Dalam hidup yang dipenuhi dengan janji dan tanggung jawab, Ayla Sasmita terjebak dalam pernikahan yang terpaksa. Menikahi Raka Aditya bukanlah pilihan, tetapi sebuah keputusan yang harus diambil demi menjaga keluarganya. Di balik fasad kehidupan mewah yang mereka jalani, tersimpan rasa kesepian yang mendalam, terperangkap dalam hubungan yang dingin dan tanpa kasih. Sementara Raka, CEO perusahaan ritel yang sukses, terjebak dalam tekanan pekerjaan dan tuntutan keluarganya, tidak menyadari betapa hancurnya hati Ayla. Ketika konflik dengan keluarga Raka semakin memanas, dan bayang-bayang masa lalu menghantui mereka, Ayla berjuang untuk menemukan suaranya di dunia yang menuntutnya untuk diam. Di tengah kegundahan ini, hadir Bima, produser film yang terpesona oleh karya-karya Ayla dan ingin mengubah hidupnya selamanya. Namun, keputusan yang harus diambil Ayla bisa berujung pada konsekuensi yang tak terduga. Akankah Ayla mampu menemukan cinta dan kebahagiaan di tengah kesepian? Ataukah dia akan terjebak selamanya dalam perjanjian yang tidak diinginkannya?
Lihat lebih banyak“Raka, tolong… ini bukan kamu,” ucapnya lembut, meskipun suara hatinya bergetar. Dia ingin menyentuh Raka, tetapi saat ini, dia tahu bahwa Raka sedang berjuang melawan sesuatu yang lebih besar.Raka menatap Ayla dengan mata yang kosong, seolah ada perang di dalam dirinya. Di satu sisi, hasrat yang menggebu, dan di sisi lain, suara akal sehat yang berusaha menahan dirinya. Dengan sisa kesadarannya, dia merasakan ketegangan dalam tubuhnya. Ini bukan cara yang seharusnya.Momen itu terasa seperti berada di ambang jurang—antara keinginan dan kenyataan. Raka ingin mendekat, tetapi dalam ketidakpastian ini, dia merasakan kesedihan yang menyelimuti hatinya. Apa yang sudah terjadi padaku? pikirnya, berusaha menahan perasaan yang terlalu menguasai.Di bawah cahaya temaram kamar mereka, perasaan yang terpendam sekian lama akhirnya pecah. Raka dan Ayla, yang selama satu tahun hidup dalam jarak dan kesunyian, kini berada dalam situasi yang
Dengan susah payah, Ayla berhasil membawa Raka menuju kamarnya. Tubuh Raka terasa berat di pundaknya, dan setiap langkah mereka diiringi oleh suara napas berat yang keluar dari mulut Raka. Keringat dingin masih membasahi wajah Raka, dan Ayla bisa merasakan suhu tubuhnya yang semakin tinggi. Dalam hatinya, dia khawatir bahwa Raka bisa jatuh sakit dengan sangat serius jika tidak segera ditangani.Begitu mereka sampai di kamar, Ayla dengan lembut membaringkan Raka di tempat tidur. Raka tampak lebih tenang, namun napasnya masih terdengar berat dan tubuhnya terus memanas. Ayla duduk di tepi ranjang, menatap suaminya yang tampak tak berdaya.“Raka, kamu perlu istirahat,” kata Ayla dengan nada lembut namun cemas. “Aku akan mengambil air minum untukmu.”Namun, ketika Ayla berdiri dan hendak meninggalkan kamar, Raka tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. Pegangan tangannya tidak begitu kuat, tetapi cukup untuk menghentikan Ayla melangkah lebih jauh. Dia menatap suaminya
Malam semakin larut ketika Ayla akhirnya bisa membebaskan diri dari pesta pernikahan yang mewah namun mencekik. Ia pulang terpisah dari Ibu Raka, yang tampak puas dengan peran sosialnya malam itu. Ayla merasa seolah-olah selama beberapa jam terakhir, dirinya adalah boneka yang ditampilkan di hadapan orang-orang yang hanya ingin menilai dan mencibirnya.Mobil yang membawanya pulang meluncur dengan tenang di jalan-jalan kota yang kini sepi, tapi di dalam hati Ayla, badai emosi masih terus berputar. Laras, pendidikan, keluarga, semua tentang diriku selalu dianggap kurang, pikirnya. Ia menatap keluar jendela mobil, melihat lampu-lampu jalan yang mulai memudar di kejauhan, sementara perasaan tidak berharga terus menghantuinya.Begitu sampai di rumah, Ayla keluar dari mobil dengan langkah lelah. Angin malam berhembus lembut, tetapi tidak mampu menenangkan kegelisahan di dalam dadanya. Ia masuk ke dalam rumah yang terasa begitu sunyi, dan saat pintu tertutup di belakangnya, A
Setelah beberapa saat menyesap whiskey, suasana antara Raka dan Laras semakin berubah. Suasana yang sebelumnya canggung kini terasa semakin akrab, meski Raka tetap menjaga jarak emosionalnya. Dia menatap ke arah jam di dinding hotel, menunggu investor yang tak kunjung datang. Namun, Laras tampaknya tidak terlalu peduli dengan keterlambatan itu.Laras menatap Raka dengan tatapan lembut namun penuh arti. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menikmati setiap detik seolah-olah dia benar-benar ingin berada di tempat ini lebih lama. “Raka,” ucapnya pelan, memecah keheningan di antara mereka. “Aku penasaran... apakah kamu bahagia dengan Ayla?”Pertanyaan itu datang tiba-tiba, membuat Raka sedikit tertegun. Alisnya berkerut saat dia menatap Laras dengan penuh kebingungan. “Kenapa kamu menanyakan itu?” Raka balik bertanya, suaranya terdengar dingin, berusaha menutup percakapan ini.Laras tersenyum kecil, seolah mengetahui bahwa pertanya
Malam itu, suasana di Hotel Grand Majestic terasa tenang dan elegan, dengan cahaya lampu-lampu kristal yang memantul dari dinding marmer yang mengkilap. Di lobi hotel yang mewah, Raka melangkah masuk dengan langkah tenang namun tergesa. Dia merasa sedikit ragu, tetapi perjanjian ini sudah diatur, dan dia tidak ingin mengecewakan Laras, yang sebelumnya meminta bantuannya.Laras telah menghubungi Raka beberapa hari yang lalu, mengatakan bahwa dia memiliki kesempatan bertemu dengan investor penting untuk bisnisnya. Sesuai dengan janjinya dengan ibunya, Raka diminta untuk menemaninya, mengingat pengalamannya yang luas dalam dunia bisnis. Raka, meskipun ragu, menyetujui pertemuan itu, karena dia merasa ini adalah kesempatan profesional, bukan sesuatu yang bersifat pribadi.Saat Raka tiba di lobi hotel, dia melihat Laras sudah menunggunya di dekat bar, duduk anggun dengan gaun malam berwarna hitam yang membuatnya tampak mempesona. Senyumnya menyambut Raka ketika dia melangka
Di tengah suasana pesta yang semakin meriah, Ayla duduk di meja bersama Ratna, berusaha menikmati hidangan yang disajikan meski hatinya terasa semakin tertekan. Percakapan yang berlangsung di meja mereka terasa jauh dari jangkauan Ayla—semua tentang bisnis, koneksi, dan status sosial. Ayla tetap diam, tidak ingin menarik perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya.Namun, tiba-tiba, beberapa teman lama Ibu Raka yang tampak elegan dan berkelas mendekati meja mereka. Dengan senyuman lebar, mereka menyapa Ratna dengan hangat, lalu memandang Ayla dengan tatapan ingin tahu.“Oh, Ratna!” seru salah satu dari mereka, seorang wanita berusia paruh baya dengan perhiasan berlian yang berkilau di lehernya. “Sudah lama nggak bertemu! Aku baru aja ketemu dengan Raka beberapa waktu lalu, dan aku nggak tahu dia sudah menikah. Aku nggak mendengar apa-apa soal pernikahan ini. Mengapa kalian enggak mengadakan perayaan besar-besaran?”Ratna tersenyu
Sudah lima hari berlalu, dan selama itu, suasana rumah Ayla dan Raka berubah menjadi sunyi. Bukan sunyi yang nyaman, melainkan sunyi yang menusuk, penuh dengan perasaan terasing. Setiap langkah di rumah terasa canggung, setiap detik berlalu dengan ketidakpastian yang menggantung di udara.Raka hampir tidak pernah menyapa Ayla. Bahkan saat mereka bertemu di lorong atau di ruang makan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Tatapan Raka yang dulu penuh ketenangan, kini hanya menatap lurus ke depan, seolah-olah Ayla tidak ada di hadapannya. Ia menghindari percakapan, menghindari sentuhan, dan setiap kali berada di ruangan yang sama dengan Ayla, dia hanya berusaha menyelesaikan kegiatan dengan cepat dan pergi tanpa bicara.Ayla merasakan keheningan itu semakin dalam. Awalnya, dia mencoba memahami, memberi ruang kepada Raka agar bisa mendinginkan diri setelah perdebatan terakhir mereka. Namun, semakin hari berlalu, perang dingin di antara mereka semakin menyakitkan. Ayla tahu bahwa
Setelah menjelaskan beberapa sutradara dan penulis skenario, Bima menatap Ayla dengan serius. “Ngomong-ngomong, tentang perdebatan yang terjadi di restoran kemarin... aku ingin minta maaf karena menghindari perdebatan itu. Aku tahu betapa sulitnya situasi yang kamu hadapi.”Ayla terkejut mendengar pernyataan Bima. “Nggak apa-apa, Bima. Itu urusan pribadi yang rumit,” jawabnya, berusaha tidak menunjukkan betapa beratnya beban di hatinya. “Tapi memang, situasi itu cukup membuatku stres.”Bima mengangguk, menunjukkan empati. “Aku menghormati privasi kamu, tetapi aku nggak bisa menahan rasa ingin tahuku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau kamu merasa nyaman, aku ada di sini untuk mendengarkan.”Ayla menundukkan kepala sejenak, mengumpulkan pikirannya. Apakah aku siap membagikan ini? pikirnya, tetapi ada sesuatu dalam sikap Bima yang membuatnya merasa aman. Dia merasa bahwa dia bisa mempercayainya.“Aku dan Raka sudah menikah selama setahun, tetapi hubungan kami terasa sangat jauh. Setiap
Malam itu, setelah perdebatan yang menyakitkan dengan Raka, Ayla duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke dinding berwarna pastel yang dulunya terasa menenangkan. Namun sekarang, dinding itu seolah menjadi pengingat akan semua kesedihan dan kesepian yang mengisi hidupnya. Hatinya terasa berat, dipenuhi dengan keraguan dan ketidakpastian.Apakah ini benar-benar pernikahan? pikirnya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. Sejak hari pernikahan mereka, hubungan ini seolah terjalin tanpa ada kedalaman yang diharapkan. Mereka tidak pernah berbagi momen intim selayaknya suami istri dan Ayla merasa seperti terjebak dalam rutinitas yang monoton, tanpa cinta dan perhatian yang seharusnya ada antara suami dan istri.Ayla merasakan air mata mulai menggenang di sudut matanya. Semua usaha yang dilakukannya untuk mendekatkan diri pada Raka seolah sirna. Ayla mengenang bagaimana ia selalu berusaha menciptakan suasana yang hangat di rumah, memasak hidangan spesial, dan menyiapkan
Di tengah malam di gemerlapnya kota besar yang tak pernah tidur, Ayla Sasmita, menjalani hari-harinya di sebuah rumah megah yang terasa sepi.Di kamarnya, Ayla meraih keyboard, jemarinya menari lembut di atasnya, menciptakan kisah baru dari novel yang sedang ia tulis. Setiap kata yang terukir mencerminkan kerinduan dan harapan yang terpendam. Ia menciptakan dunia yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan, sesuatu yang sangat ia rindukan dalam kehidupan nyata. Sesekali, Ayla berhenti sejenak, menatap keluar jendela.Kamar Ayla adalah perpaduan antara kemewahan dan kenyamanan, mencerminkan siapa dirinya yang lembut namun mandiri. Dinding-dinding kamar dihiasi dengan cat berwarna pastel yang menenangkan, memberikan kesan hangat dan ramah. Di satu sisi, terdapat rak buku besar yang dipenuhi dengan novel-novel klasik dan karya-karya sastra favoritnya. Setiap buku memiliki cerita dan kenangan tersendiri, seolah menjadi teman setia dalam kesendiriannya.Di tengah kamar, sebuah tempat tidur kin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen