Share

Bab 5 Berkas Penting

Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.

“Mama mau kemana?” tanya Relia.

“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.

“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.

“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.

“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.

“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.

“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.

“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.

“Apa?” Relia terkejut.

“Apa Kak Elvis benar-benar mau bercerai dengan Kak Mahira?” tanya Relia memegang tangan Elvita.

“Tentu saja dan Mama sangat senang. Sekarang kamu bantu cari buku nikah mereka.” Elvita benar-benar bersemangat.

“Ma, Kak Elvis tidak akan suka dengan apa yang Mama lakukan?” Relia sangat mengenal Elvis. Pria itu sangat tidak suka ada orang yang masuk ke kamar tanpa izin dan menyetuh barang miliknya. Sebelum menikah, kamarnya selalu dikunci. Mahira adalah wanita pertama yang tidur di kasur yang sama dengan Elvis.

“Tidak mungkin tidak suka. Elvis juga sangat ingin bercerai dengan Mahira.” Elvita melihat koper yang ada di bawah lemari pakaian. Wanita itu segera menarik dan membuka koper yang tidak berdebu karena selalu dibersihkan.

“Pasti disimpan di sini.” Elvita tersenyum melihat sebuah map hitam.

“Benar saja. Elvis menyimpan ini dengan sangat baik.” Elvita mengambil map dan menutup kembali koper. Meletakkan di tempat semula.

“Aku akan periksa dulu.” Elvita benar-benar mendapatkan apa yang diinginkan. Buku nikah Elvis dan Mahira serta kartu keluarga pasangan suami istri itu.

“Ayo kita keluar. Hari ini, Mama akan membuat janji dengan pengacara agar perceraian Elvis cepat selesai.” Elvita tersenyum bahagia. Dia sudah tidak sabar ingin mengganti menantunya.

“Ma, di mana Kak Mahira? Aku tidak melihatnya dari tadi.” Relia menutup pintu kamar Elvis.

“Dia sudah pergi dari rumah ini untuk selamanya,” ucap Elvita duduk di sofa ruang tengah. Wanita itu mengeluarkan semua isi map.

“Semua yang aku butuhkan ada di sini. Bahkan ada ktp mereka berdua.” Elvita tersenyum melihat berkas yang lengkap tanpa ada kekurangan. Dia hanya butuh tanda tangan Elvis dan Mahira ketika surat gugatan cerai telah keluar.

“Kak Mahira pergi kemana, Ma?” tanya Relia khawatir. Dia juga seorang wanita sehingga ada rasa takut akan mengalami hal yang sama dengan Mahira.

“Mama tidak tahu dan tidak peduli. Wanita itu tidak pantas berada di sisi Elvis. Kakak kamu itu tampan dan kaya. Dia sempurna dalam segala hal. Untung saja, pernikahan mereka dirahasiakan karena Elvis tidak mencintai Mahira.” Elvita tersenyum melihat berkas lengkap yang ada di atas meja.

“Pasti Kak Mahira pulang ke rumah mamanya,” ucap Relia di dalam hati.

“Ma, aku sudah terlambat. Aku pergi kuliah dulu.” Relia bergegas ke luar rumah. Dia mengendarai mobil berwarna merah terang.

“Pulang dari kampus. Aku akan mampir ke tempat Kak Mahira.” Relia senang memiliki saudari perempuan. Dia tahu bahwa Mahira adalah wanita yang baik dan peduli. Dokter cerdas yang hebat dan popular di kalangan para ahli kesehatan.

Elvita benar-benar menghubungi pengacara dan membuat janji temu dengan mudahnya. Wanita itu membawa berkas penting miliki Elvis dan Mahira. Dia siap mengurus perceraian anak dan menantunya.

Mahira tidak pulang ke rumah mamanya karena itu akan sama saja. Dirinya dipastikan akan menjadi pembantu. Melakukan semua pekerjaan rumah hingga mencari uang.

“Terima kasih.” Mahira tiba di klinik sederhana miliknya. Dia membayar biaya taksi.

“Dok.” Ela menyambut kedatangan Mahira.

“Kamu belum pergi kerja?” Mahira memeluk Ela.

“Belum, Dok. Saya sengaja menunggu Anda.” Ela tersenyum. Wanita itu senang karena Mahira sudah keluar dari rumah Elvis.

“Terima kasih. Kita pergi ke rumah sakit bersama,” ucap Mahira.

“Ayo masuk, Dok.” Ela menarik koper Mahira.

“Maaf, Dok. Rumah ini sederhana,” ucap Ela.

“Aku terbiasa hidup sederhana. Yang penting kita bahagia dan tidak ada tekanan dari pihak mana pun.” Mahira tersenyum. Dia merangkul Ela. Mereka masuk bersama ke dalam rumah.

“Aku tidak sendiri lagi tinggal di sini.” Ela tersenyum.

“Aku benar-benar senang bisa bekerja sama dengan Dokter Mahira,” ucap Ela.

“Aku juga senang. Mari kita sukses bersama.” Mahira memegang tangan Ela.

“Iya, Bu.” Ela tersenyum.

“Besok, Aku akan melakukan terapi terakhir.” Mahira menatap Ela.

“Semoga hasil evaluasi segera keluar dan aku bisa menjadi dokter lagi. Dua tahun ini sudah cukup untuk beristirahat total.” Mahira menarik napas dengan berat. Dia duduk di sofa yang tampak sederhana.

“Anda tidak perlu menunggu besok, Dok.” Ela memberikan map cokelat pada Mahira.

“Apa ini?” tanya Mahira.

“Bukalah!” Ela terus tersenyum dan Mahira segera membuka map dan mengeluarkan isinya.

“Ini.” Mahira terkejut membaca hasil laporan kesehatannya. Dia tersenyum dengan air mata yang mulai menetes membasahi wajahnya.

“Ada sudah sembuh dan siap menjadi Dokter Specialis bedah lagi, Dok.” Ela memeluk Mahira.

“Ya Tuhan. Terima kasih.” Mahira benar-benar bahagia. Dia tidak bisa menahan tangis. Keberkahan itu datang di saat dia akan bercerai dengan Elvis.

“Aku akan menjadi dokter lagi. Aku benar-benar sudah rindu berada di ruangan operasi. Menolong dan menyelamatkan pasien.” Mahira tersenyum dalam tangis bahagianya.

“Iya, Dok. Pilihan tepat dengan terapi yang diberikan gratis untuk Anda hingga satu tahun terakhir. Semuanya tidak sia-siap. Anda akan pergi ke luar negeri untuk memastikan semuanya.” Ela sangat bahagia dan bangga pada Mahira.

“Bagus. Besok, aku akan ke rumah sakit untuk mengurus semua prosedurnya.” Mahira tidak bisa menutupi kebahagiaan yang didapatkannya. Dia akan kembali berjaya seperti saat bersama dengan Biyanka.

“Bercerai dengan Elvis adalah pilihan terbaik. Kami tidak akan berhubungan lagi. Dua tahun itu hanya akan menjadi kenangan menyakitkan.” Mahira tersenyum. Dia menatap berkas penting yang ada di tangannya. Wanita itu akan pergi ke luar negeri untuk mendapatkan izin praktik dan juga pengembalian nama baiknya sehingga bisa menjadi dokter bedah lagi.

“Semoga perceraian kami cepat selesai agar aku tidak menjadi penghalang Elvis dan Sasa.” Mahira terus tersenyum.

“Mari kita berkemas. Bersiap untuk membuka klinik akupuntur,” ucap Mahira.

“Iya, Dok.” Ela jauh bersemangat dibandingkan Mahira.

Mahira tinggal di ujung kota. Dia membuka pengobatan tradisional akupuntur. Wanita itu sudah memiliki cukup banyak pasien. Mereka juga membantu mempromosikan klinik itu kepada keluarga serta tentangga dan masyarakat sekitar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status