Orang cacat memang ditakdirkan untuk tidak dicintai. Reina Andara terlahir dengan bawaan gangguan pendengaran sehingga ibu kandungnya tidak menyayanginya. Setelah menikah, dia dihina dan direndahkan oleh keluarga suaminya yang kaya raya juga orang-orang di sekitarnya. Suatu hari, cinta pertama suami Reina kembali dan mengumumkan ke seluruh dunia bahwa dia akan merebut semua miliknya kembali. Wanita itu bahkan berdiri angkuh di depan Reina untuk memamerkan kekuatannya seraya berkata, "Kamu nggak pernah merasa dicintai 'kan selama ini? Apa Max pernah bilang dia mencintaimu? Haha, padahal waktu denganku setiap hari dia bilang dia mencintaiku." Saat itulah Reina baru tersadar bahwa dia sudah salah. Harusnya dia tidak menikah dengan seseorang yang memang sedari awal tidak mencintainya. Reina memutuskan untuk melepaskan dan memberikan kebebasan pada Maxime Sunandar, suaminya. "Kita cerai saja, maaf aku sudah membuang waktumu selama ini." Namun, Maxime menolaknya. "Mau cerai? Langkahi dulu mayatku."
Lihat lebih banyakAlana menganga saat melihat orang yang turun adalah Reina.Ada apa ini?Kenapa tiba-tiba Nana jadi suka gaya orang kaya? Mereka 'kan cuma mau makan, mengobrol dan belanja? Kenapa bawa begitu banyak orang?Reina juga memperhatikan tatapan aneh di sekelilingnya. Dia turun dari mobil dengan rasa malu, berharap bisa bersembunyi di suatu tempat.Reina buru-buru masuk ke restoran.Karena para pengawal masih mau mengikuti, Reina pun berbisik, "Nggak apa-apa, kalian tunggu aku di luar."Pengawal menatap Reina dengan tatapan khawatir."Nggak bisa, Bu Liane pesan kami harus bersiap siaga dalam radius 10 meter."Reina terdiam.Dia tidak punya pilihan selain masuk dengan sekelompok pengawal.Untungnya, tidak ada seorang pun di restoran saat ini.Bos restoran menatap mereka, langsung berjalan mendekat dan bertanya dengan hati-hati, "Ah, anu ... Apa aku melakukan kesalahan?"Reina bingung.Dia melihat sekeliling , lalu menjawab, "Menurutku tempat ini cukup bagus. Lingkungannya tenang dan dekorasinya
"Ibu jangan ngomong sembarangan." Reina jadi khawatir.Reina baru bertemu dengan ibu kandungnya, tentu dia tidak ingin mendengar ucapan kesialan seperti itu.Liane awalnya ingin memberi tahu Reina tentang kondisi fisiknya saat ini, tapi melihat kecemasan Reina, Liane pun mengurungkan niatnya."Oke, Ibu nggak cerita lagi. Kamu cepat istirahat gih. Beberapa hari ini kamu ajak anak-anakmu main ya, kalian harus bersenang-senang.""Ya." Reina mengangguk, lalu mengantar Liane keluar kamar.Liane berjalan keluar dan kembali ke kediamannya.Sekretaris sudah menyiapkan obat untuknya."Bu Liane, Anda sudah memberi tahu Nona?"Liane menggeleng dan meminum obatnya. Pahit sekali."Belum."Liane menatap ke dalam kegelapan malam, "Aku benar-benar nggak bisa ngomong."Meski hanya beberapa kata sederhana, entah mengapa kata-kata itu tidak bisa terlontar dari mulutnya."Oke." Sekretaris Liane menghela napas dan menatapnya dengan prihatin, "Tetapi masalah ini tetap harus dibicarakan, lebih cepat lebih ba
"Ayahmu ... dia sebenarnya pria biasa. Tapi ..." Liane terpikir sesuatu dan tersenyum, "Tapi dia ganteng banget, kalau nggak, aku mau sama dia."Reina mengangguk.Liane menghela napas, "Sebenarnya, aku nggak tahu harus mulai dari mana cerita tentang dia. Dia dari keluarga biasa.""Tapi dia pekerja keras dan membuat namanya terkenal di ibu kota sendirian.""Kami bertemu di sebuah pesta bisnis dan entah gimana akhirnya kami pacaran.""Lalu kami menikah dan melahirkanmu."Liane menceritakan masa lalu."Waktu itu Keluarga Yinandar belum stabil, aku punya kakak laki-laki yang diadopsi oleh kakek dan nenekmu. Waktu dia tahu aku menikah dan hamil, dia takut kami akan bersaing dengannya memperebutkan harta Keluarga Yinandar, jadi diam-diam dia menyerang kami.""Dia yang membuangmu ke panti asuhan. Lebih tepatnya, dia mau membunuhmu, untung anak buahnya nggak tega dan melepaskanmu.""Setelah melahirkan, kondisiku sangat lemah. Aku bahkan hampir mati terbakar gara-gara dia.""Ayahmu yang menyela
Alana bukannya tidak peduli dengan kesehatannya, ini semua karena dia hamil muda dan hanya sedikit makanan yang bisa dia telan. Kalau Alana paksa, dia bisa muntah.Hari ini kebetulan nafsu makannya bagus, Alana pun makan dengan lahap.Kata dokter, dengan kondisinya saat ini, dia boleh makan apa pun yang dia bisa makan, yang terpenting adalah tidak kelaparan.Sesampainya di hotel, Alana masih ingin makan camilan saat tiba-tiba perutnya terasa mual.Alana tidak bisa menahan diri dan langsung berlari ke kamar mandi untuk muntah.Jovan langsung mengikuti dan membawakan tisu serta air hangat untuknya."Kamu sakit perut? Ayo kita ke rumah sakit."Alana yang tahu kenapa dia muntah pun melambaikan tangannya berulang kali, "Nggak, aku nggak mau ke rumah sakit.""Kenapa kamu bandel ya? Sudah sebesar ini masih jajan makanan nggak sehat. Disuruh ke rumah sakit, juga nggak mau."Jovan yang mengkhawatirkan Alana pun menggerutu."Alana belum pernah merasa Jovan begitu menyebalkan dan membuatnya marah
"Kamu aja nggak pulang, ngapain aku pulang? Kalau kamu kerja di sini selama setahun, ya aku juga akan kerja di sini. Kita akan balik bareng tahun depan." Jovan memutuskan.Alana tercengang dan langsung berkata, "Sebagian besar bisnis Keluarga Tambolo 'kan ada di Kota Simaliki, bukannya kamu malah bikin kacau kalau ada di sini? Lagian Kakek sudah tua lho, harus ada yang jagain. Mendingan kamu pulang deh."Jovan menatap Alana dengan tajam, mencoba membaca pikiran istrinya ini."Alana, kenapa aku ngerasa kamu ngusir aku dari sini? Kenapa?"Alana tercekat.Jovan terus bicara, "Bukannya enak kalau aku di sini? Kita 'kan bisa saling jaga satu sama lain?"Alana tidak tahu bagaimana harus menjawab.Alana memalingkan wajah dan mengepalkan tangannya."Pokoknya, aku mau tinggal di sini sendirian. Kamu pulang saja. Aku nggak mau sama kamu."Ucapan Alana menusuk hati Jovan seperti jarum.Jovan tiba-tiba merasa ruangan itu terasa pengap.Jovan mengesampingkan semuanya dan bertanya dengan nada menggo
Di kamar tidur besar, terdapat sebuah kasur seperti zaman kerajaan.Mungkin lebih tepatnya bukan kasur, tapi kamar.Reina dengar, konon ceritanya wanita zaman dulu bisa seharian berdiam diri di kasur. Reina sampai bingung kenapa mereka diam di kasur.Sekarang setelah dia melihat kasur yang disiapkan oleh kakek dan neneknya, Reina baru tahu alasannya. Karena kasur ini sudah dilengkapi dengan meja rias, wastafel dan perkakas lainnya. Pantas saja para wanita kaya raya zaman dulu betah tinggal seharian di kasur.Katanya tempat tidur seperti ini harus disiapkan sebelum anak lahir.Setidaknya butuh waktu lima tahun untuk membuatnya.Harganya sudah pasti tidak ternilai.Reina masuk dan berbaring di kasurnya.Reina pun berandai-andai. Kalau dulu tidak terjadi kecelakaan, kalau dulu dia tidak dimasukkan ke panti asuhan, bukankah dia bisa menikmati kasih sayang keluarga yang begitu hangat ini?Sayang, di dunia ini tidak ada kata 'kalau'.Reina tersadar. Sekarang dia merasa beruntung karena akhir
"Ini Riko dan Riki?" Mata nenek Reina berbinar saat menatap si kembar.Riko dan Riki menyapa dengan sopan, "Nenek buyut, Kakek buyut.""Ya! Sini ke Nenek dan Kakek, ayo kita masuk dulu."Nenek Reina makin bahagia saat mendengar cicitnya memanggilnya.Wajah Kakek Reina juga terlihat penuh kegembiraan. Awalnya mereka pikir Keluarga Yinandar tidak akan punya penerus, tapi sekarang mereka tidak perlu khawatir sama sekali.Saat berjalan masuk, mereka pun bertanya, "Dua cicitku lagi mana?"Liane menjawab, "Mereka masih terlalu kecil. Aku takut mereka nggak bisa menyesuaikan diri dengan tempat asing, jadi nggak aku ajak. Lain kali aja ya."Kedua orangtua Liane melambaikan tangannya berulang kali, "Nggak apa-apa. Lain kali kami yang akan datang ke Kota Simaliki buat ketemu mereka.""Hah?" Liane tercengang.Awalnya Liane mau melarang karena usia kedua orangtuanya sudah tua, tapi sebelum sempat menyahut, Naria menyela.Naria menatap Liane dan berbisik. "Kak, mereka lagi senang, jangan membuat me
Di rumah Keluarga Tambolo.Setelah Tuan Besar Jacob tahu Riko akan pergi ke rumah nenek Reina, dia menyuruh orang menyiapkan segala sesuatunya."Riko, sampai di sana ingat ya buat telepon Kakek. Kalau nggak, Kakek kangen nanti."Riko mengangguk dengan patuh, "Jangan khawatir, Kakek buyut."Tuan Besar Jacob menatap Riko dengan tatapan tidak rela.Keesokan harinya, dia sendiri yang mengantar Riko ke bandara.Di dalam bandara.Liane, Reina dan Riki semuanya sudah datang.Tuan Besar Jacob juga bicara dengan Liane, baru setelah itu dia pulang.Liane menatap punggung Tuan Besar Jacob itu dan menghela napas, "Tuan Besar Jacob sayang banget ya sama Riko.""Ya."Tuan Besar Jacob sangat baik pada Riko, sama seperti cicitnya sendiri. Sekarang Riko sampai punya banyak aset Keluarga Tambolo."Di usia setua ini, dia pasti sangat ingin punya cicit sendiri," ucap Liane.Dulu sebelum menemukan Reina, Liane juga merasa sangat iri ketika melihat orang lain seusianya sudah punya cucu.Terkadang, dia sampa
Maxime langsung menolak permintaan Marshanda.Tapi Marshanda menolak, "Maxime, cuma ini permintaanku. Aku nggak mau yang lain."Maxime terkekeh."Harusnya kamu tahu meski kita pacaran, kamu nggak akan dapat apa-apa. Aku sama sekali nggak suka sama kamu dan kamu nggak mungkin bisa jadi istriku."Maxime menjelaskan semuanya dengan jelas.Maxime pikir Marshanda akan menyerah, tapi tiba-tiba dia berkata, "Nggak masalah, aku nggak mau apa pun. Aku cuma mau jadi pacarmu selama satu tahun.""Maksudmu, kamu cuma mau status?" tanya Maxime.Marshanda mengangguk sungguh-sungguh.Maxime pun menyetujuinya.Begitu Maxime setuju, orang pertama yang Marshanda beri tahu adalah Reina.Dia tahu Reina menyukai Maxime."Nana, kamu tahu nggak? Maxime ngaku dia suka sama aku, jadi sekarang kami pacaran, senang banget deh! Kamu ikut senang, 'kan?"Sampai saat ini, Marshanda masih ingat wajah pucat Reina hari itu.Itu adalah pertama dan satu-satunya saat di mana Marshanda bisa mengalahkan Reina dan mendapat se
Hujan turun dengan deras di hari ziarah makam.Saat ini, di pintu masuk rumah sakit.Reina yang bertubuh kurus sedang memegang laporan tes kehamilan dari rumah sakit, di kertas itu tertera sebuah kata yang tercetak tebal."Negatif.""Sudah tiga tahun menikah belum hamil juga?""Astaga, bisa-bisanya ada wanita yang begitu nggak berguna seperti kamu. Kalau nggak cepat hamil, kamu pasti akan didepak keluar dari Keluarga Sunandar, lalu bagaimana dengan Keluarga Andara?"Treya Libera yang berpakaian anggun mengentakkan sepatu hak tingginya. Dia menunjuk Reina dan terlihat sangat kecewa.Reina menatap kosong, begitu banyak kalimat yang ingin dia ungkapkan, tetapi pada akhirnya hanya terucap sebuah kata."Maaf.""Aku nggak butuh maaf. Aku mau kamu hamil anak Maxime, ngerti?"Reina tercekat, tidak tahu harus menjawab apa.Reina dan Maxime sudah menikah selama tiga tahun, tetapi Maxime tidak pernah sekalipun menyentuhnya.Mana mungkin dia bisa hamil?Treya kembali melirik Reina yang terlihat le
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen