Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.
“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya.
“Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.
“Bos, aku selesai,” ucap Rino.
“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan kehadiran asisten dari Elvis.
“Kita makan siang bersama.” Elvis berdiri.
“Baik, Bos.” Rino melihat pada Sasa. Pria itu tidak terlalu suka dengan kekasih masa kecil Elvis karena masih menggoda pria yang sudah memiliki istri.
“Ayo, Sasa.” Elvis berjalan keluar bersama dengan Rino.
“Hm. Aku tidak tahu ada Rino. Pria itu terlihat jelas tidak menyukaiku.” Sasa cemberut. Dia menyusul Elvis dan Rino.“Rino benar-benar pengganggu.” Sasa melihat Rino yang berada di samping Elvis. Pria itu seakan menjaga bosnya dari godaan sang sekretaris.
“Jika dia wanita baik pasti akan merelakan Elvis menikah dengan Ibu Mahira,” ucap Rino di dalam hati.
Elvis memilih meja dengan empat kursi. Pria itu duduk bersama dengan Rino dan juga Sasa. Mereka makan siang bertiga di ruang khusus milik sang bos.
“Hah! Kenapa Rino ikut makan?” tanya Sasa di dalam hati.
“Permisi.” Pelayan segera menyajikan makanan yang telah dipesan oleh Rino. Elvis tampak melihat ponselnya. Pria itu pernah marah dan bosan dengan pesan dari Mahira, tetapi sekarang dia merasa kehilangan. Dari marahnya, ada rasa senang saat mendapatkan pesan dan panggilan dari istrinya yang dinikahi dengan terpaksa sebagai bentuk tanggung jawabnya.
“Aarghh!” Elvis merasa kesal. Dia menyimpan ponsel ke dalam saku kemeja.
“Ada apa, Kak?” tanya Sasa. Wanita itu hanya memanggil sayang ketika mereka hanya berdua saja.“Tidak apa,” jawab Elvis.
“Selamat menikmati.” Pelayan meninggalkan meja Elvis.
Elvis menikmati makanan dengan tenang. Sasa tidak bisa bermanja dan bermesraan dengan pria itu karena ada Rino diantara mereka. Pria yang dianggap rendah oleh Sasa karena hanya seorang sopir pribadi. Dia tidka tahu bahwa Rino adalah orang kepercayaan Elvis.
“Bos, aku selesai.” Rino berdiri dan Sasa tersenyum bahagia. Dia benar-benar tidak suka dengan keberadaan sopir Elvis. Walaupun tampan dan masih muda, tetapi dimatanya hanya seorang rendahan saja.
“Kamu mau kemana?” tanya Elvis melihat pada Rino.
“Saya akan pergi ke ruangan biasa,” jawab Rino.
“Tetap di ruanganku dan selesaikan pekerjaan kamu,” tegas Elvis.
“Baik, Bos. Saya duluan. Sepertinya seseorang tidak berselera karena ada diriku.” Rino melihat pada Sasa dan pergi dari ruang makan.
“Apa kamu masih tidak suka dengan Rino?” tanya Elvis pada Sasa.“Dia selalu mengikuti kamu dan terlalu dekat,” jawab Sasa.
“Kamu sudah berada di luar negeri cukup lama dan hanya Rino yang ada di sisiku,” jelas Elvis menyelesaikan makan siangnya.
“Maafkan aku. Aku kuliah di luar negeri pun demi bisa menjadi pendamping Kak Elvis.” Sasa memegang tangan Elvis.
“Aku tidak tahu sepulang dari luar negeri. Kak Elvis sudah menikah dengan wanita itu.” Sasa memperlihatkan wajah sedihnya. Dia menatap Elvis.
“Itu adalah kecelakaan. Aku juga tidak menyangka,” ucap Elvis tersenyum. Dia menyentuh hidup Sasa dengan jarinya.
“Aku tahu kamu tidak akan pernah berubah. Kak Elvis masih mencintaku, kan?” tanya Sasa mendekatkan diri pada Elvis.“Cinta?” Elvis bahkan bingung untuk menjawab pertanyaan Sasa. Pria itu tidak tahu dengan perasaannya pada cinta masa kecilnya.
“Apa aku hanya menganggapnya sebagai adik?” tanya Elvis pada dirinya sendiri.
“Selama dia pergi, aku bahkan tidak merasa kehilangan sama sekali,” ucap Elvis di dalam hati.
“Kak!” Sasa menggoyangkan tangan Elvis.“Ya.” Elvis tersadarkan dari lamuanannya.
“Apa Kakak tidak mencintaiku lagi?” tanya Sasa.
“Tentu saja aku mencintaiku. Bagaimana? Apa kamu sudah siap menjadi sekretarisku? Apa sudah belajar dengan Dinda?” Elvis mengalihkan topik perbicaraan.“Itu tidak akan sulit. Aku punya pengalaman kerja di luar negeri,” ucap Sasa dengan penuh percaya diri.
“Bagus. Sekarang kita kembali bekerja. Kamu masih ada jadwal dengan Dinda kan?’ tanya Elvis.
“Iya.” Sasa tersenyum. Wanita itu benar-benar ingin terus berada di sisi Elvis. Dia rela menggantikan sekretaris yang sudah lama berkerja dengan Elvis.
“Ayo kembali.” Elvis beranjak dari kursi.
“Ya.” Sasa tersenyum. Dia menggandeng tangan Elvis. Menyatukan jari-jari tangan mereka. Terlihat mesra dan manja. Wanita itu ingin mengatakan kepada semua orang bahwa dirinya istrimewa.Pernikahan Elvis dan Mahira dirahasiakan. Semua orang mengira pria itu masih lajang dan akan menikan dengan Sasa. Kekasih masa kecil yang baru kembali dari luar negeri.
“Aku ke ruangan Dinda dulu.” Sasa tersenyum manja pada Elvis.
“Ya.” Elvis mengusap kepala Sasa dengan lembut. Pria itu lebih dulu masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dia menutup pintu karena ada hal yang harus dibicarakan dengan Rino yang masih mencari informasi tentang Mahira.
“Aku akan mengambil kembali hati kamu yang telah dingin.” Sasa melihat pintu ruang kerja Elvis yang sudah tertutup rapat.
“Aku tidak ingin menjadi adik kamu. Kita sudah janji di waktu kecil akan menjadi pengantin ketika dewasa.” Sasa masuk ke ruangan Dinda. Dia harus mengambil alih tugas wanita itu menjadi sekretaris Elvis.
Elvis duduk di sofa dan kembali memeriksa ponselnya. Dia sangat ingin menghubungi Mahira, tetapi ragu. Pria itu memiliki harga diri yang tinggi. Di matanya sang istri membenci dirinya.
Terima kasih. Semoga suka dengan karya ini.
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena
Mahira kembali ke rumah. Dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal. Foto dan video ketika Elvis berada di rumah Sasa. Dua orang yang terlihat romantis dan tidak ingin dipisahkan.“Kenapa harus mengirim foto dan video ini kepadaku?” tanya Mahira yang duduk di sofa. Wanita itu merasa sangat lelah. Rasa cinta yang mulai tumbuh kembali sirna. Dia berusaha menjadi istri yang sempurna untuk Elvis.“Elvis. Kamu memang dingin, tetapi di mataku kamu cukup baik dan peduli. Kamu juga adalaj pria yang bertanggung jawab sehingga aku dan keluarga tidak kelaparan.” Mahira menghapus semua foto Elvis yang tersimpan di dalam ponselnya. Dia tidak ingin lagi ada hubungan apa pun dengan suaminya.“Aku yakin Elvis sedang mengurus perceraian kami agar dia bisa segera menikahi Sasa.” Mahira meletakkan ponsel di atas meja. Dia merebahkan tubuh di sofa dan memejamkan matanya. Harinya benar-benar gelisah. Satu-satu pria yang dekat dengannya setelah Biyanka adalah Elvis. Mereka sudah hidup bersama selama dua ta
Sasa selesai makan malam bersama Elvita dan Relia. Mereka berjalan menuju ruang keluarga.“Ma, aku ke kamar dulu.” Relia menaiki tangga menuju kamarnya.“Lia,” sapa Elvita, tetapi Relia terus melanjutkan langkah kakinya yang cepat dan masuk ke dalam kamar dengan tidak lupa mengunci pintu.“Apa Kak Mahira benar-benar sudah pergi dari rumah ini? Aku tidak sempat mampir ke rumah orang tuanya karena mama memintaku pulang lebih awal.” Relia duduk di kursi belajarnya. Dia mencoba menghubungi Mahira dan tidak aktif lagi.“Tidak aktif. Apa Kak Mahira mengganti nomor ponselnya?” Relia terus mencoba menghubungi nomor Mahira dan benar-benar gagal berulang.“Aku akan coba cari ke rumah mamanya.” Relia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar.“Relia, kamu mau kemana?” tanya Elvita melihat Relia melewati mereka.“Aku mau keluar dulu, Ma. Ada perlu.” Relia tersenyum dan berjalan cepat keluar dari rumah mewah keluarganya.“Relia sekarang sudah berubah, Tante. Dia seperti asing padaku,” ucap Sasa.
Langkah kaki Elvis dihentikan Sasa yang sudah menunggu di depan pintu ruang tengah. Pria itu cukup terkejut dengan kehadiran cinta masa kecil. “Kak, aku akan menginap di sini.” Sasa tersenyum pada Elvis.“Bukankah besok kamu harus kerja?” Elvis menatap Sasa yang berdiri di depannya.“Tante sudah menyiapkan pakaian ganti untukku besok. Sudah lama kita tidak bersama.” Sasa menggantungkan tangannya di leher Elvis.“Apa aku bisa tidur di kamar Kak Elvis?” tanya Sasa mendekatkan wajahnya pada Elvis.“Itu tidak mungkin, Sasa. Kita sudah sama-sama dewasa dan aku telah menikah.” Elvis tersenyum. Pria itu tidak menolak sentuhan Sasa. Dia tidak ingin wanita itu marah dan tersinggung. “Istri Kak Elvis kan sudah pergi dan kalian akan bercerai.” Sasa cemberut.“Kamu pergilah istirahat ke kamar tamu. Aku masih harus bekerja.” Elvis melepaskan tangan Sasa.“Aku mau ikut bekerja dengan Kak Elvis agar terbiasa. Kakak tahu kan aku sedang belajar.” Sasa memeluk lengan Elvis. Dia menempelkan bagian dada
Mahira membuka mata. Dia benar-benar terbiasa bangun di awal pagi. Wanita itu mandi dan mempersiapkan menu sarapan untuk dirinya dan Ela. “Dok, kenapa Anda selalu bangun lebih pagi dan membuat sarapan sendiri?” Ela berlari ke dapur. “Aku sudah terbiasa. Kamu duduk saja. Makanan akan segera siap.” Mahira tersenyum cantik. Rambut panjang dan hitam bergelombang di gelung tinggi. Wanita itu benar-benar bersih dan terawatt dengan baik. “Baiklah, Dok. Anda di dapur dan aku akan melakukan perkerjaan lain. Anda tidak boleh keluar dari dapur,” tegas Ela. “Itu maksud bagaimana, Ela.” Mahira tertawa melihat sikap asisten pribadinya yang bahkan belum sempat bekerja bersama, tetapi Ela tetap harus mendampingi Mahira dan mendapat gaji sehingga mereka dengan mudah menjadi dekat. “Maksudnya, Dokter melakukan pekerjaan di dapur untuk memasak saja. Aku yang bertugas membersihkan rumah dan sekitarnya,” jelas Ela. “Baik.” Mahira selalu memperlihatkan senyuman manisnya. Wanita itu terlihat baik-baik
Mahira diperkenalkan dengan semua tim dan mereka benar-benar mengagumi wanita muda itu. Prestasi yang diukir di masa kuliah dan bekerja di luar begeri membuatnya dihargai dan dihormati oleh dunia kesehatan serta kedokteran. Ditambah lagi kemampuan akupuntur yang luar biasa sehingga dia bisa menyatukan ilmu moderan dan tradisional.“Nona Mahira, kami turut berduka cita atas meninggalnya Pak Biyan,” ucap seorang dokter.“Terima kasih. Dua tahun cukup membuatku terluka dan sedih. Hari ini, aku akan kembali seperti dulu. Bersemangat untuk menyelamatkan dan menolong semua orang hingga hewan sekali pun,” ucap Mahira penuh kepercayaan diri. Dia tersenyum penuh keyakinan.“Dua tahun aku menjadi ibu rumah tangga dan berharap mendapatkan cinta serta keluarga, tetapi yang terjadi bahwa aku di sia-sia kan. Suamiku bahkan selingkuh dan kembali kepada kekasih masa kecil yang telah pergi darinya.” Mahira memegang dada untuk menekan sesak yang ada setiap kali mengingatkan kecewa dan luka yang diberika
Mahira mengunjungi pasien yang akan menjalankan operasi. Dia masuk ke ruang anak. “Halo.” Mahira duduk di samping tempat tidur seorang anak yang terlihat tidak bisa bergerak. Dia hanya menggerakkan bola mata saja. Melihat kedatangan dokter cantik. “Perkenalkan. Saya adalah dokter yang akan menemani Agus untuk membersihkan luka di kepala.” Mahira menyentuh kepala Agus yang dibungkus kain kasa. Anak itu tersenyum pada dokta yang lembut dan ramah. “Setelah bersihkan luka. Agus akan bisa berbicara dan bergerak. Jadi, harus semangat ya.” Mahira mencium dahi Agus. Dia memberikan pelukan penuh kasih dan sayang. “Mm.” Agus tersenyum. Anak itu terlihat senang dan bersemangat. Pelukan dan ciuman Mahira benar-benar memberikan vitamin untuk pasien yang sedang putus asa dan takut. “Bagus. Agus adalah anak yang kuat dan sehat. Nanti mau jadi dokter kan?” tanya Mahira menggenggam tangan Agus. Wanita itu mencium seperti seorang ibu. “Mm.” Agus memperlihatkan senyuman dari mata dan bibirnya. “An
Rino memarkirkan mobil di tempat parkir khusus pelanggan VIP. Elvis segera turun dan berjalan cepat masuk ke dalam mall. Dia harus bertemu dengan Mahira yang baru saja menggunakan kartunya untuk membayar pakaian yang cukup mahal di butik.“Kenapa buru-buru, Bos.” Rino harus mengejar Elvis.“Mahira akan menghabiskan uangku di mall ini,” ucap Elvis melangkah dengan kaki panjangnya.“Apa? Uang itu kan sudah Anda berikan kepala Ibu Mahira.” Rino menggelengkan kepala karena tidak biasanya Elvis perhitungan. Ketika sudah memberi tidak akan memintanya kembali.“Mama.” Elvis menghentikan pintu di depan butik ketika melihat Elvita dan Sasa.“Selamat datang, Pak Elvis. Ibu sedang berbelanja bersama tunangan Anda.” Manager toko langsung menyambut Elvis.“Apa hanya mereka berdua?” tanya Elvis.“Iya. Ibu dan tunangan Anda meminta toko untuk ditutup dari pelanggan umum agar bisa berbelanja dengan tenang. Mereka tidak mau bertemu dengan orang-orang yang hanya melihat saja sehingga mengganggu ketenang
Rino dengan sabar menunggu Ela. Pria itu duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Dia juga melaporkan posisi dirinya kepada Elvis. “Saya sudah siap.” Ela berdiri di depan Rino. Wanita itu mengenakan kaos dan celana jeans panjang. Pakaian perawat yang berwarna putih telah berubah. Dia terlihat lebih muda dari usianya. “Ya.” Rino cukup terpesona dengan Ela yang terlihat berbeda.“Ayo berangkat.” Rini segera membawa koper keluar dari rumah Ela.Ela menutup dan mengunci pintu rumahnya. Dia terus tersenyum bahagia karena akan bertemu dengan Mahira. “Apa kamu tidak membawa pakaian Ganti?” tanya Rino melihat pada Ela yang hanya membawa tas kecil.“Untuk apa?” Ela balik bertanya.“Mungkin Anda akan menginap,” ucap Rino. “Tidak mungkin.” Ela tersenyum.“Baiklah. Itu tidak akan masalah.” Rino membuka pintu untuk Ela di kursi depan. “Apa aku tidak di belakang saja?” tanya Ela.“Aku bukan sopir,” jawab Rino.“Oh. Maaf.” Ela segera duduk di kursi depan dengan tidak lupa memasang sabuk pengaman.
Elvis benar-benar tidak pernah lagi pulang ke rumah keluarganya. Pria itu hanya ingin menghabiskan waktu bersama Mahira. Dia tidak peduli pada sang ibu yang merindukan putra tersayang begitu juga sang adik yang kesepian.Mahira duduk di taman yang menghadap ke rumah kaca. Wanita itu menggenggam kunci rumah yang diberikan kepadanya.“Kenapa Elvis melakukan ini semua?” Mahira menatap kunci yang ada di tangannya. Dia beranjak berdiri.“Aaah. Sakit sekali. Uhh.” Mahira memukul pinggangnya. Dia kembali duduk ke kursi.“Ihhhh.” Mahira sangat kesal. Elvis menyiksanya dengan cara yang berbeda. Sakit berujunng nikmat, tetapi tetapi membuat wanita itu tersiksa.“Kejam sekali. Apa di aini hyper? Nafsuny ganas. Dia bahkan tidak sungkan memakan milikku di bawah sana dan itu terasa ….” Mahira tidak melanjutkan kalimatnya karena sensasi itu memang sangat nikmat dan membuat dirinya ketagihan.“Tidak. Tidak! Aku tidak boleh memancing Elvis. Dia tidak bisa hanya bermain sebentar dan santai. Pria itu ben
Elvis pergi ke Perusahaan hanya sebentar saja setelah makan siang. Pria itu sebenarnya sangat sibuk, tetapi lebih memilih berada di samping Mahira. Dia harus menebus dua tahun yang terbuang percuma.“Pak Elvis. Kenapa Anda datang?” tanya Rino.“Bukankah kamu memintaku untuk datang walaupun hanya sebentar saja,” jawab Elvis masuk ke dalam ruangannya.“Ya, tetapi….” Kalimat Rino terhenti.“Kak Elvis.” Sasa langsung memeluk Elvis. Wanita itu menangis sesegukan. “Sasa.” Elvis melihat pada Rino yang mengangkat tangannya.“Apa yang kamu lakukan di sini, Sasa.” Elvis mendorong tubuh Sasa agar menjauh darinya.“Kak, kenapa Kakak menghilang dan tidak pernah lagi datang kepadaku? Aku merindukan Kak Elvis.” Sasa menatap Elvis.“Aku sibuk. Aku sudah mengirimkan uang untuk pengobatan kamu dan sekarang kamu sudah sembuh. Itu cukup,” tegas Elvis duduk di kursinya. Dia benar-benar tidak ingin Sasa berada terlalu dekat dengannya.“Kak, apa Kakak tidak akan menepati janji?” tanya Sasa berdiri di depan
WARNING 21+Tidak ada yang berani membangunkan Mahira dan Elvis. Para pelayan membiarkan pasangan suami istri itu tetap terlelap. Walaupun hari sudah tidak pagi lagi. Keduanya lelah setelah bercinta semalaman dengan penuh gairah.“Hah! Tubuhku lengket sekali.” Hah!” Mahira memegang sesuatu yang mengganjal di punggungnya.“Apa ini?” Mahira bingung. Jari-jarinya meremas benda lembut dan kenyal.“Hah. Oh no!” Mahira segera melepas sesuatu yang dengan mudah telah menegang.“Mahira, apa semalam belum puas sehingga kamu membuat senjataku menegang?” Elvis meremas buah kembar Mahira.“Aaah!” Mahira segera memegang tangan Elvis yang kekar.“Hhh. Kami tidur telanjang dan saling berpelukan.” Mahira tidak berani bergerak. Dia bisa merasakan hangat dari senjata Elvis yang menempel di punggungnya.“Kenapa Elvis tidak juga mengenakan celananya dan keluar dari selimut ini? Aku tidak bisa bergerak.” Mahira masih memegang tangan Elvis yang ada di dadanya. Pikirannya kacau mengingat malam panjang dan pan
!!! WARNING 21++++ !!!“Arrgggh!” Sasa menggila setelah mengetahui Mahira diculit Elivs. Dia tidak menyangka pria yang dicintainya lebih memilih mantan istri dari pada dirinya.“Kenapa harus Mahira? Wanita itu benar-benar dicintai banyak pria. Padahal dia hanya seorang dokter miskis.” Sasa menghambur isi kamarnya hingga berantakan. Semua perlengkapan kecantikan berserakan di lantai. Begitu juga dengan bantal dan guling serta foto-foto dirinya bersama dengan Elvis.“Harusnya malam itu aku berhasil mengambil benih milik Elvis hingga hamil. Harusnya aku pura-pura hamil. Benar. Aku harus mencari kesempatan lagi untuk bisa mengambil video bersama Elvis.” Sasa tersenyum. Dia sedang memikirkan rencana untuk mendapatkan cairan milik Elvis.“Bagaimana caranya agar aku mendapatkan benih milik Elvis agar aku bisa hamil anak dia? Dia pasti belum menyentuh Mahira dan aku yakin wanita itu juga tidak akan memberikan tubuhnya dengan mudah.” Sasa tahu benar dengan harga diri Mahira yang sangat tinggi s
Rino melihat Elvis yang tersenyum memandangi layar ponsel. Pria itu segera mendekat.“Pak, Pak Feliz menunggu di ruang tamu.” Rino berdiri di depan Elvis. “Apa dia datang untuk mengantar nyawanya?” Elvis tersenyum. Pria itu memang ingin membalas dendam pada Feliz yang telah membawa kabur istrinya dalam waktu yang cukup lama. “Aku akan menemui dia.” Elvis beranjak dari kursi. Pria itu berjalan tersenyum keluar ruangannya.“Kenapa tersenyum?” Rino bingung. Pria itu pun tidak tahu bahwa bosnya telah memperkosa istri sendiri. Mendapatkan apa yang diinginkan dengan terpaksa.Elvis masuk ke dalam ruang tamu dan melihat Feliz yang duduk di sofa. Pria itu segera berdiri dan menatap tajam pada suami Mahira. “Kembalikan Mahira.” Feliz memegang kerah kemeja Elvis.“Jauhkan tanganmu dariku!” Elvis mencengkram lengan Feliz dengan kuat dan memutarnya hingga pria itu melepaskan diri.“Kamu yang tidak tahu diri menculik istriku!” Elvis melayangkan pukulan ke wajah Feliz hingga lelaki itu terjatuh k
Ruangan tampak hening. Mahira tidak lagi berdebat dengan Elvis. Wanita itu fokus memilih perlengkapan dirinya.“Ini.” Mahira memberikan album dan catatan kepada manager toko.“Baik, Nyonya. Kami akan mempersiapkan semuanya.” Wanita itu tersenyum.“Aku juga akan mengambil yang sudah dibawa ini.” Mahira berdiri dan memilih pakaian yang tergantung.“Terima kasih, Nyonya.” Para pegawa tentu senang jika ada gaun atau pakaian yang disukai Mahira karena itu akan membuat Elvis senang dan membawa semuanya dengan uang cash.“Ini semua,” ucap Mahira.“Bawakan semua itu ke kamar kami!” perintah Elvis pada pelayan rumah.“Baik, Pak.” Para pelayan segera mengambil semua pilihan Mahira dan membawanya ke kamar.“Terima kasih, Pak. Kami akan mempersiapkan pesanan Ibu Mahira dan segera mengantarkan kemari,” ucap manager toko yang tidak akan berani menatap Elvis.“Ya.” Elvis melihat pada Mahira yang merapikan diri.“Terima kasih. Aku mau ke kamar.” Mahira terlihat sangat kesulitan untuk berjalan. Wanita
Feliz benar-benar kesal. Acara pertunangan batal. Dia mengumumkan bahwa calon istrinya telah diculik oleh seseorang.“Sial!” Feliz yang biasa terlihan lembut kini tidak bisa lagi menyembunyikan marahnya. “Aarggh!” Feliz menghamburkan isi kamar tidur Mahira. “Gaun ini sangat mahal, Mahira. Aku pesan khusus untuk kamu.” Feliz memeluk gaun Mahira.“Baiklah, Elvis. Aku akan mengikuti cara kamu. merebut Mahira dengan kasar.” Feliz tersenyum.“Apa pun yang kamu lakukan pada Mahira akan aku balasa dengan hal yang sama.” Feliz meremas gaun putih mewah dan mahal. Pria itu tidak tidur semalaman karena memikirkan Mahira yang telah diculik Elvis.“Mahira pasti keluar rumah. Aku akan menculiknya, jika tidak terlihat di luar rumah. Aku juga bisa menjemput langsung dengan berbagai cara. Harusnya aku tidak menahan diri dan menjadikan Mahira milikku.” Feliz ingat benar bahwa dirinya tidak menyentuh Mahira. Pria itu bahka belum mendapatkan ciuman bibi wanita yang dicintainya itu.“Aku terus bersikap l
Elvis berhasil memasukan senjatanya ke dalam lubang kesucian Mahira. Pria itu melakukan dengan paksa setelah membuat istrinya basah dengan ciuman dan jilatan lidahnya di seluruh tubuh.“Aaahhh!” Mahira berteriak merasakan perih ketika selaput perawannya sobek.“Mmm.” Mahira mengunci mulutnya. Dia menahan sakit dan tangis ketika organ tubuh Elvis yang perkasa membobol benteng pertahannya. Menghancurkan keperawanan yang terus dijaganya.“Hiks hiks.” Mahira menangis. Jari-jari tangannya mencakar punggung Elvis hingga berdarah.“Ahhh!” Elvis yang telah berhasil masuk dan menyatu dengan Mahira terdiam beberapa saat.“Mahira, mari nikmati pagi ini dengan penuh gairah.” Tangan kekar Elvis mengunci tubuh Mahira.“Mm.” Mahira hanya bisa menangis dalam diam. Kenikmatan yang menyakitkan. Keperawanan yang direbut paksa oleh Elvis. Dia benar-benar sedih dan terluka.“Kamu adalah istriku. Sudah sepantasnya kita melakukan hubungan intim, Mahira. Dua tahun aku bertahan tidak menyentuh kamu.” Elvis ti