Silakan, Urus Putrimu Tanpa Aku

Silakan, Urus Putrimu Tanpa Aku

last updateLast Updated : 2022-09-04
By:  Pena_yuniCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
28 ratings. 28 reviews
145Chapters
438.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sanggupkah dirimu jika harus mengurus anak tiri yang mengidap down syndrome? Tidak kah kamu akan berpikir berulang kali untuk menikah dengan seorang duda yang memiliki anak istimewa itu? Ranum, wanita baik hati bersedia melakukan semua itu. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, Ranum merawat Cahaya layaknya anak sendiri. Tidak ada rasa jijik sama sekali pada diri wanita itu dalam mengurus Cahaya. Dia menganggap apa yang dia lakukan pada putri suaminya itu adalah bentuk bakti pada laki-laki yang menikahinya. Namun, nyatanya keihklasan serta ketulusan Ranum dibalas dengan begitu menyakitkan oleh Sandi dan mantan istrinya. Dua sejoli yang pernah memiliki hubungan pernikahan itu nyatanya mengkhianati Ranum dengan cara menjalin hubungan gelap. Mereka bermain api yang pada akhirnya membakar kehidupan mereka sendiri.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Nda ... jangan masuk. Stttt ...." 

Aku mengerutkan kening ke arah Cahaya yang mencegahku untuk masuk ke kamar. Gadis itu menggelengkan kepala dengan jari telunjuk di bibir menyuruhku tidak berisik. 

Tangan yang sudah menempel pada gagang pintu, terpaksa aku tarik dan berdiri tegak di depan gadis lima belas tahun itu. 

"Kenapa, Bunda tidak boleh masuk?" tanyaku kemudian.

"Ayah lagi bobok sama Mama, Nda."

Deg!

Aku tersentak kaget dengan jawaban dari bibir Cahaya. Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik, hingga akhirnya aku menarik napas panjang seraya menatap daun pintu yang tertutup rapat. 

'Mas Sandi bersama Mawar di dalam kamar?' 

Pikiranku langsung buruk pada dua orang berlainan jenis kelamin yang berstatuskan mantan pasangan itu. 

"Nda, main sama Aya, yuuuuk. Aya, gak ada temannya," ujar Cahaya menarik tanganku dengan wajah imutnya.  

Aku membungkukkan badan, mengusap surai hitam milik gadis itu, lalu menyuruhnya masuk ke dalam kamar pribadinya. Aku meminta Cahaya menggambar sebuah kupu-kupu besar agar dia tidak melihat apa yang seharusnya tidak dia lihat. 

Setelah Cahaya masuk ke dalam kamarnya, aku menyiapkan hati jika nanti apa yang aku lihat memang melukai sanubari. Tidak akan ada penampakan indah, selain kenyataan yang menyakitkan jika aku membuka pintu kamar itu. 

Tidak mungkin, bukan, dua orang dewasa hanya tidur tanpa melakukan apa-apa di dalam sana? Hanya berdua, dan pernah menjadi pasangan suami istri. 

Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kasar. Dengan satu entakkan tangan aku memutar dan membuka pintu hingga apa yang aku pikirkan akhirnya terjawab. 

"Astaghfirullah ...!" ujarku lantang. 

Dua sejoli yang tengah terlelap dalam satu selimut terlonjak kaget saat mataku menyoroti keduanya. 

Miris. Kedua tubuh itu hanya dibalut selimut, tanpa ada pakaian yang menempel sehelai pun. 

"Ra–ranum!" ucap Mas Sandi terbata. 

"Kurang ajar! Jadi ini yang kalian lakukan jika aku tidak ada di rumah? Ini yang kalian lakukan jika lengah dariku?!" 

Dengan emosi yang memuncak, aku menghampiri kedua manusia tak beradab itu dan menarik selimut yang menutupi tubuh polosnya. 

"Num, aku bisa menjelaskan semuanya. Tolong jangan salah paham!" ujar suamiku.

"Salah paham katamu? Apanya yang salah? Jelas-jelas aku melihat pemandangan yang menjijikkan di sini! Dasar tidak tahu malu, kalian binatang! Bisa-bisanya melakukan perbuatan ini di rumahku!!" Aku berteriak kencang dengan air mata yang bercucuran. 

Pagi tadi Mas Sandi bilang tidak enak badan hingga tidak bisa masuk kerja. Aku yang pagi ini harus rapat di sekolah putriku, terpaksa meninggalkan rumah untuk beberapa jam saja. 

Menyesakkan, saat aku pulang bukan disambut hangat oleh orang-orang di dalam rumah, melainkan disuguhkan kenyataan yang melukai perasaan. 

"Tenang dulu, Num. Tenang," ujar Mas Sandi lagi. 

Mas Sandi berusaha kuat menahan selimut agar tidak terlepas darinya. Aksi tarik menarik antara aku dan suamiku terjadi hingga akhirnya aku berhasil menguasai selimut itu lalu menjatuhkannya kasar ke lantai. 

Nampaklah kulit-kulit hina yang menjijikkan di atas tempat tidurku. Mawar, wanita yang tujuh tahun lalu diceraikan suamiku langsung memunguti pakaiannya. 

Aku tidak tinggal diam. Tanganku langsung menarik rambutnya, menjambaknya dengan sekuat tenaga. 

"Aw, sakit, Ranum! Lepaskan!" Mawar menjerit. 

Namun, aku menulikan telinga. Hatiku jauh lebih sakit dengan apa yang mereka suguhkan padaku. 

"Ranum, hentikan! Kamu menyakiti Mawar!" Mas Sandi yang baru memakai kolor, menghampiri kami berusaha memisahkan aku dari wanita selingkuhannya itu. 

Aku abai akan kata-kata pria yang menikahiku enam tahun yang lalu. Kini tanganku semakin membuat Mawar meringis kesakitan. Aku tidak hanya menarik rambut wanita itu, tapi juga mencakar dadanya yang belum tertutup kain. 

"Ranum berhenti!!"

Plak!

Aku terhuyung ke lantai dengan panas menjalar di pipi bagian kiri. Aku diam, memandang wajah Mas Sandi yang juga terlihat kaget karena berhasil menamparku. 

"Maaf, Sayang ...." Mas Sandi berjongkok hendak meraih tubuhku, tapi aku menepis tangan itu. 

Bukan hanya sakit di pipi, tapi juga di hati. Enam tahun bersama, ini adalah kali pertama Mas Sandi berbuat kasar padaku. Sebelumnya, jangankan menampar, berucap dengan nada tinggi pun tidak ia lakukan. Dan itu di depan wanita yang kini tersenyum miring ke arahku. 

Dadaku semakin bergemuruh, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa. Kekuatanku hilang setelah dengan sadar Mas Sandi menamparku demi untuk melindungi mantan istrinya itu. 

"Ranum, Mas minta maaf. Mas, tidak bermaksud untuk itu, Sayang. Mas, hanya ingin kamu mendengarkan penjelasan dari Mas, dulu." 

"Pergi. Bawa wanita itu pergi dari rumah ini," ucapku dingin seraya mengusap air mata yang meleleh di pipi. 

"Ranum."

"Pergi, kataku. Jangan jelaskan apa pun, jangan berucap apa pun lagi. Sekarang, suruh wanita itu pergi, beserta anaknya."

"Ranum!!" Mas Sandi kembali berteriak saat aku menyinggung tentang anak. 

Dengan sisa tenaga aku berdiri. Melihat wajah kedua manusia terkutuk itu bergantian. Raut kaget terlihat dari keduanya. Mungkin mereka tidak pernah menyangka jika aku akan mengatakan hal tersebut. 

Menyuruh mereka membawa Cahaya buah hati mereka yang tidak seperti anak gadis pada umumnya. Cahaya istimewa, dia anak dari surga yang ditolak ibunya sendiri. Mawar memberikan hak asuh anak pada Mas Sandi setelah tahu jika putrinya tidak bisa tumbuh seperti anak pada umumnya. 

Cahaya, mengidap down syndrome. Di usia yang sudah menginjak lima belas tahun, Cahaya masih berprilaku seperti Shanum adiknya, putriku yang berusia lima tahun. 

"Kamu menyuruh Cahaya pergi dari sini?" ujar Mas Sandi dengan wajah yang memerah. 

"Kurang ajar istrimu ini, Mas. Dia mengusir Aya? Hey, ini rumah Mas Sandi, dan Cahaya lebih berhak berada di sini dibandingkan dirimu dan anakmu. Jika ada yang harus keluar dari sini, itu kamu! Bukan Cahaya!" ujar Mawar bersungut-sungut. 

"Begitu? Baiklah, aku yang akan pergi dari sini. Silahkan rawat anakmu sendiri, tanpa aku." 

Aku langsung melangkah ke luar dari kamar, menyambar kunci mobil yang tadi aku simpan di atas meja ruang tengah. 

Kita lihat saja, siapa yang akan kuat di antara aku dan mereka dalam mengurus Cahaya. Jika sebagai ibu Mawar mampu, kenapa Cahaya harus dia berikan padaku dan ayahnya? 

"Ranum, tunggu! Kita bisa bicarakan ini baik-baik, Sayang. Tolong jangan pergi, Cahaya akan mencarimu!"

Aku tersenyum miring mendengar permintaan Mas Sandi yang berlari menghampiri mobil yang siap pergi. 

Haruskah aku mengabulkan keinginan mereka? 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(28)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
28 ratings · 28 reviews
Write a review
user avatar
Eli Juita
bagus cerita nya suka..
2025-03-02 13:12:07
0
user avatar
Erwani Melati Nainggolan
lumayan bagus, tp per episode terlalu sedikit
2024-03-03 21:31:51
1
default avatar
isti.alisro
bagus ceritanya, happy ending. singkat tp menyentuh, tidak bertele-tele fokus pd tokoh utama dalam cerita
2024-02-21 12:55:31
1
user avatar
nurdianis
sangat penasaran kelanjutan pernikahan ranum dan soni
2024-01-16 19:42:45
0
user avatar
Non Irmaz
ceritanya sangat bagus Thor terus berkarya
2024-01-12 23:29:50
0
user avatar
Kirn Ishtar
baru di cerita ini yang sampe bikin terharu dari awal sampe akhir. ceritanya masuk akal dan terasa
2023-12-29 08:12:44
0
user avatar
Denistya Hanif
tiap bab mengandung bawang. sumpah keren banget ini kak
2023-11-05 22:37:27
0
user avatar
Vee
bagus.cukup menguras emosi. jadi greget sendiri wkkk
2023-11-01 16:37:44
0
user avatar
Ripka Setiawan
ceritanya keren
2023-09-04 12:38:46
0
user avatar
Samlawi
ceritanya bagus
2023-08-20 06:21:41
0
user avatar
Arbell
...️...️...️...️...️
2023-08-16 16:53:52
0
user avatar
Sri Gati
seru niih cerita nya
2023-06-15 20:29:41
0
user avatar
dewi ulfafauzia fauzia
baru baca sampai bab yang gak dikunci, cerita nya bagus, mudah mudahan selanjutnya juga bagus, biar gak sia2 buka kunci
2023-02-25 19:23:04
1
user avatar
yenyen
sedih diawal bahagia di akhir
2023-02-12 06:37:17
1
user avatar
H n H
mulai baca 5 / 02 / 23
2023-02-05 16:14:07
0
  • 1
  • 2
145 Chapters
Bab 1
"Nda ... jangan masuk. Stttt ...." Aku mengerutkan kening ke arah Cahaya yang mencegahku untuk masuk ke kamar. Gadis itu menggelengkan kepala dengan jari telunjuk di bibir menyuruhku tidak berisik. Tangan yang sudah menempel pada gagang pintu, terpaksa aku tarik dan berdiri tegak di depan gadis lima belas tahun itu. "Kenapa, Bunda tidak boleh masuk?" tanyaku kemudian."Ayah lagi bobok sama Mama, Nda."Deg!Aku tersentak kaget dengan jawaban dari bibir Cahaya. Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik, hingga akhirnya aku menarik napas panjang seraya menatap daun pintu yang tertutup rapat. 'Mas Sandi bersama Mawar di dalam kamar?' Pikiranku langsung buruk pada dua orang berlainan jenis kelamin yang berstatuskan mantan pasangan itu. "Nda, main sama Aya, yuuuuk. Aya, gak ada temannya," ujar Cahaya menarik tanganku dengan wajah imutnya. Aku membungkukkan badan, mengusap surai hitam milik gadis itu, lalu menyuruhnya masuk ke dalam kamar pribadinya. Aku meminta Cahaya menggam
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
Bab 2
"Ranum!"Aku tidak mengindahkan teriakan Mas Sandi. Hatiku terlalu perih untuk mengabulkan permintaan dia. Dengan cepat, kulajukan mobil keluar dari pekarangan rumah. Niatku sudah bulat untuk pergi dari rumah Mas Sandi. Tidak ada yang harus aku pertahankan di sini. Suami yang aku banggakan, aku rajakan, nyatanya tidak sebaik dalam angan. Dengan tidak memikirkan perasaanku dia tidur dengan mantan istrinya. Bahkan dia sudah berani main tangan melukai fisikku. "Allahu Robbi ...," lirihku seraya mengusap pipi yang tadi ditampar Mas Sandi. Perpisahan Mas Sandi dan Mawar terjadi saat usia Cahaya masih kecil. Alasan yang aku tahu, Mawar enggan mengurus Cahaya dengan alasan keadaan anak itu tidak seperti anak yang lain. Malu, jijik, juga repot dengan sikap dan tingkah laku Cahaya yang kadang selalu menguji kesabaran. Saat usia Cahaya sembilan tahun, aku dan Mas Sandi menikah setelah saling mengenal satu tahun lamanya. Aku tidak mempermasalahkan kondisi putrinya, aku bisa menjadi teman C
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
Bab 3
"Ya Allah ...!" Aku berseru saat melihat keadaan rumah yang berantakan. Sofa berada bukan pada posisinya. Mainan dan perabotan rumah sudah berserakan di atas lantai. Itu baru di ruang tamu. Semakin aku masuk ke dalam, semakin kacau keadaan rumahku itu. "Ranum, kamu pulang?" ujar Mas Sandi menyadari keberadaanku yang memindai seluruh penjuru rumah. Ternyata suamiku tidak sendirian. Ada Mama, ibu mertuaku yang duduk bersamanya di sofa ruang tamu yang tidak tentu arah. Wanita itu melihat ke arahku, lalu dia berdiri dan mengahmpiri. Aku menyuruh Shanum untuk masuk ke dalam kamarnya sebelum Mama mulai bicara. "Mah." Aku mengambil tangan wanita itu, lalu menciumnya. "Ada apa dengan kamu, Num?" Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Mama. Menoleh sebentar pada Mas Sandi yang duduk seraya mengurut kening. "Aku ....""Hanya gara-gara melihat Sandi tidur berdampingan dengan Mawar, kamu marah hingga enggan pulang?" ujar Mama membuatku tersentak. Hanya. Dia bilang hanya? Oh, apa mungkin
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
Bab 4
"Jujur lebih baik, Mas. Mungkin aku akan mempertimbangkan jika kamu berani untuk berkata jujur." Aku melirik dia yang kini wajahnya terlihat semakin memucat. Mas Sandi tidak lagi mendekatiku. Dia berjalan menuju tempat tidur, lalu duduk di ujungnya. Seperti dia, aku pun duduk di sofa yang ada di bawah jendela kaca. Tangan kulipat di perut dengan pandangan masih pada pria yang ada beberapa meter di depanku. "Aku sudah jujur, Num.""Tidak. Kamu sedang tidak jujur, Mas. Enam tahun, mampu membuatku mengenali sifat dan sikapmu, Mas. Dan sekarang, kamu sedang berbohong. Menyembunyikan kenyataan dengan alibi yang tidak masuk akal."Mas Sandi mengembuskan napas kasar. Dia mengusap wajah, lalu menjambak rambut lebatnya dengan sedikit menariknya ke atas. Dia masih membisu. Matanya melihatku dengan raut wajah sendu. Netra itu memerah seiring dengan kening yang mengkerut menyimpan pemikiran yang mungkin tidak selaras dengan hatinya. "Mau jujur atau aku mundur?" kataku memancingnya lagi. "Ap
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
Bab 5
"Di mana akal sehatmu, Sandi? Di mana kewarasanmu saat memutuskan untuk berselingkuh dengan mantan istrimu?"Niat hati ingin masuk ke dalam kamar untuk mengemasi pakaian dan pergi dari rumah ini, harus aku hentikan. Suara Mama yang tengah memarahi Mas Sandi adalah penyebabnya. Aku diam di ambang pintu, mendengarkan alasan apa yang akan diberikan Mas Sandi atas perbuatan busuknya itu. Setelah berpikir berulang kali, menocoba berdamai dengan rasa sakit ini, tapi nyatanya aku tidak bisa. Keluar dari sini adalah pilihanku. Kewarasanku dipertaruhkan jika terus berada dalam satu atap dengan pengkhianat yang pandai bersandiwara."Ranum, sudah melakukan semua yang tidak dilakukan Mawar untukmu. Dia mengurus putrimu dengan sangat baik.""Itulah alasannya, Mah. Ranum terlalu sibuk dengan anak-anak, sehingga dia tidak punya waktu untukku. Yang butuh perhatian bukan hanya Cahaya dan Shanum, tapi aku juga. Aku ingin bermanja dengan istriku, bercerita banyak hal membahas masa depan, bersenda gura
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
Bab 6
"Aku, akan pulang ke rumah orang tuaku, Mas."Hening. Tidak ada yang berani berkata setelah aku mengatakan keinginanku. Mas Sandi mengembuskan napas kasar, begitu pun denganku yang merasa lega setelah berkata jujur. Aku tidak bisa di sini dengan perasaan seperti ini. Sakitku, kecewaku, akan aku bawa pergi dan menyembuhkannya di tempat lain. Sedalam apa pun rasa cintaku, sebesar apa pun baktiku, tapi jika sudah dikhianati sepertinya perasaan ini tidak akan lagi sama seperti dulu. Pergi, adalah jalanku. "Num, apa tidak ada kesempatan kedua untukku?" tanya Mas Sandi. Saat ini, aku dan Mas Sandi tengah duduk berdua membahas pernikahanku dengannya. Seperti janjiku, anak-anak aku biarkan bermain di kolam plastik di halaman samping rumah. "Kesempatan kedua, itu artinya aku harus siap terluka untuk kedua kalinya. Aku tidak sanggup, Mas. Sakit ini pun belum tahu akan sembuh atau tidak.""Aku janji, Num. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Percayalah, aku akan memutuskan hubunganku dengan
last updateLast Updated : 2022-08-12
Read more
Bab 7
Suara gemercik air terdengar saat aku masuk ke kamar utama. Kuhirup udara dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Tujuan utamaku ke sini bukan untuk menanyakan sarapan apa yang diinginkan suamiku, atau minuman apa yang harus aku hidangkan sebagai penghangat perutnya. Melainkan untuk membereskan pakaianku yang akan aku bawa ke rumah Ibu. Aku mengambil koper, membuka lemari, lalu mengambil beberapa pakaian dari dalam sana. Seraya duduk di pinggir ranjang, aku melipat baju yang hendak aku bawa. Sejenak tanganku berhenti bergerak, melihat pada ranjang yang menjadi saksi indahnya malam-malamku bersama pria yang kusebut suami.Namun, kini tempat itu sudah tak indah lagi. Yang ada, hanya bayangan manusia-manusia bej-ad yang masih terekam dalam memori. "Kamu tetap pergi?" Aku mengangkat kepala melihat pada pria yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wangi shampo menguar menusuk indera penciumanku. Dia berjalan mendekat, lalu berdiri tepat di depanku. "Dengan cara apa lagi aku membu
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more
Bab 8
"Aku menyukaimu sejak lama, Mbak. Kamu pun tahu itu."Aku mengembuskan napas kasar. Lagi-lagi Soni membahas perasaan dia yang tak terbalaskan. Ini yang membuatku tidak nyaman selalu berhubungan dengan adik iparku itu. Dia menyukaiku, bahkan sejak sebelum aku menikah dengan kakaknya. Bukan maksudku untuk mempermainkan perasaan dia dengan menikahi kakaknya. Namun, ada beberapa hal yang membuatku akhirnya menjatuhkan pilihan pada Mas Sandi kala itu. "Jangan mengada-ada, Soni. Hargai aku sebagai kakak iparmu." "Kurangku di mana, Mbak? Hingga kamu sama sekali tidak percaya dengan perasaan ini. Bahkan sampai sejauh ini, selama pernikahanmu dengan Mas Sandi, tidak pernah sedikit pun rasa cinta ini berkurang dariku." "Hentikan omong kosongmu, Son. Sebaiknya lakukan apa yang semalam aku bahas. Waktumu sampai Shanum pulang dari sekolah. Hanya dua jam dari sekarang," ujarku hendak berdiri untuk menyuruh Shanum bersiap. "Aku sudah memiliki bukti lain tentang perselingkuhan Mas Sandi dan Mb
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more
Bab 9
"Tadi, Kakak disebut gila sama teman-teman, Bunda," adu Shanum sambil menangis. Aku mengambil alih Shanum dari Safira, lalu menenangkan anak itu. Aku memberikan pengertian pada dia untuk tidak mendengarkan apa yang dikatakan teman-temannya. Sebagai guru Shanum, Safira pun ikut membujuk putriku itu agar mau kembali masuk ke dalam kelas karena pelajaran akan segera dimulai. "Yuk, masuk bersama Ibu? Nanti, Ibu akan hukum anak-anak nakal yang sudah membuat Shanum sedih," ujar Safira membujuk. Awalnya Shanum menolak, dia sakit hati dengan olok-olokan teman sekelasnya pada Cahaya. Putriku malah meminta pulang dan tidak mau melanjutkan sekolah. Sebagai ibu, tentu saja aku sedih dengan ungkapan dan tanggapan mereka pada anak istimewa seperti Cahaya. Tidak hanya kali ini saja aku harus mengurut dada menahan rasa nelangsa mendengar kata-kata yang tidak enak tentang anak sambungku itu. Jika anak-anak yang bicara, aku masih maklum. Namun, jika orang dewasa atau orang tua yang bicara, aku ti
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more
Bab 10
Aku terpaku, lidahku kelu tidak mampu berkata-kata setelah Mawar mengatakan keinginannya. Benarkah dia seorang ibu? Di mana letak hati dan pikirannya hingga dengan mudah mengungkapkan itu? "Coba kamu ulang?" kataku ingin mendengarnya lagi. "Iya, kita tukeran anak. Shanum aku yang urus, Cahaya kamu yang bawa.""Gila, kamu!" semprotku mulai emosi. Namun, dia sepertinya tidak terbebani dengan reaksiku. Justru sangat santai seolah-olah itu hal biasa. Anak, dia anggap sebuah barang murah, tidak berharga yang bisa ditukar semuanya. Aku tidak habis pikir dengan wanita itu. Bisa-bisanya mengatakan hal yang merendahkan derajat dia sebagai seorang ibu. Inikah wanita pilihan suamiku yang sudah membuatnya berani mengkhianati pernikahan kami? Wanita yang tidak punya hati, tidak punya perasaan dan tidak punya otak. Wanita miskin kasih sayang. "Ya ... ini memang kedengaran sedikit gila, Ranum. Tapi jika aku perhatikan, kamu lebih cocok jadi ibunya Cahaya, dibandingkan jadi bundanya Shanum."
last updateLast Updated : 2022-08-19
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status