Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.
“Mama mau kemana?” tanya Relia.
“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.
“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.
“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.
“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.
“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.
“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.
“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.
“Apa Kak Elvis benar-benar mau bercerai dengan Kak Mahira?” tanya Relia memegang tangan Elvita.
“Tentu saja dan Mama sangat senang. Sekarang kamu bantu cari buku nikah mereka.” Elvita benar-benar bersemangat.
“Ma, Kak Elvis tidak akan suka dengan apa yang Mama lakukan?” Relia sangat mengenal Elvis. Pria itu sangat tidak suka ada orang yang masuk ke kamar tanpa izin dan menyetuh barang miliknya. Sebelum menikah, kamarnya selalu dikunci. Mahira adalah wanita pertama yang tidur di kasur yang sama dengan Elvis.
“Tidak mungkin tidak suka. Elvis juga sangat ingin bercerai dengan Mahira.” Elvita melihat koper yang ada di bawah lemari pakaian. Wanita itu segera menarik dan membuka koper yang tidak berdebu karena selalu dibersihkan.
“Pasti disimpan di sini.” Elvita tersenyum melihat sebuah map hitam.
“Benar saja. Elvis menyimpan ini dengan sangat baik.” Elvita mengambil map dan menutup kembali koper. Meletakkan di tempat semula.
“Aku akan periksa dulu.” Elvita benar-benar mendapatkan apa yang diinginkan. Buku nikah Elvis dan Mahira serta kartu keluarga pasangan suami istri itu.
“Ayo kita keluar. Hari ini, Mama akan membuat janji dengan pengacara agar perceraian Elvis cepat selesai.” Elvita tersenyum bahagia. Dia sudah tidak sabar ingin mengganti menantunya.
“Ma, di mana Kak Mahira? Aku tidak melihatnya dari tadi.” Relia menutup pintu kamar Elvis.
“Dia sudah pergi dari rumah ini untuk selamanya,” ucap Elvita duduk di sofa ruang tengah. Wanita itu mengeluarkan semua isi map.
“Semua yang aku butuhkan ada di sini. Bahkan ada ktp mereka berdua.” Elvita tersenyum melihat berkas yang lengkap tanpa ada kekurangan. Dia hanya butuh tanda tangan Elvis dan Mahira ketika surat gugatan cerai telah keluar.
“Kak Mahira pergi kemana, Ma?” tanya Relia khawatir. Dia juga seorang wanita sehingga ada rasa takut akan mengalami hal yang sama dengan Mahira.“Mama tidak tahu dan tidak peduli. Wanita itu tidak pantas berada di sisi Elvis. Kakak kamu itu tampan dan kaya. Dia sempurna dalam segala hal. Untung saja, pernikahan mereka dirahasiakan karena Elvis tidak mencintai Mahira.” Elvita tersenyum melihat berkas lengkap yang ada di atas meja.
“Pasti Kak Mahira pulang ke rumah mamanya,” ucap Relia di dalam hati. “Ma, aku sudah terlambat. Aku pergi kuliah dulu.” Relia bergegas ke luar rumah. Dia mengendarai mobil berwarna merah terang.“Pulang dari kampus. Aku akan mampir ke tempat Kak Mahira.” Relia senang memiliki saudari perempuan. Dia tahu bahwa Mahira adalah wanita yang baik dan peduli. Dokter cerdas yang hebat dan popular di kalangan para ahli kesehatan.
Elvita benar-benar menghubungi pengacara dan membuat janji temu dengan mudahnya. Wanita itu membawa berkas penting miliki Elvis dan Mahira. Dia siap mengurus perceraian anak dan menantunya.
Mahira tidak pulang ke rumah mamanya karena itu akan sama saja. Dirinya dipastikan akan menjadi pembantu. Melakukan semua pekerjaan rumah hingga mencari uang.
“Terima kasih.” Mahira tiba di klinik sederhana miliknya. Dia membayar biaya taksi.
“Dok.” Ela menyambut kedatangan Mahira.
“Kamu belum pergi kerja?” Mahira memeluk Ela.
“Belum, Dok. Saya sengaja menunggu Anda.” Ela tersenyum. Wanita itu senang karena Mahira sudah keluar dari rumah Elvis.
“Terima kasih. Kita pergi ke rumah sakit bersama,” ucap Mahira.
“Ayo masuk, Dok.” Ela menarik koper Mahira.
“Maaf, Dok. Rumah ini sederhana,” ucap Ela.
“Aku terbiasa hidup sederhana. Yang penting kita bahagia dan tidak ada tekanan dari pihak mana pun.” Mahira tersenyum. Dia merangkul Ela. Mereka masuk bersama ke dalam rumah.“Aku tidak sendiri lagi tinggal di sini.” Ela tersenyum.
“Aku benar-benar senang bisa bekerja sama dengan Dokter Mahira,” ucap Ela.
“Aku juga senang. Mari kita sukses bersama.” Mahira memegang tangan Ela.
“Iya, Bu.” Ela tersenyum.
“Besok, Aku akan melakukan terapi terakhir.” Mahira menatap Ela.
“Semoga hasil evaluasi segera keluar dan aku bisa menjadi dokter lagi. Dua tahun ini sudah cukup untuk beristirahat total.” Mahira menarik napas dengan berat. Dia duduk di sofa yang tampak sederhana.
“Anda tidak perlu menunggu besok, Dok.” Ela memberikan map cokelat pada Mahira.
“Apa ini?” tanya Mahira.
“Bukalah!” Ela terus tersenyum dan Mahira segera membuka map dan mengeluarkan isinya.
“Ini.” Mahira terkejut membaca hasil laporan kesehatannya. Dia tersenyum dengan air mata yang mulai menetes membasahi wajahnya.
“Ada sudah sembuh dan siap menjadi Dokter Specialis bedah lagi, Dok.” Ela memeluk Mahira.
“Ya Tuhan. Terima kasih.” Mahira benar-benar bahagia. Dia tidak bisa menahan tangis. Keberkahan itu datang di saat dia akan bercerai dengan Elvis.
“Aku akan menjadi dokter lagi. Aku benar-benar sudah rindu berada di ruangan operasi. Menolong dan menyelamatkan pasien.” Mahira tersenyum dalam tangis bahagianya.“Iya, Dok. Pilihan tepat dengan terapi yang diberikan gratis untuk Anda hingga satu tahun terakhir. Semuanya tidak sia-siap. Anda akan pergi ke luar negeri untuk memastikan semuanya.” Ela sangat bahagia dan bangga pada Mahira.
“Bagus. Besok, aku akan ke rumah sakit untuk mengurus semua prosedurnya.” Mahira tidak bisa menutupi kebahagiaan yang didapatkannya. Dia akan kembali berjaya seperti saat bersama dengan Biyanka.
“Bercerai dengan Elvis adalah pilihan terbaik. Kami tidak akan berhubungan lagi. Dua tahun itu hanya akan menjadi kenangan menyakitkan.” Mahira tersenyum. Dia menatap berkas penting yang ada di tangannya. Wanita itu akan pergi ke luar negeri untuk mendapatkan izin praktik dan juga pengembalian nama baiknya sehingga bisa menjadi dokter bedah lagi.
“Semoga perceraian kami cepat selesai agar aku tidak menjadi penghalang Elvis dan Sasa.” Mahira terus tersenyum.
“Mari kita berkemas. Bersiap untuk membuka klinik akupuntur,” ucap Mahira.
“Iya, Dok.” Ela jauh bersemangat dibandingkan Mahira.
Mahira tinggal di ujung kota. Dia membuka pengobatan tradisional akupuntur. Wanita itu sudah memiliki cukup banyak pasien. Mereka juga membantu mempromosikan klinik itu kepada keluarga serta tentangga dan masyarakat sekitar.
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena
Mahira kembali ke rumah. Dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal. Foto dan video ketika Elvis berada di rumah Sasa. Dua orang yang terlihat romantis dan tidak ingin dipisahkan.“Kenapa harus mengirim foto dan video ini kepadaku?” tanya Mahira yang duduk di sofa. Wanita itu merasa sangat lelah. Rasa cinta yang mulai tumbuh kembali sirna. Dia berusaha menjadi istri yang sempurna untuk Elvis.“Elvis. Kamu memang dingin, tetapi di mataku kamu cukup baik dan peduli. Kamu juga adalaj pria yang bertanggung jawab sehingga aku dan keluarga tidak kelaparan.” Mahira menghapus semua foto Elvis yang tersimpan di dalam ponselnya. Dia tidak ingin lagi ada hubungan apa pun dengan suaminya.“Aku yakin Elvis sedang mengurus perceraian kami agar dia bisa segera menikahi Sasa.” Mahira meletakkan ponsel di atas meja. Dia merebahkan tubuh di sofa dan memejamkan matanya. Harinya benar-benar gelisah. Satu-satu pria yang dekat dengannya setelah Biyanka adalah Elvis. Mereka sudah hidup bersama selama dua ta
Sasa selesai makan malam bersama Elvita dan Relia. Mereka berjalan menuju ruang keluarga.“Ma, aku ke kamar dulu.” Relia menaiki tangga menuju kamarnya.“Lia,” sapa Elvita, tetapi Relia terus melanjutkan langkah kakinya yang cepat dan masuk ke dalam kamar dengan tidak lupa mengunci pintu.“Apa Kak Mahira benar-benar sudah pergi dari rumah ini? Aku tidak sempat mampir ke rumah orang tuanya karena mama memintaku pulang lebih awal.” Relia duduk di kursi belajarnya. Dia mencoba menghubungi Mahira dan tidak aktif lagi.“Tidak aktif. Apa Kak Mahira mengganti nomor ponselnya?” Relia terus mencoba menghubungi nomor Mahira dan benar-benar gagal berulang.“Aku akan coba cari ke rumah mamanya.” Relia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar.“Relia, kamu mau kemana?” tanya Elvita melihat Relia melewati mereka.“Aku mau keluar dulu, Ma. Ada perlu.” Relia tersenyum dan berjalan cepat keluar dari rumah mewah keluarganya.“Relia sekarang sudah berubah, Tante. Dia seperti asing padaku,” ucap Sasa.
Langkah kaki Elvis dihentikan Sasa yang sudah menunggu di depan pintu ruang tengah. Pria itu cukup terkejut dengan kehadiran cinta masa kecil. “Kak, aku akan menginap di sini.” Sasa tersenyum pada Elvis.“Bukankah besok kamu harus kerja?” Elvis menatap Sasa yang berdiri di depannya.“Tante sudah menyiapkan pakaian ganti untukku besok. Sudah lama kita tidak bersama.” Sasa menggantungkan tangannya di leher Elvis.“Apa aku bisa tidur di kamar Kak Elvis?” tanya Sasa mendekatkan wajahnya pada Elvis.“Itu tidak mungkin, Sasa. Kita sudah sama-sama dewasa dan aku telah menikah.” Elvis tersenyum. Pria itu tidak menolak sentuhan Sasa. Dia tidak ingin wanita itu marah dan tersinggung. “Istri Kak Elvis kan sudah pergi dan kalian akan bercerai.” Sasa cemberut.“Kamu pergilah istirahat ke kamar tamu. Aku masih harus bekerja.” Elvis melepaskan tangan Sasa.“Aku mau ikut bekerja dengan Kak Elvis agar terbiasa. Kakak tahu kan aku sedang belajar.” Sasa memeluk lengan Elvis. Dia menempelkan bagian dada
Mahira membuka mata. Dia benar-benar terbiasa bangun di awal pagi. Wanita itu mandi dan mempersiapkan menu sarapan untuk dirinya dan Ela. “Dok, kenapa Anda selalu bangun lebih pagi dan membuat sarapan sendiri?” Ela berlari ke dapur. “Aku sudah terbiasa. Kamu duduk saja. Makanan akan segera siap.” Mahira tersenyum cantik. Rambut panjang dan hitam bergelombang di gelung tinggi. Wanita itu benar-benar bersih dan terawatt dengan baik. “Baiklah, Dok. Anda di dapur dan aku akan melakukan perkerjaan lain. Anda tidak boleh keluar dari dapur,” tegas Ela. “Itu maksud bagaimana, Ela.” Mahira tertawa melihat sikap asisten pribadinya yang bahkan belum sempat bekerja bersama, tetapi Ela tetap harus mendampingi Mahira dan mendapat gaji sehingga mereka dengan mudah menjadi dekat. “Maksudnya, Dokter melakukan pekerjaan di dapur untuk memasak saja. Aku yang bertugas membersihkan rumah dan sekitarnya,” jelas Ela. “Baik.” Mahira selalu memperlihatkan senyuman manisnya. Wanita itu terlihat baik-baik
Mahira diperkenalkan dengan semua tim dan mereka benar-benar mengagumi wanita muda itu. Prestasi yang diukir di masa kuliah dan bekerja di luar begeri membuatnya dihargai dan dihormati oleh dunia kesehatan serta kedokteran. Ditambah lagi kemampuan akupuntur yang luar biasa sehingga dia bisa menyatukan ilmu moderan dan tradisional.“Nona Mahira, kami turut berduka cita atas meninggalnya Pak Biyan,” ucap seorang dokter.“Terima kasih. Dua tahun cukup membuatku terluka dan sedih. Hari ini, aku akan kembali seperti dulu. Bersemangat untuk menyelamatkan dan menolong semua orang hingga hewan sekali pun,” ucap Mahira penuh kepercayaan diri. Dia tersenyum penuh keyakinan.“Dua tahun aku menjadi ibu rumah tangga dan berharap mendapatkan cinta serta keluarga, tetapi yang terjadi bahwa aku di sia-sia kan. Suamiku bahkan selingkuh dan kembali kepada kekasih masa kecil yang telah pergi darinya.” Mahira memegang dada untuk menekan sesak yang ada setiap kali mengingatkan kecewa dan luka yang diberika
Mahira mengunjungi pasien yang akan menjalankan operasi. Dia masuk ke ruang anak. “Halo.” Mahira duduk di samping tempat tidur seorang anak yang terlihat tidak bisa bergerak. Dia hanya menggerakkan bola mata saja. Melihat kedatangan dokter cantik. “Perkenalkan. Saya adalah dokter yang akan menemani Agus untuk membersihkan luka di kepala.” Mahira menyentuh kepala Agus yang dibungkus kain kasa. Anak itu tersenyum pada dokta yang lembut dan ramah. “Setelah bersihkan luka. Agus akan bisa berbicara dan bergerak. Jadi, harus semangat ya.” Mahira mencium dahi Agus. Dia memberikan pelukan penuh kasih dan sayang. “Mm.” Agus tersenyum. Anak itu terlihat senang dan bersemangat. Pelukan dan ciuman Mahira benar-benar memberikan vitamin untuk pasien yang sedang putus asa dan takut. “Bagus. Agus adalah anak yang kuat dan sehat. Nanti mau jadi dokter kan?” tanya Mahira menggenggam tangan Agus. Wanita itu mencium seperti seorang ibu. “Mm.” Agus memperlihatkan senyuman dari mata dan bibirnya. “An
Ryo benar-benar pindah tim. Dia berusaha terus berada di sisi Mahira. Pria muda itu ingin mengenal lebih dekat. Wanita yang menghilang selama dua tahun setelah kematian kekasih sekaligus calon suaminya di hari pernikahan mereka.“Dokter Mahira adalah wanita yang setia. Dia terpuruk hingga dua tahun karena kehilangan pria yang dicintai dan juga calon suaminya.” Ryo memperhatikan Mahira yang selalu tersenyum tulus kepada semua pasien. Wanita itu juga tidak segan membantu warga asli yang membutuhkan. Dia tidak peduli dengan pakaian yang menjadi kotor.“Tidak pacarana dan bahkan menghilang dari dunia kedokteran. Pasti ada banyak pria yang menginginkannya termasuk aku.” Ryo mendekati Mahira.Tidak ada yang tahu bahwa Mahira hilang karena menikah dengan Elvis. Selama dua tahun dia menjalani pernikahan rahasia yang dingin. Disembunyikan dari public hanya untuk menutupi kasus kematian Biyanka yang disebabkan oleh kecelakaan agar nama baik Elvis tetap terjaga.“Biar aku bantu.” Ryo membantu Ma
Ryo dengan sabar menunggu Mahira yang harus merapikan diri dan bersiap untuk pergi ke desa terpencil untuk memberikan bantuan medis. Wanita cantik itu tampil dengan kemeja putih lengan panjang dan celana berbahan lembut dengan warna senada.“Aku siap.” Mahira berdiri di depan Ryo yang duduk di sofa. Pria itu segera mendongak dan terpesona melihat dokter yang datang dari Indonesia, tetapi menguasai banyak Bahasa asing.“Cantik,” gumam Ryo. Rambut hitam bergemobang diikat tinggi mirip ekor kuda. Leher jenjang dan putih terlihat dengan jelas begitu menggoda di mata semua pria.“Apa?” tanya Mahira yang tidak mendengarkan gumaman Ryo.“Tidak apa. Ayo berangkat.” Ryo segera beranjak dari kursi.“Ya.” Mahira keluar dari rumah bersama Ryo. Dia menutup dan mengunci pintu.“Silakan.” Ryo membuka pintu untuk Mahira.“Terima kasih.” Mahira memberikan senyuman paling manis untuk pria muda di depannya. Dia duduk di kursi dan segera mengenakan sabuk pengaman.“Dengan senang hati.” Ryo membalas senyu
Sasa melamun di dalam kamarnya. Dia sendirian dan bosan. Elvita lebih memilih pergi berkeliling butik dan berbisnis. Relia berada di taman belakang untuk belajar.“Kenapa rumah ini sangat sepi?” tanya Sasa bergerak dengan kursi rodanya.“Lelah sekali menggunakan kursi roda ini dan aku pun tidak berhasil mengambil perhatian Elvis. Apa dia tidak peduli kepadaku? Apa pria itu semakin tidak suka karena aku lumpuh?” Sasa menatap diri di depan cermin. Dia benar-benar kesal karena Elvis yang pergi ke luar kota untuk pertemuan bisnis.“Aku akan menghubungi mama agar menjemputku pulang. Aku bosan di rumah ini dan Kak Elvis pun tidak ada.” Sasa mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja.“Ma,” sapa Sasa.“Ada apa, Sayang?” tanya Selia menjawab panggilan Sasa.“Jemput aku pulang. Aku bosan di sini sendirian,” jawab Sasa.“Kenapa?” tanya Selia.“Tidak ada siapa pun di sini. Kak Elvis pergi ke luar kota. Tante melakukan perjalanan bisnis dan Relia belajar jarak jauh,” jelas Sasa.“Aku lelah
Elvis hanya diam saja. Pria itu terlihat berpikir keras untuk menyelesaikan masalahnya. Dia benar-benar tidak ingin bercerai dengan Mahira. Jatuh cinta itu nyata, tetapi gengsi untuk mengakuinya. Dua tahun bersama hanya saling menjaga perasaan tanpa ingin menyakiti.“Rino, cari orang di Jepang untuk menahan Mahira!” perintah Elvis tiba-tiba.“Apa?” Rino terkejut.“Bos, apa maksud Anda menahan?” tanya Rino.“Jangan biarkan dia meninggalkan Jepang. Aku akan segera menyusulnya,” jawab Elvis merebahkan tubuh di kasur.“Hhh!” Rino menatap Elvis.“Apa kamu perlu berpikir untuk mengerjakan tugas ini? Apa kamu mau dipecat?” tanya Elvis tanpa melihat Rino.“Siap! Laksanakan!” Rino segera menghubungi orang-orang bayaran yang bisa dipekerjakan untuk melarang Mahira meninggalkan Jepang. Wanita itu juga diawasi sehingga benar-benar hanya berada di rumah saja.“Saya sudah mendapatkan orang bayaran, Bos. Mereka berada tidak jauh dari penginapan Nyonya,” ucap Rino.“Janga nada yang berani menyentuh Ma
Elvis benar-benar marah. Dia sangat khawatir berkas perceraian itu sampai ke tangan Mahira. Dia pun berpikir buruk kemungkinan sang istri yang mengurus perceraian.“Apa Mahira bekerja sama dengan pengacara?” Elvis benar-benar tidak tenang.“Maaf, Pak. Saya tidak menemukan catatan Ibu Mahira melakukan pertemuan atau pun pergi ke persidangan,” ucap Rino.“Saya sudah memeriksa semuanya,” lanjut Rino.“Mungkin ada orang lain. Sekarang temukan pengacara itu,” tegas Elvis.“Di mana pun dia berada.” Elvis menghembus napas dengan kasar.“Baik, Pak.” Rino melirik Elvis.“Sudah lama Pak Elvis tidak marah. Hidupnya yang tenang mulai bergairah.” Rino tersenyum.Rino benar-benar sibuk. Dia harus terus memantau pergerakan Mahira dan mencari pengacara yang tiba-tiba hilang.“Sepertinya pengacara ini mendapat bayaran sehingga dia bisa pergi dengan semua keluarganya,” ucap Rino.“Kemana dia pergi? Siapa yang membayar? Aku tidak melihat Mahira mengeluarkan uang.” Rino berpindah duduk di samping Elvis.
Elvis berada dan Rino tiba di bandara. Mereka dijemput oleh mobil hotel menuju tempat pertemuan yang telah ditentukan. Tidak perlu istirahat karena semua dilakukan dengan serba cepat. Waktu adalah uang.“Selamat datang, Pak Elvis.” Pelayan hotel menyambut kedatangan Elvis dengan membungkukkan badan. Mereka sangat mengenal pengusaha mud aitu.“Silakan, Pak. Ini ruang pertemuan Anda.” Pintu dibuka dan Elvis berjalan tegak tanpa bicara sepatah kata pun. Tidak akan senyuman apalagi ucapan terima kasih. Dia benar-benar tidak peduli dengan orang-orang yang tidak ada hubungan dengannya. Itulah yang dilakukannya kepada Mahira dalam pernikahan mereka.“Ya Tuhan. Pak Elvis benar-benar tampan dan tinggi. Aku sangat beruntung bisa melihatnya dari dekat,” ucap para pelayan hotel.“Kamu benar. Ibu Sasa benar-benar beruntung menjadi kekasih Pak Elvis. Bersama sejak kecil hingga detik ini.” Orang-orang hanya tahu bahwa Sasa adalah kekasih Elvis karena wanita itu mengatakan kepada dunia dengan banggany
Relia masih belum pergi ke kampus, tetapi dia tidak akan ketinggalkan kuliah. Wanita muda itu punya banyak uang. Dia adalah adik dari Elvis Mahendra sehingga mendapatkan pelayanan yang berbeda dengan kuliah jarak jauh melalui zoom.“Sepi sekali.” Relia duduk di taman belakang yang tenang. Dia sedang belajar dengan fokus.“Kemana Kak Mahira?” Pikiran Relia tiba-tiba teringat kepada Mahira yang tidak ada lagi kabar berita dan Elvis pun tampak tenang. “Apa Kak Elvis sudah menemukan Kak Mahira?” Relia mencoba menghubungi Elvis.“Halo, Lia. Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Elvis dengan penuh wibawa.“Kak. Apa Kakak sudah menemukan Kak Mahira?” Relia balik bertanya.“Ya. Dia sedang menikmati liburan dengan jalan-jalan dan tidak menentap. Aku akan membiarkannya bersenang-senang karena setelah itu dia akan kembali pulang,” jelas Elvis tersenyum.“Oh syukurlah. Mungkin Kak Mahira sedang tidak ingin diganggu,” ucap Relia.“Kamu benar. Dia sedang marah dan cemburu karena Sasa selalu mengirimkan fo
Elvis rebahan di lantai. Pria itu menatap langit-langit ruangan. Dia benar-benar tampak berantakan, tetapi tidak membuat ketampanannya berkurang. Pesona pria matang dan kaya memang berbeda. Aura seorang pemimpin yang selalu menjadi daya tarik semua orang.“Siapa yang membantu kamu pergi Mahira?” Elvis benar-benar lelah setelah olah raga berat yang menyiksa tubuhnya. Pria itu melakukan dengan berlebihan dan memaksa diri untuk meluapkan amarah serta kekesalannya.“Tidak biasanya Rino gagal menemukan orang yang aku inginkan.” Elvis beranjak dari lantai. Pria itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tidak bisa tidur dengan tubuh yang kotor dan berkeringat. “Aku pastikan akan mendapatkan kamu, Mahira. Tidak ada makhluk sekecil apa pun bisa lari dari genggamanku ketika aku menginginkannya. Hidupku selama ini benar-benar terlalu santai. Dan sekarang kamu membuat permainan. Pasti akan menyenangkan.” Elvis yang tadi marah telah menjadi tenang karena sudah diluapkan dengan cara yan
Elvis pulang ke rumah. Dia pergi ke ruang computer yang ada di belakang ruang kerjanya. Pria itu disambut oleh Rino.“Pak.” Rino terkejut dengan kedatangan Elvis.“Cari Mahira!” perintah Elvis dengan matanya yang merah. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia meninju bantal dan melepar ke lantai. “Arrggh!” Elvis benar-benar sangat marah. Dia tidak menyangka setelah membuka akun Mahira. Wanita itu pergi tanpa bersuara. Pria itu melepas jas dan dasi serta membuka beberapa kancing.“Apa dia pergi dengan Feliz?” tanya Elvis.“Tidak, Bos. Pak Feliz masih dalam pertemuan dalam pembukaan dan peresmian perusahaannya.” Rino memperlihatkan siaran langsung Feliz tanpa Mahira. Pria itu sedikit gugup melihat amarah Elvis yang tidak biasa. Lelaki yang tenang kini terlihat berantakan.“Pantas saja aku tidak bisa menghubunginya. Ternyata pria itu sedang sibuk. Apa dia tahu Mahira pergi?” tanya Elvis. “Sepertinya Nyonya pergi tanpa memberitahu siapa pun,” jawab Rino memperhatikan Elvis. Bosnya b