Mahira masuk ke kamar mandi. Dia membersihkan diri karena pakaiannya terkena kuah sup. Wanita itu mandi untuk kedua kalinya.
“Hm.” Elvis membuka mata perlahan dan melihat Mahira yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas paha.
“Dia memang seksi.” Elvis memperhatikan Mahira yang berjalan menuju lemari pakaian. Wanita itu tidak tahu bahwa suaminya sudah bangun sehingga dengan santainya dia berganti pakaian di depan Elvis yang tidak pernah melihat tubuhnya.“Pasti dia pikir aku masih tidur.” Elvis melihat Mahira yang sudah mengenakan celana sebatas lutut dan kaos putih lengan pendek. Wanita itu benar-benar tidak berdandan sama sekali. Dia hanya memberikan perlindungan dan perawatan kulit saja.
“Ahhh!” Mahira mengambil kota obat dari lemari yang cukup tersembunyi.“Apa dia akan mengobati ku lagi? Aku tidak tahu dia punya dua kotak obat.” Elvis tidak mengalihkan pandangan dari Mahira. Dia belum tahu bahwa wanita itu terluka.
Mahira membuka pintu balkon dan menutupnya kembali. Wanita itu tidak mau menganggu Elvis. Dia duduk di lantai dan mengobati lukanya.
“Apa yang dia lakukan di sana? Apa dia terluka?” Elvis segera duduk. Pria itu masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan keluar dengan cepat. Dia membuka pintu balkon.“Ah!” Amira terkejut dengan kedatangan Elvis.
“Kamu terluka?” Elvis melihat Mahira yang duduk di lantai. Wanita itu sedang mengobati tangan yang terkena sup panas dan pecahan mangkuk.
“Tidak.” Mahira memalingkan wajah. Dia tidak mau berkomunikasi dengan Elvis.
“Bagaimana ini bisa terluka?” Elvis berjongkok. Dia memegang tangan Mahira.
“Tidak usah pura-pura peduli. Aku sudah terbiasa terluka di rumah ini.” Mahira menarik tangannya.
“Apa?” Elvis tidak tahu jika mamanya sering menyiksa Mahira. “Sebaiknya, kita urus perceraian. Dua tahun sudah cukup untuk kamu bertanggung jawab,” tegas Mahira.“Aku tidak akan menjadi beban hidup kamu lagi,” ucap Mahira.
“Aku sudah bisa bekerja lagi. Tanganku tidak lagi gemetar. Trauma itu pelahan telah hilang. Aku terapi sendiri.” Mahira berbicara di dalam hatinya.
“Bagus. Itu adalah permintaan kamu. Aku tidak akan menahan. Lebih cepat lebih baik. Aku akan mengantarkan berkas perceraian ke pengadilan.” Elvis beranjak dari lantai. Dia memperhatikan Mahira yang terlihat tidak peduli padanya.
“Dua tahun ternyata tidak membuat kamu jatuh cinta padaku, Mahira.” Elvis keluar dari balkon dan kembali ke kamar. Pria itu mandi dan berganti pakaian. Dia menuruni tangga menuju ruang makan.
“Elvis, kamu sudah bangun.” Elvita tersenyum.“Elvis. Mama Sasa baru saja menelpon. Mereka bertanya kapan kamu akan menceraikan Mahira dan menikahi Sasa?” tanya Elvita.
Tidak ada jawaban dari Elvis. Pria itu duduk di kursinya dan mengambil makanan. Dia tidak pernah tahu bahwa yang memasak menu makanan setiap harinya adalah Mahira.
“Elvis, kamu tidak jatuh cinta pada Mahira kan?” tanya Elvita.
“Tidak mungkin, Ma,” jawab Elvis.
“Aku tidak mungkin jatuh cinta pada wanita yang bahkan tidak pernah bisa melupakan lelaki yang sudah mati. Dia melayaniku hanya untuk membalas biaya hidup yang telah aku berikan,” ucap Elvis di dalam hati. Pria itu menikmati sarapan dengan pikiran yang kacau.
“Aku selesai.” Elvis beranjak dari kursi. Dia pergi ke kamar Relia.
“Relia.” Elvis mengetuk pintu kamar Relia.
“Masuklah,” ucap Relia melihat Elvis yang sudah berdiri di depannya.
“Apa yang terjadi pada Mahira?” tanya Elvis.
“Apa Kakak tidak tahu bahwa mama suka menghina dan menyiksa Kak Mahira. Mama selalu meminta kalian untuk bercerai. Padahal Kak Mahira wanita yang baik,” jelas Relia.
“Apa?” Elvis terkejut karena Mahira tidak pernah mengadu dan mengeluh apa pun padanya. Mereka sangat jarang bicara. Dia bahkan tidak peduli dengan hari yang telah dilewati istrinya selama di rumah,
“Hari ini, Mama yang membuat Kak Mahira terluka. Tangannya terkena sup panas dan pecahan wadah sup,” jelas Relia.
“Aku heran kenapa Kak Mahira masih bertahan hingga dua tahun? Apa dia benar-benar tidak punya tempat tinggal sehingga harus terus di rumah ini?” Relia menatap wajah bingung Elvis.“Apa kalian bahkan tidak pernah berbicara? Apa Kak Mahira tidak pernah mengadu?” tanya Relia.
“Tidak,” jawab Elvis keluar dari kamar Relia. Dia pergi ke kamarnya dan melihat Mahira yang sudah berkemas.
“Kamu mau pergi kemana?” tannya Elvis.
“Aku akan keluar dari rumah ini. Kamu tidak perlu bertanggung jawab lagi atas hidupku. Aku tidak akan menuntut apa pun,” jawab Mahira.
“Kamu tidak boleh membawa apa pun dari rumah ini,” tegas Elvis kesal.
“Tenang saja. Selama menikah dengan kamu. Aku tidak pernah membeli apa pun. Aku tahu akan ada hari di mana kamu mengusirku karena sudah lelah dan bosan.” Mahira tersenyum tipis.
“Aku mampu bertahan karena percaya kamu akan jatuh cinta padaku, tetapi kejadian malam tadi benar-benar meruntuhkan kepercayaanku,” ucap Mahira di dalam hati.
“Kamu tidak pernah jatuh cinta padaku. Aku saja yang bodoh berharap ada cinta di hatimu.” Mahira menghela napas dengan berat. Dia menggigit bibirnya.“Aku harap kamu mau mengurus berkas perceraian dan aku hanya perlu tanda tangan saja.” Mahira menutup koper. Dia sudah selesai berkemas.
“Kenapa bukan kamu saja yang mengajukan perceraian?” tanya Elvis.
“Baiklah. Berikan semua berkas padaku.” Mahira menatap Elvis.
“Apa yang dibutuhkan?” tanya Elvis.
“Buku nikah, ktp dan kartu keluarga,” jawab Mahira.
“Apa kamu punya uang?” Elvis menatap Mahira yang sudah duduk di sofa. Wanita itu tampil seksi dengan celana pendek sebatas paha. Kulit putih dan mulus. Tidak ada sedikit pun noda yang muncul. Dua tahun pernikan tidak pernah disentuh sama sekali.
“Tentu saja. Apa kamu mau meminta kembali uang yang telah diberikan kepadaku?” tanya Mahira menatap pada Elvis. Dia mendongak pada pria yang berdiri di depannya.
“Apa kamu menghinaku? Aku punya banyak uang yang tidak akan pernah habisnya.” Elvis yang mudah tersinggung mencengkram dagu lancip Mahira.
“Aku akan mengirimkan uang untuk biaya perceraian.” Elvis keluar dari kamar. Pria itu membanting pintu dengan sangat kuat hingga mengejutkan Mahira.
“Berikan berkas pribadi kamu! Di mana buku nikah kita. Elvis?” tanya Mahira dan tidak dipedulikan oleh Elvis. Pria itu benar-benar gelisah dengan permintaan cerai dari istrinya. Dia bingung dengan perasaannya.
“Aku akan keluar dari rumah ini. Tidak akan pernah hadir lagi dalam hidup kamu, Elvis. Aku akan melupakan dua tahun yang cukup berarti bagiku. Melayani kamu sebagai seorang istri.” Mahira melamun.
“Sakit sekali.” Mahira memegang dadanya. Dia tidak bisa melupakan foto dan video vulgar Elvis.“Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Aku benar-benar bodoh.” Mahira meremas baju pada bagian dadanya.
Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia
Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.“Mama mau kemana?” tanya Relia.“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.“Apa K
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena
Mahira duduk di tepi kasur. Dia masih menunggu kepulangan suaminya. Pernikahan terpaksa yang terjadi karena rasa tanggung jawab Elvis yang telah menyebabkan kematian dari kekasih Mahira di hari pernikahan.“Kenapa belum pulang? Padahal sudah pukul dua belas malam. Aku sangat khawatir. Haruskan aku menghubungi Elvis?” Mahira menatap layar ponsel yang begitu sepi. Tidak ada panggilan dan pesan sama sekali dari suaminya.“Hm. Kak Biyan. Maafkan aku yang sudah menerima Elvis di dalam hatiku. Dia sangat baik. Walaupun kadang bersikap dingin. Elvis yang menanggung biaya kehidupanku dan mama serta kuliah Manisa.” Mahira berbicara dengan foto Biyan yang masih ada di layar ponselnya.“Aku tidak bisa melakukan operasi lagi karena trauma melihat dirimu yang terluka di hari pernikahan kita,” ucap Mahira melihat kedua tangannya yang putih. Wanita itu sudah lama tidak berkerja sebagai seorang dokter bedah. Dia diberikan cuti untuk pemulihan diri.“Aku berusaha menjadi istri yang baik untuk Elvis.
Elvis sangat meradang ketika nama Biyan terus terdengar dari mulut Mahira. Pria itu juga tahu bahwa istrinya masih sering melihat foto calon suami yang telah meninggal sehingga dia berpikir bahwa wanita itu tidak pernah mencintainya dan bahkan benci padanya.“Dengar, Mahira. Selama pernikahan kita. Aku sudah mengeluarkan banyak uang. Tubuh seksimu saja tidak mampu membayarnya.” Elvisl tersenyum tipis. Pria itu meraba leher Mahira hingga ke dada wanita itu.“Jangan pernah menyentuhku!” teriak Mahira. Dia berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria itu menyerang leher istrinya dengan mencium dan menjilati.“Aku jijik dengan pria yang sudah bekas wanita lain. Lepaskan aku!” Mahira berusaha melepaskan diri dari Elvis yang sedang marah. Pria itu pun masih dipengaruhi minuman.“Bukankah kamu sudah bersetubuh dengan calon suami kamu itu,” ucap Elvis.“Plak!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Elvis.“Hah!” Elvis melotot pada Mahira. Wanita itu adalah orang pertama yang berhasil menampar pipinya.“Aku