperti ini.” Wanita itu hanya tertawa kecil. “Aku tidak bermain, Tuan Martin.
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 56: Keputusan Berisiko

Rachel menatap surat perjanjian di hadapannya. Tangan Leonard terulur, memberikan pena kepadanya, seolah menunggu tanda tangannya tanpa memberi ruang untuk pertimbangan lebih lama. “Kau hanya perlu menandatanganinya, Rachel,” suara Leonard terdengar tenang, tapi matanya tajam, penuh keyakinan. Rachel menggigit bibirnya, jantungnya berdetak lebih cepat. Tawaran ini tampak menggiurkan, tapi ada sesuatu yang membuatnya ragu. Selama ini, ia telah belajar bahwa tidak ada yang benar-benar gratis di dunia ini. “Apa kau benar-benar berpikir aku akan langsung menerima ini begitu saja?” tanyanya, menatap Leonard curiga. Lelaki itu tersenyum tipis. “Aku tidak menyangka kau akan mudah percaya, tapi aku juga tahu kau cukup cerdas untuk tidak melewatkan kesempatan ini.” Rachel mengalihkan pandangannya ke kertas itu lagi. Jika ia menandatangani kontrak ini, maka ia akan memiliki peran besar dalam proyek Leonard. Itu berarti jaminan finansial yang lebih stabil. Namun, mengingat sejarahnya de
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 57: Tak Bisa Mundur

Setelah menandatangani kontrak dengan Martin, kehidupan Rachel berubah drastis. Kini, ia tak hanya dikenal sebagai istri seorang pria kaya, tetapi juga sebagai sosok wanita mandiri yang mulai membangun namanya sendiri.Hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan—mulai dari pertemuan bisnis, sesi pemotretan, hingga acara-acara sosial yang memperkenalkannya pada banyak orang berpengaruh. Semua ini terasa begitu cepat, seolah-olah ia telah memasuki dunia yang benar-benar baru.Namun, di balik semua kesuksesan ini, ada perasaan yang terus mengganjal di hatinya. Rumah ibunya sudah direnovasi sesuai rencana, tetapi setiap kali ia mengingat senyum ibunya yang enggan meninggalkan rumah lama itu, Rachel merasa ada sesuatu yang belum tuntas.Sore itu, Rachel sedang duduk di depan meja rias di ruang ganti setelah sesi pemotretan. Ia menatap bayangannya di cermin—wajahnya tampak sempurna dengan riasan tebal, tetapi hatinya terasa kosong. Ia menghela napas panjang dan meraih ponselnya.Ia ingin menghub
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 58: Kepastian

Setelah acara makan malam berakhir, Rachel dan Martin kembali ke rumah. Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Begitu memasuki kamar, Rachel langsung melepas sepatu hak tingginya dan berjalan ke balkon. Udara malam yang sejuk menyentuh wajahnya, memberikan sedikit ketenangan di tengah pikirannya yang penuh dengan pertanyaan.Martin masuk beberapa saat kemudian, melepas dasinya, lalu duduk di sofa. Ia mengamati Rachel yang berdiri diam menatap langit.“Kau terlihat lelah,” kata Martin.Rachel menoleh sebentar sebelum kembali memandangi bintang-bintang. “Aku hanya berpikir.”Martin berdiri dan berjalan mendekatinya. “Tentang apa?”Rachel menghela napas panjang. “Tentang semua ini… Hidupku berubah begitu cepat. Kadang aku merasa kehilangan arah.”Martin menatapnya dengan saksama. “Apa kau menyesal?”Rachel menggeleng pelan. “Bukan menyesal. Aku hanya… merasa ada sesuatu yang tertinggal. Aku tidak tahu apakah jalan yang kupilih ini benar atau tidak.”Martin menyandarkan tubuhnya di p
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 59: Kembali Ragu

Rachel duduk di depan meja riasnya, menatap bayangannya di cermin. Matanya sembap akibat kurang tidur, pikirannya masih dipenuhi oleh percakapannya dengan ibunya kemarin. Ia sudah memutuskan untuk lebih sering mengunjungi ibunya dan memastikan rumahnya direnovasi, tapi ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya.Martin masuk ke kamar, mengenakan kemeja yang sudah dikancingkan hingga leher. Ia memperhatikannya sejenak sebelum berkata, “Kau terlihat lelah.”Rachel menghela napas. “Aku hanya banyak berpikir.”Martin berjalan mendekat, berdiri di belakangnya. “Tentang ibumu?”Rachel mengangguk. “Aku tahu dia ingin tetap tinggal di sana, tapi aku tidak bisa berhenti khawatir.”Martin menyandarkan tangannya ke meja rias, menatap Rachel melalui cermin. “Itu wajar. Kau baru sadar selama ini kau terlalu sibuk dengan dirimu sendiri, dan sekarang kau ingin menebusnya.”Rachel mengalihkan pandangan. “Kau tidak perlu mengatakannya seperti itu.”“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.”Rachel tahu
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 60: Rasa Gelisah Rachel

Rachel duduk di tepi tempat tidurnya, pikirannya terus berputar sejak pertemuannya dengan Clara tadi siang. Kata-kata wanita itu masih terngiang di kepalanya: “Jika kau ingin tahu sesuatu tentang masa lalu, aku selalu ada.” Apa maksudnya? Bukankah masa lalunya sudah jelas? Rachel tumbuh dalam keluarga sederhana, kemudian menikah dengan Martin dan menjalani kehidupan yang jauh lebih baik secara finansial. Apa yang bisa disembunyikan dari kehidupannya yang sudah ia jalani sendiri? Martin masuk ke kamar dengan ekspresi serius. Ia sudah memperhatikan perubahan sikap Rachel sejak Clara pergi. “Kau belum tidur?” tanyanya sambil melepas jas dan meletakkannya di sofa. Rachel menggeleng. “Aku tidak mengantuk.” Martin berjalan mendekat, berdiri di depannya. “Kau masih memikirkan Clara?” Rachel menatap suaminya sejenak, lalu menghela napas. “Aku hanya tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba muncul. Selama ini aku tidak pernah mencarinya, dan dia juga tidak pernah mencoba menghubungiku.”
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status