Mahira duduk di tepi kasur. Dia masih menunggu kepulangan suaminya. Pernikahan terpaksa yang terjadi karena rasa tanggung jawab Elvis yang telah menyebabkan kematian dari kekasih Mahira di hari pernikahan.
“Kenapa belum pulang? Padahal sudah pukul dua belas malam. Aku sangat khawatir. Haruskan aku menghubungi Elvis?” Mahira menatap layar ponsel yang begitu sepi. Tidak ada panggilan dan pesan sama sekali dari suaminya.
“Hm. Kak Biyan. Maafkan aku yang sudah menerima Elvis di dalam hatiku. Dia sangat baik. Walaupun kadang bersikap dingin. Elvis yang menanggung biaya kehidupanku dan mama serta kuliah Manisa.” Mahira berbicara dengan foto Biyan yang masih ada di layar ponselnya.
“Aku tidak bisa melakukan operasi lagi karena trauma melihat dirimu yang terluka di hari pernikahan kita,” ucap Mahira melihat kedua tangannya yang putih. Wanita itu sudah lama tidak berkerja sebagai seorang dokter bedah. Dia diberikan cuti untuk pemulihan diri.
“Aku berusaha menjadi istri yang baik untuk Elvis. Walau dia tidak menyentuhku. Aku tahu. Dia adalah pria baik yang menjujung tinggi ikatan suci pernikahan ini.” Mahira tersenyum.
“Elvis.” Mahira berpikir Elvis mengirimkan pesan padanya, tetapi dia kecewa karena nomor yang tidak dikenal muncuk di layar ponsel
“Siapa ini?” Mahira menerima beberapa pesan media berupa foto dan video..
“Pesan apa yang dikirimkan?” Mahira membuka pesan dan sangat terkejut melihat foto serta video mesra Elvis bersama dengan Sasa.
“Elvis.” Tangan Mahira gemetar melihat video intim antara Sasa dan Elvis. Sepasang kekasih yang memang selalu bersama.
“Tidak. Kamu mengatakan tidak pernah menyentuh Sasa dan aku percaya. Aku pikir kamu pria yang baik yang berbicara sesuai kenyataan.” Mahira tidak sanggup melihat video yang ada di ponselnya. Sasa terlihat jelas tidak mengenakan apa pun dan berada di atas tubuh Elvis. Wanita itu mencium dan memeluk serta menjilati leher hingga dada suami Mahira.
“Kamu jahat, Elvis!” teriak Mahira melempar ponsel ke kasur. Dia menangis. Ada sesak dan sakit di dadanya. Luka menggores jantung dan jiwa. Kecewa memberikan perih yang tidak terkira. Perhatian Elvis dalam dingin pun begitu berarti untuk Mahira yang selalu sendiri dan kesepian.
Elvis membuka matanya. Pria itu terbangun dari tidurnya. Dia segera beranjak dari sofa. Sendirian di ruangan VIP miliknya.
“Pukul berapa sekarang?” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelanngan tangan.
“Sudah pukul dua belas lewat.” Elvis berdiri dan keluar dari café. Dia berjalan menuju tempat parkir.
“Pak.” Rino membuka pintu untuk Elvis.
“Di mana Sasa?” tanya Elvis.
“Non Sasa pulang duluan. Dia tidak enak badan dan mengatakan kepada saya untuk menunggu Anda,” jawab Rino.
“Ayo pulang.” Elvis masuk ke dalam mobil. Pria itu mengendurkan dasi dan memejamkan matanya.
Rino mengendarai mobil dengan kecepatan standar menuju rumah keluarga bosnya. Dia menghentikan kendaraan roda empat di dalam garasi. Dia membuka pintu dan membangunkan Elvis dari tidur tenang.
“Pak, kita sudah sampai,” ucap Rino.
“Hm.” Elvis membuka mata. Pria itu masih dalam kondisi sedikit mabuk karena pengaruh minumannya. Dia belum benar-benar sadarkan diri.
“Di mana Mahira? Kenapa dia tidak menyambutku seperti biasanya?” Elvis turun dari mobil. Dia tidak melihat Mahira yang bisa menunggu di depan pintu mobil.
“Mungkin Ibu Mahira sudah tidur.” Rino membantu Elvis masuk ke dalam rumah.
“Dia tidak pernah tidur sebelum aku pulang,” ucap Elvis.
“Mm.” Rino mengantarkan Elvis hingga ke depan pintu kamar.
“Silakan masuk, Pak. Saya sampai sini saja,” ucap Rino meninggalkan Elvis.
“Mahira,” sapa Elvis membuka pintu. Dia melihat kamar yang gelap. Pria itu segera menyalakan lampu.
“Apa kamu sudah tidur?” tanya Elvis melihat Mahira yang duduk di tepi kasur. Wanita itu menangis.
“Kenapa menangis? Aku tidak pernah menyakiti kamu.” Elvis menyentuh pipi Mahira dan tangannya ditepis.
“Apa ini?” Elvis terkejut dengan sikap kasar Mahira karena wanita itu sangat lembut dan penurut padanya.
Mahira melayani Elvis sepenuh hati. Wanita itu menyiapkan semua keperluan suaminya dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dia sangat perhatian dan peduli. Walaupun pria itu membalasnya dengan sikap yang dingin.
“Kamu jahat!” teriak Mahira.“Apa?” Elvis terkejut dengan kemarahan Mahira dalam tangis. Pria itu bingung dengan sikap istrinya. Dia tidak merasa melakukan kesalahan yang menyikiti hati wanita yang telah dinikahinya selama dua tahun.
“Kamu adalah pria munafik yang pura-pura baik padaku. Kamu tidak mau menyentuhku, tetapi berhubungan dengan wanita itu!” teriak Mahira. Wanita itu benar-benar kecewa. Dia terluka karena Elvis yang bermesraan dengan Sasa.
“Berhubungan? Apa maksud kamu, Mahira?” Elvis mencengkram dagu Mahira dengan cukup kuat.“Kamu berhubungan intim kan dengan Sasa? Kalian berada di kamar hotel. Jadi, untuk apa kamu pulang ke rumah?” Mahira berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria yang masih dipengaruhi minuman itu pun jatuh ke kasur.
“Kau!” Elvis sangat marah. Tidak seorang pun berani bersikap seperti itu padanya. Pria itu menarik tangan Mahira yang juga jatuh ke atas tempat tidur.
“Jangan menguji kesabaranku, Mahira!” Elvis mencekik leher Mahira.
“Aku sudah cukup sabar membiarkan kamu di sisiku dan menanggung semua biaya kehidupan kalian dan itu tidak sedikit. Aku sudah bertanggung jawab atas kesalahan yang telah aku lakukan,” tegas Elvis.Mahira kesulitan bernapas. Dia memukul lengan Elvis yang kekar. Wanita itu benar-benar kesakitan.
“Apa kamu bisa membayar semuanya, Mahira?” Elvis menatap tajam pada Mahira.
“Apa kamu bisa mengembalikan Biyan kepadaku?” teriak Mahira yang juga marah pada Elvis. Dua orang itu benar-benar mempertahankan gengsi mereka.“Apa?” Elvis sangat marah mendengarkan nama Biyan yang selalu disebutkan Mahira diantara mereka berdua.
“Kamu juga terpaksakan menikah denganku. Kamu tidak pernah melupakan pria yang sudah mati itu!” Elvis benar-benar emosi.
“Aku tidak akan menikah dengan kamu. Jika kamu tidak membunuh Biyan. Kami akan menjadi pasangan suami istri yang bahagia dan saling mencintai!” teriak Mahira mengungkapkan amarah.
“Kita memang tidak pernah saling mencintai. Diantara kita hanya ada benci.” Mahira berusaha melepaskan diri dari cengkraman Elvis.
Elvis sangat meradang ketika nama Biyan terus terdengar dari mulut Mahira. Pria itu juga tahu bahwa istrinya masih sering melihat foto calon suami yang telah meninggal sehingga dia berpikir bahwa wanita itu tidak pernah mencintainya dan bahkan benci padanya.“Dengar, Mahira. Selama pernikahan kita. Aku sudah mengeluarkan banyak uang. Tubuh seksimu saja tidak mampu membayarnya.” Elvisl tersenyum tipis. Pria itu meraba leher Mahira hingga ke dada wanita itu.“Jangan pernah menyentuhku!” teriak Mahira. Dia berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria itu menyerang leher istrinya dengan mencium dan menjilati.“Aku jijik dengan pria yang sudah bekas wanita lain. Lepaskan aku!” Mahira berusaha melepaskan diri dari Elvis yang sedang marah. Pria itu pun masih dipengaruhi minuman.“Bukankah kamu sudah bersetubuh dengan calon suami kamu itu,” ucap Elvis.“Plak!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Elvis.“Hah!” Elvis melotot pada Mahira. Wanita itu adalah orang pertama yang berhasil menampar pipinya.“Aku
Mahira masuk ke kamar mandi. Dia membersihkan diri karena pakaiannya terkena kuah sup. Wanita itu mandi untuk kedua kalinya.“Hm.” Elvis membuka mata perlahan dan melihat Mahira yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas paha.“Dia memang seksi.” Elvis memperhatikan Mahira yang berjalan menuju lemari pakaian. Wanita itu tidak tahu bahwa suaminya sudah bangun sehingga dengan santainya dia berganti pakaian di depan Elvis yang tidak pernah melihat tubuhnya.“Pasti dia pikir aku masih tidur.” Elvis melihat Mahira yang sudah mengenakan celana sebatas lutut dan kaos putih lengan pendek. Wanita itu benar-benar tidak berdandan sama sekali. Dia hanya memberikan perlindungan dan perawatan kulit saja.“Ahhh!” Mahira mengambil kota obat dari lemari yang cukup tersembunyi.“Apa dia akan mengobati ku lagi? Aku tidak tahu dia punya dua kotak obat.” Elvis tidak mengalihkan pandangan dari Mahira. Dia belum tahu bahwa wanita itu terluka.Mahira membuka pintu balkon dan menutupn
Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia
Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.“Mama mau kemana?” tanya Relia.“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.“Apa K
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena