Share

Pernikahan Tanpa Kasih
Pernikahan Tanpa Kasih
Penulis: tasharenjana

BAB 1

Di tengah malam di gemerlapnya kota besar yang tak pernah tidur, Ayla Sasmita, menjalani hari-harinya di sebuah rumah megah yang terasa sepi.

Di kamarnya, Ayla meraih keyboard, jemarinya menari lembut di atasnya, menciptakan kisah baru dari novel yang sedang ia tulis. Setiap kata yang terukir mencerminkan kerinduan dan harapan yang terpendam. Ia menciptakan dunia yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan, sesuatu yang sangat ia rindukan dalam kehidupan nyata. Sesekali, Ayla berhenti sejenak, menatap keluar jendela.

Kamar Ayla adalah perpaduan antara kemewahan dan kenyamanan, mencerminkan siapa dirinya yang lembut namun mandiri. Dinding-dinding kamar dihiasi dengan cat berwarna pastel yang menenangkan, memberikan kesan hangat dan ramah. Di satu sisi, terdapat rak buku besar yang dipenuhi dengan novel-novel klasik dan karya-karya sastra favoritnya. Setiap buku memiliki cerita dan kenangan tersendiri, seolah menjadi teman setia dalam kesendiriannya.

Di tengah kamar, sebuah tempat tidur king-size dengan seprai sutra putih bersih tampak mengundang. Bantal-bantal empuk berwarna lavender dan mint terhampar rapi, menambah keanggunan dan kenyamanan. Di samping tempat tidur, lampu baca kecil dengan cahaya lembut menerangi sudut yang sering menjadi tempatnya melanjutkan tulisan malam. Ayla sering kali duduk di sana, terjebak dalam dunia khayal yang diciptakannya, jauh dari kesunyian hidup nyata.

Meja kerjanya terletak di dekat jendela besar yang menawarkan pemandangan taman yang asri. Di atas meja, laptopnya selalu siap, dikelilingi oleh catatan-catatan tangan dan secangkir kopi yang sering kali dibiarkan dingin. Kamar ini menjadi saksi bisu atas berbagai ide dan kisah yang telah ia tulis, berjuang melawan kesepian dan mengukir harapan melalui setiap kata.

Tanaman hijau dalam pot kecil menghiasi sudut-sudut kamar, memberikan nuansa segar dan hidup. Di dinding, terdapat beberapa lukisan abstrak yang menggambarkan perasaan dan harapan Ayla—warna-warna cerah yang mencolok menambah semangat meski suasana hatinya kadang kelam.

Namun, meskipun semua kemewahan ini ada, Ayla tidak dapat menghapus rasa sepi yang sering menghantui. Kamar yang megah ini, yang seharusnya menjadi tempat pelarian, kadang terasa mengekang, mengingatkannya akan kekosongan yang ia rasakan dalam pernikahan yang tidak berfungsi. Dalam keheningan malam, ketika lampu-lampu kamar redup dan hanya suara ketikan keyboard yang terdengar, Ayla mengingat kembali mimpi-mimpinya yang terkubur, berharap suatu saat semuanya akan berubah.

Ayla adalah seorang penulis novel online yang sukses, karya-karyanya selalu dinantikan oleh ribuan penggemar setianya. Namun, di balik kesuksesan tersebut, terpendam rasa kesepian yang terus menghantui setiap langkahnya. Setelah menikahi Raka, segalanya berubah drastis. Suaminya yang dingin dan sibuk dengan urusan bisnis hampir selalu menghilang dari rumah, meninggalkannya sendirian, berteman dengan imajinasi dan karakter-karakter yang ia ciptakan.

Suara bel pintu tiba-tiba mengagetkannya, memecah keheningan yang menyelimuti rumah. Dengan langkah pelan, ia bangkit dari kursinya dan menuju pintu depan. Seorang kurir berdiri di sana, membawa paket berisi buku-buku yang dipesannya untuk riset novelnya. Dengan senyuman, Ayla berterima kasih dan kembali ke ruang kerjanya, membawa paket itu sambil merasakan campur aduk di hatinya.

Setibanya di ruang kerja, Ayla membuka paket tersebut dengan penuh harapan. Ia menyusun buku-buku di rak, berharap riset ini dapat membantunya mengisi kekosongan yang dirasakannya. Namun, kenyataannya, setiap halaman yang ia baca justru semakin mempertegas betapa sepinya hidupnya di rumah besar ini.

Malam makin larut, dan suaminya, Raka Wasena Aditya masih belum juga pulang. Ayla menyantap makan malam sendirian di meja besar yang seharusnya dipenuhi tawa dan cerita. Kenangan indah itu kini hanya bayang-bayang yang menghantui setiap suapan. Setelah selesai, ia kembali ke ruang kerjanya, melanjutkan menulis dengan harapan baru yang selalu ia bawa. Dalam kesendirian malam, dengan hanya ditemani suara ketikan keyboard dan imajinasi yang mengalir, Ayla menemukan pelarian dari rasa sepinya.

Di dalam novelnya, Ayla menuliskan kisah tentang seorang suami yang dingin terhadap istrinya, gambaran nyata dari kehidupan pernikahannya. Karakter suami dalam tulisannya adalah sosok yang kuat dan terpandang, tetapi menyimpan luka yang mendalam. Sementara itu, karakter istri adalah wanita penuh cinta dan harapan, yang terus berjuang untuk mencairkan hati suaminya. Melalui tulisan-tulisannya, Ayla berusaha mengekspresikan perasaannya yang terdalam, berharap suatu saat Raka akan membaca dan memahami besarnya cinta yang ia tawarkan.

Malam semakin larut, dan Ayla masih terbenam dalam dunia fiksinya. Tiba-tiba, suara pintu depan yang terbuka dengan keras mengagetkannya. Dengan cepat, ia menyadari bahwa Raka telah pulang. Ayla bangkit dari kursinya, menunggu dengan harapan bahwa malam ini akan berbeda.

Raka masuk dengan langkah goyah, wajahnya tampak kusut dan berbau alkohol. Matanya merah, pandangannya kosong, dan Ayla merasakan hati kecilnya teriris melihat suaminya dalam keadaan seperti itu. Ia berusaha menyapa Raka dengan lembut, berharap dapat meredakan beban yang mungkin ia rasakan.

“Raka, kamu sudah pulang,” ucap Ayla, suaranya penuh harap meskipun hatinya berdebar.

Raka hanya mengangguk, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia melangkah melewati Ayla tanpa menatapnya, menuju kamarnya yang terpisah. Ayla hanya bisa berdiri di sana, menyaksikan punggung suaminya yang semakin menjauh. Ia ingin sekali mendekati Raka, memeluknya, dan meyakinkannya bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja. Namun, ia tahu betul bahwa Raka tidak akan menerima itu.

Raka memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Ayla merasakan air mata menggenang di matanya, berusaha menahan perasaannya. Dia kembali ke ruang kerjanya dengan langkah berat, mencoba menenangkan diri. Dalam hati, ia berharap suatu hari nanti Raka akan membuka hatinya dan melihat cinta yang tulus ia tawarkan.

Dengan resah, Ayla duduk kembali di depan laptopnya, mencoba melanjutkan tulisan. Namun, pikirannya terus melayang kepada Raka. Dia kembali menulis tentang karakter suami dalam novelnya yang dingin dan penuh luka, mencerminkan perasaannya terhadap Raka. Melalui tulisan-tulisannya, Ayla berusaha mengekspresikan kerinduan dan harapan, berharap bahwa suatu saat, Raka akan menyadari betapa besar cinta yang ia miliki untuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status