Share

11. Maunya Apa?

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 14:37:13

USAI KEPUTUSAN CERAI

- Maunya apa?

Panggilan itu membuatku menoleh. Mas Arham berdiri menenteng godie bag di tangannya. Perlahan lelaki itu mendekat.

"Titip ini buat Rifky. Aku janjiin beliin robot buat dia. Nunggu hari Minggu nanti kelamaan," ujarnya seraya mengulurkan godie bag padaku.

"Terima kasih." Aku mengambil goodie bag itu tanpa banyak bicara. Tapi saat aku hendak berbalik, dia tiba-tiba berbicara lagi.

"Hilya."

Aku berhenti dan kembali menoleh.

"Aku minta maaf."

Aku menatapnya dengan dingin.

Dia terdiam. Rahangnya mengencang. Seolah ada banyak hal yang ingin dia katakan, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.

"Maaf, Pak Arham. Saya ingin pulang. Untuk urusan pekerjaan, bisa kita bahas dipertemuan berikutnya," kataku formal setelah dia diam tak segera bicara.

"Aku minta maaf, Hilya." Dia menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada luka, ada penyesalan. Tapi aku sudah terlalu lelah untuk peduli dan itu bukan urusanku lagi. Kuletakkan godie bag di cantolan motor lantas
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (27)
goodnovel comment avatar
Rohana
bingung y mau ny apa tuh para laki hadeeehhh
goodnovel comment avatar
Aminah Adjaa
nyiiiiiiiiiiiiimaaaak
goodnovel comment avatar
Fitriani Ihsan'moms
Strong woman, saya suka ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Usai Keputusan Cerai   12. Tidak Mudah

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Tidak Mudah "Hari ini kita pulang, Sayang," ujarku pada Rifky yang duduk di atas tempat tidur. Seorang perawat tengah melepas selang infusnya.Rifky menangis. Mungkin agak sakit. Aku buru-buru meraih dan menggendongnya. Mengusap lembut punggungnya. Sedangkan Mbak Asmi yang baru kembali mengantarkan Yazid pulang karena harus sekolah, langsung berkemas-kemas. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi."Kamu sama Rifky naik taksi saja, biar mbak pulang naik motor," kata Mbak Asmi setelah barang-barang beres semua."Apa nggak Mbak saja yang naik taksi sama Rifky.""Nggak usah. Rifky mau sama kamu itu. Yuk, kita pulang sekarang."Aku menggendong Rifky, Mbak Asmi membawa barang-barang kami. Pagi itu lorong klinik lumayan ramai oleh pembesuk.Sepuluh menit kemudian, kami sudah sampai di rumah. Rifky langsung diseka dan digantikan baju oleh Mbak Asmi, sementara aku bersiap-siap berangkat ke kantor. "Assalamu'alaikum." Suara di depan membuatku terkejut. "Wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Usai Keputusan Cerai   13. Tahu Diri 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Tahu Diri "Assalamu'alaikum." Seorang wanita anggun berpakaian syar'i mengucap salam. Di belakangnya, Mas Arham mengikuti."Wa'alaikumsalam," jawabku dan Mbak Asmi bersamaan.Kami bersalaman dan dia memelukku erat. Namanya Mbak Yana. Kakak kandungnya Mas Arham. Mereka tiga bersaudara dan Mas Arham anak nomer dua, satu-satunya lelaki. "Apa kabar, Hilya?" tanyanya memandangku. Matanya basah saat itu. Kami sudah lama sekali tidak bertemu. Semenjak aku dan Mas Arham berpisah."Kabar baik, Mbak. Silakan duduk," jawabku sopan. Kuraih Rifky dan membimbingnya bersalaman dengan Mbak Yana. Namun Rifky memelukku erat. Dia takut karena tidak pernah bertemu."Rifky sayang. Ikut budhe, yuk. Katanya kamu baru sembuh dari sakit, ya?" Mbak Yana membujuk, tapi Rifky tetap menolak. Sampai wanita itu menangis. Rifky tidak mau memandang dan melingkarkan tangan kecilnya di leherku.Kami berbasa-basi sebentar. "Hilya, kamu nggak ikut pergi bersama kami untuk bertemu Mama?""Mbak As

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Usai Keputusan Cerai   14. Tahu Diri 2

    Ingat semua kenangan pahit itu, aku buru-buru menyeka pipi, tapi semakin aku berusaha menahan, semakin deras alirannya. Ingatan itu datang lagi, seperti ombak yang terus menghantam.Aku pernah menahan diri untuk tidak membeli apa yang kuinginkan, hanya agar kebutuhan kami tercukupi. Aku bahkan rela memakai baju lama berulang kali untuk acara non resmi ke kantor, sementara teman-temanku sudah berganti mode setiap musim. Make-up? Aku hanya membeli yang paling murah, sekadar agar wajahku tidak terlihat pucat.Semua itu kulakukan demi Mas Arham.Kukejar mimpinya lebih dari aku mengejar mimpiku sendiri. Aku ingin dia berhasil, ingin dia bangga berdiri di puncak kariernya, sementara aku tersenyum puas di sampingnya.Tapi kenyataannya ....Dia berdiri di puncak tanpa aku di sisinya.Dan lebih menyakitkan lagi, dia berdiri bersama perempuan lain yang pernah mengkhianatinya. Mungkin ini yang benar-benar membuatku sakit.Rasa sakit ini masih saja sama seperti dulu. Aku tersenyum getir. Aku pura

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Usai Keputusan Cerai   15. Tahu Diri 3

    Malamnya setelah anak-anak tidur. Aku dan Mbak Asmi duduk di depan televisi. Sambil mencatat barang-barang toko yang akan dipesan besok pagi, Mbak Asmi bercerita."Mbak juga bertemu Artika tadi."Dadaku perih mendengar nama itu disebut. Padahal aku tidak pernah bertemu dia setelah aku dan Mas Arham berpisah. Terakhir aku melihatnya menunggu di mobil, saat Mas Arham datang ke rumah mengantarkan susu dan mainannya Rifky."Sepertinya Atika nggak seberapa dianggap oleh keluarga Arham, Hil. Dia terlihat ceria, tertawa-tawa, sok mengakrabkan diri dengan ipar-iparnya. Namun mereka hanya menanggapi sekilas saja.""Mantan mama mertuamu, budhenya, dan buleknya Arham malah sibuk nanyain kabarmu. Bu Rida sebenarnya pengen sekali bertemu kamu sebelum berangkat ke Bali. "Hari ini tasyakuran karena Bu Rida sudah sembuh dan bisa berjalan lagi meski pelan-pelan. Pas Mbak Yana pulang juga dari Bali. Jadi keluarga berkumpul semua."Aku tetap mendengarkan seraya memandang layar televisi yang menyala."M

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Usai Keputusan Cerai   16. Akhirnya Tahu 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Akhirnya TahuAku melangkah meninggalkan dua perempuan yang menatapku geram. Menunggu Ika dan Ani di depan toilet. Tidak lama kemudian mereka keluar dan kami melangkah ke arah eskalator.Sama sekali aku tidak memberitahu tentang pertemuanku dengan Aruna dan Atika. Kami hendak memanfaatkan waktu ini untuk bersenang-senang. Me time disela kesibukan sebagai perempuan pekerja dan ibu rumah tangga.Ika dan Ani juga punya permasalahan sendiri. Jadi urusan tadi tak ada hubungannya dengan mereka. Aku sendiri malas membahas apalagi mengajak teman untuk mengeroyok mereka.Dan aku tidak menoleh juga saat menaiki eskalator. Bodo amat dengan dua wanita yang ternyata bestie-an."Hilya, kamu mau makan apa?" tanya Ika setelah kami mengambil tempat duduk."Nasi goreng saja," jawabku seraya memandang stand nasi goreng yang agak sepi."Nggak deh, nasi goreng bisa kita beli di luar kalau mau. Tiap hari kita sudah sering makan nasi goreng di kantin. Apa kamu nggak bosan." Ika malah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Usai Keputusan Cerai   17. Akhirnya Tahu 2

    Kami melangkah ke parkiran. Tanpa sengaja, kami melihat Mas Arham yang baru turun dari mobilnya. Masih mengenakan pakaian kerja. "Mantanmu, Hil. Jemput bininya mungkin," ujar Ika lirih sambil terus melangkah. "Dia mandangin kita."Aku tak menjawab. Ika dan Ani menuju ke arah 'mercedeznya' Ika. Sedangkan aku ke arah motor yang kuparkir tidak jauh mobil itu."Hilya, hati-hati, ya!" Ani melambaikan tangan."Iya," jawabku sambil tersenyum. Kemudian segera memakai jaket dan helm. Saat itu suasana sudah gelap karena memang sudah malam. Kami sampai mall tadi langsung salat Maghrib dulu baru belanja.Kubunyikan klakson lantas melaju pergi.***L***[Besok kita meeting pagi saja, Hilya. Bahas projek Indonusa.] pesan dari Tristan jam sembilan malam. Saat aku sedang menidurkan Rifky di kamar.Hanya kubaca pesan itu tanpa membalasnya. Apa dia tidak sedang bersama istri dan anaknya? Sempat-sempatnya mengirimkan pesan padaku. Tristan sudah memiliki anak perempuan umur enam tahun. Aku mencium kenin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Usai Keputusan Cerai   18. Akhirnya Tahu 3

    "Dia nangis tahu, nggak. Matanya memerah dan nggak bisa ngomong apa-apa. Aku bilang ke dia, agar bini sama bestinya itu jangan ganggu hidup kamu lagi. Sudah cukup kamu dikhianati. Kenapa nggak tahu diri banget sampai terus mengganggumu."Kamu sudah bener jadi istri. Membela dan mengimbangi perjuangan suami. Tapi sayangnya mantanmu yang nggak tahu diri. Aku yakin, sekarang ini dia pasti menyadari kekeliruannya. Toh di awal-awal dulu, waktu baru nikah sama pelakor itu dia santai saja kan, karena semuanya masih terasa manis. Saat ini, aku nggak yakin mereka bahagia. Mana ada kebahagiaan setelah berkhianat."Makanya mulai sekarang, kamu harus memperhatikan diri, Hilya. Kerja dan ngurus anak nggak harus mengabaikan diri. Nanti waktu dinner, kamu harus dandan yang cantik. Bukan untuk memikat orang, tapi untuk dirimu sendiri. Kalau Rifky sudah paham, pasti dia juga bahagia melihat mamanya merawat diri."Pasang senyum lebar, tunjukkan meski single parent, kamu bahagia. Fighting, Bestie." Ika

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Usai Keputusan Cerai   19. Dinner 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Dinner Angin jalanan menjelang senja menerpa tubuhku. Terasa kering bercampur debu. Aku sudah akrab dengan semua ini sejak kecil. Dengan jalanan Surabaya yang macet dan panas Sempat mengecap naik mobil pun tidak lama. Karena kalau Mas Arham ada pekerjaan urgent di kantor, akhirnya aku berangkat sendiri naik motor. Sekarang yang menikmati jerih payah kami saat itu, cinta masa lalunya. Aku tersenyum getir dibalik masker yang kupakai. Tadi kutinggalkan saja dia di parkiran. Hendak bicara apa coba? Hubungan kami sudah selesai. Bicara hanya akan menggali luka lagi.Azan Maghrib berkumandang sesaat setelah motor memasuki rumah. "Unda." Rifky mengintip dari balik pintu ketika aku masih menaruh motor di teras rumah. Senyum manisnya menenangkanku. Dia patuh pada larangan budhenya, kalau maghrib tidak boleh keluar rumah."Assalamu'alaikum," ucapku."Wa'alaikumsalam," jawab Mbak Asmi dari dalam. Sedangkan Rifky menjawab dengan logat yang lucu karena belum bisa menguc

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • Usai Keputusan Cerai   207. Sang Mantan 3

    "Aku tahu dari anaknya Arham. Aku masih ingat wajah anak itu yang dulu di gendong Bre saat kami ketemuan di sebuah rumah makan. Tiga setengah tahun yang lalu." Agatha mengeluarkan ponsel yang sejak tadi belum dikeluarkan dari dalam sakunya. Ia menunjukkan foto Rifky yang diambilnya di area tempat bermain."Ini anak tirinya Bre?" Bu Wawan memandang Agatha."Ya. Ganteng, kan?"Bu Wawan mengangguk. Kemudian meletakkan ponsel di atas meja. "Apa itu masalah buatmu?" tanyanya lembut pada Agatha."Aku kaget, Ma. Dikala aku siap membuka hati, harus menghadapi kenyataan seperti ini. Kalau ada jodoh antara aku dan Arham. Begitu lucunya kenyataan. Kami seolah bertukar pasangan.""Semua nggak disengaja dan ini bukan lelucon. Majulah terus, Nduk. Kalian bisa sama-sama berusaha untuk saling menyembuhkan dan membina masa depan. Apapun yang terjadi di masa lalu, kalian berhak juga mendapatkan kebahagiaan. Kalau Nak Arham memang serius, terima saja. Percayalah hati kalian akan sembuh seiring berjalann

  • Usai Keputusan Cerai   206. Sang Mantan 2

    Namun hari ini dia tahu satu kenyataan. Ternyata Arham mantan suaminya Hilya, istri Bre. Lalu bagaimana dia bisa bangkit dan melupakan semuanya kalau masih saling berkaitan begini."Dari sini Mas Arham langsung mengajak Rifky pulang ke rumah?""Aku mampir ke rumah mama dulu. Sorenya baru pulang ke rumah. Mbak Gatha, mau ikut?""Sore ini saya harus mengantarkan mama keluar, Mas. Lain kali saja.""Oke." Arham mengangguk.Mereka menemani Rifky bermain hingga satu jam kemudian. Lantas keluar mall dan berpisah di parkiran.Melihat sikap Agatha yang perhatian terhadap Rifky, Arham lega. Timbul harapan hubungan mereka akan ada peningkatan. Dia tidak mempermasalahkan usianya yang lebih muda dari Agatha. Apalagi sang mama juga menyukai wanita itu. Arham ingin mewujudkan keinginan mamanya untuk segera menikah. "Mama ingin melihatmu berumah tangga lagi, sebelum mama pergi. Lihat sekarang mama sakit-sakitan. Mama berharap kamu punya pasangan dan hidup bahagia. Toh hubunganmu dengan Hilya juga su

  • Usai Keputusan Cerai   205. Sang Mantan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Sang MantanAuthor's POV "Rifky, salim dulu sama Tante Agatha." Rifky mengulurkan tangan kecilnya untuk menyalami wanita yang seketika itu menyondongkan tubuh padanya.Benar, tidak salah lagi. Dia anak tirinya Bre. Agatha masih ingat wajah tampannya. Untuk Rifky sendiri, tentu saja dia tidak ingat dengan Agatha. Saat bertemu kala itu baru berumur dua setengah tahun."Sudah sekolah?" tanya Agatha dengan wajah ramah."Sudah, Tante."Agatha mengusap lembut rambut Rifky. Kemudian ia berbincang dengan Arham. Namun belum membahas tentang apa yang ia ketahui. Setelah perkenalan di rest area saat itu, mereka berteman. Lumayan akrab setelah beberapa bulan kemudian. Sama-sama bekerja di bidang yang sama, jadi bertukar pengalaman. Apalagi sudah sepuluh tahun lebih Agatha meninggalkan Surabaya. Jadi dia belum begitu memahami banyaknya perubahan.Mereka sudah beberapa kali janjian makan siang di sela jam istirahat. Akan tetapi, Arham tidak banyak menceritakan tentang kehid

  • Usai Keputusan Cerai   204. Kenalan 3

    Hilya teringat satu malam yang berlalu begitu cepat saat sang suami menginginkannya. Malam di mana ia lupa menelan pil kecil yang biasa melindungi dari kemungkinan seperti ini. Hamil. Apa mungkin hamil hanya karena sekali saja lupa minum pil kontrasepsi? Tapi dia merasakan perubahan itu. "Sayang." Suara serak Bre terdengar dari balik selimut. Ia menggeliat lalu melihat istrinya duduk termenung."Kenapa? Kamu nggak enak badan?" tanya Bre sambil bangkit dan duduk merapat pada sang istri dan menyentuh keningnya.Hilya menoleh, menatap wajah suaminya yang terlihat masih mengantuk. Tadi malam Bre memang pulang dari Surabaya sudah jam sebelas. Hilya menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Aku mual sudah beberapa hari ini, Mas. Tapi pagi ini malah tambah begah."Bre mengerutkan kening. Seketika matanya terbuka lebar karena ingat percakapan mereka suatu malam, di mana Hilya bilang lupa minum pil kontrasepsi. "Kamu hamil?""Mungkin. Aku sudah sebulan lebih telat haid."Napas Bre langsung t

  • Usai Keputusan Cerai   203. Kenalan 2

    "Kalau gitu, saya pamit dulu." Arham bangkit dari duduknya lalu menyalami Bre dan Hilya. Pria itu mendekat pada dua bocah yang masih sibuk dengan mainannya. Rifky dan Rafka langsung berdiri dan memeluk Arham. Menciuminya bergantian. Dia pun sayang pada Rafka yang tampan dan menggemaskan. Arham melangkah keluar rumah di antarkan oleh Bre, Hilya, dan anak-anak. Arham menoleh sebelum membuka pintu pagar. Melambaikan tangan yang dibalas oleh Rifky dan Rafka.Setelah itu Hilya mengajak Rifky untuk berganti pakaian ke kamarnya, sedangkan Rafka duduk bermain di karpet ditemani oleh sang papa.Sementara Arham kembali melaju di jalan utama. Sendirian lagi setelah dua hari ditemani. Namun sebenarnya dia sudah terbiasa kesepian semenjak perceraian. Hidup sendiri, kalau sakit juga sendiri. Arham tidak pernah memberitahu pada mamanya, karena Bu Rida sendiri juga sakit-sakitan. Kalau memang sudah tidak tahan, baru ia memberitahu adiknya. Itu pun setelah sangat terpaksa, karena Arham juga kasihan p

  • Usai Keputusan Cerai   202. Kenalan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- KenalanAuthor's POV "Mas." Wanita berpakaian seragam sebuah butik itu menghampiri Arham."Tika." Arham mendekap erat Rifky.Mereka saling pandang sejenak. Wajah wanita itu berbinar. Semenjak bercerai, dia tidak pernah bertemu mantan suaminya. Berbagai cara dilakukan supaya bisa berjumpa dengan Arham, tapi tak pernah berhasil.Setiap kali melihatnya, mungkin Arham sengaja menghindar. Hubungan mereka benar-benar sudah selesai di akhir persidangan.Sudah setahun ini dia bekerja di butik yang ada di mall itu. Setahun kemarin sibuk dengan keterpurukannya. Tak ada dukungan, tak ada support karena keluarganya memang berantakan. Sudah seperti orang stres saja menghabiskan waktu ke sana ke mari tanpa teman. Karena beberapa teman dekat menjauhi, tidak peduli, dan mereka juga sibuk dengan aktivitas masing-masing.Apalagi Aruna sama sekali tidak pernah menghubunginya. Dihubungi juga tidak bisa. Ia dengar wanita itu sudah kembali bahagia dengan suami dan anaknya.Uang Idda

  • Usai Keputusan Cerai   201. Izin 3

    "Kita masuk dulu dan lihat-lihat di dalam. Nanti beliin juga buat adek."Rifky mengangguk. Arham menggandengnya masuk ke dalam. Berjalan melihat mainan yang dipajang. Akhirnya Rifky mengambil dua mobilan untuk dirinya dan Rafka.Setelah puas berkeliling dan bermain, mereka menuju food court. Arham membiarkan Rifky memilih sendiri apa yang ingin dia makan. Bocah itu menunjuk chicken nugget, bakso, dan kentang goreng. Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati makanan sambil bercakap ringan.Arham bahagia, tapi Rifky berusaha menyesuaikan dengan kondisi. Belum lama berpisah dari adik, bunda, dan Papa Bre, ia sudah merasa kangen. Dia belum pernah berjauhan dari mereka. Bocah itu agak terhibur karena Arham terus mengajaknya bicara dan bercanda.Setelah itu Arham mengajak putranya pulang. Kali ini bukan langsung pulang ke rumah, tapi singgah dulu ke rumah Bu Rida."Kita mampir ke rumah nenek dulu, ya!""Ini rumah nenek, Pa?""Ya. Rumah Nenek Rida. Ayo, kita ketemu nenek dulu sebelum pul

  • Usai Keputusan Cerai   200. Izin 2

    Dua anak itu tidur dalam satu kamar, di kamar berbeda dari kedua orang tuanya. Dijaga oleh Mak As. Tapi Hilya juga berperan penuh menjaga anak-anaknya. Dia belum kembali ke kantor seperti harapannya. Mungkin nanti jika anak-anak sudah sekolah semua. Bre pun memberikan kebebasan Hilya untuk menentukan. Dia senang kalau bisa setiap waktu bersama sang istri di kantor, tapi dia juga lega karena anak-anak dijaga bundanya sendiri dan tidak menyerahkan sepenuhnya pada pengasuh."Kak, mau ana?" Rafka yang sudah terbangun heran melihat sang kakak yang sedang digantikan baju rapi oleh bundanya. Bocah yang berusia dua tahun setengah itu mendekat dan memandangi sang kakak."Kak Rifky mau ke Surabaya. Besok kakak sudah pulang lagi." Sambil menyisir rambutnya Rifky, Hilya menjawab pertanyaan anak keduanya."Ikut," celetuk Rafka."Adek sama bunda dan papa di rumah. Kalau adek sudah besar, baru boleh ikut." Hilya memberikan pengertian.Bukannya mengerti, Rafka malah merengek. Rifky menangkupkan kedua

  • Usai Keputusan Cerai   199. Izin 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- IzinAuthor's POV Pagi itu langit di sepanjang jalan menuju Malang masih menyisakan kabut tipis. Di kejauhan terlihat seperti tirai putih yang menampilkan bayang pepohonan di latar belakang. Hawa pastinya masih terasa begitu dingin.Arham sengaja berangkat sehabis salat subuh tadi agar sampai kota Malang masih pagi. Dia sangat antusias ketika mendapatkan izin untuk mengajak Rifky ke Surabaya selama dua hari.Ini untuk pertama kalinya Arham diberi kesempatan membawa putranya menginap. Itu pun setelah Rifky sendiri ditanyai oleh bundanya, bersedia ikut papanya apa tidak. Ternyata Rifky mau. Akhirnya Bre yang menelepon Arham untuk bicara.Kebahagiaan Arham tidak terlukiskan dengan kata-kata. Dia harus berterima kasih pada Bre, telah begitu pengertian dan bijaksana menyikapi hubungan antara dirinya dengan Rifky. Walaupun ayah tiri, Bre menjadi ayah yang luar biasa. Mereka mendidik putranya begitu baik.Ketika mobil Arham sampai di depan pagar rumah Bre, suasana ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status