Eh, kok... ini beda sama kita?” bisik Sinta dengan suara gemetar. Keempatnya menatap ke dalam cermin. Mereka melihat bayangan diri mereka, tetapi wajah mereka dalam pantulan itu... penuh luka, dengan mata kosong yang memancarkan kebencian.
더 보기Apartemen itu terus dihuni oleh orang-orang baru, dan mereka semua menghilang dengan cara yang sama. Polisi mulai mencurigai tempat itu, tetapi tanpa bukti nyata, kasus-kasus ini tetap menjadi misteri.Lalu, datanglah Alya.Seorang jurnalis muda dengan ketertarikan besar pada kasus-kasus paranormal. Saat mendengar tentang apartemen yang "memakan" penghuninya, ia langsung menyewa unit itu dengan satu tujuan—mengungkap kebenaran.Hari pertama, semuanya tampak normal.Hari kedua, ia mulai merasa diawasi.Hari ketiga, ia mendengar bisikan.Hari keempat, ia melihat sesuatu dalam cermin.Pada malam kelima, Alya memutuskan untuk menghadapi apa pun yang bersembunyi di dalam sana.Ia menyalakan kamera, menempatkan tripod di depan cermin, dan duduk di kursi dengan senter di tangannya."Jika ada sesuatu di sini, tunjukkan dirimu."Keheningan.Beberapa menit berlalu. Alya hampir berpikir bahwa semuanya hanya paranoia… hingga cerminnya mulai bergetar.Retakan kecil muncul di permukaannya, dan baya
Siska mengira semuanya sudah selesai. Ia buru-buru meninggalkan apartemen itu, membawa hanya barang-barang penting, dan bersumpah tidak akan kembali.Namun, saat ia menginap di rumah temannya, sesuatu yang aneh mulai terjadi.Malam itu, ia terbangun oleh suara ketukan pelan.Tok… tok… tok…Jantungnya langsung berdegup kencang. Tidak mungkin. Cerminnya sudah pecah. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ini pasti hanya imajinasinya.Tapi saat ia menoleh ke arah meja rias di kamar tamunya… ia melihatnya.Di cermin kecil di meja itu, ada sesuatu yang bergerak.Siska tercekat. Bayangan hitam yang sama, dengan lubang kosong di tempat mata dan mulutnya, menatap balik ke arahnya.Dan kali ini, ia tersenyum.Tiba-tiba, cermin kecil itu mulai bergetar hebat. Retakan menjalar dari tengah kaca, membentuk pola aneh seperti jaring laba-laba. Dari retakan itu, tangan hitam mulai muncul.Siska panik. Ia melompat dari tempat tidur dan meraih kursi di dekatnya, lalu dengan sekuat tenaga menghantam cer
Siska tak bisa tidur setelah kejadian itu. Setiap kali ia memejamkan mata, wajah pria dalam cermin—dengan tatapan putus asa dan teror—terus menghantuinya. Siapa dia? Kenapa dia terperangkap di sana? Dan yang lebih penting… apa yang menariknya ke dalam kegelapan itu?Keesokan harinya, Siska mencoba mengabaikan rasa takutnya. Ia berusaha sibuk dengan rutinitas kuliahnya, tetapi pikirannya tetap kembali ke cermin di sudut kamar. Bisakah ia mengeluarkan pria itu? Ataukah ia sebaiknya membuang cermin itu sebelum terlambat?Tapi saat malam tiba, keinginannya untuk mengabaikan cermin itu sirna.Sekitar pukul dua dini hari, Siska terbangun oleh suara ketukan pelan. Tok… tok… tok…Ia membuka matanya dengan jantung berdebar. Suara itu berasal dari sudut kamar. Dari dalam cermin.Dengan napas tertahan, ia berbalik perlahan. Cahaya remang dari luar jendela cukup untuk menunjukkan apa yang terjadi. Kali ini, tidak ada pria itu. Sebagai gantinya, pantu
Beberapa dekade setelah hilangnya pemilik sebelumnya, cermin itu kembali muncul di sebuah pasar loak. Seorang pemuda bernama Arman sedang berjalan-jalan mencari barang unik untuk melengkapi dekorasi apartemennya yang masih kosong. Matanya tertarik pada cermin tua dengan bingkai ukiran rumit yang tampak berdebu namun tetap memiliki daya tarik tersendiri. Penjualnya, seorang pria paruh baya, menatap Arman dengan pandangan aneh saat ia menyentuh cermin itu. “Kau yakin ingin membelinya?” tanya pria itu dengan nada waspada. Arman mengangguk. “Ya, cerminnya terlihat antik. Cocok untuk ruanganku.” Penjual itu tampak ragu, tetapi akhirnya menerima uang yang diberikan Arman. Saat cermin itu dipindahkan ke apartemen barunya, Arman merasa aneh. Udara di sekitar cermin seolah lebih dingin dibanding bagian ruangan lain. Sesekali, ia merasa ada yang mengawasinya, terutama saat ia berdiri membelakangi cermin itu. Malam pertama setelah membawa cermin itu pulang, Arman terbangun karena suara bisi
Waktu berlalu, dan desa kembali hidup dalam kedamaian. Penduduk tidak lagi berbicara tentang Rumah Tanpa Nama atau kejadian-kejadian aneh yang pernah menghantui mereka. Namun, di sudut pikiran mereka, ada rasa waspada yang tak pernah benar-benar hilang. Mereka tahu, sesuatu masih tertinggal di tempat itu.Sementara itu, cermin kecil yang berdiri di tengah bekas Rumah Tanpa Nama tetap tak tersentuh. Paranormal yang menyaksikan pengorbanan Danang memperingatkan penduduk desa untuk tidak mendekati atau bahkan melihat cermin itu terlalu lama.Namun, rasa penasaran adalah sifat manusia yang sulit dihindari.---Sepuluh tahun setelah pengorbanan Danang, seorang anak laki-laki bernama Raka bermain-main di sekitar lokasi itu. Ia sering mendengar larangan orang tua untuk mendekati tempat tersebut, tetapi rasa ingin tahunya terlalu besar.Suatu sore, ketika matahari hampir tenggelam, Raka berjalan perlahan ke tengah lahan kosong itu. Rumput yang tumbuh di sekitar tempat itu terasa berbeda, sepe
Sejak hari itu, desa benar-benar tenang. Tidak ada lagi suara-suara aneh, mimpi buruk, atau bayangan yang menghantui. Penduduk merasa lega, meski di balik rasa damai itu ada luka mendalam—kehilangan Bima, Sinta, Arif, dan Lila yang mengorbankan diri demi keselamatan semua orang.Namun, seperti yang pernah dikatakan Ki Surya, kegelapan tidak pernah benar-benar hilang.---Lima tahun kemudian, seorang pemuda bernama Danang datang ke desa itu. Ia seorang penulis yang sedang mencari inspirasi untuk novel horornya. Ia mendengar tentang Rumah Tanpa Nama dari cerita-cerita lama penduduk desa dan merasa ini adalah kesempatan emas untuk menciptakan kisah yang menarik.“Mereka bilang rumah itu sudah lama hancur,” ujar salah seorang penduduk yang ia temui. “Tapi anak muda, jangan terlalu penasaran. Beberapa cerita sebaiknya dibiarkan menjadi misteri.”Namun, rasa ingin tahu Danang lebih besar daripada peringatan itu. Ia pergi ke lokasi bekas rumah tersebut, yang kini telah menjadi tanah lapang d
Meski ritual telah selesai dan kedamaian kembali ke desa, tidak ada yang benar-benar merasa lega. Ki Surya memperingatkan bahwa kegelapan itu hanya tertidur, bukan lenyap sepenuhnya. Penduduk desa berusaha melupakan Rumah Tanpa Nama, berharap bahwa melupakan adalah cara terbaik untuk melindungi diri mereka. Namun, rahasia seperti ini tidak pernah benar-benar hilang.Bima, Sinta, Arif, dan Lila berusaha menjalani kehidupan mereka seperti biasa, tapi setiap malam, mimpi buruk selalu datang. Dalam mimpi itu, mereka melihat bayangan-bayangan hitam menggeliat di dalam tanah, mencoba keluar. Mereka mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan, “Kami akan kembali. Kami selalu kembali.”Mimpi buruk itu terasa terlalu nyata, hingga akhirnya Bima memutuskan untuk kembali ke lokasi puing-puing rumah itu sendirian. Ia merasa ada sesuatu yang belum selesai, sesuatu yang harus ia pastikan. Dengan membawa senter dan keberanian yang tersisa, ia berjalan menyusuri jalan setapak yang dulu menuju Rumah Tan
Beberapa bulan setelah kejadian itu, desa kembali tenang, meski cerita tentang Rumah Tanpa Nama tetap beredar. Namun, ketenangan itu hanya ilusi. Penduduk mulai melaporkan hal-hal aneh. Beberapa orang yang tinggal di dekat rumah itu sering mendengar suara langkah kaki, meski tidak ada siapa pun di sekitar. Beberapa lainnya melihat bayangan yang melintas di jendela rumah tersebut, meski rumah itu sudah lama tidak dihuni. Pak Hasan merasa bahwa ini tidak bisa dibiarkan. Ia menghubungi seorang pria bernama Ki Surya, seorang paranormal yang dikenal mampu menangani tempat-tempat berhantu. “Ada sesuatu yang tidak beres dengan rumah itu,” kata Pak Hasan saat Ki Surya tiba. “Kami kehilangan empat anak di sana, dan sejak saat itu, desa ini tidak lagi damai.” Ki Surya mengangguk, wajahnya serius. “Rumah ini menyimpan dendam lama. Kita harus mencari tahu apa yang terjadi di sini.” Malam itu, Ki Surya, ditemani Pak Hasan dan Rahmat, memasuki Rumah Tanpa Nama dengan membawa peralatan ritual. Be
Angin berbisik pelan di tengah malam, mengirimkan rasa dingin yang merayap di kulit. Jalan setapak yang mengarah ke sebuah rumah tua di ujung desa itu nyaris tak terlihat, tertutup ilalang yang tinggi dan rapat. Penduduk desa menyebutnya “Rumah Tanpa Nama.” Tak ada yang tahu siapa pemiliknya, kapan rumah itu dibangun, atau mengapa tidak pernah ada yang tinggal di sana lebih dari seminggu. Malam itu, Bima dan tiga temannya—Sinta, Arif, dan Lila—memutuskan untuk membuktikan keberanian mereka. “Katanya, setiap malam Jumat, suara tangisan terdengar dari dalam rumah itu,” ujar Sinta sambil menggenggam senter kecil dengan erat. “Mungkin hanya cerita untuk menakut-nakuti anak-anak,” balas Arif, meski nada suaranya terdengar ragu. Ketika mereka sampai di depan rumah itu, aroma kayu lapuk bercampur tanah basah menyeruak. Jendela-jendela yang pecah menganga seperti mulut yang ingin menelan mereka bulat-bulat. Pintu utama sedikit terbuka, berderit pelan ketika angin menyentuhnya. “Masuk
Angin berbisik pelan di tengah malam, mengirimkan rasa dingin yang merayap di kulit. Jalan setapak yang mengarah ke sebuah rumah tua di ujung desa itu nyaris tak terlihat, tertutup ilalang yang tinggi dan rapat. Penduduk desa menyebutnya “Rumah Tanpa Nama.” Tak ada yang tahu siapa pemiliknya, kapan rumah itu dibangun, atau mengapa tidak pernah ada yang tinggal di sana lebih dari seminggu. Malam itu, Bima dan tiga temannya—Sinta, Arif, dan Lila—memutuskan untuk membuktikan keberanian mereka. “Katanya, setiap malam Jumat, suara tangisan terdengar dari dalam rumah itu,” ujar Sinta sambil menggenggam senter kecil dengan erat. “Mungkin hanya cerita untuk menakut-nakuti anak-anak,” balas Arif, meski nada suaranya terdengar ragu. Ketika mereka sampai di depan rumah itu, aroma kayu lapuk bercampur tanah basah menyeruak. Jendela-jendela yang pecah menganga seperti mulut yang ingin menelan mereka bulat-bulat. Pintu utama sedikit terbuka, berderit pelan ketika angin menyentuhnya. “Masuk ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글