SUMPAH PELAKOR

SUMPAH PELAKOR

last updateLast Updated : 2024-03-19
By:  Rosa Rasyidin  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
22 ratings. 22 reviews
23Chapters
791views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain, membuat Anita menasbihkan diri sebagai pelakor kelas atas. Namun, ia masih punya kisah cinta lama dengan mantan pacarnya. Jika Anita tidak bisa memiliki Aziz maka istrinya pun tidak. Segala cara ditempuh Nita untuk mewujudkan keinginannya. Mampukah ia mendapatkan apa yang ia inginkan?

View More

Latest chapter

Free Preview

Mantan Terindah

“Mas Aziz, iya, itu kan mantanku dulu.” Anita—gadis berusia 32 tahun menyeruput es cream rasa vanila cokelat dengan cepat.Kedatangan Anita ke kota kenangan ada sebab, selain karena pekerjaan, juga karena rindu dengan lelaki yang pernah memacarinya selama lima tahun. Anita berdiri dan membawa cup es cremnya, kemudian berpura-pura menabrak bahu Aziz hingga lelaki itu yang meminta maaf lebih duluan.“Anita,” gumam Aziz perlahan dengan mata berbinar.Lama tak jumpa, Anita makin cantik saja dengan bibir pink yang selalu berhasil membuat jantung Aziz berdebar. Gelora yang masih sama seperti dahulu. “Mas Aziz, aduh maaf banget, ya, nggak sengaja. Aku buru-buru. Eh, kamu ke sini sama istri kamu, kan? Ya, udah aku duluan, takut salah paham.” Manis mulut Anita berkilah.“Tunggu, Nit, nomor kamu tukar, ya?” Aziz memegang pergelangan tangan mantannya.“Iya, sih, kan permintaan mama kamu dulu, Mas, biar aku nggak ketahuan ngilang ke mana.”“Hah, mama aku, masak?”“Iya, tanya aja sama dia. Ya udah

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Embusan Angin
smangat kakak
2024-02-16 13:42:03
1
user avatar
Rasip
ditungguuuuuu
2024-02-10 19:33:39
1
user avatar
HANA PUSPARINI
wuih seru nih si Nita dan Aziz
2024-01-27 06:05:28
1
user avatar
Adny Ummi
ayoo, thoorr. cepetan lanjutannyaaa!
2024-01-26 17:18:34
0
user avatar
Els Arrow
Seru banget... Ayo up yg banyak thor, nungguin terus nih..
2024-01-26 09:13:25
0
user avatar
Noviyadep
Ceritanya menarik banget. Ditunggu kelanjutannya, Kakkk
2024-01-22 15:59:21
0
user avatar
QIEV
Boleh nggeplaki Aziz nggak, Maak? huhuhu ... bergejolak hati ni, keren kali tulisannya ngena ke hati. Luv.
2024-01-19 16:18:26
0
user avatar
Biru Gerimis
Kelanjutan kisah Aziz dan Anita patut ditunggu... Semangat, Kak Author...
2024-01-19 16:16:46
0
user avatar
Rosemala
semangat kak, lanjut
2024-01-19 07:29:43
0
user avatar
Komalasari
Semangat nambah bab, Thor
2024-01-19 07:14:15
0
user avatar
Ayaya Malila
penasaran banget sama kelanjutannya. jangan lama2 up nya dong thoorr
2024-01-19 06:07:29
0
user avatar
Rianoir
semangat kak
2024-01-18 21:55:14
0
user avatar
Maia82
ya ampun anita kenapa harus jadi pelakor
2024-01-18 21:44:47
0
user avatar
WealthyPetty
oalaah cinta buta Ya. semangat nulisnya thoor
2024-01-18 19:48:02
0
user avatar
Rika Jhon
Bagus alur ceritanya
2024-01-18 17:07:54
0
  • 1
  • 2
23 Chapters

Mantan Terindah

“Mas Aziz, iya, itu kan mantanku dulu.” Anita—gadis berusia 32 tahun menyeruput es cream rasa vanila cokelat dengan cepat.Kedatangan Anita ke kota kenangan ada sebab, selain karena pekerjaan, juga karena rindu dengan lelaki yang pernah memacarinya selama lima tahun. Anita berdiri dan membawa cup es cremnya, kemudian berpura-pura menabrak bahu Aziz hingga lelaki itu yang meminta maaf lebih duluan.“Anita,” gumam Aziz perlahan dengan mata berbinar.Lama tak jumpa, Anita makin cantik saja dengan bibir pink yang selalu berhasil membuat jantung Aziz berdebar. Gelora yang masih sama seperti dahulu. “Mas Aziz, aduh maaf banget, ya, nggak sengaja. Aku buru-buru. Eh, kamu ke sini sama istri kamu, kan? Ya, udah aku duluan, takut salah paham.” Manis mulut Anita berkilah.“Tunggu, Nit, nomor kamu tukar, ya?” Aziz memegang pergelangan tangan mantannya.“Iya, sih, kan permintaan mama kamu dulu, Mas, biar aku nggak ketahuan ngilang ke mana.”“Hah, mama aku, masak?”“Iya, tanya aja sama dia. Ya udah
Read more

Wanita Penggoda

“Udah izin sama istri ke sini, belom, Mas? Nita nggak mau loh, ada salah paham di antara kita.” Wanita penggoda itu duduk dengan menaikkan sebelah pahanya. Tersingkap sudah kulit putih halus yang ditutupi rok di atas lutut.“Nggak perlu izin, dia itu istri, bukan atasan, Mas.” Aziz merasa berkuasa.“Oh, gitu, ya, ya, tapi dia istri kamu, loh, Mas, apa nggak ada rasa berdosa?”“Justru Mas merasa berdosa karena nggak jadi menikahi kamu. Sekarang Mas tanya, kamu udah nikah belum?”“Belum.”“Kita nikah, yuk, Nita, masih ada kesempatan bagi kita untuk mewujudkan mimpi kita yang tertunda.”“Aku jadi yang kedua? Nikah sirri, diem-dieman, rahasiaan kalau ketemu. Terus belum kena gampar mama kamu, diviralin istri pertama kamu. Itu yang kamu mau? Terus habis itu pasti kamu janji akan berusaha adil antara aku dan siapa nama istri kamu itu?” Nita mendongakkan dagunya dengan angkuh.“Haira,” jawab Aziz tertunduk malu. “Iya, tapi Mas yakin itu hanya sementara aja, Nita, Haira itu perempuan baik dan
Read more

Jatuh Sakit

“Ibu, Buk, pakai acara jatuh segala. Haduuh, Haira mana lagi, lelet banget jadi perempuan.” Dengan sekuat tenaga Aziz memapah ibunya yang jatuh ke atas kasur. Ia tak melakukan apa-apa, hanya diam saja, bak orang tak punya pikiran. Kemudian pintu rumah mereka terbuka. Wanita yang ia tunggu datang dengan kepayahan membawa belanjaan di tangan kiri belum lagi Yoga di tangan kanan. Ditambah perut yang berbunyi keroncongan. “Kamu ke mana aja? Ibu pingsan tahu, nggak?” tanya Aziz dengan nada tidak suka. “Hah, kenapa, kok, bisa pingsan, Mas?” Haira menjatuhkan belanjaannya asal saja. Lalu wanita berjilbab lebar itu masuk ke kamar dan melihat keadaan mertua yang ia sayangi. “Mas, telpon ambulance biar dibawa ke rumah sakit. Haira takut Ibu kenapa-kenapa.” Ibu satu anak itu memainkan jemari tangannya. Haira gugup. “Kamu, kan, punya hape, kenapa nggak telpon aja sendiri. Jangan bilang nggak ada pulsa, uang bulanan kamu lebih dari cukup, Mas, kasih.” Aziz berbicara tanpa rasa belas kasihan p
Read more

Kamar Hotel

Perlahan-lahan mata Ibu Mia terbuka. Wanita berusia kepala enam itu memindai sekeliling. Ruangan putih dengan aroma khas obat-obatan, dan menantunya terbaring di atas kursi serta kepalanya disandarkan asal saja. “Haira, Nak,” panggil Ibu Mia perlahan, beberapa kali hingga sang menantu membuka matanya. “Ibu, sudah sadar, bentar ya, Haira panggil dokter dulu.” Wanita baik hati itu beranjak dari duduknya. Ibu Mia berusaha mengingat apa yang menyebabkan ia dibawa ke rumah sakit. Jalan pikirannya mundur sejenak ke belakang. Wanita di umur senja itu mengingat nama Anita disebutkan oleh Aziz hingga membuat jantungnya serasa tertekan. “Astaghfirullah. Ya Allah, lindungi dan jagalah rumah tangga anakku dari godaan pihak ketiga di luar sana. Haira sangat baik, dia tak boleh disia-siakan oleh anakku.” Ibu Mia menahan nyeri di jantungnya.Wanita itu sudah tua, mungkin umurnya sudah tidak lama lagi di dunia ini. Yang diinginkan Ibu Mia hanya satu, yaitu kehidupan anaknya berjalan lurus tanpa h
Read more

Dosa yang Terulang

“Oke, Mas, udah setengah jam lebih aku dengerin cerita kamu. Tahu, nggak, berapa kerugian yang aku alami demi kamu, loh?” Anita beranjak dari ranjang. Ya, semula mereka di sofa, dan perlahan-lahan menuju kasur, meski tanpa melakukan hal apa pun. “Nita, baru juga setengah jam kamu udah nggak betah.” Aziz belum mau kehilangan kesempatan bersama Anita. Bagaimanapun tekadnya sudah bulat hari ini untuk mendapatkan hati mantannya lagi. “Ada kerjaan, kamu juga harus pulang, kan, Mas. Ini udah jam dua siang loh, bukannya jam lima udah di rumah.”“Sudah Mas, bilang, hari ini semua hanya untuk kamu.” “Manis banget, tapi aku nggak percaya.” Anita merapikan rambutnya yang berantakan. Tak lupa bibirnya ia kulum agar basah secara alami. Hal yang membuat Aziz menelan ludah. “Kenapa nggak percaya sama, Mas?” Tatapan mata lelaki itu begitu sangar menelisik lekuk tubuh Anita. “Jelas kamu tahu jawabannya, Mas.” “Haira.” “Nah itu dia. Pagar kita ketinggian, loh.” “Kamu mau Mas apakah dia?” “Ngga
Read more

Bingung

“Kamu ngapain lihat-lihat punya orang.” Aziz datang dan merampas ponsel di tangan Haira begitu saja. Wanita berjilbab lebar itu menelan ludah. Meski baru sebentar, pesan mesra itu sempat ia baca. Dengan jelas Aziz mengetik, bahwa ia tak pernah mencintai Haira. Ibu satu anak itu hanya memandang punggung suaminya yang baru saja masuk ke kamar mandi. Haira tarik napas dan menenangkan diri sejenak. Saat ini yang harus dipikirkan ialah kesembuhan ibu mertua yang masih tidur lelap. “Besok aku harus jual perhiasan dulu. Setelah ibu sembuh kita harus bahas chat mesra kamu, Mas.” Haira mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia baik-baik saja dan harus mendahulukan yang namanya skala prioritas. “Haira, Mas pulang dulu, ya, mau tidur, capek, ngantuk,” ucap Aziz tanpa ada rasa peduli dengan ibunya sendiri. “Mas, jemput Yoga sekalian gimana? Dia di kosan sama Haima. Kasihan, loh, dari tadi nanyain kamu,” ucap Haira meski hatinya masih berdesir dipenuhi kemarahan tak terucap. “Udah, sama adik
Read more

Kasmaran

Sampai di rumah Aziz memeriksa ponselnya lagi. Dikirimnya pesan untuk Anita tapi tidak ada balasan sama sekali. Kemudian lelaki itu menghela napas pendek. “Mau cari ke mana uang sebanyak itu, ya? Haira, sih, coba dari dulu daftarin asuransi buat kami, pasti nggak bakalan bingung jadinya!” gerutu Aziz sambil melepas baju. Ia ambil baju kaus dan celana pendek. Rak di meja rias menjadi incaran lelaki itu. Benda yang ia cari sudah ditemukan. “Ini perhiasan waktu aku jadikan mas kawin dulu. Mau nggak ya dijual.” Agak ragu Aziz, sebab kata ibunya mahar menjadi milik perempuan sepenuhnya. Belum pernah dijual oleh Haira. Tapi emasnya juga tidak bertambah sebab uang belanja dari Aziz pas sekali untuk satu bulan. Sisa lebihnya dipegang oleh dirinya sendiri. “Ah, istri harus nurut sama suami. Kalau nggak mau aku ceraikan sekalian.” Perhiasan itu diletakkan kembali di dalam laci. Lelah karena selesai berpetualang cinta dengan Anita sore tadi, ia pun terlelap tanpa memikirkan ibu, istri, juga
Read more

Terjerat

Anita meninggalkan Aziz di tempat mereka janjian tadi pagi. Lalu ia memikirkan tentang pinjaman uang yang dibutuhkan kekasihnya itu. “Lima puluh juta, itu nggak sedikit, Mas, tapi kapan lagi coba aku bisa ngatur kamu,” gumam Anita sembari membuka saldo m bankingnya. Ada beberapa ratus juta hampir M dari hasil menjual skin carenya yang booming di pasaran. Namun, itu belum dikurangi dengan nilai untuk menggaji karyawannya beberapa hari lagi dan menanam modal untuk membuat varian produk baru. Anita harus berhati-hati, takutnya lima puluh juta lepas dan Aziz tetap bersama Haira hanya agar ibunya baik-baik saja. “Aku nggak bisa rugi walau dikit, Mas. Selain uang, aku juga harus bisa dapatkan kamu dan Haira juga harus pergi jauh-jauh, udah gitu aja, simple, kan.” Anita menutup ponselnya. Dua orang karyawan yang duduk di kursi bagian depan hanya saling melirik saja. Yang mereka tahu bos mereka itu memang belum menikah. Namun, tak sampai pula memikirkan kalau Anita akan menjadi perebut k
Read more

Video Pribadi

“Imah, sini kamu.” Darmadi memanggil pembantu yang sedang membersihkan meja makan. Lelaki itu membisikkan sesuatu, antara mereka berdua saja. Bukan urusan cinta terlarang, Darmadi tak suka pembantu. Tapi hal yang diminta cukup membuat Imah membelalakkan mata. “Saya takut, Pak.” Imah ragu-ragu menerima ponsel bosnya. “Buat saja apa yang saya suruh, nanti ada bonus buat kamu. Atau kamu saya pecat!” ancamnya. Imah tak punya pilihan walau ia sebenarnya sudah risih kerja di sana. Ponsel cadangan milik bosnya ia ambil dan diam-diam Imah membuka pintu kamar Anita. Tidak ada orang di sana, suara gemericik air terdengar. Imah membuka pintu perlahan dan mulai merekam Anita yang sedang tak menggunakan sehelai benang pun mulai dari guyuran shower hingga berendam di dalam bath tubh. Cukup, pembantu itu pun keluar dan menyerahkan rekaman pada bosnya. Tak luput beberapa lembaran merah ia terima dan lagi-lagi Imah harus tutup mulut soal permainan kotor Darmadi. Pengusaha itu memasuki kamar Ani
Read more

Wangi Parfum

Aziz sampai di rumah sakit dan berniat mengungjungi ibunya sebentar saja. Tak lupa dia bawa perhiasan emas yang milik Haira yang harus dijual untuk menutupi biaya awal operasi. Secara kebetulan pula Aziz berpapasan dengan iparnya, Haima. “Mas, ini Yoga, aku mau ujian.” Tak perlu basa-basi Haima langsung memberikan anak itu pada papanya. “Eh, Ima, Mas nggak bisa, mau kerja.” Aziz tidak mengambil libur kantor hari itu. “Ya, aku ujian, emang Mas aja yang sibuk!” ketus gadis berseragam putih itu. Tak Ima lihat lagi ke belakang. Tadi malam ia sudah berusaha menjaga Yoga dengan baik bahkan sampai pelajarannya terganggu. “Susah ini. Kasih Haira aja udah.” Aziz menggandeng tangan putranya. Namun, saat ingin memasuki ruang di mana Ibu Mia dirawat, Aziz dihadang oleh security perempuan yang berjaga. Anak kecil di bawah usia dua belas tahun tidak boleh masuk. “Tapi saya harus ketemu sama istri saya,” ucap Aziz. Lalu security itu memanggil seseorang yang sudah disebutkan detailnya oleh Aziz
Read more
DMCA.com Protection Status