Share

Bab 4 Pergi dari Rumah

Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.

“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.

“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.

“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.

“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.

“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.

“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.

“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia masih duduk di lantai. Wanita itu sudah terbiasa dengan penghinaan dan perlakukan kasar yang diberikan oleh mama mertuanya.

“Tentu saja. Elvis akan segera menceraikan kamu. Dia menikahi kamu itu hanya karena kasian dan bentuk tanggung jawab. Putraku adalah pria yang baik.” Elvita tersenyum.

Elvita senang karena Mahira dan Elvis akan segera bercerai. Wanita itu tidak mau menantunya hanya seorang ibu rumah tangga. Hanya menjadi beban keluarga saja. Itu membuatnya malu. Dia tidak tahu latar belakang pendidikan dan pekerjaan Mahira yang seorang dokter bedah dan ahli akupuntur. Menantu yang pernah hidup, kuliah dan belajar serta bekerja di luar negeri. Istri Elvis itu bahkan memiliki gaji yang tinggi.

“Wanita miskin dengan pakaian lusuh tidak pantas berada di sisi Elvis,” tegas Elvita.

“Ya.” Mahira beranjak dari lantai. Wanita itu tentu saja terlihat sederhana dan tidak menarik. Dia hanya dituntut menjadi pelayan di rumah suaminya. Tidak ada kesempatan untuk merawat diri.

“Terima kasih untuk dua tahun ini, pemisi.” Mahira melangkah kaki dengan pasti. Dia menarik koper dengan senyuman. Menahan air mata yang ingin jatuh karena sesak dan sakit di dada.

Elvis telah berada di perusahaannya. Pria itu sibuk dengan banyak pekerjaan. Dia adalah pembisnis terkenal. Tidak ada yang tahu pernikahannnya dengan Mahira. Kecelakaan yang telah merenggut nyawa Biyanka pun diredam dengan baiknya.

“Elvis.” Sasa tergesa-gesa masuk ke dalam ruang kerja.

“Kenapa terlambat?” tanya Elvis melihat sekilas pada Sasa.

“Maaf, Sayang. Aku semalam sakit kepala karena mabuk sehingga kesulitan bangun. Bagaimana dengan konsisi kamu? Apa masih pusing?” tanya Sasa.

“Pusing?” Elvis mengingat secangkir obat pereda mabuk yang ada di kamarnya. Dia tidak tahu siapa yang membuatkannya dan pria itu meminum tanpa bertanya.

“Iya. Kamu tetap bisa bangun dengan tubuh segar.” Sasa tersenyum. Dia meraba pundak lebar Elvis. Wanita itu selalu mengenakan pakaian seksi dan tampil cantik.

“Apa kepala kamu tidak pusing?” Sasa memijat kepala Elvis dari belakang.

“Tidak.” Elvis segera berdiri. Pria itu tidak sadar telah menolak sentuhan Sasa.

“Bagaimana aku bisa tertidur di café?” tanya Elvis.

“Aku tidak tahu. Aku pulang duluan. Maafkan aku yang meninggalkan kamu,” jawab Sasa.

“Hm. Baiklah. Periksa jadwalku hari ini.” Elvis segera duduk. Pria itu terlihat jelas menolak sentuhan Sasa.

“Elvis, kapan kamu akan menceraikan Mahira?” tanya Sasa mengejutkan Elvis.

“Aku rasa dua tahun cukup untuk kamu bertanggung jawab. Pernikahan kalian pun tidak ada yang tahu. Semua orang mengira kamu masih lajang.” Sasa menatap Elvis yang terdiam dan tampak berpikir.

“Kita sudah bersama sejak kecil. Aku bahkan rela menjadi sekretaris kamu agar terus bisa berada di sisi kamu, Elvis,” tegas Sasa yang sudah tidak tahan lagi melihat wanita lain yang tidur di kasur Elvis.

“Mahira tidak punya tempat tinggal. Dia juga tidak memiliki pekerjaan. Bagaimana dia akan hidup di negara yang keras ini?” Elvis kembali sibuk dengan berkas yang ada di atas mejanya.

“Kamu punya banyak uang. Belikan saja dia rumah di ujung kota atau di desa. Dia bisa bekerja apa pun. Aku dengar juga Mahira seorang dokter dan masih punya ijin praktik,” ucap Sasa menghentikan tangan Elvis yang sedang memberikan tanda tangan pada berkas.

“Mahira masih bisa menjadi dokter ketika dia sudah sembuh dari traumanya. Wanita itu sedang terapi dengan biaya dari rumah sakit langsung,” jelas Sasa.

“Siapa yang membiayai Mahira?” tanya Elvis yang tidak tahu apa pun tentang Mahira.

“Aku tidak tahu siapa orangnya, tetapi Mahira diperlakukan khusus di rumah sakit itu,” jawab Sasa.

“Pantas saja uang yang aku berikan tidak berkurang untuk pengobatan. Ternyata dia mendapatkan pelayanan gratis dari pihak rumah sakit.” Elvir terlihat sedang berpikir.

“Siapa sebenarnya kamu, Mahira?” tanya Elvis di dalam hati.

“Sasa. Kembalilah ke ruangan kamu,” ucap Elvis.

“Baiklah.” Sasa keluar dari ruangan Elvis.

“Aku harus menyelidiki tentang latar belakang Mahira. Kenapa selama ini aku tidak peduli?” Elvis mengambil ponsel dan menghubungi asisten pribadinya.

“Halo, Rino. Kamu dimana?” tanya Elvis.

“Aku di dapur. Sedang menyeduhkan kopi. Apa ada sesuatu, Bos?” tanya Rino.

“Masuk ruanganku sekarang!” perintah Elvis dan langsung memutuskan panggilan.

“Ada apa dengan Bos?” Rino segera menghirup kopi hangat dengan perlahan dan membawa ke ruangan Elvis.

“Aku belum juga minum kopi.” Rino meletakkan kopi di atas meja.

“Kunci pintu,” ucap Elvis.

“Oh.” Rino segera mengunci pintu dengan rapat.

“Cari informasi tentang Mahira!” perintah Elvis.

“Apa?” Rino menatap bingung pada Elvis.

“Apa perintahku belum jelas?” Elvis melotot pada Rino.

“Bos. Anda sudah menikah dua tahun dan baru mau mencari informasi tentang Ibu Mahira. Untuk apa?” tanya Rino.

“Apa aku perlu memberi alasan?” Elvis melepar buku ke wajah Rino dan dengan cepat pria itu menghindar.

“Baik. Aku akan kerjakan.” Rino duduk di kusi yang ada di sudut ruangan Elvis. Pria itu mulai bekerja dengan computer dan ponsel. Dia mencari semua informani tentang Mahira dan itu tidak mudah karena istri dari Elvis pernah tinggal di luar negeri.

“Bos. Istri Anda ini pernah tinggal di luar negeri. Dari mulai kuliah hingga kerja,” ucap Rino.

“Aku tidak mendapatkan informasi di luar negeri. Sepertinya, kita harus mengirim seseorang ke sana,” lanjut Rino,

“Lakukan apa pun untuk mendapatkan semua tentang Mahira dan juga Biyan.” Elvis terlihat kesal.

“Apa dia sangat istimewa sehingga mendapatkan pelayanan gratis dari rumah sakit paling popular di negara ini? Apa karena dia istriku?” Elvis beranjak dari kursi dan mendekati Rino.

“Cari informasi tentang Mahira di rumah sakit Seloma,” tegas Elvis.

“Hah!  Okay.” Rino mengangkat jari jempolnya. Pria itu sangat cekatan dalam bekerja. Dia tidak pernah mengecewakan Elvis.

“Kenapa dia tidak minta bantuan Sasa dalam mencari infromasi ini dan harus merepotkanku juga.” Rino melirik Elvis yang tampak melamun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status