Mahira duduk di tepi kasur. Dia masih menunggu kepulangan suaminya. Pernikahan terpaksa yang terjadi karena rasa tanggung jawab Elvis yang telah menyebabkan kematian dari kekasih Mahira di hari pernikahan.
“Kenapa belum pulang? Padahal sudah pukul dua belas malam. Aku sangat khawatir. Haruskan aku menghubungi Elvis?” Mahira menatap layar ponsel yang begitu sepi. Tidak ada panggilan dan pesan sama sekali dari suaminya.
“Hm. Kak Biyan. Maafkan aku yang sudah menerima Elvis di dalam hatiku. Dia sangat baik. Walaupun kadang bersikap dingin. Elvis yang menanggung biaya kehidupanku dan mama serta kuliah Manisa.” Mahira berbicara dengan foto Biyan yang masih ada di layar ponselnya.
“Aku tidak bisa melakukan operasi lagi karena trauma melihat dirimu yang terluka di hari pernikahan kita,” ucap Mahira melihat kedua tangannya yang putih. Wanita itu sudah lama tidak berkerja sebagai seorang dokter bedah. Dia diberikan cuti untuk pemulihan diri.
“Aku berusaha menjadi istri yang baik untuk Elvis. Walau dia tidak menyentuhku. Aku tahu. Dia adalah pria baik yang menjujung tinggi ikatan suci pernikahan ini.” Mahira tersenyum.
“Elvis.” Mahira berpikir Elvis mengirimkan pesan padanya, tetapi dia kecewa karena nomor yang tidak dikenal muncuk di layar ponsel
“Siapa ini?” Mahira menerima beberapa pesan media berupa foto dan video..
“Pesan apa yang dikirimkan?” Mahira membuka pesan dan sangat terkejut melihat foto serta video mesra Elvis bersama dengan Sasa.
“Elvis.” Tangan Mahira gemetar melihat video intim antara Sasa dan Elvis. Sepasang kekasih yang memang selalu bersama.
“Tidak. Kamu mengatakan tidak pernah menyentuh Sasa dan aku percaya. Aku pikir kamu pria yang baik yang berbicara sesuai kenyataan.” Mahira tidak sanggup melihat video yang ada di ponselnya. Sasa terlihat jelas tidak mengenakan apa pun dan berada di atas tubuh Elvis. Wanita itu mencium dan memeluk serta menjilati leher hingga dada suami Mahira.
“Kamu jahat, Elvis!” teriak Mahira melempar ponsel ke kasur. Dia menangis. Ada sesak dan sakit di dadanya. Luka menggores jantung dan jiwa. Kecewa memberikan perih yang tidak terkira. Perhatian Elvis dalam dingin pun begitu berarti untuk Mahira yang selalu sendiri dan kesepian.
Elvis membuka matanya. Pria itu terbangun dari tidurnya. Dia segera beranjak dari sofa. Sendirian di ruangan VIP miliknya.
“Pukul berapa sekarang?” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelanngan tangan.
“Sudah pukul dua belas lewat.” Elvis berdiri dan keluar dari café. Dia berjalan menuju tempat parkir.
“Pak.” Rino membuka pintu untuk Elvis.
“Di mana Sasa?” tanya Elvis.
“Non Sasa pulang duluan. Dia tidak enak badan dan mengatakan kepada saya untuk menunggu Anda,” jawab Rino.
“Ayo pulang.” Elvis masuk ke dalam mobil. Pria itu mengendurkan dasi dan memejamkan matanya.
Rino mengendarai mobil dengan kecepatan standar menuju rumah keluarga bosnya. Dia menghentikan kendaraan roda empat di dalam garasi. Dia membuka pintu dan membangunkan Elvis dari tidur tenang.
“Pak, kita sudah sampai,” ucap Rino.
“Hm.” Elvis membuka mata. Pria itu masih dalam kondisi sedikit mabuk karena pengaruh minumannya. Dia belum benar-benar sadarkan diri.
“Di mana Mahira? Kenapa dia tidak menyambutku seperti biasanya?” Elvis turun dari mobil. Dia tidak melihat Mahira yang bisa menunggu di depan pintu mobil.
“Mungkin Ibu Mahira sudah tidur.” Rino membantu Elvis masuk ke dalam rumah.
“Dia tidak pernah tidur sebelum aku pulang,” ucap Elvis.
“Mm.” Rino mengantarkan Elvis hingga ke depan pintu kamar.
“Silakan masuk, Pak. Saya sampai sini saja,” ucap Rino meninggalkan Elvis.
“Mahira,” sapa Elvis membuka pintu. Dia melihat kamar yang gelap. Pria itu segera menyalakan lampu.
“Apa kamu sudah tidur?” tanya Elvis melihat Mahira yang duduk di tepi kasur. Wanita itu menangis.
“Kenapa menangis? Aku tidak pernah menyakiti kamu.” Elvis menyentuh pipi Mahira dan tangannya ditepis.
“Apa ini?” Elvis terkejut dengan sikap kasar Mahira karena wanita itu sangat lembut dan penurut padanya.
Mahira melayani Elvis sepenuh hati. Wanita itu menyiapkan semua keperluan suaminya dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dia sangat perhatian dan peduli. Walaupun pria itu membalasnya dengan sikap yang dingin.
“Kamu jahat!” teriak Mahira.“Apa?” Elvis terkejut dengan kemarahan Mahira dalam tangis. Pria itu bingung dengan sikap istrinya. Dia tidak merasa melakukan kesalahan yang menyikiti hati wanita yang telah dinikahinya selama dua tahun.
“Kamu adalah pria munafik yang pura-pura baik padaku. Kamu tidak mau menyentuhku, tetapi berhubungan dengan wanita itu!” teriak Mahira. Wanita itu benar-benar kecewa. Dia terluka karena Elvis yang bermesraan dengan Sasa.
“Berhubungan? Apa maksud kamu, Mahira?” Elvis mencengkram dagu Mahira dengan cukup kuat.“Kamu berhubungan intim kan dengan Sasa? Kalian berada di kamar hotel. Jadi, untuk apa kamu pulang ke rumah?” Mahira berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria yang masih dipengaruhi minuman itu pun jatuh ke kasur.
“Kau!” Elvis sangat marah. Tidak seorang pun berani bersikap seperti itu padanya. Pria itu menarik tangan Mahira yang juga jatuh ke atas tempat tidur.
“Jangan menguji kesabaranku, Mahira!” Elvis mencekik leher Mahira.
“Aku sudah cukup sabar membiarkan kamu di sisiku dan menanggung semua biaya kehidupan kalian dan itu tidak sedikit. Aku sudah bertanggung jawab atas kesalahan yang telah aku lakukan,” tegas Elvis.Mahira kesulitan bernapas. Dia memukul lengan Elvis yang kekar. Wanita itu benar-benar kesakitan.
“Apa kamu bisa membayar semuanya, Mahira?” Elvis menatap tajam pada Mahira.
“Apa kamu bisa mengembalikan Biyan kepadaku?” teriak Mahira yang juga marah pada Elvis. Dua orang itu benar-benar mempertahankan gengsi mereka.“Apa?” Elvis sangat marah mendengarkan nama Biyan yang selalu disebutkan Mahira diantara mereka berdua.
“Kamu juga terpaksakan menikah denganku. Kamu tidak pernah melupakan pria yang sudah mati itu!” Elvis benar-benar emosi.
“Aku tidak akan menikah dengan kamu. Jika kamu tidak membunuh Biyan. Kami akan menjadi pasangan suami istri yang bahagia dan saling mencintai!” teriak Mahira mengungkapkan amarah.
“Kita memang tidak pernah saling mencintai. Diantara kita hanya ada benci.” Mahira berusaha melepaskan diri dari cengkraman Elvis.
Elvis sangat meradang ketika nama Biyan terus terdengar dari mulut Mahira. Pria itu juga tahu bahwa istrinya masih sering melihat foto calon suami yang telah meninggal sehingga dia berpikir bahwa wanita itu tidak pernah mencintainya dan bahkan benci padanya.“Dengar, Mahira. Selama pernikahan kita. Aku sudah mengeluarkan banyak uang. Tubuh seksimu saja tidak mampu membayarnya.” Elvisl tersenyum tipis. Pria itu meraba leher Mahira hingga ke dada wanita itu.“Jangan pernah menyentuhku!” teriak Mahira. Dia berusaha mendorong tubuh Elvis. Pria itu menyerang leher istrinya dengan mencium dan menjilati.“Aku jijik dengan pria yang sudah bekas wanita lain. Lepaskan aku!” Mahira berusaha melepaskan diri dari Elvis yang sedang marah. Pria itu pun masih dipengaruhi minuman.“Bukankah kamu sudah bersetubuh dengan calon suami kamu itu,” ucap Elvis.“Plak!” Sebuah tamparan mendarat di pipi Elvis.“Hah!” Elvis melotot pada Mahira. Wanita itu adalah orang pertama yang berhasil menampar pipinya.“Aku
Mahira masuk ke kamar mandi. Dia membersihkan diri karena pakaiannya terkena kuah sup. Wanita itu mandi untuk kedua kalinya.“Hm.” Elvis membuka mata perlahan dan melihat Mahira yang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas paha.“Dia memang seksi.” Elvis memperhatikan Mahira yang berjalan menuju lemari pakaian. Wanita itu tidak tahu bahwa suaminya sudah bangun sehingga dengan santainya dia berganti pakaian di depan Elvis yang tidak pernah melihat tubuhnya.“Pasti dia pikir aku masih tidur.” Elvis melihat Mahira yang sudah mengenakan celana sebatas lutut dan kaos putih lengan pendek. Wanita itu benar-benar tidak berdandan sama sekali. Dia hanya memberikan perlindungan dan perawatan kulit saja.“Ahhh!” Mahira mengambil kota obat dari lemari yang cukup tersembunyi.“Apa dia akan mengobati ku lagi? Aku tidak tahu dia punya dua kotak obat.” Elvis tidak mengalihkan pandangan dari Mahira. Dia belum tahu bahwa wanita itu terluka.Mahira membuka pintu balkon dan menutupn
Mahira menarik koper dari kamar. Dia bersusah payah menuruni tangga tanpa bantuan siapa pun.“Apa kamu mau pergi?” tanya Elvita ketika bertemu dengan Mahira di ujung tangga. Ada senyuman di bibir wanita itu.“Iya, Ma. Aku akan segera bercerai dengan Elvis,” jawab Mahira tersenyum.“Bagus sekali. Akhirnya kamu tidak akan mengganggu kehidupan putraku lagi. Benar-benar merusak pemandangan. Bayaran kamu di rumah ini sangat mahal. Elvis harus menanggung biaya adik dan ibu kamu juga,” tegas Elvita.“Ya, Ma. Terima kasih. Saya harap Elvis akan bahagia dan menikah sah dengan kekasihnya. Saya pamit.” Mahira mengulurkan tangan kepada Elvis.“Tentu saja dia akan bahagia bersama Sasa. Berbeda dengan kamu. Elvis sangat menderita, tersiksa dan tertekan.” Elvita menepis tangan Mahira.“Pergilah! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini.” Elvita mendorong tubuh Mahira hingga jatuh ke lantai.“Mama tolong bantu Elvis mengurus perceraian karena berkas pernikahan kami dipegang dia.” Mahira tersenyum. Dia
Elvita menaiki tangga menuju kamar Elvis. Dia bertemu dengan Relia. Putrinya yang baru akan berangkat ke kampus.“Mama mau kemana?” tanya Relia.“Mama mau masuk ke kamar kakak kamu. Ayo bantu Mama.” Elvita menarik tangan Relia masuk ke dalam kamar Elvis yang tidak dikunci.“Mama, Kakak tidak suka orang lain masuk ke kamarnya. Apalagi kita sentuh barang-barang Kak Elvis.” Relia melihat Elvita yang sudah membuka laci meja yang ada di samping tempat tidur.“Kita bukan orang lain. Aku mamanya dan kamu adalah adik kandung Elvis,” tegas Elvita.“Mama mau cari apa?” tanya Relia memperhatikan mamanya.“Buku nikah dan kartu keluarga Elvis,” jawab Elvita.“Untuk apa, Ma?” Relia bisa menebak apa yang direncanakan mamanya.“Elvis dan Mahira akan bercerai. Kakak kamu pasti tidak akan sempat mengurus perceraian. Jadi, biar Mama yang bantu mempercepat perceraian mereka.” Elvita terlihat sibuk mencari buku nikah dan berkas penting yang dibutuhkan untuk proses perceraian.“Apa?” Relia terkejut.“Apa K
Elvis benar-benar fokus bekerja. Dia melihat ponsel pribadi yang tidak berdering sama sekali. Tidak ada pesan dan panggilan masuk yang biasa dilakukan Mahira untuk mengingatkan pria itu makan siang.“Apa dia masih marah? Tetapi kenapa mengobati luka kepalaku? Wanita ini benar-benar keras kepala?” Elvis baru saja akan menghubungi Mahira, tetapi batal karena Sasa masuk ke dalam ruangannya. “Sayang, ayo kita makan siang di kantin Perusahaan. Aku sudah lapar.” Sasa tersenyum. Dia berjalan mendekati kursi Elvis. Wanita itu tidak tahu ada Rino di sudut ruangan. Asisten pribadi sekaligus sopir dari Elvis. “Sayang.” Sasa duduk di pangkuan Elvis. Jari-jari yang indah dan terawat menyentuh pipi dan dagu pria itu.“Aku menginginkan bibir kamu, Elvis. Kapan aku bisa menciumnya lagi setelah semalam?” Sasa menatap Elvis. Wanita itu benar-benar tergoda dengan ketampanan dan tubuh seksi pria di depannya.“Bos, aku selesai,” ucap Rino.“Ah!” Sasa segera turun dari pangkuan Rino. Dia terkejut dengan
Elvis bersiap untuk pulang. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja bersama dengan Rino. Kantor sudah sepi karena para karyawan sudah lebih dulu meninggalkan meja kerja mereka.“Kak Elvis.” Sasa tersenyum menyambut Elvis yang baru keluar dari ruang kerja.“Sasa. Kamu belum pulang.” Elvis menoleh pada Rino.“Tante Elvita menghubungiku dan mengajak makan malam bersama.” Sasa menggandeng tangan Elvis.“Aku siapkan mobil.” Rino meninggalkan Evis bersama dengan Sasa. Pria itu benar-benar tidak suka melihat kedua orang yang tidak memiliki hubungan apa pun itu.“Mama tidak memberitahuku,” ucap Elvis melihat Rino yang sudah masuk ke dalam lift.“Tahan lift!” perintah Elvis pada Rino dan pria itu menurut.“Ayo.” Elvis menarik tangan Sasa masuk ke dalam lift bersama dengan Rino.“Apa Mahira akan cemburu jika Sasa ikut denganku? Aku belum bertanya tentang video tadi malam pada wanita ini.” Elvis melihat pada Sasa dan wanita itu tersenyum. Dia tidak ingin menyinggung teman masa kecilnya karena
Mahira kembali ke rumah. Dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal. Foto dan video ketika Elvis berada di rumah Sasa. Dua orang yang terlihat romantis dan tidak ingin dipisahkan.“Kenapa harus mengirim foto dan video ini kepadaku?” tanya Mahira yang duduk di sofa. Wanita itu merasa sangat lelah. Rasa cinta yang mulai tumbuh kembali sirna. Dia berusaha menjadi istri yang sempurna untuk Elvis.“Elvis. Kamu memang dingin, tetapi di mataku kamu cukup baik dan peduli. Kamu juga adalaj pria yang bertanggung jawab sehingga aku dan keluarga tidak kelaparan.” Mahira menghapus semua foto Elvis yang tersimpan di dalam ponselnya. Dia tidak ingin lagi ada hubungan apa pun dengan suaminya.“Aku yakin Elvis sedang mengurus perceraian kami agar dia bisa segera menikahi Sasa.” Mahira meletakkan ponsel di atas meja. Dia merebahkan tubuh di sofa dan memejamkan matanya. Harinya benar-benar gelisah. Satu-satu pria yang dekat dengannya setelah Biyanka adalah Elvis. Mereka sudah hidup bersama selama dua ta
Sasa selesai makan malam bersama Elvita dan Relia. Mereka berjalan menuju ruang keluarga.“Ma, aku ke kamar dulu.” Relia menaiki tangga menuju kamarnya.“Lia,” sapa Elvita, tetapi Relia terus melanjutkan langkah kakinya yang cepat dan masuk ke dalam kamar dengan tidak lupa mengunci pintu.“Apa Kak Mahira benar-benar sudah pergi dari rumah ini? Aku tidak sempat mampir ke rumah orang tuanya karena mama memintaku pulang lebih awal.” Relia duduk di kursi belajarnya. Dia mencoba menghubungi Mahira dan tidak aktif lagi.“Tidak aktif. Apa Kak Mahira mengganti nomor ponselnya?” Relia terus mencoba menghubungi nomor Mahira dan benar-benar gagal berulang.“Aku akan coba cari ke rumah mamanya.” Relia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar.“Relia, kamu mau kemana?” tanya Elvita melihat Relia melewati mereka.“Aku mau keluar dulu, Ma. Ada perlu.” Relia tersenyum dan berjalan cepat keluar dari rumah mewah keluarganya.“Relia sekarang sudah berubah, Tante. Dia seperti asing padaku,” ucap Sasa.
Sasa hilang tiada kabar dan Elvis tidak peduli karena pria itu memang ingin menyingkirkan wanita itu dari kehidupannya. Mahira yang telah mengikuti program kehamilan akhirnya berhasil. Dia mengandung bayi sesuai harapan.Elvis sangat mencintai istrinya begitu juga dengan keluarganya. Mereka meminta maaf dan berharap bisa menjadi keluarga seutuhnya.“Sayang, kamu tidak boleh melakukan apa pun yang membuat lelah.” Elvis mengusap perut Mahira yang besar.“Aku hanya duduk dan makan.” Mahira tersenyum.“Cepatlah keluar agar ibu kalian tidak keberatan membawa kemana-mana.” Elvis mencium perut Mahira.“Hahaha. Apa sih? Tidak lama lagi juga mereka lahir.” Mahira mengusap kepala Elvis.“Aku kasian melihat kamu sudah kesusahan dengan perut yang besar.” Elvis menatap Mahira.“Tidak susah. Inilah keajaiban wanita hamil. Mereka diberikan keistimewaan.” Mahira menyentuh pipi Elvis dengan kedua tangannya.Elvis terus menemani Mahira di rumah. Pria itu tidak pergi ke Perusahaan karena sang istri seda
Leo dan Sasa makan hingga selesai. Keduanya tampak semakin dekat. Sasa pun merasa dihargai oleh pria tampan.“Apa kamu sudah mau kembali?” tanya Leo.“Bagaimana dengan kamu?” Sasa balik bertanya.“Aku akan mengikuti keinginan kamu,” ucap Leo.“Apa rumah makan ini bisa bergerak mendekat ke sana?” Sasa menatap Leo.“Tentu saja. Apa kamu mau bertemu dengan mantan?” tanya Leo.“Apa kamu mau pura-pura jadi kekasihku?” Sasa tersenyum malu.“Jadi kekasih sesungguhnya pun boleh,” ucap Leo.“Benarkah? Apa kamu tidak berbohong padaku?” Sasa memegang tangan Leo.“Tentu saja. Aku akan membawa kamu mendekati mereka. Tunggu di sini.” Leo melepaskan tangan Sasa.“Terima kasih.” Sasa benar-benar senang. Dia melihat Leo pindah ke perahu dan berbicara dengan pelayan.“Sasa, kamu duduklah dengan tenang dan berpegangan. Kami akan menarik gazebo,” ucap Leo.“Ya.” Sasa mengangguk.“Apa sudah siap?” tanya Leo.“Siap.” Sasa berpegangan pada tiang gazebo.“Maaf, Pak. Kita harus lebih ke tengah karena lewat tep
Makan malam romantic di tengah laut telah siap. Mahira dan Elvis diantar dengan perahu untuk bisa sampai ke tujuan.“Cantik sekali.” Mahira memperhatikan sekeliling.“Apa kamu suka?” tanya Elvis.“Tentu saja. Terima kasih, Sayang. Ini adalah makan malam yang romantic.” Mahira merebahkan kepalanya di lengan kekar Elvis. Pasangan itu benar-benar menikmati hari-hati yang tenang dan bahagia.“Tidak perlu terima kasih, Sayang. Aku senang bisa membuat kamu bahagia dan suka.” Elvis mencium dahi Mahira.“Mm.” Mahira mengangguk.Perahu yang bergerah santai itu tiba di sebuah gazebo yang berada tepat di atas laut lepas. Makanan telah tersaji dengan dua pelayan siap memberikan pelayanan terbaik untuk tamu Istimewa. “Selamat datang, Pak Elvis dan Ibu Mahira.” Sepasang pelayan tersenyum kepada Mahira dan Elvis.“Kalian boleh pergi!” perintah Elvis. Pria itu hanya ingin berdua dengan Mahira.“Baik, Pak. Kami permisi.” Pelayan pun naik ke atas perahu dan pergi meninggalkan Elvis berdua dengan istrin
Mahira menikmati makanan berbahan daging kelinci, kancil dan trenggiling. Wanita itu benar-benar tersenyum puas bisa makan-makanan yang tidak biasa.“Bagaimana?” Elvis pun tersenyum menatap lucu pada Mahira dan dirinya sendiri. Mereka berdua penasaran dengan daftar menu sehingga mencobanya.“Aku suka,” bisik Mahira di telinga Elvis dengan tertawa kecil.“Hahaha.” Elvis pun tertawa lepas. Dia tidak menyangka istrinya yang tampak Anggun akan menyukai daging mahal dan tidak biasa.“Aku juga suka, Sayang.” Elvis mencubit hidung Mahira.“Kita bungkus dan bawa ke hotel.” Elvis menyapa pelayan.“Boleh.” Mahira masih ingin makan makanan yang sama.“Kami pesan untuk dibungkus dengan menu yang sama,” ucap Elvis kepada pelayan.“Mohon tunggu sebentar. Kami akan menyiapkan pesanan Anda.” Pelayan tersenyum ramah.“Ya.” Elvis mengangguk.Setelah mendapatkan pesanan dan membayar. Elvis dan Mahira kembali ke mobil. Mereka langsung menuju hotel karena sudah lelah.“Aku mau mandi dan tidur siang,” ucap
Mahira dan Elvis telah berada di dalam pesawat terbang. Sasa pun ikut serta. Wanita itu memilih kursi di belakang agar bisa mengawasi pasangan suami istri yang baru akan berbulan madu.“Mereka akan pergi ke hotel Parai.” Sasa sangat senang karena telah mengetahui tujuan Elvis dan Mahira sehingga dia pun mengikuti mereka.“Sayang, kita pilih penginapan yang di tengah laut itu. Apa bisa?” tanya Mahira.“Aku sudah memesannya dan membayar dengan harga yang mahal.” Elvis tersenyum dan mencubit hidung Mahira.“Apa aku merugikan kamu?” Mahira menatap Elvis.“Apa? Hahaha. Tidak akan, Sayang. Aku bahkan bisa membelikan pulau beserta isinya untuk kamu.” Elvis mencium dahi Mahira.“Terima kasih, Sayang.” Mahira memeluk Elvis. Wanita itu benar-benar menafaatkan cinta dan kasih sayang sang suami sebaik-baiknya. Dia tidak akan membuat dirinya menjadi rugi.Empat puluh lima menit pesawat bisnis telah mendarat di bandara Depati Amir. Sebuah mobil mewah telah menunggu di ujung tangga. Menjemput tamu is
Seorang wanita mendekati Mahira. Dia berdiri dengan tatapan penuh benci.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Sasa. “Sasa.” Mahira beranjak dari kursi. Dia tidak takut sama sekali pada wanita yang selalu berusaha menyakitinya itu.“Kenapa kamu tidak pergi saja menjauh dari KakElvis? Kamu hadir dengan membawa kehancuran,” tegas Sasa.“Apa yang aku hancurkan?” tanya Mahira.“Apa kamu tahu, Kak Elvis kehilangan proyek milyaran karena mencari kamu,” jawab Sasa memberikan berkas kepada Mahira.“Kamu telah menimbulkan kerugian yang besar,” tegas Sasa. “Apa?” Mahira sangat terkejut.“Apa yang bisa kamu berikan kepada Kak Elvis? Tidak ada. Kehadiran kamu benar-benar sebagai pembawa sial,” jelas Sasa.“Aku mencintai Elvis,” ucap Mahira.“Aku akan membayar kerugian yang telah dialaminya dengan hidupku karena Elvis mencintai aku,” tegas Mahira.“Apa?” Sasa sangat kesal karena tidak berhasil membuat Mahira merasa bersalah dan pergi.“Aku tahu bahwa kamu sudah diusir Elvis. Jadi, jangan berhar
Elvis mengendarai mobil hitam tanpa atap sehingga Mahira bisa melihat dengan leluasa. Mereka benar-benar menikmati jalanan sore yang cukup ramai.“Apa kamu ke puncak?” tanya Elvis.“Itu sangat jauh,” jawab Mahira.“Benar. Jika mau liburan. Kita pergi dengan helicopter saja. lebih aman dan cepat,” ucap Elvis.“Liburan kemana?” tanya Mahira.“Kemana pun kamu mau, Sayang.” Elvis menoleh pada Mahira.“Kita ke taman saja untuk hari ini,” ucap Mahira.“Baiklah.” Elvis mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Dia menikmati suasana sore bersama Mahira.“Sudah lama tidak jalan-jalan.” Mahira tersenyum melihat langit yang mulai memerah.“Sayang, udara di kota terlalu berpolusi. Mungkin kita bisa pergi ke pantai atau puncak,” ucap Elvis.“Ya. Aku mau ke pantai. Apa bisa?” tanya Mahria.“Besok kita pergi. Malam ini siap-siap. Aku akan meminta Rino mengubah jadwal kerja,” jawab Elvis.“Terima kasih.” Mahira merebahkan kepalanya di pundak Elvis. Wanita itu ingin merasakan bulan madu bersama suami
Elvis mendapatkan laporan tentang Sasa, Mirna dan Manisa. Pria itu sangat berhati-hati. Dia tidak ingin kejadian yang membahayakan nyawa istrinya kembali terulang.“Selalu awasi mereka. Pastikan Sasa meninggalkan negara ini,” tegas Elvis.“Baik, Bos. Aku sudah mengirimkan surat ancamana untuk kelurga Sasa,” ucap Rino.“Beri mereka waktu tiga hari. Jika tidak juga pergi, maka aku akan menghancurkan Perusahaan mereka,” tegas Elvis.“Baik, Bos.” Rino mengangguk.“Aku tidak ingin melihatnya di negara ini lagi. Apalagi sampai mendekati Mahira. Wanita itu sangat berbahaya dan gila,” ucap Elvis tersenyum tipis.“Aku akan pulang sekarang.” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia beranjak dari kursi dan mengenakan jas.“Aku duluan,” ucap Elvis meninggalkan Rino.“Ya.” Rino tersenyum. Dia senang melihat Elvis yang kembali bersemangat karena sudah bersama sang istri. Pria itu pun menjadi rajin ke kantor. Walaupun pulang lebih awal karena dengan mudah rindu pada sang M
Sasa benar-benar kesal karena Mirna gagal membawa Mahira keluar dari rumah Elvis. Dia benar-benar tidak punya lagi kesempatan untuk menyakiti wanita itu.“Arrggh! Apa yang harus aku lakukan?” teriak Sasa. Dia benar-benar kehabisan akal. Wanita itu hanya berada di dalam rumah tanpa bekerja. Ada rasa malu bertemu orang lain karena dirinya bukanlah kekasih masa kecil Elvis.“Elvis mengatakan kepada dunia bahwa cinta pertamanya adalah Mahira. Itu benar-benar sangat memalukan diriku.” Sasa meremaskan jari-jarinya. Dia duduk di tepi kasur.“Aku bahkan tidak berani lagi menampakkan wajah di depan semua orang.” Sasa memukul guling.“Kapan Mahira keluar lagi? Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Wanita itu harus mati. Hahaha.” Sasa benar-benar tertekan. Dia terus mengurung diri di dalam kamar. memperlihatkan wajahnya di depan umum sama saja dengan mempermalukan diri.“Mahira, kenapa kamu merebut Elvis dariku? Kenapa kamu hadir dan menghancurkan impianku? Aku benci kamu, Mahira!”