Share

3. Luka 1

last update Last Updated: 2025-02-04 21:05:21

USAI KEPUTUSAN CERAI

- Luka

"Ada Arham di dalam, Hil," kata Mbak Asmi saat aku masuk ke tokonya. Dia sibuk mencatat belanjaan. "Mbak nyuruh Yazid nemani adiknya."

"Ya," jawabku singkat. Kemudian langsung melangkah lewat pintu belakang toko yang tembus ke rumah.

"Unda." Rifky yang asyik bermain di ruang tamu langsung berdiri dan berlari menghampiri. Usianya dua tahun, tapi dia begitu lincah, tampan, dan menggemaskan. Aku memeluk seperti biasanya. Dia menunjukkan mainan yang baru dibelikan papanya. "Hmm, bagus," ujarku memuji.

Aku memandang sejenak lelaki yang menatapku.

Dia tersenyum. "Baru pulang?"

"Ya," Lantas kembali memandang jagoanku. "Bunda mandi dulu, ya,"

Rifky mengangguk dan dia kembali ke pangkuan papanya. Mas Arham selalu datang di akhir pekan sepulang kerja. Tidak pernah mengajak istrinya. Kenapa? Aku tidak tahu dan tak pernah berniat menanyakannya.

Sekilas di atas meja, kulihat ada snack untuk Rifky, buah-buahan, dan makanan yang selalu ia bawa tiap datang.

Di dalam kamar aku termenung. Tiap melihatnya hatiku masih sakit. Kalau bisa, tidak usah bertemu saja. Namun ia selalu datang, memenuhi tanggungjawab yang ia katakan di akhir sidang perceraian kami.

Aku masih ingat jelas bagaimana dia hancur saat diputuskan kekasihnya. Kami kenal baik karena Mas Arham bekerja di perusahaan yang menjadi partner tempat kerjaku.

Tiap bertemu aku menghiburnya dengan candaan ringan atau ucapan serius yang tidak pernah berniat untuk menggurui. Terkadang hanya sekedar mendengarkan dia bercerita. Padahal aku sendiri, belum lama juga patah hati. Kekasihku menghamili rekan kerjanya dan mereka akhirnya menikah.

Betapa Mas Arham kecewa berat sampai bobot tubuhnya menyusut drastis. Bagaimana tidak stres, ketika sudah merencanakan pernikahan, bahkan sudah merenovasi rumah habis-habisan demi menuruti selera kekasihnya. Namun ternyata ia ditinggalkan.

Kami cukup dekat. Dia lelaki yang baik dimataku. Sopan dan tidak pernah mengambil kesempatan.

"Hilya, kita nikah saja," ucapnya yang begitu mengejutkan. Kala itu kami bertemu untuk membahas pekerjaan. Masih sama-sama menjadi staf rendahan di tempat kami bekerja.

Waktu itu aku hanya menganggapnya bercanda. Namun debaran dalam dada begitu hebatnya. Hingga suatu ketika kami benar-benar serius membahasnya.

Tidak ada alasan aku menolak.

Singkat cerita kami menikah. Memulai hidup baru. Kami bahagia. Aku jatuh cinta dan kupikir dia pun sama. Tapi ternyata, aku hanya pelarian dari rasa sakitnya.

"Serius?" Tatapannya penuh binar saat kutunjukkan testpack di suatu pagi, dua bulan setelah kami menikah.

Namun karena kecapekan yang berlebih, janin itu gugur. Kami sama-sama terluka, tapi tetap saling menguatkan dan memberikan semangat.

Kami fokus pada karir masing-masing dan aku mendukungnya untuk melanjutkan S2. Gajiku untuk mencukupi kebutuhan kami, gajinya untuk kuliah. Bahkan kami sampai menunda punya anak hingga dia lulus S2.

Dua bulan setelah wisuda, kami diberi anugerah lagi sebagai hadiah kelulusannya. Namun tak bertahan lama, janin itu gugur lagi. Kami menerima meski sedih. Tak berapa lama kemudian, Mas Arham mendapatkan promosi jabatan menjadi kepala divisi, setahun kemudian naik lagi menjadi manager personalia. Usaha yang tidak sia-sia. Begitu melesat karirnya.

Akan tetapi rumah tangga kami diuji. Kembalinya Atika mulai mengguncang hubungan kami. Aku pura-pura tidak tahu dan berharap ini hanya sementara karena aku sudah dinikahinya.

"Mas, kamu lupa dengan apa yang pernah dia lakukan padamu?" ujarku mengingatkan, disaat hubungan kami mulai terjadi perdebatan.

"Aku istrimu. Kuanggap ini kekhilafan dan mari kita saling memaafkan. Mungkin ada yang kurang dari caraku berperan sebagai istri. Katakan biar aku bisa memperbaiki diri."

"Kamu nggak salah. Aku yang salah," jawabnya.

Mas Arham mulai bersikap dingin. Tiap kali aku mengajak bicara, hanya berakhir dengan perselisihan.

Bahkan aku masih menahan diri, di suatu sore melihatnya bertemu perempuan itu di sebuah kafe. Aku masih terus berdoa, semoga Mas Arham kembali. Sebab aku tidak ingin bercerai. Sekalipun sakit, aku akan memaafkannya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Lelah hayati ya hilya klo pya laki lom kelar masa lalunya akhirnya pilih brsama dgnnya
goodnovel comment avatar
Nurhayati
sakit banget ketika mengetahui suami yang sangat kita cintai tega berselingkuh.
goodnovel comment avatar
Kania Putri
sudah cukup lukamu hilya mang si arham ini gak pantas kamu jadikan suami astaga gedek banget aq
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 4. Luka 2

    Semua chat-nya kubaca, dan aku tetap berharap kami bisa bertahan dalam pernikahan. Sesakit apapun hatiku. Hingga pada detik itu aku sadar, yang kulakukan sia-sia. Hanya menjatuhkan harga diriku saja. Baiklah, akhirnya aku setuju dengan keinginannya. Padahal saat itu aku sedang mengandung. Aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghalau kenangan menyakitkan. Aku tidak ingin melanjutkan mengingat kenangan itu. Sebab setelah bercerai pun, hidupku terpuruk karena hamil tanpa didampingi suami. Suara sumbang terdengar di sekitar. Namun ada juga yang bersimpati.Ah ... Aku bangkit dan mengambil baju ganti lalu keluar untuk mandi.Di ruang depan, terdengar celoteh Rifky dengan tawa bahagianya. Anak itu tidak tahu apa-apa. Tidak tahu betapa hancur perasaan bundanya karena lelaki yang dipanggilnya papa.Selesai mandi aku langsung makan."Tante." Yazid menghampiriku."Ya.""Dipanggil sama Om. Om mau pamitan.""Bilang Tante sibuk, ya. Nanti kalau Om Arham sudah pulang, ajak adek ke sini," jawabku

    Last Updated : 2025-02-04
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 5 Tutup Mulutmu 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Tutup Mulutmu "Beneran kamu yang sengaja menggoda Tristan?" Dengan tak sabar Pak Ardi menyerangku yang baru saja duduk. Aku sudah menduga, mereka memanggilku karena hal ini."Maaf, itu hanya salah paham, Pak," ujarku tenang meski gemetar dan amarah memenuhi dada. Aku benci dengan tuduhan itu. Untuk apa aku menggoda suami orang, sementara aku sudah muak dengan yang namanya lelaki."Kamu di sini hanya staf. Harusnya kamu tahu diri." Mata lelaki itu menyala-nyala penuh amarah. Wajahnya sangat sinis memandang pegawai rendahan sepertiku.Pak Fadlan berdehem. "Sabar, Pak Ardi. Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik." Pria berkacamata itu memang bos yang sangat bijaksana.Lalu Pak Fadlan memandangku dengan suara tenang, beliau berkata, "Hilya, bisa kamu jelaskan tentang video itu. Aruna mengamuk pasti ada sebabnya.""Itu hanya salah paham, Pak. Pak Fadlan bisa bertanya langsung pada Pak Tristan. Kami tidak memiliki hubungan apapun selain sebagai bos dan karyawan," j

    Last Updated : 2025-02-04
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 6. Tutup Mulutmu 2

    "Kalau sampai video itu viral, saya tidak akan bungkam, Pak Tristan. Saya bisa membuat video untuk klarifikasi dan mengatakan kalau Mbak Aruna hanya cemburu buta dan bertindak tak tahu etika. Saya bisa menuntut balik dengan dalih pencemaran nama baik. Pak Tristan, juga harus begitu. Membuat video klarifikasi kalau di antara kita tidak ada hubungan apapun. Istri Anda yang salah paham."Mereka terkejut. Terutama Pak Ardi yang melotot tajam padaku.Sungguh ini keberanian dari mana, spontan aku mengatakan hal itu. Tidak ada rasa takut dalam hati. Aku benar. Aku tidak sedang menggoda suami orang yang notabene bosku sendiri.Padahal aku hanya debu di hadapan mereka yang berkuasa. Aku punya apa coba? Dilibas sekali saja, aku hanya tinggal nama. Bahkan aku bisa kehilangan pekerjaan. Lalu bagaimana dengan anakku? Tapi kalau aku diam, siapa yang akan membelaku. Sejauh ini aku menjaga diri dengan sebaik-baiknya, agar status janda yang kusandang tetap terhormat dan tidak mendapatkan citra buruk

    Last Updated : 2025-02-04
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 7. Hilya

    USAI KEPUTUSAN CERAI- HilyaLelaki berwibawa itu berdiri tepat di hadapanku. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.Buru-buru aku bangkit dari duduk. "Ya, Pak," ucapku sopan. Dadaku bergemuruh, apa mungkin ini hari terakhir aku bekerja di sini?"Saya suka perempuan ber-value sepertimu. Kerja baik-baik, Hilya." Ucapan singkat Pak Fadlan membuatku terkejut. Tak mengira sama sekali kalau Big Bos akan berkata seperti itu. Beliau memang sangat bijaksana sebagai pimpinan. Tapi bukankah Aruna itu menantunya? Apa nanti tindakannya ini tidak menimbulkan masalah dengan keluarga besan. Walaupun begitu aku lega. Kupikir Pak Fadlan akan memecatku, rupanya tidak. Alhamdulillah, aku masih bekerja. Mencari pekerjaan sekarang tidak gampang. "Eh, i-iya, Pak," jawabku gugup. "Terima kasih banyak dan maafkan atas kelancangan saya tadi."Pak Fadlan hanya tersenyum lantas melangkah pergi. Longgar sekali rasa dalam dadaku. Meski aku tahu ini bukan akhir dari kemelut, tapi setidaknya aku masih bisa b

    Last Updated : 2025-02-04
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 8. Cemas

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Cemas"Jangan pandangi saya seperti itu, Pak. Tatapan Pak Tristan bisa menimbulkan banyak masalah bagi saya," ujarku pelan tapi penuh penekanan."Saya tidak ingin permasalahan pagi tadi berkelanjutan," lanjutku memohon. Karena aku capek sekali dengan banyaknya permasalahan dalam hidupku.Tristan mengatai Mas Arham, apa ia tidak sadar kalau dirinya juga hampir seperti mantanku itu. Punya istri tapi menggoda perempuan lain. Janda pula itu."Kalau kita saling menghindar. Malah dikira kita memang ada hubungan. Santai saja." Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan. Spontan aku menarik diri ke belakang. Kemudian memperhatikan sekeliling, siapa tahu ada yang melihat ke arah kami."Pak Tristan, bisa saja santai tapi imbasnya ke saya. Tolonglah saya di sini untuk bekerja. Saya single mom, tolong hargai saya." Baru kali ini aku benar-benar memohon pada pria itu. Tak mengapa demi tetap bertahan kerja karena aku belum siap mencari pekerjaan lainnya. Di sini gaji bagus dan

    Last Updated : 2025-02-08
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 9. Maafkan Bunda

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Maafkan BundaDuh, Tristan ini memang cari masalah. Bukankah bininya ada di kantor tadi? Maunya apa sih. Dia sama saja kayak Arham.Kuletakkan ponsel di atas meja. Membalas pesannya hanya akan menciptakan permasalahan makin ke mana-mana. Kembali kupandangi Rifky yang terlelap. Selang infus menancap di lengannya yang kecil, membuat hatiku perih.Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hati yang sesak. Tangan kecil Rifky kusentuh pelan. "Sembuh, ya, Nak," bisikku.Ponsel kembali bergetar di atas meja. Lagi-lagi nama Tristan muncul di layar. Kali ini dia menelepon. Nekat sekali orang ini. Aku mengabaikannya. Lalu menekan tombol 'silent' dan memasukkan ponsel ke dalam tas. Aku tidak ingin mendengar suara siapa pun saat ini.Rifky menggerakkan jemari, tubuhnya menggeliat pelan. Aku langsung mendekat, menelusuri wajah mungilnya yang mulai bergerak. Matanya terbuka tampak sayu."Unda," suaranya serak."Iya, Sayang. Bunda di sini." Aku tersenyum.Dia mena

    Last Updated : 2025-02-09
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 10. Bertemu

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Bertemu "Aku suka dengan perempuan sepertimu."Aku terhenyak dan berusaha tetap tenang. Cari penyakit jika meladeni. "Mari kita lanjutkan pembahasan yang kemarin, Pak," ujarku mengalihkan pembicaraan."Saya serius!" ucapnya."Saya juga serius, Pak. Di sini saya bekerja bukan menggoda bos. Bukan menggoda suami orang. Saya cari uang bukan mencari cinta."Tristan tersenyum miring lantas menegakkan duduknya dan menyalakan laptop. Kami mulai membahas masalah keuangan dalam projek dengan serius. Dari sudut mata, aku bisa melihat lelaki kaya ini sering diam sejenak memandangku. Lima belas menit kemudian, masuk tiga orang yang menjadi tim inti kerja kami. Aku senang ada yang lainnya daripada hanya berdua dengan bos genit ini."Nggak perlu menatap curiga dengan saya dan Hilya. Kami bekerja secara profesional. Tentang gosip dan video kemarin, tolong abaikan." Tristan berkata pada timnya yang baru datang. Mencegah dan mengultimatum pada stafnya yang menatap aneh pada ka

    Last Updated : 2025-02-10
  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 11. Maunya Apa?

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Maunya apa?Panggilan itu membuatku menoleh. Mas Arham berdiri menenteng godie bag di tangannya. Perlahan lelaki itu mendekat."Titip ini buat Rifky. Aku janjiin beliin robot buat dia. Nunggu hari Minggu nanti kelamaan," ujarnya seraya mengulurkan godie bag padaku."Terima kasih." Aku mengambil goodie bag itu tanpa banyak bicara. Tapi saat aku hendak berbalik, dia tiba-tiba berbicara lagi."Hilya."Aku berhenti dan kembali menoleh."Aku minta maaf."Aku menatapnya dengan dingin.Dia terdiam. Rahangnya mengencang. Seolah ada banyak hal yang ingin dia katakan, tapi tidak tahu harus mulai dari mana."Maaf, Pak Arham. Saya ingin pulang. Untuk urusan pekerjaan, bisa kita bahas dipertemuan berikutnya," kataku formal setelah dia diam tak segera bicara."Aku minta maaf, Hilya." Dia menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada luka, ada penyesalan. Tapi aku sudah terlalu lelah untuk peduli dan itu bukan urusanku lagi. Kuletakkan godie bag di cantolan motor lantas

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 87. Cincin di Mobil 3

    "Mbak, lusa aku jadi ke Semarang. Sebenarnya ini sudah dijadwalkan Minggu kemarin, tapi di undur lusa. Mungkin dua sampai tiga hari aku di sana. Rifky kira-kira rewel nggak, ya?""Nggak. Kamu tenang saja. Dia manut sama Mbak."Hilya kepikiran Rifky saja kalau dia pergi ke luar kota. Biasanya hanya dua hari saja dia pergi, sekarang tiga hari."Untuk Bre, kalau menurut mbak. Jangan ragu, pandang dia yang sekarang, jangan lihat masa lalunya. Ayo, tidur. Mbak sudah ngantuk."Keduanya bangkit dari karpet dan masuk ke kamar masing-masing. Hilya berbaring menghadap Rifky yang memeluk guling. Diusapnya pelan pipi halusnya. Dialah cinta sejati bagi Hilya. Yang bisa mengobati rasa lelah hanya dengan tatapan matanya yang bening. Hilya bergerak pelan untuk mengecup kening Rifky. Kemudian memeluk kaki kecil itu dan dia pun memejam.šŸ–¤LSšŸ–¤"Hilya, ada pesan dari Arham." Mbak Asmi menunjukkan ponselnya pada Hilya.[Mbak, maaf kalau dalam beberapa waktu ke depan saya nggak datang menjenguk Rifky. Na

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 86. Cincin di Mobil 2

    Omongan Pak Ardi yang ngelantur membuat Tristan menghela nafas panjang. "Saya tegaskan, Pa. Hubungan saya dengan Hilya, hanya sebatas tentang pekerjaan."Aruna yang sejak tadi diam saja, akhirnya juga ikut bicara. "Sudah, Pa. Jangan membahas hal ini lagi. Kami baik-baik saja, Papa nggak perlu khawatir." "Kamu tahu apa, Runa. Jangan sampai suamimu direbut perempuan lain, baru kamu nangis-nangis.""Aku nggak mau membahas ini lagi, Pa," sangkal Aruna. Dia ingat ucapan suaminya, kalau sampai mengusik Hilya, maka hubungan mereka yang menjadi taruhannya. "Lihat ini, Pa. Mas Tristan barusan ngasih hadiah." Aruna menunjukkan cincin berlian di jari manisnya. Pak Ardi dan istrinya memperhatikan.Selesai bicara, Aruna bangkit dari duduknya dan mengajak suaminya pamitan. "Kami pulang dulu, Pa. Aku lega Papa sudah jauh lebih baik." Aruna mencium tangan papa dan mamanya. Begitu juga dengan Tristan. Lantas mereka melangkah keluar kamar.Pak Ardi tampak kecewa. Anak yang dibelanya agar tidak diseli

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 85. Cincin di Mobil 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Cincin di Mobil Author's POV "Mas, beli ini untukku?" Aruna terbeliak kaget, sekaligus berbinar menemukan kotak perhiasan berbentuk hati warna merah jambu yang terletak di dasbor mobilnya Tristan.Senyumnya lebar saat ia membuka dan melihat ada sebentuk cincin berlian di dalamnya.Tristan yang baru duduk dan menutup pintu pun terkejut. Tidak mengira kalau istrinya membuka dasbor mobil, di mana ia menyimpan hadiah ulang tahun yang akan diberikan pada Hilya."Ini untukku, kan? Atau untuk selingkuhanmu?" tanya Aruna yang mulai tidak yakin kalau itu dibeli Tristan untuknya. Karena Tristan jarang memberikan kejutan. Kalau menginginkan sesuatu, Aruna hanya memberitahu suaminya, setelah itu pergi beli sendiri. Tristan berdecak jengkel. "Aku nggak punya selingkuhan. Nggak usah mengada-ada, Runa. Itu kubeli untukmu. Pas nggak di jarimu?" jawab Tristan seraya menyalakan mesin mobil dan bergerak pelan meninggalkan garasi. Mereka hendak ke rumah orang tua Aruna. Menjeng

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 84. Hanya Berdua 3

    Bre juga menceritakan sekilas tentang berbagai kecurangan dan permusuhan dengan keluarga Livia. Kemudian hubungan mereka kembali membaik setelah beberapa tahun kemudian. Pria itu juga menceritakan pernikahan keduanya dengan Agatha. Ini yang mengejutkan bagi Hilya. Karena ia berpikir, Bre hanya pernah menikah sekali saja."Saya tidak pernah menyentuh Agatha selama menikah. Biar dia bisa merasakan kebahagiaan dengan lelaki yang akan mencintainya setulus hati. Agar Agatha tidak seperti mama, yang diperlakukan seperti istri tapi tidak diberi hati sama sekali."Kalau ikutkan nafsu, lelaki pasti bernafsu. Tapi saya tidak ingin melakukan itu. Supaya dia bisa bahagia dengan pasangan barunya.""Sekarang Mbak Agatha sudah menikah?""Belum. Dia tinggal di Singapura hanya sesekali pulang ke Surabaya. Tapi kamu tidak usah khawatir, saya dan Agatha benar-benar sudah berakhir di saat putusan cerai dari pengadilan agama. Hubungan kami membaik, tapi tidak akrab juga. Dengan Livia, Hutama Jaya ada hubu

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 83. Hanya Berdua 2

    Dari jendela taksi yang membawanya malam itu, Hilya memperhatikan sepanjang perjalanan menuju kafe tempat ia akan bertemu Bre. Hanya berdua saja."Yakinkan hatimu, bahwa langkah yang kamu ambil ini tepat. Mbak 100% mendukungmu. Budhe juga mendukung. Mbak sudah cerita pada beliau tadi pagi." Mbak Asmi yang menungguinya bersiap berkata seperti itu tadi."Sebenarnya aku juga pengen Mbak Asmi juga menikah lagi." Hilya memandang sang kakak."Jangan tunggu mbak. Pokoknya kamu jangan abaikan kesempatan ini. Pria seperti Bre nggak akan datang dua kali, Hilya."Hilya sebenarnya tidak sampai hati kalau harus menikah lebih dulu. Namun kakaknya yang justru mendesak agar Hilya segera menerima Bre.Akhirnya taksi berhenti di depan sebuah kafe dua lantai di salah satu sudut kota Surabaya. Bre sudah menunggunya di teras. Kemudian langsung mengajaknya naik ke lantai dua. Mereka disambut dengan lampu-lampu redup yang menciptakan nuansa romantis. Dinding interior dihiasi dengan lukisan abstrak berwarna

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 82. Hanya Berdua 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Hanya Berdua Author's POV "Bagaimana rasanya diperjuangkan, Hilya? Selama ini kamu yang selalu berjuang dan bertahan. Dengan Arham sebagai suami atau dengan mantan pacarmu yang sama-sama nggak tahu diri itu. Sekarang kamu tahu bagaimana seorang laki-laki itu berjuang untuk mendapatkanmu. Bahkan sepaket dengan keluargamu juga, bisa diterima dia apa adanya."Hilya tersenyum sambil mengunyah nasi. Kalau dibilang 100% ia percaya Bre, tidak juga. Sudah berulang kali terluka, membuat Hilya tidak segampang itu memberikan semua kepercayaannya. Namun ia tetap berusaha untuk menghargai seseorang yang telah berupaya memperjuangkannya."Tapi kita akan berpisah, Hil," ujar Ani memicu kesedihan mereka lagi."Nggak mungkin kamu akan bertahan di Global, sedangkan Mas Bre juga memiliki perusahaan sendiri," lanjut Ani."Tapi sesekali kita masih bisa bertemu, An. Kita kan bisa berkunjung ke Malang atau sebaliknya. Via tol kan cepat," kata Ika."Arham bakalan berjauhan sama anakn

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 81. Hari Spesial 3

    Beberapa hari setelah pengakuan Bre di depan Pak RT, kabar itu segera menyebar ke lingkungan tempat tinggal Hilya. Heboh dan bisikā€‘bisik pun mulai terdengar. Tetangga-tetangga saling bertanya satu sama lain. "Kau dengar belum? Hilya itu hendak menikah!""Iya, Pak RT yang bilang.""Padahal mantan suaminya juga masih sering datang mengunjungi anaknya. Tapi nggak mungkin mereka rujuk. Kalau aku jadi Hilya, juga nggak sudi. Memberikan kesempatan pada pengkhianat itu, seperti menggiring kita untuk disakiti lagi."Begitu bisik-bisik tetangga.Mbak Asmi pun sibuk menjawab pertanyaan mereka. Sebab dia yang selalu ada di rumah. Apalagi ada toko yang setiap hari orang datang ke sana untuk belanja. Kabar itu membuat suasana di lingkungan semakin ramai, sebagian orang mendukung, ada yang terlalu ingin tahu, dan sebagian lagi hanya bersikap biasa aja. Yang ingin tahu, karena mereka mendapatkan cerita dari Pak RT dan tetangga dekat rumah Hilya, kalau calon suami Hilya sangat gagah dan tampan, juga

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 80. Hari Spesial 2

    "Minumlah!" Bu Rida meletakkan kopi di meja teras, di depan Arham. Wanita itu kemudian duduk di kursi kosong samping putranya."Aku ingin bercerai saja, Ma. Hubunganku dengan Atika semakin memburuk. Berapa kali kuajak datang ke sini saja menolak. Kami selalu berakhir dengan pertengkaran. Apalagi jika membicarakan tentang Rifky." Arham terlihat sangat lelah. Bu Rida menghela nafas panjang. Dia sendiri merasa sangat lelah mendengar cerita sang anak. Hendak bilang kalau itu kesalahan Arham sendiri, tapi sudah tidak tega. Berulang kali ia menyalahkan anaknya."Mama nggak tahu lagi harus bilang bagaimana. Terserah kamu, Ham. Sebenarnya mama nggak ingin kamu kawin cerai. Tapi kamu yang jalanin. Sekuat mana, kamu yang lebih tahu. Mama bisanya hanya mendoakan yang terbaik buatmu, buat rumah tanggamu."Arham menekan ujung rokoknya di asbak. Kemudian menerawang memandang hujan. Dia belum mengirim pesan lagi pada mantan kakak iparnya, apakah sudah pulang dari Malang atau belum.Perasaannya tak

  • Usai Keputusan CeraiĀ Ā Ā 79. Hari Spesial 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Hari Spesial Author's POV "Ayo, masuk!" Bu Rika dengan suka cita mempersilakan Hilya, Mbak Asmi, dan anak-anak untuk masuk ke rumah. Wanita yang memakai gamis warna putih tulang itu menggandeng dua bocah masuk ke dalam rumahnya."Hilya, Mbak Asmi, silakan!" ujar Bre.Hilya dan Mbak Asmi melangkah masuk dengan canggung. Mereka duduk di sofa ruang tamu dan memperhatikan sekeliling ruangan yang luas dan mewah. Di sana deretan guci antik dan vas bunga yang terbuat dari keramik mahal menghiasi sudut ruangan. Mbak Asmi menjaga Rifky dan Yazid agar tidak berlarian di sana. Mereka anteng makan kukis yang disuguhkan oleh ART.Rumah itu sungguh megah, dengan lantai berlapis marmer, jendela besar yang berkilau di bawah sinar matahari, dan halaman luas yang tertata rapi. Hilya merasa tidak ada artinya. Dia bisa beradu argumentasi dalam setiap pertemuan, meeting, atau berhadapan dengan relasi perusahaan. Namun untuk berhadapan dengan kemegahan seperti ini, dia menyerah. P

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status