Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.
“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.
“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.
“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.
“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.
“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.
“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.
“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.
“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena telah menuduh mengirimkan foto dan video vulgar dirinya pada Mahira
“Kak, terima kasih pesta penyambutan ku tadi malam,” ucap Sasa.
“Ya.” Elvis tersenyum tipis.
Mereka tiba di parkir dan masuk ke dalam mobil. Sasa ikut dengan Elvis dan Rino menjadi sopir. Pria itu lebih banyak diam ketika ada orang lain di dalam mobil. Dia fokus mengendarai kendaran roda empat.
“Kak, apa aku tidak pulang ke rumah dan ganti baju dulu? Apa Kak Elvis mau menemaniku pulang?” tanya Sasa yang terus memeluk tangan Elvis.
“Tentu saja. Rino, kita ke rumah Sasa!” perintah Elvis pada Rino.
“Baik, Bos.” Rino melihat Sasa yang terus menempel pada Elvis Melalui cermin dashboard. Dia menuju ke jalur alamat rumah Sasa yang tidak terlalu jauh dari rumah keluarga Elvis.
“Kita sampai. Ayo, Kak. Kita masuk.” Sasa menarik tangan Elvis. Dia tidak peduli dengan Rino yang menunggu di luar.
“Apa Om dan Tante ada di rumah?” tanya Elvis memperhatikan rumah Sasa yang besar.
“Mereka tidak ada.” Sasa terus menarik tangan Elvis menaiki tangga menuju ke kamarnya.
“Sasa, aku tidak pantas berada di kamar kamu,” ucap Elvis.
“Kenapa tidak? Dari kecil kita terus bersama. Mandi dan tidur bersama.” Sasa tersenyum. Dia mendorong tubuh Elvis ke sofa.
“Kakak tunggu di sini. Aku mandi dulu.” Sasa tersenyum. Dia masuk ke dalam kamar mandi. Wanita itu punya banyak rencana untuk mendapatkan Elvis. Pria yang dicintainya dari sejak kecil hingga detik ini.
“Kamar ini tidak berubah sama sekali. Sudah berapa lama aku tidak kemari?” Elvis beranjak dari sofa dan melihat foto-foto dirinya dengan Sasa dari kecil hingga usia dewasa. Mereka benar-benar terus bersama dan berpisah ketika kuliah.
“Hm. Apa yang aku rasakan pada Sasa saat ini benar-benar sudah berbeda.” Elvis memegang foto berpelukan dirinya dengan Sasa dan meletakkan kembali pada rak sudut.
Sasa keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk. Dia melihat Elvis yang masih berdiri di dekat lemari foto. Wanita itu tersenyum dan mendekat.
“Kak.” Sasa sengaja menjatuhkan diri pada Elvis.
“Aarhh!” Elvis dengan sigap menangkap tubuh Sasa yang hanya dibaluti handuk.
“Ahh.” Sasa hampir saja mencium bibi Elvis, tetapi pria itu dengan cepat menolehkan wajahnya sehingga viuman mendarat di pipi.
“Maaf, Kak. Aku tidak sengaja.” Handuk di tubuh sasa telah terbuka. Wanita itu memperlihatkan tubuh seksinya yang menggoda.
“Kamu harus berhati-hati.” Elvis menutupi handuk Sasa.
“Berdirilah,” ucap Elvis.
“Ya.” Sasa duduk di atas tubuh Elvis. Tepat pada bagian senjata pria itu.
“Kak.” Jari-jari indah Sasa meraba dada Elvis. Dia membuka kancing kemeja putih pria itu.“Sasa, apa yang kamu lakukan?” Jantung Elvis berdebar tidak karuan. Dia seorang pria normal yang sudah pasti akan tergoda oleh wanita seksi dan cantik. Apalagi mereka memang sudah lama bersama dan saling mengenal.
“Kak, kapan kita akan menikah?” tanya Sasa mencium leher Elvis. “Sasa, aku sudah punya istri.” Elvis dengan mudah mengangkat tubuh Sasa dan memindahkan ke sofa.“Aaahh!” Sasa tersenyum. Dia berpikir pria itu akan membalas ciumannya.
“Ganti pakaian kamu. Aku tunggu di bawah.” Elvis segera keluar kamar. Dia menuruni tangga dan melihat Rino yang duduk di ruang tamu.
“Ada apa, Bos?” tanya Rino memperhatikan Elvis merapikan kancing kemeja yang terbuka. “Wanita memang menggoda,” ucap Elvis duduk di depan Rino. “Apa Anda sudah melepaskan keperawanan?” tanya Rino menggoda Elvis.“Mahira saja tidak aku sentuh. Apalagi Sasa yang bukan istriku,” tegas Elvis.
“Itu karena Anda tidak mencintai Non Mahira, tetapi Non Sasa kan cinta masa kecil Bos.” Ribi tersenyum.
“Cinta?” Elvis benar-benar asing dengan kata cinta. Sejak Sasa lebih memilih kuliah di luar negeri dan meninggalkan dirinya. Pria itu benar-benar tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun.
Elvis lebih memilih untuk fokus bekerja dan menjadi pembisnis terkenal serta sukses. Wanita pertama yang hadir dalam hidupnya secara tiba-tiba di saat hatinya kosong adalah Mahira. Datang dengan tiba-tiba dan langsung masuk ke wilayah pribadinya.
“Mm.” Elvis memeriksa kembali posel. Pria itu tidak juga menerima pesan dan panggilan dari Mahira. Dia merasa sepi dan kehilangan.
“Kak.” Sasa tersenyum. Wanita itu mengenakan gaun merah muda yang cantik dengan pundak dan dada cukup terbuka dan hanya sebatas paha.
“Apa aku cantik?” tanya Sasa berdiri di depan Elvis.
“Ya. Cantik.” Elvis tersenyum. Pria itu beranjak dari sofa.
“Ayo berangkat.” Elvis segera keluar dari rumah Sasa.
“Kak, tunggu aku.” Sasa mengejar Elvis dan menggandeng tangan pria itu. Mereka kembali ke mobil bersama. Duduk di barisan kedua dan Rino menjadi sopir.
Mobil Elvis berhenti di depan pintu utama. Mahira pun datang dengan taxi. Wanita itu ingin bertemu dengan suaminya sebelum dia pergi ke luar negeri untuk mendapatkan izin praktik. Dia malihat Elvis keluar dari mobil bersama dengan Sasa. Pria itu terlihat memegang tangan cinta masa kecilnya.
“Aku baru saja keluar dari rumah dan dia sudah membawa Sasa pulang.” Mahira tersenyum kecut melihat kemesraan Elvis dan Sasa.
“Aahh!” Sasa jatuh ke pelukan Elvis. Wanita itu berhasil mencium pipi suami Mahira.
“Hati-hati.” Elvis melihat sepatu Sasa yang terlepas. Pria itu segera membungkuk dan memakaikan kembali pada kaki Sasa.
“Hhh.” Mahira memegang dadanya. Dia merasakan sesak dan sakit. Dua tahun pernikahan benar-benar tidak berarti. Pria itu tidak pernah memberikan perlakukan manis dan perhatian padanya.
“Sakit sekali.” Mahira memejamkan matanya.
“Apa Anda tidak turun?” tanya sopir taksi.
“Tidak. Kita kembali saja. Tidak ada gunanya aku di sini,” jawab Mahira.
“Baik, Bu.” Sopir segera memutar.
“Siapa itu?” tanya Elvis menyadari taksi yang sudah berada di halaman rumahnya.
“Hm.” Rino ikut memperhatikan taksi yang telah pergi. Tidak ada yang tahu bahwa Amira di dalam sana.
Terima kasih. Semoga suka dengan Karya Akak.
Mahira duduk di tepi kasur. Dia masih menunggu kepulangan suaminya. Pernikahan terpaksa yang terjadi karena rasa tanggung jawab Elvis yang telah menyebabkan kematian dari kekasih Mahira di hari pernikahan.“Kenapa belum pulang? Padahal sudah pukul dua belas malam. Aku sangat khawatir. Haruskan aku menghubungi Elvis?” Mahira menatap layar ponsel yang begitu sepi. Tidak ada panggilan dan pesan sama sekali dari suaminya.“Hm. Kak Biyan. Maafkan aku yang sudah menerima Elvis di dalam hatiku. Dia sangat baik. Walaupun kadang bersikap dingin. Elvis yang menanggung biaya kehidupanku dan mama serta kuliah Manisa.” Mahira berbicara dengan foto Biyan yang masih ada di layar ponselnya.“Aku tidak bisa melakukan operasi lagi karena trauma melihat dirimu yang terluka di hari pernikahan kita,” ucap Mahira melihat kedua tangannya yang putih. Wanita itu sudah lama tidak berkerja sebagai seorang dokter bedah. Dia diberikan cuti untuk pemulihan diri.“Aku berusaha menjadi istri yang baik untuk Elvis.
Elvis sangat meradang ketika nama Biyan terus terdengar dari mulut Mahira. Pria itu juga tahu bahwa istrinya masih sering melihat foto calon suami yang telah meninggal sehingga dia berpikir bahwa wanita itu tidak pernah mencintainya dan bahkan benci padanya.“Dengar, Mahira. Selama pernikahan kita. Aku sudah mengeluarkan banyak uang. Tubuh seksimu saja tidak mampu membayarnya.” Elvisl tersenyum tipis. Pria itu meraba leher Mahira hingga ke dada wanita itu.“Jangan pernah menyentuhku!” teriak Mahira. Dia berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria itu menyerang leher istrinya dengan mencium dan menjilati.“Aku jijik dengan pria yang sudah bekas wanita lain. Lepaskan aku!” Mahira berusaha melepaskan diri dari Elvis yang sedang marah. Pria itu pun masih dipengaruhi minuman.“Bukankah kamu sudah bersetubuh dengan calon suami kamu itu,” ucap Elvis.“Plak!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Elvis.“Hah!” Elvis melotot pada Mahira. Wanita itu adalah orang pertama yang berhasil menampar pipinya.“Aku
Mahira masuk ke kamar mandi. Dia membersihkan diri karena pakaiannya terkena kuah sup. Wanita itu mandi untuk kedua kalinya.“Hm.” Elvis membuka mata perlahan dan melihat Mahira yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas paha.“Dia memang seksi.” Elvis memperhatikan Mahira yang berjalan menuju lemari pakaian. Wanita itu tidak tahu bahwa suaminya sudah bangun sehingga dengan santainya dia berganti pakaian di depan Elvis yang tidak pernah melihat tubuhnya.“Pasti dia pikir aku masih tidur.” Elvis melihat Mahira yang sudah mengenakan celana sebatas lutut dan kaos putih lengan pendek. Wanita itu benar-benar tidak berdandan sama sekali. Dia hanya memberikan perlindungan dan perawatan kulit saja.“Ahhh!” Mahira mengambil kota obat dari lemari yang cukup tersembunyi.“Apa dia akan mengobati ku lagi? Aku tidak tahu dia punya dua kotak obat.” Elvis tidak mengalihkan pandangan dari Mahira. Dia belum tahu bahwa wanita itu terluka.Mahira membuka pintu balkon dan menutupn
Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia
Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.“Mama mau kemana?” tanya Relia.“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.“Apa K
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan