Hidup Mahira hancur setelah kecelakaan di hari pernikahannya. Kehilangan calon suami dan mengalami trauma hebat yang membuatnya harus berhenti dari pekerjaan. Elvis adalah pria yang bertanggung jawab atas meninggalkan Biyan. Dia terpaksa menikahi Mahira tanpa rasa cinta. Pernikahan terpaksa antara Mahira dan Elvis hanya bertahan hingga dua tahun. Mahira sangat kecewa ketika mendapatkan video intim suaminya dengan sang kekasih dari masa lalu di kamar hotel dalam pesta penyambutan. Elvis yang tanpa sadar diurus oleh Mahira selama dua tahun menjadi ketergantungan. Dia terbiasa dengan aroma manis dari tubuh sang istri. Hari-harinya terasa hampa ketika Mahira pergi dari rumah. Ada yang hilang dari hidupnya. Rasa marah dan cemburu pun hadir saat wanita itu dekat dengan pria lain. Feliz adalah lelaki dari masa lalu yang terus mencari Mahira hingga mereka kembali bertemu. Elvis menjadi gila dan posesif. Dia tidak menginginkan perceraian sehingga berusaha mengejar kembali sang istri yang sudah membencinya. Wanita itu terus mendapatkan ancaman dan dicelakai oleh orang-orang yang tidak menyukai kedekatannya dengan Elvis. Mahira pergi menjauh untuk mendapatkan kehidupan yang tenang dan damai. Akankah mereka akan kembali bersatu? Atau orang baru dari masa lalu yang akan menjadi pemenangnya?
더 보기Sasa mengawasi rumah Elvis. Dia mendapatkan laporan bahwa Elvis telah kembali ke rumah dengan Mahira.“Kak Elvis hilang tenyata mencari Mahira. Kenapa wanita itu tidak mati saja di luar negeri saja?” Sasa meremas jari-jarinya.“Pantas saja di malam pengumuman itu tiba-tiba Kak Elvis dan Mahira hilang begitu saja. Ternyata terjadi penculikan.” Sasa tersenyum.“Mahira. Kamu benar-benar punya banyak musuh sehingga diculik hingga dibawa ke Jepang. Kak Elvis.” Sasa melihat mobil Elvis keluar dari rumahnya. Pria itu menemani sang istri pergi pemeriksaan untuk memastikan bahwa sudah benar-benar pulih.“Aku akan mengikuti mereka.” Sasa mengikui mobil Elvis dari jarak yang aman dan dia bisa menebak bahwa pria itu pergi ke rumah sakit Feliz.“Ke rumah sakit. Wanita itu benar-benar sakit.” Sasa tersenyum. Dia melihat Elvis turun dari mobil dan menggendong Mahira.“Benar-benar perhatian.” Sasa pun turun dari mobil dan terus mengikuti Elvis yang menggendong Mahira.“Kamu sudah datang.” Feliz meny
Ryu terlihat santai. Dia duduk di ruang makan bersama kedua orang tuanya. Pria itu tidak berbicara, tetapi langsung menikmati menu makan malam.“Ryu, apa kamu pulang untuk menikah?” tanya ibunya.“Ma.” Tuan Kyoto memegang tangan istrinya.“Apa Mama tidak suka aku pulang?” Ryu menatap pada mamanya.“Mama sangay senang kamu pulang, tetapi Ryo yang pergi. Kalian berdua ini. Apa tidak bisa berkumpul bersama di rumah?” Nyonya Kyoto menepuk tangan Ryu. Putra tertua yang hampir tidak pernah pulang ke rumah.“Kemana Ryo?” tanya Ryu.“Dia tidak mengatakan tujuannya. Kamu bisa memeriksa perjalanannya,” jawab Nyonya Kyoto.“Apa Indonesia? Apa dia membawa pesawat pribadi?” tanya Ryu menyelesaikan makannya. Pria itu hanya makan sedikit saja.“Dia tidak memiliki jadwal ke indoensia,” jawab Tuan Kyoto.“Pesawat pribadi terbang malam kemarin, tetapi Ryu tidak ikut,” jelas Tuan Kyoto.“Apa?” Ryu terkejut.“Itu artinya Ryo memberikan pinjaman pesawat keluarga kepada Elvis dan Mahira pulang ke Indonesia
Elvis membawa pekerjaan ke kamar Mahira. Dia duduk di sisi tempat tidur dan tidak ingin jauh. Pria itu pun makan malam di samping sang istri. Tugas Ela sangat mudah hanya menyuntikan obat dan mengganti infus, tetapi gajinya sangat tinggi.“Sayang, sudah malam. Apa kamu belum mau bangun? Ela sudah menunggu di depan pintu.” Elvis berbisik di telinga Mahira.“Ya.” Mahira tersenyum cantik. Wajah wanita itu tampak merah dan segar.“Aku lapar,” ucap Mahira duduk dengan bantuan Elvis.“Apa? Elvis terkejut karena Mahira meminta makan. “Apa yang ingin kamu makan, Sayang?” tanya Elvis. “Ela,” sapa Elvis.“Iya, Pak.” Ela yang menunggu di luar segera berlari masuk ke dalam kamar.“Ela.” Mahira memeggang tangan Ela. “Dok.” Ela menangis. Dia segera memeluk Mahira. Wanita itu terduduk di tepi kasur.“Hey, kenapa menangis?” tanya Mahira. “Saya sangat takut. Anda tidak baik-baik saja. Itu yang Pak Rino katakana padaku,” jawab Ela dengan terisak.“Hiks. Hiks.” Ela tersedu-sedu dalam pelukan Mahira.
Ryo pulang ke rumah orang tuanya. Pria itu mengambil cuti untuk tidak datang ke rumah sakit karena pasien kesayangan telah kembali ke negaranya yaitu Indonesia.“Ryo, apa kamu mau liburan?” tanya mama Ryo.“Ya. Aku akan pergi berkeliling dunia. Sudah cukup lama berada di rumah sakit.” Ryo tersenyum.“Sayang, kalian berdua ini. Apa tidak kepikiran untuk menikah?” tanya wanita itu lagi.“Aku rasa tidak, Ma. Wanita yang kami cintai sama dan telah menikah,” ucap Ryo di dalam hati.“Aku pergi dulu, Ma. Aku akan mencari wanita yang entah di negara mana.” Ryo tersenyum. Pria yang baru pulang itu pun telah pergi lagi.“Anak hanya dua dan lelaki semua. Tidak satu pun betah di rumah. Usia sudah dewasa dan mereka masih belum menikah.” Wanita itu hanya bisa menatap kepergian Ryo.Chris mencari Ryo, tetapi tidak menemukannya. Pria itu pun tidak bisa masuk ke kamar Mahira.“Di mana Ryo? Kenapa dia tidak terlihat dan ruangannya pun dikunci?” Chris duduk di ruang tunggu.“Mm. Aku tidak bisa hanya menu
Mahira berjalan layaknya orang norma. Tidak akan ada yang menyangka bahwa dia adalah manusia tidur di siang hari dan hanya terbangun satu jam saja ketika tengah malam. Ryo dan Elvis cukup khawatir melihat pasien yang unik.“Masuklah!” Ryo membukakan pintu mobil rumah sakit untuk Mahira dan Elvis.“Terima kasih,” ucap pasangan suami istri itu bersama.“Dengan senang hati.” Ryo duduk di samping sopir. Mereka pergi ke bandara. Pria itu benar-benar bertanggung jawab. Dia mengantarkan Mahira dan Elvis hingga landasan terbang.“Dia sudah tidur lagi.” Elvis melihat Mahira yang telah merebahkan kepala di lengannya.“Benar-benar unik,” ucap Ryo turun dari mobil. Sopir segera membuka pintu belakang.“Ayo aku antar kalian hingga pesawat.” Ryo memperhatikan Elvis yang begitu berhati-hati menggendong Mahira.“Aku benar-benar berhutang budi pada Anda,” ucap Elvis.“Tidak usah dipikirkan. Uang yang kamu berikan sudah cukup untuk biaya penerbangan dan pelengkapan medis serta perawat.” Ryo benar-benar
Elizabet membuka mata dan sudah berada di dalam penjara. Wanita itu mencium aroma tidak sedap dari lantai tempatnya berbaring.“Di mana ini? Bukankah tadi aku tidur di bandara?” Elizabet segera duduk dan melihat sekeliling. Ruangan itu berbau busuk bangkai.“Ini….” Elizabet memperhatikan ruangan.“Tidak. Aku diculik. Tolong!” Elizabet segera berdiri dan memukul jeruji besi.“Tolong! Keluarkan aku!” teriak Elizabet.“Diam!” bentak penjaga penjara.“Apa yang kalian inginkan? Uang? Aku punya banyak uang. Kalian mau berapa?” tanya Elizabet.“Kami tidak butuh uang kamu,” tegas penjaga.“Apa? Lalu, kenapa kalian menculikku?” tanya Elizabet ketakutan.“Kamu hanya menjalankan tugas. Jadi, lebih baik kamu duduk dengan tenang agar tidak lelah,” ucap penjaga menarik pintu geser dan menutupi ruangan.“Hey! Apa yang kamu lakukan?” Elizabet benar-benar terkurung di dalam ruangan tanpa celah dan ventilasi udara.“Asap.” Elizabet menutup mulut dan hidungnya. Dia yakin itu bukan asap biasa, tetapi racu
Elvis naik ke tempat tidur dan memeluk Mahira dengan hati-hati. Dia ingin bertemu lagi dengan istrinya walaupun hanya dalam mimpi. “Datanglah lagi ke mimpiku, Sayang.” Elvis mencium dahi dan bibi Mahira. Pria itu tersenyum. Dia menatap wajah istrinya yang tenang.“Aku harus tidur agar bertemu dengan kamu, Sayang. Seharian ini tidak mendengar suara kamu rasanya sangat rindu.” Elvis benar-benar berpikir semuanya adalah mimpi yang membingungkan dirinya karena terasa sangat nyata.Malam begitu tenang. Lampu telah dimatikan sehingga ruangan tampak remang. Mahira pun membuka mata dan memiringkan tubuhnya. Dia menyentuh pipi Elvis. Wanita itu tersenyum cantik.“Halo, suamiku.” Mahira mencium mata Elvis dan pria itu segera terbangun.“Sayang. Kamu benar-benar datang.” Elvis menatap Mahira.“Katakan padaku. Apa ini hanya mimpi?” tanya Elvis.“Apa ini seperti mimpi?” Mahira balik bertanya.“Kalau begitu gigit di sini.” Elvis membuka kemejanya dan memberikan pundak terbuka kepada Mahira.“Kenapa
Elvis membuka mata karena cahaya matahari telah masuk dan menyilaukan. Dia meraba sang istri yang tidak bergerak sama sekali.“Sayang.” Elvis turun dari tempat tidur memastikan Mahira baik-baik saja.“Kenapa dia belum bangun?” Elvis menyentuh pipi Mahira yang dingin. Dia melihat layar computer yang bergerak stabil untuk detak jantung dan tekanan darah.“Sayang, apa kamu masih tidur?” tanya Elvis membuka jari-jari Mahira yang menggenggam.“Kenapa dia tidak bangun lagi? Apa sengaja agar tidak ada yang tahu atau aku memang hanya bermimpi?” Elvis tampak bingung. Dia bahkan meragukan keberamaanya dengan Mahira.“Apa aku berhalusinasi? Aku benar-benar sudah gila, tetapi semuanya terasa nyata.” Elvis duduk di kursi dan memijik kepalayang. Dia menatap Mahira yang tidur dengan tenang.“Anda sudah bangun.” Ryo mengetuk pintu.“Ya. Aku akan ke kamar mandi.” Elvis tampak linglung. Dia benar-benar tidak bisa membedakan mimpi atau nyata ketika Mahira bangun dan mereka saling bicara.“Hm.” Ryo memeri
Elvis hanya berdua saja dengan Mahira. Pria itu terus berada di sisi istrinya.“Mahira, waktu ini seakan bergitu lambat. Aku tidak tahu lagi sudah berapa lama kita berada di ruangan ini. Bisakah kamu bangun?” Elvis mengusap kepala Mahira. “Sayang, aku mohon bangun. Mahira!” Elvis berteriak. Dia benar-benar merasa hancur karena tidak juga melihat perkembangan dari sang istri. “Bangun, Mahira! Sampai kapan kamu akan menyisaku. Aku menyesal. Aku mohon bangun.” Elvis menggengam kuat jari-jari Mahira yang lemas. Pria itu sangat kesal. Dia ingin marah, tetapi tidak tahu harus diluapkan kepada siapa karena yang menyakiti istrinya adalah robot.“Aku akan membunuh Ryu. Aku pun tidak peduli, jika aku yang mati, Mahira.” Elvis berbisik di telinga Mahira.“Jika kamu tidak juga bangun. Aku akan membunuh semua orang di rumah sakit ini dan membawa kamu pergi. Kita mati bersama saja. Bagaimana? Apa kamu suka?” Elvis terlihat tersenyum dalam tangis. Pria itu merasa dirinya telah hancur karena Mahira
Mahira duduk di tepi kasur. Dia masih menunggu kepulangan suaminya. Pernikahan terpaksa yang terjadi karena rasa tanggung jawab Elvis yang telah menyebabkan kematian dari kekasih Mahira di hari pernikahan.“Kenapa belum pulang? Padahal sudah pukul dua belas malam. Aku sangat khawatir. Haruskan aku menghubungi Elvis?” Mahira menatap layar ponsel yang begitu sepi. Tidak ada panggilan dan pesan sama sekali dari suaminya.“Hm. Kak Biyan. Maafkan aku yang sudah menerima Elvis di dalam hatiku. Dia sangat baik. Walaupun kadang bersikap dingin. Elvis yang menanggung biaya kehidupanku dan mama serta kuliah Manisa.” Mahira berbicara dengan foto Biyan yang masih ada di layar ponselnya.“Aku tidak bisa melakukan operasi lagi karena trauma melihat dirimu yang terluka di hari pernikahan kita,” ucap Mahira melihat kedua tangannya yang putih. Wanita itu sudah lama tidak berkerja sebagai seorang dokter bedah. Dia diberikan cuti untuk pemulihan diri.“Aku berusaha menjadi istri yang baik untuk Elvis. ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글