Pembantu Baruku Ternyata ....

Pembantu Baruku Ternyata ....

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Oleh:  Pena_yuni  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
9.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rama membawa seorang wanita ke rumahnya yang ia kenalkan sebagai asisten rumah tangga pada istrinya. Namun, alih-alih bahagia dengan adanya asisten rumah tangga, Melodi malah merasa ada yang tidak beres dengan wanita yang dibawa suaminya tersebut. Selain fisiknya yang dirasa tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan rumah, wanita itu pun dicurigai Melodi bukan hanya sekedar pembantu. Ada sesuatu yang disembunyikan Rama suaminya, yang harus Melodi bongkar dan cari tahu kebenarannya.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1 Apa yang Mereka Lakukan?

"Ini pembantu kita, Sayang, sekarang dia yang akan membantumu mengurus rumah."Aku memperhatikan wanita yang duduk menunduk di depanku. Aku memang baru saja pulang dari rumah sakit karena melahirkan. Tidak tahu jika ternyata suamiku sudah menyiapkan asisten rumah tangga untukku. "Mas, emang dia bisa mengerjakan rumah?" tanyaku dengan berbisik. Melihat fisik dari wanita itu, aku tidak yakin jika dia bisa melakukan semua pekerjaan di rumah ini."Bisa, dong, Sayang. Buktinya, selama kamu di rumah sakit, rumah ini tetap bersih dan rapi. Siapa lagi yang mengerjakan, kalau bukan dia. Mas kan menemanimu di rumah sakit, Sayang." Mataku tak lepas dari wanita yang hanya diam tanpa suara. Dia tidak berani berkata jika aku tidak bertanya. Jujur, aku masih ragu dengan kinerja dia sebelum aku bisa melihatnya sendiri dia mengurus rumahku."Lumayan, Sayang. Dia mau digaji murah. Kita bisa lebih hemat, daripada mengambil pembantu dari yayasan," ujar Mas Rama lagi. Jadi ini alasan suamiku mempekerj

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
39 Bab

Bab 1 Apa yang Mereka Lakukan?

"Ini pembantu kita, Sayang, sekarang dia yang akan membantumu mengurus rumah."Aku memperhatikan wanita yang duduk menunduk di depanku. Aku memang baru saja pulang dari rumah sakit karena melahirkan. Tidak tahu jika ternyata suamiku sudah menyiapkan asisten rumah tangga untukku. "Mas, emang dia bisa mengerjakan rumah?" tanyaku dengan berbisik. Melihat fisik dari wanita itu, aku tidak yakin jika dia bisa melakukan semua pekerjaan di rumah ini."Bisa, dong, Sayang. Buktinya, selama kamu di rumah sakit, rumah ini tetap bersih dan rapi. Siapa lagi yang mengerjakan, kalau bukan dia. Mas kan menemanimu di rumah sakit, Sayang." Mataku tak lepas dari wanita yang hanya diam tanpa suara. Dia tidak berani berkata jika aku tidak bertanya. Jujur, aku masih ragu dengan kinerja dia sebelum aku bisa melihatnya sendiri dia mengurus rumahku."Lumayan, Sayang. Dia mau digaji murah. Kita bisa lebih hemat, daripada mengambil pembantu dari yayasan," ujar Mas Rama lagi. Jadi ini alasan suamiku mempekerj
Baca selengkapnya

Bab 2 Mencurigakan

"Maaf, Nyonya. Tadi, saya dan Tuan ....""Kita lagi kerja sama, eh, maksudnya kita bekerja sama untuk merapikan dapur, iya gitu, Sayang."Terlihat sekali ada kebohongan dalam wajah Mas Rama. Merapikan dapur malam-malam begini? Mencurigakan.Langsung saja aku pergi meninggalkan kedua orang tersebut. Mas Rama adalah pria yang tidak pintar menyembunyikan kebohongan. Aku tahu jika dia sedang berbohong saat ini. Dan aku, aku juga tidak bisa menyembunyikan rasa kecewaku. Makanya, buru-buru aku pergi sebelum amarahku meledak-ledak di depan mereka. Apalagi, aku yang saat ini sedang mengendong putraku."Apa kataku, jangan meminta bantuanku jika sedang ada Melodi. Lihat, sekarang dia jadi marah kan?" Mas Rama menggerutu memarahi Bi Mina, setelah aku keluar dari dapur. Namun, ucapan Mas Rama masih bisa aku dengar, karena aku melipir bersembunyi di balik tembok."Tadikan—""Sudah, jangan membantah! Ingat, kalau mau tinggal bersamaku, jangan bikin masalah," ucap Mas Rama lagi membuat pikiranku se
Baca selengkapnya

Bab 3 Jijik

"Oeekk ... oeekk ...!"Baru saja kakiku hendak melangkah menghampiri Mas Rama, suara tangisan Raka mengurungkan niatku. Aku meninggalkan Mas Rama yang masih berdiri di depan pintu kamar Bi Mina, aku lebih memilih menenangkan Raka yang sedang kehausan."Selamat, Mas. Malam ini kamu berhasil. Tapi tidak untuk selanjutnya." Aku bergumam sendiri sembari menyusui Raka.Kutatap lekat wajah mungil bayiku. Betapa teganya Mas Raka mengkhianatiku yang baru saja berjuang bertaruh nyawa untuk melahirkan darah dagingnya.Kuusap air mata yang sudah menggenang. Aku tidak boleh menangis. Jika pun mereka benar-benar memiliki hubungan lebih dari sekedar majikan dan pembantu, mereka sendirilah yang akan merugiAku tidak akan kalah dan mengalah. Aku akan membalas perbuatan mereka yang menijijikkan itu.Entah pukul berapa aku tidur semalam, pagi ini aku bangun dengan kepala yang sedikit pusing. Pusing memikirkan suamiku dengan pembantu baru itu, juga pusing karena begadang memomong Raka. Sedangkan Mas Ram
Baca selengkapnya

Bab 4 Kenapa Dia Menangis?

"Mama, kenapa, Ma?" Aku dan Mas Rama menghampiri Mama yang tengah berkacak pinggang di depan Bi Mina. Sedangkan wanita itu, ia hanya diam tanpa melakukan apa-apa."Rama, dia kok ...."Mama tidak melanjutkan ucapannya setelah melirik ke arah suamiku. Dari ekor mata, aku bisa melihat jika Mas Rama memberikan isyarat dengan melebarkan mata kepada ibunya itu.Sepertinya Mama tahu sesuatu tentang Bi Mina ini. Jika tidak, tidak mungkin dia langsung marah-marah saat melihat Bi Mina berada di rumahku."Ekhem, aduh, kok sepertinya Mama haus, ya Mel. Kita ke dapur, yuk, Mama mau minum ini," ujar Mama dengan meraba tenggorokannya.Aku hanya mengangguk dan kembali ke dapur sesuai dengan keinginan Mama. "Mama datang ke sini, kok gak bilang-bilang. Tahu gitu, Mel akan masak banyak untuk menyambut kedatangan Mama." Aku memberikan segelas air putih untuk ibu mertuaku."Namanya juga sudah tidak sabar pengen melihat cucu, Mel. Setelah Rama memberi kabar kalau kamu dan bayimu sudah pulang, Mama langsun
Baca selengkapnya

Bab 5 Anak Bi Mina?

"Bi, kamu nangis?" Setelah Mas Rama berangkat ke kantor, aku pergi ke kamar Bi Mina untuk menyuruhnya memasak. Namun, saat aku sampai di depan pintu kamar Bi Mina, ternyata dia tengah menangis sesegukkan di sana."Ny–Nyonya, maaf." Bi Mina berdiri dan menghampiriku yang berdiri di luar kamarnya."Kenapa, kamu nangis?" tanyaku lagi. Bi Mina mengusap matanya. Dia menutup pintu kamarnya dari luar."Saya, cuma ingat anak saya, Nyonya."Dia punya anak? Kok bisa wanita seperti dia melahirkan. Bukannya akan sulit dengan postur tubuh yang kecil bisa melahirkan seorang bayi?"Bibi punya anak juga? Memang bisa?"Pertanyaanku memang tidak sopan, tapi aku sungguh penasaran."Bisa, Nya. Saya melahirkan dengan operasi sesar." Aku membulatkan mulut seraya menganggukkan kepala. "Lalu, sekarang anaknya dengan siapa, Bi?" tanyaku lagi.Bi Mina tak langsung menjawab, dia berjalan dan duduk di kursi meja makan."Anak saya, sekarang bersama ... "Melodi, Sayang ... kamu jangan terus naik turun tangga,
Baca selengkapnya

Bab 6 Kak Nada dan Mas Rama

"Assalamualaikum, Melodi!"Aku buru-buru berjalan ke depan setelah mendengar suara salam dari arah pintu utama. Sudah bisa aku pastikan, jika itu suara Mamaku."Kamu dari mana, sih? Bayimu ditinggal sendirian di sini?"Saat aku keluar dari dapur, ternyata Mama dan Papa sudah berada di ruang tv. Tentu saja Mama menegurku karena lalai sudah meninggalkan Raka sendirian."Iya, aku tadi kebelet, jadinya ditinggal sebentar," kataku berbohong.Bukan hanya Mama dan Papa yang datang. Ada juga anak serta menantu perempuannya yang ikut bersama mereka. "Aduh, Mel, gemoy banget, bayimu." Kak Naura mengelus gemas pipi bayiku. Dia adalah istri Mas Adam—Kakak tertuaku.Sedangkan Kak Nada, yang tak lain adalah kakak keduaku, ia langsung duduk dengan wajah datarnya. Entah kenapa dia sepertinya tidak terlalu bahagia dengan kelahiran putraku."Nad, kamu gak pengen pegang atau gendong keponakan barumu? Siapa tahu, kamu jadi ketularan dan ingin segera menikah setelah menggendong bayi." Papa berujar kepada
Baca selengkapnya

Bab 7 Selalu Berpikir Buruk

Darahku berdesir panas, apa mungkin kakakku dan suamiku ....Aku menggelengkan kepala menepis pikiran burukku. Daripada hanya menerka-nerka, lebih baik aku membuktikannya sendiri. Brakk!Aku membuka pintu kamar dengan sedikit kasar, hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Seseorang di dalamnya terlonjak karena kaget."Apa kamu tidak bisa membuka pintu dengan pelan? Bikin orang kaget aja." Kak Nada yang tengah berbaring di atas kasur langsung bangun dengan menatapku tidak suka.Hanya ada Kak Nada di kamar ini. Bukannya tadi kata Azzam, Mas Rama ada bersama Kak Nada? Kok sekarang tidak ada?"Cari apa?" tanyanya lagi yang melihatku hanya celingukan tanpa berkata."Emmm, Mas Rama mana?" Bukannya menjawab pertanyaanku, Kak Nada malah tergelak sembari turun dari tempat tidur."Kamu ngelindur? Ngapain nanya suamimu ke aku. Ya, mana aku tahu." Kak Nada berdiri dengan bersidekap dada."Kata Azzam, dia melihat Mas Rama bersama Kakak, makanya aku nanya sama Kakak.""Anak kecil kamu percaya
Baca selengkapnya

Bab 8 Tidak Sebaik yang Dikira

"Bibi! Lancang kamu!"Sejurus kemudian aku langsung masuk dan mengambil bayiku dari gendongan wanita itu. Sungguh, aku benar-benar marah saat ini. Beraninya dia melanggar pesan yang sudah aku katakan sebelumnya."Maaf, Nyonya. Tadi Dedek-nya nangis, saya gak tega melihatnya," ujarnya dengan menunduk."Harusnya kamu panggil saya, bukan malah menggendongnya tanpa ijinku. Kalau dia jatuh gimana? Mau tanggung jawab kamu?!" Aku berteriak di depan wanita itu. Demi Tuhan, aku bukan jijik, melainkan takut jika dia akan merebut putraku. Aku tidak ingin dia mendekati anakku seperti dia mendekati suamiku."Ada apa, Mel?" Mama dan Mas Rama masuk ke dalam kamar. Mungkin karena mendengar suaraku yang berteriak kepada Bi Mina."Ini, lho Ma. Dia menggendong Raka, padahal sudah aku kasih tahu dia, jangan menggendong bayiku. Tapi dia lancang, masuk ke kamarku dan menggendong anakku."Mama Tuti melihat Bi Mina dengan sangat tajam. Seperti aku, Mama pun tidak suka dengan kelancangan Bi Mina."Sudahlah,
Baca selengkapnya

Bab 9 Foto kecil

"Aku ....""Kamu membuatku tidak betah di rumah, Mel."Belum aku menyelesaikan ucapanku, Mas Rama sudah terlebih dahulu berucap dengan kata-kata yang membuat hatiku perih.Bukan aku yang membuat dia tidak betah, tapi dia sendiri yang sudah menghadirkan duri dalam istana idamanku.Aku mendelikkan mata seraya berjalan meninggalkan dia bersama Bi Mina. Aku tidak peduli dia mau berbuat apa pun dengan pembantu itu. Perkataan Mas Rama pada orang di sebrang telepon tadi, sudah membuktikan jika suami yang aku agungkan itu memanglah bukan lelaki yang setia. Mungkin di luar sana sudah banyak wanita yang dikencaninya. Bergonta-ganti pasangan saat aku tidak bisa memberikan kepuasan untuknya. Namun, yang menjadi pertanyaanku adalah, kenapa harus ada Bi Mina, jika dia bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik di luar rumah?Atau .... Bi Mina, bukanlah wanita simpanan Mas Rama?Apa ada hubungan lain antara mereka?Otakku dipaksa bekerja keras membongkar satu persatu masalah dalam rumah tanggaku.
Baca selengkapnya

Bab 10 Bersandiwara

"Nangislah dia, apalagi bisanya kalau bukan hanya menangis.""....""Ya, terus saja kamu berbuat kasar sama dia, supaya dia gak betah, dan memilih pergi dari sini. Dengan begitu, kita tidak perlu lagi berbohong untuk menutupi tentang dia kepada Melodi."Aku masih diam di ambang pintu kamarku, mendengarkan Mama Tuti yang sedang berbicara lewat sambungan telepon. Dia tidak menyadari keberadaanku, karena Mama tengah duduk di dekat ranjang Raka dengan membelakangi pintu. "Ingat Ram, Mama yang selalu ada untukmu dari dulu. Mama yang mengobati lukamu, dan Mama juga yang sudah berjuang untuk masa depanmu. Mama tidak akan suka, jika kamu kembali pada dia," pungkas Mama lalu mematikan sambungan telepon.Aku masuk setelah Mama menyelesaikan percakapannya dengan Mas Rama. Bersikap biasa seolah aku tidak mendengarkan apa-apa. "Mel, kamu, kok masuk gak ketuk pintu dulu.""Mengetuk pintu ke kamar sendiri. Haruskah?" tanyaku.Wajah Mama sedikit memucat, dia menyadari apa yang dia ucapkan tidak se
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status