Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.
“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.
“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.
“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.
“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.
“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.
“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.
“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia masih duduk di lantai. Wanita itu sudah terbiasa dengan penghinaan dan perlakukan kasar yang diberikan oleh mama mertuanya.
“Tentu saja. Elvis akan segera menceraikan kamu. Dia menikahi kamu itu hanya karena kasian dan bentuk tanggung jawab. Putraku adalah pria yang baik.” Elvita tersenyum.
Elvita senang karena Mahira dan Elvis akan segera bercerai. Wanita itu tidak mau menantunya hanya seorang ibu rumah tangga. Hanya menjadi beban keluarga saja. Itu membuatnya malu. Dia tidak tahu latar belakang pendidikan dan pekerjaan Mahira yang seorang dokter bedah dan ahli akupuntur. Menantu yang pernah hidup, kuliah dan belajar serta bekerja di luar negeri. Istri Elvis itu bahkan memiliki gaji yang tinggi.
“Wanita miskin dengan pakaian lusuh tidak pantas berada di sisi Elvis,” tegas Elvita.
“Ya.” Mahira beranjak dari lantai. Wanita itu tentu saja terlihat sederhana dan tidak menarik. Dia hanya dituntut menjadi pelayan di rumah suaminya. Tidak ada kesempatan untuk merawat diri.
“Terima kasih untuk dua tahun ini, pemisi.” Mahira melangkah kaki dengan pasti. Dia menarik koper dengan senyuman. Menahan air mata yang ingin jatuh karena sesak dan sakit di dada.
Elvis telah berada di perusahaannya. Pria itu sibuk dengan banyak pekerjaan. Dia adalah pembisnis terkenal. Tidak ada yang tahu pernikahannnya dengan Mahira. Kecelakaan yang telah merenggut nyawa Biyanka pun diredam dengan baiknya.
“Elvis.” Sasa tergesa-gesa masuk ke dalam ruang kerja.
“Kenapa terlambat?” tanya Elvis melihat sekilas pada Sasa.
“Maaf, Sayang. Aku semalam sakit kepala karena mabuk sehingga kesulitan bangun. Bagaimana dengan konsisi kamu? Apa masih pusing?” tanya Sasa.
“Pusing?” Elvis mengingat secangkir obat pereda mabuk yang ada di kamarnya. Dia tidak tahu siapa yang membuatkannya dan pria itu meminum tanpa bertanya.
“Iya. Kamu tetap bisa bangun dengan tubuh segar.” Sasa tersenyum. Dia meraba pundak lebar Elvis. Wanita itu selalu mengenakan pakaian seksi dan tampil cantik.
“Apa kepala kamu tidak pusing?” Sasa memijat kepala Elvis dari belakang.
“Tidak.” Elvis segera berdiri. Pria itu tidak sadar telah menolak sentuhan Sasa.
“Bagaimana aku bisa tertidur di café?” tanya Elvis.
“Aku tidak tahu. Aku pulang duluan. Maafkan aku yang meninggalkan kamu,” jawab Sasa.
“Hm. Baiklah. Periksa jadwalku hari ini.” Elvis segera duduk. Pria itu terlihat jelas menolak sentuhan Sasa.
“Elvis, kapan kamu akan menceraikan Mahira?” tanya Sasa mengejutkan Elvis.“Aku rasa dua tahun cukup untuk kamu bertanggung jawab. Pernikahan kalian pun tidak ada yang tahu. Semua orang mengira kamu masih lajang.” Sasa menatap Elvis yang terdiam dan tampak berpikir.
“Kita sudah bersama sejak kecil. Aku bahkan rela menjadi sekretaris kamu agar terus bisa berada di sisi kamu, Elvis,” tegas Sasa yang sudah tidak tahan lagi melihat wanita lain yang tidur di kasur Elvis.
“Mahira tidak punya tempat tinggal. Dia juga tidak memiliki pekerjaan. Bagaimana dia akan hidup di negara yang keras ini?” Elvis kembali sibuk dengan berkas yang ada di atas mejanya.
“Kamu punya banyak uang. Belikan saja dia rumah di ujung kota atau di desa. Dia bisa bekerja apa pun. Aku dengar juga Mahira seorang dokter dan masih punya ijin praktik,” ucap Sasa menghentikan tangan Elvis yang sedang memberikan tanda tangan pada berkas.
“Mahira masih bisa menjadi dokter ketika dia sudah sembuh dari traumanya. Wanita itu sedang terapi dengan biaya dari rumah sakit langsung,” jelas Sasa.
“Siapa yang membiayai Mahira?” tanya Elvis yang tidak tahu apa pun tentang Mahira.“Aku tidak tahu siapa orangnya, tetapi Mahira diperlakukan khusus di rumah sakit itu,” jawab Sasa.
“Pantas saja uang yang aku berikan tidak berkurang untuk pengobatan. Ternyata dia mendapatkan pelayanan gratis dari pihak rumah sakit.” Elvir terlihat sedang berpikir.
“Siapa sebenarnya kamu, Mahira?” tanya Elvis di dalam hati.
“Sasa. Kembalilah ke ruangan kamu,” ucap Elvis.
“Baiklah.” Sasa keluar dari ruangan Elvis.
“Aku harus menyelidiki tentang latar belakang Mahira. Kenapa selama ini aku tidak peduli?” Elvis mengambil ponsel dan menghubungi asisten pribadinya.
“Halo, Rino. Kamu dimana?” tanya Elvis.
“Aku di dapur. Sedang menyeduhkan kopi. Apa ada sesuatu, Bos?” tanya Rino.
“Masuk ruanganku sekarang!” perintah Elvis dan langsung memutuskan panggilan.
“Ada apa dengan Bos?” Rino segera menghirup kopi hangat dengan perlahan dan membawa ke ruangan Elvis.
“Aku belum juga minum kopi.” Rino meletakkan kopi di atas meja.
“Kunci pintu,” ucap Elvis.
“Oh.” Rino segera mengunci pintu dengan rapat.
“Cari informasi tentang Mahira!” perintah Elvis.
“Apa?” Rino menatap bingung pada Elvis.
“Apa perintahku belum jelas?” Elvis melotot pada Rino.
“Bos. Anda sudah menikah dua tahun dan baru mau mencari informasi tentang Ibu Mahira. Untuk apa?” tanya Rino.
“Apa aku perlu memberi alasan?” Elvis melepar buku ke wajah Rino dan dengan cepat pria itu menghindar.
“Baik. Aku akan kerjakan.” Rino duduk di kusi yang ada di sudut ruangan Elvis. Pria itu mulai bekerja dengan computer dan ponsel. Dia mencari semua informani tentang Mahira dan itu tidak mudah karena istri dari Elvis pernah tinggal di luar negeri.
“Bos. Istri Anda ini pernah tinggal di luar negeri. Dari mulai kuliah hingga kerja,” ucap Rino.
“Aku tidak mendapatkan informasi di luar negeri. Sepertinya, kita harus mengirim seseorang ke sana,” lanjut Rino,
“Lakukan apa pun untuk mendapatkan semua tentang Mahira dan juga Biyan.” Elvis terlihat kesal.
“Apa dia sangat istimewa sehingga mendapatkan pelayanan gratis dari rumah sakit paling popular di negara ini? Apa karena dia istriku?” Elvis beranjak dari kursi dan mendekati Rino.
“Cari informasi tentang Mahira di rumah sakit Seloma,” tegas Elvis.“Hah! Okay.” Rino mengangkat jari jempolnya. Pria itu sangat cekatan dalam bekerja. Dia tidak pernah mengecewakan Elvis.
“Kenapa dia tidak minta bantuan Sasa dalam mencari infromasi ini dan harus merepotkanku juga.” Rino melirik Elvis yang tampak melamun.
Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.“Mama mau kemana?” tanya Relia.“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.“Apa K
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena
Mahira kembali ke rumah. Dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal. Foto dan video ketika Elvis berada di rumah Sasa. Dua orang yang terlihat romantis dan tidak ingin dipisahkan.“Kenapa harus mengirim foto dan video ini kepadaku?” tanya Mahira yang duduk di sofa. Wanita itu merasa sangat lelah. Rasa cinta yang mulai tumbuh kembali sirna. Dia berusaha menjadi istri yang sempurna untuk Elvis.“Elvis. Kamu memang dingin, tetapi di mataku kamu cukup baik dan peduli. Kamu juga adalaj pria yang bertanggung jawab sehingga aku dan keluarga tidak kelaparan.” Mahira menghapus semua foto Elvis yang tersimpan di dalam ponselnya. Dia tidak ingin lagi ada hubungan apa pun dengan suaminya.“Aku yakin Elvis sedang mengurus perceraian kami agar dia bisa segera menikahi Sasa.” Mahira meletakkan ponsel di atas meja. Dia merebahkan tubuh di sofa dan memejamkan matanya. Harinya benar-benar gelisah. Satu-satu pria yang dekat dengannya setelah Biyanka adalah Elvis. Mereka sudah hidup bersama selama dua ta
Sasa selesai makan malam bersama Elvita dan Relia. Mereka berjalan menuju ruang keluarga.“Ma, aku ke kamar dulu.” Relia menaiki tangga menuju kamarnya.“Lia,” sapa Elvita, tetapi Relia terus melanjutkan langkah kakinya yang cepat dan masuk ke dalam kamar dengan tidak lupa mengunci pintu.“Apa Kak Mahira benar-benar sudah pergi dari rumah ini? Aku tidak sempat mampir ke rumah orang tuanya karena mama memintaku pulang lebih awal.” Relia duduk di kursi belajarnya. Dia mencoba menghubungi Mahira dan tidak aktif lagi.“Tidak aktif. Apa Kak Mahira mengganti nomor ponselnya?” Relia terus mencoba menghubungi nomor Mahira dan benar-benar gagal berulang.“Aku akan coba cari ke rumah mamanya.” Relia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar.“Relia, kamu mau kemana?” tanya Elvita melihat Relia melewati mereka.“Aku mau keluar dulu, Ma. Ada perlu.” Relia tersenyum dan berjalan cepat keluar dari rumah mewah keluarganya.“Relia sekarang sudah berubah, Tante. Dia seperti asing padaku,” ucap Sasa.
Langkah kaki Elvis dihentikan Sasa yang sudah menunggu di depan pintu ruang tengah. Pria itu cukup terkejut dengan kehadiran cinta masa kecil. “Kak, aku akan menginap di sini.” Sasa tersenyum pada Elvis.“Bukankah besok kamu harus kerja?” Elvis menatap Sasa yang berdiri di depannya.“Tante sudah menyiapkan pakaian ganti untukku besok. Sudah lama kita tidak bersama.” Sasa menggantungkan tangannya di leher Elvis.“Apa aku bisa tidur di kamar Kak Elvis?” tanya Sasa mendekatkan wajahnya pada Elvis.“Itu tidak mungkin, Sasa. Kita sudah sama-sama dewasa dan aku telah menikah.” Elvis tersenyum. Pria itu tidak menolak sentuhan Sasa. Dia tidak ingin wanita itu marah dan tersinggung. “Istri Kak Elvis kan sudah pergi dan kalian akan bercerai.” Sasa cemberut.“Kamu pergilah istirahat ke kamar tamu. Aku masih harus bekerja.” Elvis melepaskan tangan Sasa.“Aku mau ikut bekerja dengan Kak Elvis agar terbiasa. Kakak tahu kan aku sedang belajar.” Sasa memeluk lengan Elvis. Dia menempelkan bagian dada
Mahira membuka mata. Dia benar-benar terbiasa bangun di awal pagi. Wanita itu mandi dan mempersiapkan menu sarapan untuk dirinya dan Ela. “Dok, kenapa Anda selalu bangun lebih pagi dan membuat sarapan sendiri?” Ela berlari ke dapur. “Aku sudah terbiasa. Kamu duduk saja. Makanan akan segera siap.” Mahira tersenyum cantik. Rambut panjang dan hitam bergelombang di gelung tinggi. Wanita itu benar-benar bersih dan terawatt dengan baik. “Baiklah, Dok. Anda di dapur dan aku akan melakukan perkerjaan lain. Anda tidak boleh keluar dari dapur,” tegas Ela. “Itu maksud bagaimana, Ela.” Mahira tertawa melihat sikap asisten pribadinya yang bahkan belum sempat bekerja bersama, tetapi Ela tetap harus mendampingi Mahira dan mendapat gaji sehingga mereka dengan mudah menjadi dekat. “Maksudnya, Dokter melakukan pekerjaan di dapur untuk memasak saja. Aku yang bertugas membersihkan rumah dan sekitarnya,” jelas Ela. “Baik.” Mahira selalu memperlihatkan senyuman manisnya. Wanita itu terlihat baik-baik
Mahira diperkenalkan dengan semua tim dan mereka benar-benar mengagumi wanita muda itu. Prestasi yang diukir di masa kuliah dan bekerja di luar begeri membuatnya dihargai dan dihormati oleh dunia kesehatan serta kedokteran. Ditambah lagi kemampuan akupuntur yang luar biasa sehingga dia bisa menyatukan ilmu moderan dan tradisional.“Nona Mahira, kami turut berduka cita atas meninggalnya Pak Biyan,” ucap seorang dokter.“Terima kasih. Dua tahun cukup membuatku terluka dan sedih. Hari ini, aku akan kembali seperti dulu. Bersemangat untuk menyelamatkan dan menolong semua orang hingga hewan sekali pun,” ucap Mahira penuh kepercayaan diri. Dia tersenyum penuh keyakinan.“Dua tahun aku menjadi ibu rumah tangga dan berharap mendapatkan cinta serta keluarga, tetapi yang terjadi bahwa aku di sia-sia kan. Suamiku bahkan selingkuh dan kembali kepada kekasih masa kecil yang telah pergi darinya.” Mahira memegang dada untuk menekan sesak yang ada setiap kali mengingatkan kecewa dan luka yang diberika
Rino dengan sabar menunggu Ela. Pria itu duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Dia juga melaporkan posisi dirinya kepada Elvis. “Saya sudah siap.” Ela berdiri di depan Rino. Wanita itu mengenakan kaos dan celana jeans panjang. Pakaian perawat yang berwarna putih telah berubah. Dia terlihat lebih muda dari usianya. “Ya.” Rino cukup terpesona dengan Ela yang terlihat berbeda.“Ayo berangkat.” Rini segera membawa koper keluar dari rumah Ela.Ela menutup dan mengunci pintu rumahnya. Dia terus tersenyum bahagia karena akan bertemu dengan Mahira. “Apa kamu tidak membawa pakaian Ganti?” tanya Rino melihat pada Ela yang hanya membawa tas kecil.“Untuk apa?” Ela balik bertanya.“Mungkin Anda akan menginap,” ucap Rino. “Tidak mungkin.” Ela tersenyum.“Baiklah. Itu tidak akan masalah.” Rino membuka pintu untuk Ela di kursi depan. “Apa aku tidak di belakang saja?” tanya Ela.“Aku bukan sopir,” jawab Rino.“Oh. Maaf.” Ela segera duduk di kursi depan dengan tidak lupa memasang sabuk pengaman.
Elvis benar-benar tidak pernah lagi pulang ke rumah keluarganya. Pria itu hanya ingin menghabiskan waktu bersama Mahira. Dia tidak peduli pada sang ibu yang merindukan putra tersayang begitu juga sang adik yang kesepian.Mahira duduk di taman yang menghadap ke rumah kaca. Wanita itu menggenggam kunci rumah yang diberikan kepadanya.“Kenapa Elvis melakukan ini semua?” Mahira menatap kunci yang ada di tangannya. Dia beranjak berdiri.“Aaah. Sakit sekali. Uhh.” Mahira memukul pinggangnya. Dia kembali duduk ke kursi.“Ihhhh.” Mahira sangat kesal. Elvis menyiksanya dengan cara yang berbeda. Sakit berujunng nikmat, tetapi tetapi membuat wanita itu tersiksa.“Kejam sekali. Apa di aini hyper? Nafsuny ganas. Dia bahkan tidak sungkan memakan milikku di bawah sana dan itu terasa ….” Mahira tidak melanjutkan kalimatnya karena sensasi itu memang sangat nikmat dan membuat dirinya ketagihan.“Tidak. Tidak! Aku tidak boleh memancing Elvis. Dia tidak bisa hanya bermain sebentar dan santai. Pria itu ben
Elvis pergi ke Perusahaan hanya sebentar saja setelah makan siang. Pria itu sebenarnya sangat sibuk, tetapi lebih memilih berada di samping Mahira. Dia harus menebus dua tahun yang terbuang percuma.“Pak Elvis. Kenapa Anda datang?” tanya Rino.“Bukankah kamu memintaku untuk datang walaupun hanya sebentar saja,” jawab Elvis masuk ke dalam ruangannya.“Ya, tetapi….” Kalimat Rino terhenti.“Kak Elvis.” Sasa langsung memeluk Elvis. Wanita itu menangis sesegukan. “Sasa.” Elvis melihat pada Rino yang mengangkat tangannya.“Apa yang kamu lakukan di sini, Sasa.” Elvis mendorong tubuh Sasa agar menjauh darinya.“Kak, kenapa Kakak menghilang dan tidak pernah lagi datang kepadaku? Aku merindukan Kak Elvis.” Sasa menatap Elvis.“Aku sibuk. Aku sudah mengirimkan uang untuk pengobatan kamu dan sekarang kamu sudah sembuh. Itu cukup,” tegas Elvis duduk di kursinya. Dia benar-benar tidak ingin Sasa berada terlalu dekat dengannya.“Kak, apa Kakak tidak akan menepati janji?” tanya Sasa berdiri di depan
WARNING 21+Tidak ada yang berani membangunkan Mahira dan Elvis. Para pelayan membiarkan pasangan suami istri itu tetap terlelap. Walaupun hari sudah tidak pagi lagi. Keduanya lelah setelah bercinta semalaman dengan penuh gairah.“Hah! Tubuhku lengket sekali.” Hah!” Mahira memegang sesuatu yang mengganjal di punggungnya.“Apa ini?” Mahira bingung. Jari-jarinya meremas benda lembut dan kenyal.“Hah. Oh no!” Mahira segera melepas sesuatu yang dengan mudah telah menegang.“Mahira, apa semalam belum puas sehingga kamu membuat senjataku menegang?” Elvis meremas buah kembar Mahira.“Aaah!” Mahira segera memegang tangan Elvis yang kekar.“Hhh. Kami tidur telanjang dan saling berpelukan.” Mahira tidak berani bergerak. Dia bisa merasakan hangat dari senjata Elvis yang menempel di punggungnya.“Kenapa Elvis tidak juga mengenakan celananya dan keluar dari selimut ini? Aku tidak bisa bergerak.” Mahira masih memegang tangan Elvis yang ada di dadanya. Pikirannya kacau mengingat malam panjang dan pan
!!! WARNING 21++++ !!!“Arrgggh!” Sasa menggila setelah mengetahui Mahira diculit Elivs. Dia tidak menyangka pria yang dicintainya lebih memilih mantan istri dari pada dirinya.“Kenapa harus Mahira? Wanita itu benar-benar dicintai banyak pria. Padahal dia hanya seorang dokter miskis.” Sasa menghambur isi kamarnya hingga berantakan. Semua perlengkapan kecantikan berserakan di lantai. Begitu juga dengan bantal dan guling serta foto-foto dirinya bersama dengan Elvis.“Harusnya malam itu aku berhasil mengambil benih milik Elvis hingga hamil. Harusnya aku pura-pura hamil. Benar. Aku harus mencari kesempatan lagi untuk bisa mengambil video bersama Elvis.” Sasa tersenyum. Dia sedang memikirkan rencana untuk mendapatkan cairan milik Elvis.“Bagaimana caranya agar aku mendapatkan benih milik Elvis agar aku bisa hamil anak dia? Dia pasti belum menyentuh Mahira dan aku yakin wanita itu juga tidak akan memberikan tubuhnya dengan mudah.” Sasa tahu benar dengan harga diri Mahira yang sangat tinggi s
Rino melihat Elvis yang tersenyum memandangi layar ponsel. Pria itu segera mendekat.“Pak, Pak Feliz menunggu di ruang tamu.” Rino berdiri di depan Elvis. “Apa dia datang untuk mengantar nyawanya?” Elvis tersenyum. Pria itu memang ingin membalas dendam pada Feliz yang telah membawa kabur istrinya dalam waktu yang cukup lama. “Aku akan menemui dia.” Elvis beranjak dari kursi. Pria itu berjalan tersenyum keluar ruangannya.“Kenapa tersenyum?” Rino bingung. Pria itu pun tidak tahu bahwa bosnya telah memperkosa istri sendiri. Mendapatkan apa yang diinginkan dengan terpaksa.Elvis masuk ke dalam ruang tamu dan melihat Feliz yang duduk di sofa. Pria itu segera berdiri dan menatap tajam pada suami Mahira. “Kembalikan Mahira.” Feliz memegang kerah kemeja Elvis.“Jauhkan tanganmu dariku!” Elvis mencengkram lengan Feliz dengan kuat dan memutarnya hingga pria itu melepaskan diri.“Kamu yang tidak tahu diri menculik istriku!” Elvis melayangkan pukulan ke wajah Feliz hingga lelaki itu terjatuh k
Ruangan tampak hening. Mahira tidak lagi berdebat dengan Elvis. Wanita itu fokus memilih perlengkapan dirinya.“Ini.” Mahira memberikan album dan catatan kepada manager toko.“Baik, Nyonya. Kami akan mempersiapkan semuanya.” Wanita itu tersenyum.“Aku juga akan mengambil yang sudah dibawa ini.” Mahira berdiri dan memilih pakaian yang tergantung.“Terima kasih, Nyonya.” Para pegawa tentu senang jika ada gaun atau pakaian yang disukai Mahira karena itu akan membuat Elvis senang dan membawa semuanya dengan uang cash.“Ini semua,” ucap Mahira.“Bawakan semua itu ke kamar kami!” perintah Elvis pada pelayan rumah.“Baik, Pak.” Para pelayan segera mengambil semua pilihan Mahira dan membawanya ke kamar.“Terima kasih, Pak. Kami akan mempersiapkan pesanan Ibu Mahira dan segera mengantarkan kemari,” ucap manager toko yang tidak akan berani menatap Elvis.“Ya.” Elvis melihat pada Mahira yang merapikan diri.“Terima kasih. Aku mau ke kamar.” Mahira terlihat sangat kesulitan untuk berjalan. Wanita
Feliz benar-benar kesal. Acara pertunangan batal. Dia mengumumkan bahwa calon istrinya telah diculik oleh seseorang.“Sial!” Feliz yang biasa terlihan lembut kini tidak bisa lagi menyembunyikan marahnya. “Aarggh!” Feliz menghamburkan isi kamar tidur Mahira. “Gaun ini sangat mahal, Mahira. Aku pesan khusus untuk kamu.” Feliz memeluk gaun Mahira.“Baiklah, Elvis. Aku akan mengikuti cara kamu. merebut Mahira dengan kasar.” Feliz tersenyum.“Apa pun yang kamu lakukan pada Mahira akan aku balasa dengan hal yang sama.” Feliz meremas gaun putih mewah dan mahal. Pria itu tidak tidur semalaman karena memikirkan Mahira yang telah diculik Elvis.“Mahira pasti keluar rumah. Aku akan menculiknya, jika tidak terlihat di luar rumah. Aku juga bisa menjemput langsung dengan berbagai cara. Harusnya aku tidak menahan diri dan menjadikan Mahira milikku.” Feliz ingat benar bahwa dirinya tidak menyentuh Mahira. Pria itu bahka belum mendapatkan ciuman bibi wanita yang dicintainya itu.“Aku terus bersikap l
Elvis berhasil memasukan senjatanya ke dalam lubang kesucian Mahira. Pria itu melakukan dengan paksa setelah membuat istrinya basah dengan ciuman dan jilatan lidahnya di seluruh tubuh.“Aaahhh!” Mahira berteriak merasakan perih ketika selaput perawannya sobek.“Mmm.” Mahira mengunci mulutnya. Dia menahan sakit dan tangis ketika organ tubuh Elvis yang perkasa membobol benteng pertahannya. Menghancurkan keperawanan yang terus dijaganya.“Hiks hiks.” Mahira menangis. Jari-jari tangannya mencakar punggung Elvis hingga berdarah.“Ahhh!” Elvis yang telah berhasil masuk dan menyatu dengan Mahira terdiam beberapa saat.“Mahira, mari nikmati pagi ini dengan penuh gairah.” Tangan kekar Elvis mengunci tubuh Mahira.“Mm.” Mahira hanya bisa menangis dalam diam. Kenikmatan yang menyakitkan. Keperawanan yang direbut paksa oleh Elvis. Dia benar-benar sedih dan terluka.“Kamu adalah istriku. Sudah sepantasnya kita melakukan hubungan intim, Mahira. Dua tahun aku bertahan tidak menyentuh kamu.” Elvis ti