Chat Mesra Di Nomor Suami

Chat Mesra Di Nomor Suami

last updateLast Updated : 2023-02-23
By:  TrianaRCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
0 ratings. 0 reviews
86Chapters
102.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Reina menemukan pesan-pesan mesra yang dikirimkan oleh seorang wanita di nomor ponsel suaminya. Hingga dia mengetahui fakta, bahwa sang suami mengkhianati pernikahannya. Ia telah menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Tak ingin sakit hati lebih jauh, ia mengajukan cerai dan fokus pada usaha yang dia jalani. Menjadi janda terhormat dan dermawan, membawanya dipertemukan dengan seorang bos. Bos itupun jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Reina bersatu dengan bos itu, sementara sang mantan masih selalu mengganggunya?

View More

Chapter 1

1. Chat WA dari tetangga

Ting!

[Mas, jangan lupa pesananku nanti malam ya, Love you. Mmuuaaacch]

Keningku berkerut melihat sebuah pesan WA yang masuk di ponsel suamiku. Pengirimnya adalah Kartika, tetanggaku yang seorang janda muda. Rumahnya berjarak sepuluh rumah dariku.

Untuk apa Kartika ngirim pesan mesra ke WA suamiku? Atau jangan-jangan dia salah kirim?

Ting!

[Mas, kenapa dibaca doang? Balas dong sayang]

Tulisnya lagi di pesan WA. Ini artinya, Kartika tidak salah kirim, pesan ini benar-benar ditujukan ke Mas Hendi, suamiku. Apakah diam-diam mereka punya hubungan khusus di belakangku? Tak ada chat yang lainnya kecuali dua pesan yang terkirim barusan. Mungkin Mas Hendi sudah menghapusnya terlebih dahulu.

Di rumah, aku membuka warung sembako yang cukup komplit, segala macam kebutuhan tersedia disini. Aku juga membuka jasa delivery order, mereka akan pesan lewat SMS atau WA dan kami akan mengantarkannya ke rumah atau alamat tujuan. Lebih tepatnya Mas Hendi-lah yang membantuku menjadi kurir setiap hari. Kami memang membuka jasa seperti itu agar memudahkan para pelanggan. Istilahnya jemput bola.

Selama ini tak ada masalah yang berarti. Bahkan aku menganggap usahaku ini makin berkembang pesat. Di kompleks perumahan kami yang sebagian besar para pekerja, membuat usahaku ini diminati banyak orang. Bukan hanya kompleks perumahan kami saja, seringnya Mas Hendi pun mengirimkan barang sampai ke desa-desa sebelah.

"Dek, gimana apa ada pesanan yang lain lagi?" tanya Mas Hendi yang baru keluar dari kamar mandi. Handuk masih melingkar di bagian tubuhnya. Badannya terlihat lebih segar dan bersih setelah membasuh diri dengan guyuran air shower. Setelah seharian lelah beraktivitas, berkutat dengan barang-barang belanjaan.

Memang biasanya, aku mengecek segala pesan yang masuk ke nomor suamiku atau nomorku sendiri perihal pesanan para konsumen. Tapi malam ini, aku mendapati pesan yang tak biasa. Rasanya pengen tak hiiih saja.

"Ada nih mas, WA dari Kartika. Tapi kok chatnya mesra begini ya? Memangnya dia pesan apaan sih, Mas?" tanyaku.

Kulihat rona wajah Mas Hendi berubah. Sulit diartikan lewat kata. Ia segera meraih ponsel dan membacanya.

"Gak usah diambil hati lah. Paling cuma iseng-iseng doang," ujar Mas Hendi kikuk.

"Memangnya dia pesan apa, Mas?" tanyaku penuh selidik.

"Ada catatannya kok di buku. Biar mas yang siapin deh barang-barangnya. Kamu istirahat saja, kayaknya kamu kecapekan," sahut Mas Hendi.

Cupp, ia mengecup keningku dengan lembut.

"Mandi dulu gih, biar segeran dikit. Biar pikiranmu gak penat jadi gak curigaan melulu," pungkasnya lagi.

Aku terdiam. Jujur, aku memang kepikiran dengan chat mesra dari tetanggaku itu. Bukan apa-apa, tapi kenapa harus pake sayang-sayangan segala dan emoticon love. Apa maksudnya coba?

"Berarti malam ini ada lima lagi pesanan yang belum diantar ya, dek?" tanya Mas Hendi.

Aku mengangguk. Lima pesanan lagi kalau memang ada pesanan dari Kartika. Setiap harinya tak jarang 20 hingga 30 paket yang perlu diantarkan ke pembelinya. Tapi banyak juga yang langsung datang ke toko.

Mas Hendi sudah berganti baju. Celana jeans dan kemeja kaos warna biru elektrik, membalut tubuhnya yang tegap atletis.

Tumben pakai baju yang rapi begitu, seperti mau kencan saja? Batinku mulai bertanya-tanya.

"Ya sudah, kamu mandi terus istirahat. Mas biar dibantu sama Mbok Jum untuk menyiapkan barang-barangnya," ucapnya lagi.

Mbok Jum adalah asisten rumah tangga kami, umurnya sudah paruh baya. Ia tinggal bersama di rumah kami, ia memang sudah mengabdi puluhan tahun disini, sejak aku masih kecil. Rumah yang kutempati saat ini adalah rumah peninggalan almarhum orang tuaku.

Sedangkan Mas Hendi, dulunya ia adalah pegawai kantoran. Namun karena ada pengurangan karyawan, Mas Hendi ikut diPHK, tanpa pesangon apapun. Sekian lama mencari kerja namun tak kunjung didapat. Akhirnya kuminta ia untuk membantuku berjualan. Hingga akhirnya aku membuka jasa delivery order. Untuk sekarang, kebutuhan kami sudah sangat tercukupi dari warung sembako ini.

Selesai mandi dan makan bersama, Mas Hendi sudah menstater motor tossa-nya dan mengangkut barang pesanan konsumen. Kebetulan ada yang pesan beras satu kantong serta gas melon dan isi ulang air mineral.

Tidak banyak barang yang diantar, berarti Mas Hendi bisa pulang lebih cepat, ucapku dalam hati. Namun karena rasa penasaranku lebih dominan, jadi ingin kupastikan sendiri apa yang dilakukannya diluar sana.

Setelah Mas Hendi pergi, aku segera bergegas ke dalam mengambil jaket, helm dan menyambar kunci motor, tak lupa handphone kubawa.

"Mbok, kita tutup saja warungnya, saya ada perlu diluar rumah," ujarku pada Mbok Jum.

"Baik, Non."

Dengan sigap, mbok Jum membantuku menutup folding gate toko.

"Saya pergi dulu ya, Mbok."

"Iya non, hati-hati dijalan."

Kulajukan motorku, tanpa susah payah kuikuti Mas Hendi dari jauh, kebetulan akupun sudah hafal rutenya. Seharusnya pesanan Kartika lebih dulu yang diantar, tapi saat lewat di depan rumahnya, tak ada tanda-tanda Mas Hendi disana. Pasti ke tujuan yang lain dan rumah Kartika tujuan terakhirnya.

Ternyata benar dugaanku. Setelah Mas Hendi mengantarkan pesanan ke tempat yang lain, ia menghentikan motor tossa-nya di halaman rumah Kartika. Turun lalu mengambil barang belanjaan. Sedangkan aku berhenti di pinggir jalan. Tak ada yang curiga kalau ada aku disini, apalagi jalan hanya dipasangi lampu berwarna kuning temaram. Segera kuambil handphone dari slingbag-ku untuk merekam apa yang mereka lakukan.

Kulihat Kartika menyambut Mas Hendi di depan pintu. Senyuman wanita itu tampak sumringah. Tak segan-segan ia memeluk Mas Hendi lalu menghadiahi kecupan di pipi kanan dan kirinya.

Deg! Dadaku rasanya panas terbakar api cemburu. Dilihat dari bahasa tubuhnya, sepertinya mereka sangat dekat.

Kartika menarik lengan Mas Hendi dan membawanya masuk ke dalam rumah. Lalu pintu itu tertutup dengan rapat. Ingin sekali kulabrak janda sial*n itu. Tapi tidak, rasanya kurang etis. Yang salah disini bukan hanya wanita pelakor itu, tapi juga suamiku yang meladeninya. Baiklah, akan kumpulkan bukti-bukti perselingkuhanmu dulu, Mas.

Jangan salah menilaiku, aku bukanlah wanita lemah yang gampang kau bodohi. Kau bermain di belakangku, aku juga akan bermain cantik di depanmu.

Sudah satu jam, Mas Hendi tak kunjung keluar dari rumah. Pikiranku melayang membayangkan hal yang tidak-tidak terjadi di dalam sana.

Suasana perumahan tampak sepi meskipun waktu baru menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka lebih memilih berdiam diri di dalam rumah, beristirahat untuk aktivitas besok pagi.

Pintu terbuka, Mas Hendi keluar dengan penampilan yang sedikit berantakan, pun dengan Kartika, sepertinya ia lupa mengancingkan piyama tidurnya di bagian atas hingga terlihat belahan dadanya menyembul.

"Mas, jangan lupa besok ya!" rajuk Kartika manja.

"Iya, aku pulang dulu," jawab Mas Hendi.

Aku segera bersembunyi dibalik bunga-bunga yang ditanam dipinggir jalan.

Tak lama setelah Mas Hendi pulang dengan motor itu, akupun bergegas pergi. Bukan pulang ke rumah, melainkan ke tempat penjual martabak.

"Kamu habis dari mana?" tanya Mas Hendi, dia membukakan pintu dan menyambutku penuh pertanyaan.

"Beli ini ..."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
86 Chapters
1. Chat WA dari tetangga
Ting![Mas, jangan lupa pesananku nanti malam ya, Love you. Mmuuaaacch]Keningku berkerut melihat sebuah pesan WA yang masuk di ponsel suamiku. Pengirimnya adalah Kartika, tetanggaku yang seorang janda muda. Rumahnya berjarak sepuluh rumah dariku. Untuk apa Kartika ngirim pesan mesra ke WA suamiku? Atau jangan-jangan dia salah kirim?Ting![Mas, kenapa dibaca doang? Balas dong sayang]Tulisnya lagi di pesan WA. Ini artinya, Kartika tidak salah kirim, pesan ini benar-benar ditujukan ke Mas Hendi, suamiku. Apakah diam-diam mereka punya hubungan khusus di belakangku? Tak ada chat yang lainnya kecuali dua pesan yang terkirim barusan. Mungkin Mas Hendi sudah menghapusnya terlebih dahulu.Di rumah, aku membuka warung sembako yang cukup komplit, segala macam kebutuhan tersedia disini. Aku juga membuka jasa delivery order, mereka akan pesan lewat SMS atau WA dan kami akan mengantarkannya ke rumah atau alamat tujuan. Lebih tepatnya Mas Hendi-lah yang membantuku menjadi kurir setiap hari. Kami
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
2. Mereka janjian?
"Kamu habis dari mana?" tanya Mas Hendi."Beli ini ..." jawabku, sembari menyodorkan bungkusan kresek berisi martabak."Kenapa tadi gak WA aja, mas kan bisa belikan untukmu."Aku tersenyum. "Sekalian cari angin, mas. Eh malah di sananya ngantri, jadi pulangnya agak telat."Mas Hendi mengekor di belakangku. "Kamu baru pulang juga, Mas?" tanyaku."Iya.""Kenapa? Terus kenapa itu kamu ganti baju? Habis mandi lagi?""Iya, mas gerah. Tadi di rumah Kartika, mas disuruh benerin kompor dulu jadi agak lama disana.""Hah? Beralih jadi tukang servis nih?" tanyaku dengan nada menyindir."Kasihan, Dek. Katanya dari siang dia gak bisa masak karena kompornya ngadat.""Oh. Hati-hati lho, berawal dari kasihan bisa menjadi cinta.""Haha, ya enggaklah. Kamu ada-ada aja deh. Kenapa sih kok cemberut gitu? Cemburu ya?""Hah? Enggak kok, ngapain cemburu. Kalau sampah ya buang aja pada tempatnya.""Maksudnya apa, Dek?" tanya Mas Hendi dengan kening berkerut."Ini lho mas, sampahnya dibuang di tempat sampah,
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
3. Keterlaluan
Aku tak pernah menyangka, ternyata tetangga yang baru pindah enam bulan yang lalu di kompleks perumahan itu kini justru menjadi pelakor dalam rumah tanggaku. Perkenalanku pertama kali dengannya adalah saat ia membeli kebutuhan sehari-hari dalam toko-ku, ia berbelanja cukup banyak hingga kerepotan. Dan akulah yang meminta Mas Hendi untuk membawakan barang belanjaannya. Saat itu, ia mengenalkan diri dengan nama Kartika. Dan pindah kemari karena habis diceraikan oleh sang suami. Hari-hari berikutnya ia sering ke toko untuk sekedar berbelanja. Bahkan aku menawarinya jasa online. Bila ada kebutuhan yang mau dibeli biar kami yang mengantarkan sampai rumah, ia hanya kasih list daftar belanjaannya saja ke nomorku dan transaksi setelah barang sampai di rumah. Karena kulihat ia cukup sibuk beraktivitas, entah bekerja sebagai apa, tapi yang jelas ia sering pergi mengenakan pakaian seksi dan kurang bahan itu.Tak sekalipun terlintas bahwa suami akan mengkhianatiku. Keseharian kami yang selalu b
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
4. Insiden kecelakaan
Saat aku ingin menghampirinya, tiba-tiba ponselku bergetar berulang kali, cukup menggangguku. Aku menoleh sebentar, mereka masih berdiri di depan resepsionis.Kuraih handphoneku, nomor rumah memanggil. Ada apa ya mbok Jum meneleponku disaat yang tidak tepat. Kuabaikan saja panggilan itu, tapi lagi-lagi handphoneku bergetar. Sepertinya sangat penting.[Hallo assalamualaikum mbok, ada apa?]-- sahutku, kembali menjauh agar tidak terlihat oleh mereka.[Waalaikum salam. Non, ibu Wirda datang]-- sahut Mbok Jum dari seberang telepon dengan nada khawatir. Bu Wirda adalah ibu mertuaku, ibunda Mas Hendi.[Mbok, tolong suruh tunggu aja dulu ya. Saya masih ada perlu]-- jawabku sembari mengatur helaan nafas.[Mbok udah bilang non, tapi ibu datang sambil nangis-nangis][Lho nangis-nangis kenapa?][Anu non, katanya Non Freya sakit. Terus ada masalah apa, mbok juga kurang paham. Ibu nangis-nangis terus dari tadi. Tadi juga mbok udah coba hubungi Mas Hendi, tapi gak diangkat-angkat, non][Ya sudah mbo
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
5. Tegang
"Nak, kamu kenapa? Kok kamu bisa seperti ini. Terus ini siapa? Hendi mana?" Ibu mertua memberondongku dengan pertanyaan seraya membantuku memapah sampai duduk di kursi."Kamu gak sama Hendi?" tanyanya lagi."Enggak Bu, tadi aku pergi sendirian, ada perlu. Mas Hendi gak tahu pergi kemana, tadi pagi pamit katanya mau ketemu teman.""Tadi mbok Jum udah coba telepon ke Hendi, gak diangkat malah katanya sekarang nomor teleponnya tidak aktif," sahut ibu."Baterainya lowbet kali, Bu.""Iya mungkin. Terus ini kenapa kakimu jadi seperti ini? Harusnya kamu hati-hati kalau bawa motor.""Maaf Bu, ini murni kesalahan saya. Saya yang sudah membuat Mbak Reina celaka." sela Mas Rusdy. Ibu menoleh ke arahnya. "Tadi saya yang menabraknya, Bu," lanjut Mas Rusdy lagi."Gak apa-apa kok, Bu. Mas Rusdy gak sengaja karena tadi aku yang ngerem mendadak.""Ya sudah, udah kayak gini mau diapain lagi. Sekarang, kamu harus istirahat sampai kakimu sembuh. Biar nanti ibu bilang ke Hendi, pergi kok lama banget sampe
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more
6. Bertemu kembali
POV HendiEnam bulan yang laluMatahari sangat terik, panasnya begitu menusuk ke kulit. Saat ini aku masih berkutat dengan beberapa pesanan pelanggan toko Reina. Apalagi yang pesan jauh dari lokasi perumahan, membutuhkan waktu dan tenaga lebih ekstra.Kutepikan motor tossa ini di bibir jalan, mengambil botol air mineral lalu meneguknya hingga sisa setengah untuk sekadar menghilangkan dahaga.Netraku sibuk mencari kala mendengar suara tangis seorang perempuan. Kukira memang ada penampakan pada siang bolong begini, nyatanya benar. Penampakannya ialah seorang wanita yang cantik dan sangat kukenali.Itu bukannya Kartika? Aku bertanya pada diriku sendiri, saat melihat wanita itu duduk sambil menangis pilu. Ya, aku sangat mengenalinya. Perempuan yang sangat kucintai dimasa lalu, sampai saat ini juga aku masih belum bisa melupakannya walau aku sudah menikah dengan orang lain, lima tahun terakhir ini.Aku segera menghampirinya. "Kartika?" sapaku.Ia mendongak, tampak terkesiap kaget saat mel
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
7. CLBK
"Mas, sini lho. Ini bantuin mbaknya bawain belanjaan. Mbaknya repot, belanjaannya banyak," pinta Reina.Kartika tersenyum pada Reina, lalu menoleh ke arahku. Aku menangkap keterkejutan di wajahnya saat melihatku kembali."I-iya dek," jawabku tergagap.Reina tersenyum, istriku itu memang ramah pada setiap orang. Suka membantu. Seminggu sekali biasanya tiap hari Jum'at ia akan mengadakan santunan anak yatim atau berbagi makanan dengan para orang miskin. Entahlah, aku tak mengerti, uang Reina seakan tak ada habisnya. "Oh iya mas, Mbak Kartika ini tetangga baru, yang ngontrak di rumah Pak Komar. Baru pindah tadi, tolong kamu bantu bawa belanjaannya ya mas."Aku mengangguk lalu bergegas mengambil motor untuk membawa belanjaan itu. Sedangkan Kartika sudah pulang lebih dulu dengan berjalan kaki.Deg deg deg!Entah kenapa jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Motorku berhenti di halaman rumah, lalu menurunkan belanjaannya itu."Makasih ya mas, sudah bantuin aku," ucapnya sambil te
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
8. Rencana busuk
Ternyata mudah sekali membohongi Reina, ia langsung percaya saja apa yang kukatakan. Sepertinya jalanku semulus jalan kereta api, tidak ada macet-macetnya.Berganti hari, seperti biasa aku masih membantu Reina, mengantarkan pesanan para pelanggan. Tapi setiap pulang aku selalu mampir ke rumah Kartika, sekedar bertemu melepas rindu.Hingga sebulan sudah pernikahan rahasia kami. Malam itu, Reina yang cuek pada handphone-ku tiba-tiba memeriksanya. Aku tak sengaja melihatnya sedang memegang handphoneku."Dek, gimana apa ada pesanan yang lain lagi?" tanyaku pada Reina--istriku yang kaya dan baik hati itu."Ada nih mas, WA dari Kartika. Tapi kok chatnya mesra begini ya? Memangnya dia pesan apaan sih, Mas?" tanya Reina sambil mengerutkan keningnya.Aku meraih handphoneku lalu membaca pesan dari Kartika.[Mas, jangan lupa pesananku nanti malam ya, Love you. Mmuuaaacch]Deg! Jantungku mulai berpacu cepat. Aku pun lupa memberi tahu Kartika agar tidak menghubungiku dulu ketika di rumah. Ya waja
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
9. Ada apa ini?
"Dek, harusnya kamu hati-hati. Kalau butuh sesuatu panggil mas," ucapku penuh penekanan. Ekspresinya hanya datar saja. Reina dengar tidak ya?"Aku tadi dah manggil kamu, mas. Tapi sepertinya kamu gak dengar.""Memangnya kamu butuh apa? Tadi mas lagi ngobrol sama ibu.""Mas, bisa tidak besok bantuin aku?""Bantuin apa?""Ini mas, ada banyak pesanan masuk, sedangkan kakiku kan lagi begini--""Duh gimana ya dek, sepertinya mas tidak bisa. Besok kan mas mau ke kantornya Rusdy.""Oh. Berarti aku harus cari orang lagi.""Maaf ya, kalau senggang pasti mas bantuin kamu."Reina mengangguk."Nak, ibu mau pulang dulu ya. Kasihan Freya," pamit ibu."Oh iya Freya kenapa, Bu? Katanya Freya sakit?" tanya Reina."Tidak apa-apa nak, biasa masalah anak muda."Reina mengangguk. Tampaknya dia benar-benar tidak tahu. Syukurlah.***Ting[Mas, malam ini bisa gak ke rumah? Aku dah kangen lagi sama kamu]Sebuah pesan yang dikirim oleh Kartika. Aku tersenyum. Heran sama perempuan ini, tadi siang udah seharian
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
10. Pembalasan segera dimulai
Part 10"Mas berangkat ke kantor dulu ya," pamit Mas Hendi pagi itu. Setelah kepergian Mas Hendi, tak lama datang 2 orang pemuda ke toko. Namanya Adit dan Eza, mereka keponakan Mbok Jum yang akan bekerja di tokoku. Jadi aku tak perlu pusing lagi, memikirkan bagaimana cara mengirimkan pesanan ke pelanggan. Apalagi akhir-akhir ini, tambah banyak pesanan yang masuk. Aku tinggal mengawasi mereka bekerja sambil duduk.Kakiku memang masih terasa sakit tapi, sudah mendingan tidak seperti kemarin. Beberapa ibu-ibu datang untuk berbelanja."Mbak Reina, saya mau beli detergent, shampoo sama sabun mandi masing-masing satu. Terus tepung terigunya satu kilo," ucap Bu Lena."Kalau saya, telor setengah kilo, minyak gorengnya satu liter mbak," ujar Bu Wiwi."Saya ini mbak, beras dua kilo, teh satu pak, gula pasir setengah kilo," ucap Bu Sarti.Aku mencatat semua pesanan ibu-ibu lalu memberikan catatan itu pada Eza untuk menyiapkan barang-barangnya."Eh maaf lho Mbak Reina. Sekarang suami mbak Rei u
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status