Bayi Telantar di Rumah Sakit

Bayi Telantar di Rumah Sakit

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Oleh:  EstrianaTamsir  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Di usianya yang baru menginjak 28 tahun, Meidina Azzahra sudah menjadi janda karena suaminya meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas, ditabrak pemuda mabuk saat tengah menyebrang jalan. Meidina yang tengah hamil 8 bulan harus berjuang sendiri menghadapi kerasnya hidup bersama kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Perempuan itu berusaha untuk meneladani kesabaran dan ketegaran Siti Hajar saat di tinggalkan oleh Nabi Ibrahim di gurun tandus dan gersang hanya berdua dengan bayinya Ismail. Hanya untaian doa dan yang selalu menguatkan dirinya di saat rapuh dan mendapatkan banyak ujian. Sementara itu ada sosok Radeva Adyatama, putra pengusaha ternama yang terbiasa hidup dimanja dan bergelimang kemewahan tersadarkan setelah mengalami musibah kecelakaan. Sebelum mengalami kecelakaan tunggal menabrak pembatas jalan, Radeva yang mengendarai mobil dalam keadaan mabuk menabrak seorang pengendara sepeda motor yang adalah suami dari Meidina hingga tewas. Setelah tersadar dari komanya, Radeva yang mengalami peristiwa spiritual berusaha hijrah memperbaiki dirinya serta bertobat dari dosa. Ia mencari keluarga korban tabrak lari untuk menebus dosa dan kesalahannya.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1 Ditolak Rumah Sakit

Bab 1 Ditolak Rumah Sakit "Bu, ini sepertinya bayinya kuning. Lihat ini kulit dan matanya tampak kuning. Apa Ibu jarang menyusuinya?" tanya seorang Bidan di sebuah klinik bersalin usai memeriksa tubuh seorang bayi.Meidina, sang Ibu bayi tampak syok. "Betul, Bu Bidan. Bayi saya tidur terus jadi jarang menyusu," sahutnya membenarkan.Mata perempuan muda berusia 28 tahun itu mengembun. Ia mengigit bibirnya berusaha menahan kesedihan saat mengetahui kondisi bayinya yang baru berusia empat hari ternyata tidak baik-baik saja."Bayinya kurang minum ini, jadi kuning. Kalo bayinya tidur terus jangan dibiarin saja, Bu. Harus dibangunin untuk menyusu. Saya beri pengantar untuk memeriksakan kadar bilirubinnya di laboratorium ya, Bu!" "Baik, Bu Bidan." Meidina hanya bisa mengangguk pasrah, lalu meraih tubuh bayi mungil itu, menggendongnya dengan kain jarik. Kelopak matanya memanas saat kembali teringat akan mendiang suaminya yang baru meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan lalu lintas.

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
39 Bab

Bab 1 Ditolak Rumah Sakit

Bab 1 Ditolak Rumah Sakit "Bu, ini sepertinya bayinya kuning. Lihat ini kulit dan matanya tampak kuning. Apa Ibu jarang menyusuinya?" tanya seorang Bidan di sebuah klinik bersalin usai memeriksa tubuh seorang bayi.Meidina, sang Ibu bayi tampak syok. "Betul, Bu Bidan. Bayi saya tidur terus jadi jarang menyusu," sahutnya membenarkan.Mata perempuan muda berusia 28 tahun itu mengembun. Ia mengigit bibirnya berusaha menahan kesedihan saat mengetahui kondisi bayinya yang baru berusia empat hari ternyata tidak baik-baik saja."Bayinya kurang minum ini, jadi kuning. Kalo bayinya tidur terus jangan dibiarin saja, Bu. Harus dibangunin untuk menyusu. Saya beri pengantar untuk memeriksakan kadar bilirubinnya di laboratorium ya, Bu!" "Baik, Bu Bidan." Meidina hanya bisa mengangguk pasrah, lalu meraih tubuh bayi mungil itu, menggendongnya dengan kain jarik. Kelopak matanya memanas saat kembali teringat akan mendiang suaminya yang baru meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan lalu lintas.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 2 Sumbangan RT

Bab 2 Sumbangan RT "Kenapa bayinya, Mbak?"Meidina terkesiap saat ada seseorang menepuk pundaknya pelan. Spontan perempuan muda itu mendongak. dan mendapati seorang perempuan paruh baya menatapnya sambil tersenyum. Meidina ingat, perempuan itu adalah Bu Maharani, orang tua dari pemuda yang sudah menabrak suaminya yang sebulan yang lalu memberikan uang damai kepada ibu mertuanya."Bayi saya ditolak karena saya tidak mampu membayar uang deposit, Bu," jawab Meidina di tengah isak tangisnya.Bu Maharani terkejut. Padahal sebulan yang lalu ia sudah memberikan uang damai sebesar dua ratus juta, tetapi istri almarhum bisa-bisanya tidak mempunyai uang untuk membayar biaya rumah sakit.Tanpa banyak tanya lagi Bu Maharani membayarkan uang deposit."Terima kasih banyak untuk pertolongannya, Bu Rani." Meidina sangat berterima kasih kepada Bu Maharani."Mbak Dina, saya minta maaf gara-gara putra saya, suami Mbak Dina jadi meninggal," ucap Bu Maharani dengan penyesalan yang mendalam."Iya, Bu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 3 Kelaparan

Bab 3 Kelaparan Meidina lelah. Sepanjang malam bayinya yang baru berusia dua bulan itu rewel terus. Baby Zavia demam. Semalaman ia menggendong putri bungsunya itu hingga menjelang waktu Subuh.Di samping letih, Meidina juga kelaparan. Dari kemarin perutnya belum diisi makanan. Terakhir sarapan hanya dengan mie instan saja. Sekadar ingin membuat teh manis sebagai pengganjal perut saja, gulanya habis pula.Meidina bingung. Entah hari ini anak-anaknya masih bisa makan. Sementara isi dompetnya benar-benar kosong. Bahkan uang recehan koin saja tidak ada.Sayup-sayup terdengar azan Subuh berkumandang dari kejauhan. Meskipun kepalanya terasa berat dan pusing akibat kurang tidur, Meidina memaksakan dirinya untuk segera bangun. Ia bangkit, berjalan sambil berpegangan pada dinding, terhuyung melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Selesai melaksanakan sholat Subuh, tidak lupa Meidina berdoa. Memohon untuk diberikan kesabaran dan keluasan rezeki juga mendoakan arwah almarhum suaminy
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 4 Tegar di Tengah Badai

Bab 4 Tegar di Tengah BadaiHari ini Meidina terpikirkan untuk memulung saja. Pekerjaan yang tidak membutuhkan modal uang, hanya tenaga saja. Almarhum suaminya dulu, sering memulung jika sedang tidak ada pekerjaan di proyek. Meidina juga sudah kenal dengan juragan pengepul barang bekas. Dulu ia pun pernah ikut suaminya memulung.Berbekal karung dan besi pengait, Meidina menggendong bayinya dan menggandeng Bimo. Sementara Ayara berjalan sendiri. Hari Minggu, Ayara libur sekolah. Sementara Bimo tidak melanjutkan sekolahnya di TK karena terkendala biaya. Meidina mengajari Bimo baca tulis sendiri. Tahun depan putra keduanya baru akan di masukkan SD negeri tempat Ayara bersekolah.Meidina tidak tega meninggalkan anaknya di rumah. Jadi, ia memulung dengan membawa ketiga anaknya.Di sepanjang jalan yang dilalui, Meidina merasa orang-orang yang ditemuinya di jalan melihatnya dengan tatapan iba.Meidina merasa risih dan mencoba cuek tidak memedulikan pandangan orang di sekitarnya. Dengan sem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 5

Bab 5 Mencari Nafkah "Kecuali apa, Engkong?" tanya Meidina antusias."Lo mau jadi isteri gue yang ketiga. Gue jamin hidup lo bakalan enak. Gue punya banyak kontrakan, Neng."Meidina langsung beristighfar dalam hati. Ia sampai bergidik ngeri membayangkan jadi isteri ketiga kakek-kakek tua yang sudah bangkotan. Tidak! Meidina tidak ada niat sedikit pun untuk menikah lagi. Ia masih sangat mencintai dan ingin tetap setia kepada almarhum suaminya. Memiliki anak-anak saja sudah cukup sebagai sumber kebahagiaannya. Alasannya untuk tetap bertahan hidup, walaupun harus membesarkan mereka seorang diri. Hingga detik ini Meidina sudah memutuskan tidak akan menikah lagi.Meidina mulai kebingungan setiap tidak memegang uang. Meski rezeki sudah diatur oleh Sang Pencipta, tetap saja harus ada effort dulu sebelum bertawakal.Untuk makan setiap hari saja Meidina masih pusing, ditambah lagi untuk membayar kontrakan yang sudah menunggak dua bulan. Ia sudah membayangkan akan diusir dari rumah kontrakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 6 Dilabrak Tetangga

Bab 6 Dilabrak Tetangga Setelah mengantarkan keponakannya, Jasmine ke sekolah Taman Kanak-kanak, Radeva melajukan mobilnya menuju kantor milik papanya. Mulai hari ini ia bertekad akan bersungguh-sungguh bekerja di kantor papanya. Selama ini ia enggan bekerja. Hidupnya dihabiskan berfoya-foya, keluyuran ke sana ke mari. Tidak jelas tujuan hidupnya. Ia pikir tidak perlu bekerja, hidupnya akan terjamin selamanya dengan kekayaan yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Saat melintasi jalan raya tempat ia mengalami kecelakaan tunggal menabrak pembatas jalan, pemuda tampan berusia 27 tahun itu sedikit merasa trauma, mengingat betapa kerasnya benturan saat kecelakaan tunggal.Ia bersyukur nyawanya masih bisa selamat. Padahal ia terluka parah saat motor yang dikendarainya menabrak pembatas jalan. Keadaannya kritis, koma hingga dua bulan lamanya. Sebuah keajaiban atau mukjizat dia masih hidup, masih diberi kesempatan untuk menebus dosa-dosanya.Saat koma, Radeva mengalami perjalanan spiritual
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 7 Menolak Pinangan

Bab 7 Menolak Pinangan "Maaf, Bu, Alfin, aku tidak bisa. Rasanya terlalu cepat bagiku untuk menikah lagi. Bahkan tanah kuburan suamiku saja masih basah. Aku sudah berniat tidak akan menikah lagi. Aku masih sangat mencintai Mas Firman. Aku akan tetap setia menjadi pasangannya sampai surga." Meidina mantap menolak pinangan dari Alfin. Di hatinya masih dipenuhi akan kenangannya dengan almarhum suaminya.Meidina tidak menduga ternyata Alfin mencintainya. Selama ini ia hanya menganggap lelaki itu sebatas teman masa kecil dan menjadi sahabatnya sampai remaja. Tidak pernah ada perasaan lebih.Ada raut kecewa tercetak jelas di wajah Alfin maupun ibunya. Tapi untuk saat ini, Meidina masih ingin hidup sendiri, fokus merawat dan membesarkan anak-anaknya. Sama sekali tidak terpikirkan untuk menikah lagi. Memiliki ketiga buah hati saja sudah cukup baginya. Anak-anak adalah sumber kebahagiaannya.Ibunya Meidina menginap hanya dua malam saja di kontrakan Meidina yang sempit. Itu cukup untuk mengoba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 8 Direndahkan Ipar

Bab 8 Direndahkan IparSaat tengah menyusui bayi Zavia, ponsel Meidina berdering. Ada panggilan masuk dari kontak kakak iparnya."Din, itu ada baju-baju bekas buat Aya sama Bimo. Ambil ke rumah, ya!" perintah Mbak Dewi. Kakak iparnya itu memiliki anak yang lebih besar dari kedua anak Meidina."Ya, Mbak, nanti kuambil ke rumah."Meidina tidak pernah bisa menolak setiap kali Mbak Dewi, kakak iparnya memberikan barang bekas untuknya. Padahal tidak semua barang bekas yang diberikannya itu masih bisa dipakai. Terkadang hanya berakhir di tong sampah.Perekonomian Mbak Dewi lumayan mapan karena ia dan suaminya lulusan sarjana ekonomi hingga bisa bekerja di kantor dengan gaji lumayan. Berbeda dengan almarhum suaminya, Firman yang hanya bersekolah hingga tamat SMA saja. Pekerjaan yang diperoleh suaminya hanya sebatas kuli bangunan.Meidina tidak berani menolak barang bekas pemberian kakak iparnya karena tidak enak dan takut Mbak Dewi akan marah bila ditolak."Kamu tuh, udah miskin jangan belag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 9 Sebuah Balas Budi

Bab 9 Sebuah Balas BudiMeidina beristighfar dalam hati saat mendengar kata-kata hinaan yang terlontar dari bibir kedua kakak iparnya itu. Meski ucapan mereka sudah sering menyakiti, tetap saja hatinya terasa teremas. Meidina sudah terbiasa mengalah. Mungkin sebagian besar orang menganggap sikap mengalahnya itu suatu hal bodoh. Orang mengalah itu bukan berarti kalah dan lemah. Almarhum suaminya pernah menasihati Meidina untuk tidak membalas perbuatan jahat dengan kejahatan. Ada hukum alam tabur tuai. Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur, maupun perbuatan buruk. Itulah yang akan dituai nantinya.Di depan pintu seorang pemuda bertubuh tinggi dan kurus serta berwajah manis menyaksikan sendiri bagaimana Meidina diremehkan dan dihina oleh kedua kakak iparnya. Pemuda itu merasa dejavu karena ia sering melihat kakak angkatnya, almarhum Firman, sering diperlakukan seperti itu oleh ibu dan kakaknya sendiri."Ternyata Mbak Dewi sama Mbak Tika mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 10 Santunan Sembako

Bab 10 Santunan SembakoSaat hampir tiba di depan makam Firman, Meidina mengerutkan keningnya saat melihat ada seorang pemuda yang menziarahi makam suaminya. Pemuda itu sedang berjongkok, hanya terlihat punggung lebarnya saja dari belakang."Siapakah pemuda itu? Mungkin teman Mas Firman," batinnya. Almarhum suaminya itu memang orangnya supel, baik hati dan suka menolong, hingga banyak mempunyai kawan.Saat jarak Meidina makin dekat dengan makam suaminya, berbarengan pemuda yang berjongkok itu berdiri dan spontan membalikkan badannya hingga keduanya saling berhadapan dan sama-sama terkejut.Keduanya sempat saling bersitatap beberapa detik sebelum akhirnya Meidina menundukkan pandangan matanya."Mas ini siapa? Mas kenal dengan almarhum suami saya?" tanya Meidina sambil mengingat wajah pemuda itu yang sepertinya pernah ia lihat sebelumnya.Pemuda itu yang tak lain adalah Radeva tampak syok saat perempuan yang membawa tiga anak itu menyebut itu adalah makam suaminya. Orang tua Radeva tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status