Elvis sangat meradang ketika nama Biyan terus terdengar dari mulut Mahira. Pria itu juga tahu bahwa istrinya masih sering melihat foto calon suami yang telah meninggal sehingga dia berpikir bahwa wanita itu tidak pernah mencintainya dan bahkan benci padanya.
“Dengar, Mahira. Selama pernikahan kita. Aku sudah mengeluarkan banyak uang. Tubuh seksimu saja tidak mampu membayarnya.” Elvisl tersenyum tipis. Pria itu meraba leher Mahira hingga ke dada wanita itu.
“Jangan pernah menyentuhku!” teriak Mahira. Dia berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria itu menyerang leher istrinya dengan mencium dan menjilati.
“Aku jijik dengan pria yang sudah bekas wanita lain. Lepaskan aku!” Mahira berusaha melepaskan diri dari Elvis yang sedang marah. Pria itu pun masih dipengaruhi minuman.“Bukankah kamu sudah bersetubuh dengan calon suami kamu itu,” ucap Elvis.
“Plak!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Elvis. “Hah!” Elvis melotot pada Mahira. Wanita itu adalah orang pertama yang berhasil menampar pipinya.“Aku bukan wanita murahan yang menjalin hubungan intim tanpa ikatan pernikahan seperti kamu dan Sasa.” Mahira mengambil vas bunga yang ada di atas meja dan memukul kepala Elvis.
“Aarggh!” Elvis yang berada di atas Mahira jatuh ke kasur. Pria itu merasakan sakit pada kepalanya.“Aku benci kamu!” bentak Mahira merapikan pakaiannya. Dia berlari keluar dari kamar.
“Mahira!” teriak Elvis meraba kepalanya yang berdarah. Pipinya pun terasa panas akibat tamparan dari Mahira.Mahira menuruni tangga. Dia tidak tahu harus pergi kemana. Wanita itu masuk ke kamar tamu. Di mengunci pintu dan berdiam diri.
“Mahira!” teriak Elvis membangunkan semua orang.
“Ada apa, Elvis?” tanya Elvita keluar dari kamarnya.
“Tidak apa.” Elvis tidak mau membawa keluarganya ke dalam masalahnya dengan Mahira.
“Apa Mahira membuat masalah?” tanya Elvita.“Lebih baik kamu ceraikan saja wanita itu. Kamu cukup membiayai hidupnya. Kalian juga tidak punya anak,” tegas Elvita.
“Sasa mau menikah dengan kamu. Kita ada utang budi di masa lalu dengan keluarga Sasa. Dia bahkan rela menjadi sekretaris kamu dan meninggalkan Perusahaan orang tuanya,” lanjut Elvita memperhatikan Elvis yang terdiam.
“Ada apa rebut-ribut?” Renaldi pun ikut keluar dari kamar.“Iya, Kak. Apa Kakak bertengkar dengan Kak Mahira?” tanya Relia yang merupakan adik Elvis.
“Kalian kembalilah ke kamar.” Elvis pun masuk ke kamarnya. Pria itu harus mengobati luka pada kepalanya. Dia melihat ponsel Mahira yang tertinggal di atas tempat tidur.
“Aku tahu dia masih di rumah ini dan tidak akan pergi kemana pun.” Elvis yang tahu sandi ponsel Mahira membukanya. Dia melihat video dan foto yang masuk ke dalam pesan media.
“Siapa wanita ini? Apa Sasa? Siapa yang mengirimnya? Apa ini yang membuatnya marah dan menuduhku?” Elvis meremas ponsel Mahira.“Kita selesaikan besok saja. Aku biarkan kamu tidur nyenyak.” Elvis mengobati luka pada kepalanya. Pria itu membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia merebahkan tubuh di atas kasur dan membongkar isi ponsel Mahira.
“Tidak ada Riwayat panggilan dan pesan. Apa dia tidak pernah berhubungan dengan keluarganya?” Elvis yang cerdas berhasil memulihkan pesan yang telah dihapus. Dia melihat pesan dari Mirna dan Manisa yang masih meminta uang pada istrinya. Mereka juga berkata kasar.
“Apa dua orang ini tidak puas dengan uang yang aku berikan? Kenapa masih meminta pada Mahira?” Elvis mengecek saldo Mahira. Pria itu sangat terkejut dengan nominal yang ada.
“Apa dia tidak berbelanja. Uang yang aku berikan tidak berkurang sama sekali.” Elvis beranjak dari kasur. Dia memeriska lemari pakaian.
“Pakaian lama. Tidak ada tas dan sepatu baru. Aku dengar dia adalah dokter bedah yang tinggal di luar negeri. Bagaimana bisa hanya mengenakan pakaian sederhana dan lusuh? Padahal dia cantik.” Elvis menutup semua lemari.
“Apa peduliku!” Elvis membuang ponsel Mahira ke sofa. Pria itu mematikan lampu.
“Wanita itu berani sekali membuat kepalaku luka dan sakit. Dia bahkan menampar pipiku.” Elvis duduk di tepi kasur. Dia menyentuh kepalanya yang terluka dan pipi yang panas.
“Sial!” Elvis merebahkan tubuh dan memejamkan matanya.Mahira duduk di atas tempat tidur yang ada di kamar tamu. Dia tidak menyalakan lampu sehingga ruangan itu gelap. Memeluk kaki dalam tangisnya.
“Apa Elvis terluka?” Mahira yang seorang dokter mengkhawatirkan pria itu. Dia merasa bersalah karena telah memukul kepala Elvis.“Aku tidak mau disentuhnya dengan paksaan. Dia seakan mau memperkosaku. Apa belum puas dengan Sasa?” Mahira sangat kesal dan marah setiap kali mengingat video intim Elvis dan Sasa.
“Menjijikan!” Mahira yang sudah menyukai Elvis merasa dikhianati. Dia yang ingin menjalani kehidupan rumah tangga bahagia menjadi kecewa dan terluka.
Mahira benar-benar tidak bisa tidur. Dia sangat gelisah memikirkan hari esok. Rencana ke depan yang harus dijalaninya.
“Aku bisa hidup sendiri, tetapi bagaimana dengan mama dan Manisa?” tanya Mahira pada dirinya sendiri. Dia selalu diganggu ibu tiri dan adiknya dalam urusan uang. Wanita itu dijadikan mesin uang.
“Apa Elvis sudah tidur?” Mahira keluar dari kamar tamu. Dia pergi ke kamar Elvis.
“Tidak dikunci.” Mahira membuka pintu dengan perlahan dan mendekati Elvis. Dia memeriksa luka pada kepada suaminya yang diobati asalan.
“Tidak diberikan obat yang tepat.” Mahira mengambil kotak obat. Dia membersihkan luka Elvis dan memberikan obat. Wanita itu bahkan memberikan suntikan antibiotic.
“Dia mengobati Lukaku.” Elvis yang sudah bangun tetapi pura-pura tidur.
“Luka ini akan sembuh lebih cepat dan tidak akan infeksi.” Mahira menyimpan kota obat pada tempatnya. Elvis memperhatikan wanita itu.“Hm.” Mahira mengambil ponsel dan keluar dari kamar. Dia kembali ke kamar tamu.
“Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, Mahira? Bukankah kamu membenciku? Tetapi kenapa kamu peduli? Di hatimu masih ada Biyan. Pria yang sudah mati itu.” Elvis duduk di tepi kasur. Dia mengusap wajahnya dengan kasar.“Kenapa kamu mengurusku setiap hari? Dan malam ini, kenapa kamu marah dengan video itu? Apa kamu cemburu? Apa ada cinta di hatimu untukku?” Elvis melihat Mahira yang telah menghilang di balik pintu.
“Aargggh!” Elvis sangat kesal. Dia bahkan tidak mengerti dengan hubungan dirinya dan Mahira.
Pagi hari, Mahira sudah berada di dapur. Dia membuatkan sarapan untuk semua anggota keluarga. Wanita itu sudah biasa melakukannya. Dirinya bahkan sudah tahu kesukaan dan kebiasaan keluarga Elvis.
“Apa yang terjadi semalam, Mahira? Apa kamu bertengkar dengan Elvis?” tanya Elvita pada Mahira yang sedang menyajikan makanan di atas meja. “Tidak, Ma.” Mahira tersenyum.“Sampai kapan kamu mau bertahan di rumah ini? Apa kamu senang menjadi pembantu?” tanya Elvita memperhatikan Mahira.
“Apa kamu mau menguras harta Elvis? Setiap hari mama dan adik kamu itu meminta uang seperti pengemis ke rumah ini. Benar-benar keluarga miskin yang tidak punya harga diri,” ucap Elvita.
“Seperti lintah saja. Menghisap darah keluarga kami,” tegas Elvita. Mahira hanya diam saja. Dia terus melanjutkan pekerjaannya.
“Mahira!” teriak Elvita yang merasa tidak dipedulikan. Wanita itu menepis tangan Mahira.
“Aaahh!” Mahira terkejut hingga sup panas yang dipegangnya jatuh.“Benar-benar tidak berguna. Untung tidak mengenai kakiku.” Elvita menjambak rambut Mahira.
“Aarggh!” Mahira berteriak kesakitan.
“Ma. Apa yang Mama lakukan?” Relia melihat tangan Mahira yang merah terkena kuah sup. Kaki wanita itu pun terluka karena pecahan dari wadah sup.“Bersihkan lantai itu,” bentak Elvita.
“Ayo, Kak.” Relia mau membantu Mahira.
“Biarkan dia sendiri, Lia.” Elvita menarik tangan Relia menjauh dari Mahira. “Ma, tangan dan kaki Kak Mahira terluka,” ucap Relia.“Salah dia sendiri,” tegas Elvita.
“Lebih baik kamu bercerai dengan Elvis agar dia bisa menikahi Sasa,” bisik Elvita di telinga Mahira.
“Bersihkan lantai dan pergi dari sini. Aku tidak nafsu makan melihat kamu.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga terduduk ke lantai.
“Ahhh!” Luka pada tangan Mahira bertambah karena terkena pecahan wadah porselen.Mahira segera membersihkan lantai. Dia hanya bisa menahan perih dan sakit pada tangan serta kakinya. Wanita itu harus bergerak cepat agar segera bisa mengobati dirinya.
“Seorang dokter tidak boleh terluka,” ucap Mahira di dalam hati. Dia menahan tangis hingga dadanya begitu sesak.
“Permisi.” Mahira berjalan cepat menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia harus mengambil kotak obat. Jika terlambat maka lukanya akan infeksi.
“Untunglah Elvis masih tidur.” Mahira melihat Elvis yang tidur dengan nyenyak.
Mahira masuk ke kamar mandi. Dia membersihkan diri karena pakaiannya terkena kuah sup. Wanita itu mandi untuk kedua kalinya.“Hm.” Elvis membuka mata perlahan dan melihat Mahira yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas paha.“Dia memang seksi.” Elvis memperhatikan Mahira yang berjalan menuju lemari pakaian. Wanita itu tidak tahu bahwa suaminya sudah bangun sehingga dengan santainya dia berganti pakaian di depan Elvis yang tidak pernah melihat tubuhnya.“Pasti dia pikir aku masih tidur.” Elvis melihat Mahira yang sudah mengenakan celana sebatas lutut dan kaos putih lengan pendek. Wanita itu benar-benar tidak berdandan sama sekali. Dia hanya memberikan perlindungan dan perawatan kulit saja.“Ahhh!” Mahira mengambil kota obat dari lemari yang cukup tersembunyi.“Apa dia akan mengobati ku lagi? Aku tidak tahu dia punya dua kotak obat.” Elvis tidak mengalihkan pandangan dari Mahira. Dia belum tahu bahwa wanita itu terluka.Mahira membuka pintu balkon dan menutupn
Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia
Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.“Mama mau kemana?” tanya Relia.“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.“Apa K
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena
Mahira kembali ke rumah. Dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal. Foto dan video ketika Elvis berada di rumah Sasa. Dua orang yang terlihat romantis dan tidak ingin dipisahkan.“Kenapa harus mengirim foto dan video ini kepadaku?” tanya Mahira yang duduk di sofa. Wanita itu merasa sangat lelah. Rasa cinta yang mulai tumbuh kembali sirna. Dia berusaha menjadi istri yang sempurna untuk Elvis.“Elvis. Kamu memang dingin, tetapi di mataku kamu cukup baik dan peduli. Kamu juga adalaj pria yang bertanggung jawab sehingga aku dan keluarga tidak kelaparan.” Mahira menghapus semua foto Elvis yang tersimpan di dalam ponselnya. Dia tidak ingin lagi ada hubungan apa pun dengan suaminya.“Aku yakin Elvis sedang mengurus perceraian kami agar dia bisa segera menikahi Sasa.” Mahira meletakkan ponsel di atas meja. Dia merebahkan tubuh di sofa dan memejamkan matanya. Harinya benar-benar gelisah. Satu-satu pria yang dekat dengannya setelah Biyanka adalah Elvis. Mereka sudah hidup bersama selama dua ta
Sasa selesai makan malam bersama Elvita dan Relia. Mereka berjalan menuju ruang keluarga.“Ma, aku ke kamar dulu.” Relia menaiki tangga menuju kamarnya.“Lia,” sapa Elvita, tetapi Relia terus melanjutkan langkah kakinya yang cepat dan masuk ke dalam kamar dengan tidak lupa mengunci pintu.“Apa Kak Mahira benar-benar sudah pergi dari rumah ini? Aku tidak sempat mampir ke rumah orang tuanya karena mama memintaku pulang lebih awal.” Relia duduk di kursi belajarnya. Dia mencoba menghubungi Mahira dan tidak aktif lagi.“Tidak aktif. Apa Kak Mahira mengganti nomor ponselnya?” Relia terus mencoba menghubungi nomor Mahira dan benar-benar gagal berulang.“Aku akan coba cari ke rumah mamanya.” Relia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar.“Relia, kamu mau kemana?” tanya Elvita melihat Relia melewati mereka.“Aku mau keluar dulu, Ma. Ada perlu.” Relia tersenyum dan berjalan cepat keluar dari rumah mewah keluarganya.“Relia sekarang sudah berubah, Tante. Dia seperti asing padaku,” ucap Sasa.
Langkah kaki Elvis dihentikan Sasa yang sudah menunggu di depan pintu ruang tengah. Pria itu cukup terkejut dengan kehadiran cinta masa kecil. “Kak, aku akan menginap di sini.” Sasa tersenyum pada Elvis.“Bukankah besok kamu harus kerja?” Elvis menatap Sasa yang berdiri di depannya.“Tante sudah menyiapkan pakaian ganti untukku besok. Sudah lama kita tidak bersama.” Sasa menggantungkan tangannya di leher Elvis.“Apa aku bisa tidur di kamar Kak Elvis?” tanya Sasa mendekatkan wajahnya pada Elvis.“Itu tidak mungkin, Sasa. Kita sudah sama-sama dewasa dan aku telah menikah.” Elvis tersenyum. Pria itu tidak menolak sentuhan Sasa. Dia tidak ingin wanita itu marah dan tersinggung. “Istri Kak Elvis kan sudah pergi dan kalian akan bercerai.” Sasa cemberut.“Kamu pergilah istirahat ke kamar tamu. Aku masih harus bekerja.” Elvis melepaskan tangan Sasa.“Aku mau ikut bekerja dengan Kak Elvis agar terbiasa. Kakak tahu kan aku sedang belajar.” Sasa memeluk lengan Elvis. Dia menempelkan bagian dada
Ryo benar-benar pindah tim. Dia berusaha terus berada di sisi Mahira. Pria muda itu ingin mengenal lebih dekat. Wanita yang menghilang selama dua tahun setelah kematian kekasih sekaligus calon suaminya di hari pernikahan mereka.“Dokter Mahira adalah wanita yang setia. Dia terpuruk hingga dua tahun karena kehilangan pria yang dicintai dan juga calon suaminya.” Ryo memperhatikan Mahira yang selalu tersenyum tulus kepada semua pasien. Wanita itu juga tidak segan membantu warga asli yang membutuhkan. Dia tidak peduli dengan pakaian yang menjadi kotor.“Tidak pacarana dan bahkan menghilang dari dunia kedokteran. Pasti ada banyak pria yang menginginkannya termasuk aku.” Ryo mendekati Mahira.Tidak ada yang tahu bahwa Mahira hilang karena menikah dengan Elvis. Selama dua tahun dia menjalani pernikahan rahasia yang dingin. Disembunyikan dari public hanya untuk menutupi kasus kematian Biyanka yang disebabkan oleh kecelakaan agar nama baik Elvis tetap terjaga.“Biar aku bantu.” Ryo membantu Ma
Ryo dengan sabar menunggu Mahira yang harus merapikan diri dan bersiap untuk pergi ke desa terpencil untuk memberikan bantuan medis. Wanita cantik itu tampil dengan kemeja putih lengan panjang dan celana berbahan lembut dengan warna senada.“Aku siap.” Mahira berdiri di depan Ryo yang duduk di sofa. Pria itu segera mendongak dan terpesona melihat dokter yang datang dari Indonesia, tetapi menguasai banyak Bahasa asing.“Cantik,” gumam Ryo. Rambut hitam bergemobang diikat tinggi mirip ekor kuda. Leher jenjang dan putih terlihat dengan jelas begitu menggoda di mata semua pria.“Apa?” tanya Mahira yang tidak mendengarkan gumaman Ryo.“Tidak apa. Ayo berangkat.” Ryo segera beranjak dari kursi.“Ya.” Mahira keluar dari rumah bersama Ryo. Dia menutup dan mengunci pintu.“Silakan.” Ryo membuka pintu untuk Mahira.“Terima kasih.” Mahira memberikan senyuman paling manis untuk pria muda di depannya. Dia duduk di kursi dan segera mengenakan sabuk pengaman.“Dengan senang hati.” Ryo membalas senyu
Sasa melamun di dalam kamarnya. Dia sendirian dan bosan. Elvita lebih memilih pergi berkeliling butik dan berbisnis. Relia berada di taman belakang untuk belajar.“Kenapa rumah ini sangat sepi?” tanya Sasa bergerak dengan kursi rodanya.“Lelah sekali menggunakan kursi roda ini dan aku pun tidak berhasil mengambil perhatian Elvis. Apa dia tidak peduli kepadaku? Apa pria itu semakin tidak suka karena aku lumpuh?” Sasa menatap diri di depan cermin. Dia benar-benar kesal karena Elvis yang pergi ke luar kota untuk pertemuan bisnis.“Aku akan menghubungi mama agar menjemputku pulang. Aku bosan di rumah ini dan Kak Elvis pun tidak ada.” Sasa mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja.“Ma,” sapa Sasa.“Ada apa, Sayang?” tanya Selia menjawab panggilan Sasa.“Jemput aku pulang. Aku bosan di sini sendirian,” jawab Sasa.“Kenapa?” tanya Selia.“Tidak ada siapa pun di sini. Kak Elvis pergi ke luar kota. Tante melakukan perjalanan bisnis dan Relia belajar jarak jauh,” jelas Sasa.“Aku lelah
Elvis hanya diam saja. Pria itu terlihat berpikir keras untuk menyelesaikan masalahnya. Dia benar-benar tidak ingin bercerai dengan Mahira. Jatuh cinta itu nyata, tetapi gengsi untuk mengakuinya. Dua tahun bersama hanya saling menjaga perasaan tanpa ingin menyakiti.“Rino, cari orang di Jepang untuk menahan Mahira!” perintah Elvis tiba-tiba.“Apa?” Rino terkejut.“Bos, apa maksud Anda menahan?” tanya Rino.“Jangan biarkan dia meninggalkan Jepang. Aku akan segera menyusulnya,” jawab Elvis merebahkan tubuh di kasur.“Hhh!” Rino menatap Elvis.“Apa kamu perlu berpikir untuk mengerjakan tugas ini? Apa kamu mau dipecat?” tanya Elvis tanpa melihat Rino.“Siap! Laksanakan!” Rino segera menghubungi orang-orang bayaran yang bisa dipekerjakan untuk melarang Mahira meninggalkan Jepang. Wanita itu juga diawasi sehingga benar-benar hanya berada di rumah saja.“Saya sudah mendapatkan orang bayaran, Bos. Mereka berada tidak jauh dari penginapan Nyonya,” ucap Rino.“Janga nada yang berani menyentuh Ma
Elvis benar-benar marah. Dia sangat khawatir berkas perceraian itu sampai ke tangan Mahira. Dia pun berpikir buruk kemungkinan sang istri yang mengurus perceraian.“Apa Mahira bekerja sama dengan pengacara?” Elvis benar-benar tidak tenang.“Maaf, Pak. Saya tidak menemukan catatan Ibu Mahira melakukan pertemuan atau pun pergi ke persidangan,” ucap Rino.“Saya sudah memeriksa semuanya,” lanjut Rino.“Mungkin ada orang lain. Sekarang temukan pengacara itu,” tegas Elvis.“Di mana pun dia berada.” Elvis menghembus napas dengan kasar.“Baik, Pak.” Rino melirik Elvis.“Sudah lama Pak Elvis tidak marah. Hidupnya yang tenang mulai bergairah.” Rino tersenyum.Rino benar-benar sibuk. Dia harus terus memantau pergerakan Mahira dan mencari pengacara yang tiba-tiba hilang.“Sepertinya pengacara ini mendapat bayaran sehingga dia bisa pergi dengan semua keluarganya,” ucap Rino.“Kemana dia pergi? Siapa yang membayar? Aku tidak melihat Mahira mengeluarkan uang.” Rino berpindah duduk di samping Elvis.
Elvis berada dan Rino tiba di bandara. Mereka dijemput oleh mobil hotel menuju tempat pertemuan yang telah ditentukan. Tidak perlu istirahat karena semua dilakukan dengan serba cepat. Waktu adalah uang.“Selamat datang, Pak Elvis.” Pelayan hotel menyambut kedatangan Elvis dengan membungkukkan badan. Mereka sangat mengenal pengusaha mud aitu.“Silakan, Pak. Ini ruang pertemuan Anda.” Pintu dibuka dan Elvis berjalan tegak tanpa bicara sepatah kata pun. Tidak akan senyuman apalagi ucapan terima kasih. Dia benar-benar tidak peduli dengan orang-orang yang tidak ada hubungan dengannya. Itulah yang dilakukannya kepada Mahira dalam pernikahan mereka.“Ya Tuhan. Pak Elvis benar-benar tampan dan tinggi. Aku sangat beruntung bisa melihatnya dari dekat,” ucap para pelayan hotel.“Kamu benar. Ibu Sasa benar-benar beruntung menjadi kekasih Pak Elvis. Bersama sejak kecil hingga detik ini.” Orang-orang hanya tahu bahwa Sasa adalah kekasih Elvis karena wanita itu mengatakan kepada dunia dengan banggany
Relia masih belum pergi ke kampus, tetapi dia tidak akan ketinggalkan kuliah. Wanita muda itu punya banyak uang. Dia adalah adik dari Elvis Mahendra sehingga mendapatkan pelayanan yang berbeda dengan kuliah jarak jauh melalui zoom.“Sepi sekali.” Relia duduk di taman belakang yang tenang. Dia sedang belajar dengan fokus.“Kemana Kak Mahira?” Pikiran Relia tiba-tiba teringat kepada Mahira yang tidak ada lagi kabar berita dan Elvis pun tampak tenang. “Apa Kak Elvis sudah menemukan Kak Mahira?” Relia mencoba menghubungi Elvis.“Halo, Lia. Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Elvis dengan penuh wibawa.“Kak. Apa Kakak sudah menemukan Kak Mahira?” Relia balik bertanya.“Ya. Dia sedang menikmati liburan dengan jalan-jalan dan tidak menentap. Aku akan membiarkannya bersenang-senang karena setelah itu dia akan kembali pulang,” jelas Elvis tersenyum.“Oh syukurlah. Mungkin Kak Mahira sedang tidak ingin diganggu,” ucap Relia.“Kamu benar. Dia sedang marah dan cemburu karena Sasa selalu mengirimkan fo
Elvis rebahan di lantai. Pria itu menatap langit-langit ruangan. Dia benar-benar tampak berantakan, tetapi tidak membuat ketampanannya berkurang. Pesona pria matang dan kaya memang berbeda. Aura seorang pemimpin yang selalu menjadi daya tarik semua orang.“Siapa yang membantu kamu pergi Mahira?” Elvis benar-benar lelah setelah olah raga berat yang menyiksa tubuhnya. Pria itu melakukan dengan berlebihan dan memaksa diri untuk meluapkan amarah serta kekesalannya.“Tidak biasanya Rino gagal menemukan orang yang aku inginkan.” Elvis beranjak dari lantai. Pria itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa tidur dengan tubuh yang kotor dan berkeringat. “Aku pastikan akan mendapatkan kamu, Mahira. Tidak ada makhluk sekecil apa pun bisa lari dari genggamanku ketika aku menginginkannya. Hidupku selama ini benar-benar terlalu santai. Dan sekarang kamu membuat permainan. Pasti akan menyenangkan.” Elvis yang tadi marah telah menjadi tenang karena sudah diluapkan dengan cara yan
Elvis pulang ke rumah. Dia pergi ke ruang computer yang ada di belakang ruang kerjanya. Pria itu disambut oleh Rino.“Pak.” Rino terkejut dengan kedatangan Elvis.“Cari Mahira!” perintah Elvis dengan matanya yang merah. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia meninju bantal dan melepar ke lantai. “Arrggh!” Elvis benar-benar sangat marah. Dia tidak menyangka setelah membuka akun Mahira. Wanita itu pergi tanpa bersuara. Pria itu melepas jas dan dasi serta membuka beberapa kancing.“Apa dia pergi dengan Feliz?” tanya Elvis.“Tidak, Bos. Pak Feliz masih dalam pertemuan dalam pembukaan dan peresmian perusahaannya.” Rino memperlihatkan siaran langsung Feliz tanpa Mahira. Pria itu sedikit gugup melihat amarah Elvis yang tidak biasa. Lelaki yang tenang kini terlihat berantakan.“Pantas saja aku tidak bisa menghubunginya. Ternyata pria itu sedang sibuk. Apa dia tahu Mahira pergi?” tanya Elvis. “Sepertinya Nyonya pergi tanpa memberitahu siapa pun,” jawab Rino memperhatikan Elvis. Bosnya b