Share

Bab 3

Penulis: Kacang Merah
Suara Reina begitu tenang dan ringan.

Seolah perceraian ini hanya hal sepele.

Pupil mata Maxime menegang.

"Apa katamu?"

Selama pernikahan mereka, seketerlaluan apa pun perlakuan Maxime padanya, Reina tidak pernah menyebut kata 'cerai'.

Sebenarnya Maxime paham betul betapa Reina sangat mencintainya.

Tatapan Reina yang awalnya kosong saat ini berubah menjadi sangat tajam.

"Pak Maxime, selama ini aku sudah menjadi penghalangmu."

"Kita cerai saja."

Maxime meremas tinjunya kuat-kuat.

"Kamu dengar pembicaraanku barusan, 'kan? Keluarga Andara sudah berada di ujung jurang, apa bedanya menikah denganku atau menikah dengan orang lain?"

"Apa tujuanmu bercerai? Kamu mau anak atau mau uang? Atau mau mengancamku supaya aku nggak melakukan apa pun pada Keluarga Andara?" Maxime bertanya dengan dingin.

"Jangan lupa, aku sama sekali nggak mencintaimu, ancamanmu nggak berguna untukku!"

Sosok Maxime di mata Reina tiba-tiba menjadi kabur. Reina merasa tenggorokannya tercekat dan telinganya sakit. Bahkan dengan alat bantu dengar, dia tidak bisa mendengar dengan jelas perkataan Maxime selanjutnya.

Jadi, Reina hanya bisa menjawab pertanyaan Maxime, "Aku nggak mau apa-apa."

Takut Maxime menyadari ada yang janggal, Reina pun buru-buru meninggalkan ruang kerja.

Maxime menatap punggung Reina, entah kenapa dia belum pernah sekesal ini.

Dia tidak pernah mengendalikan emosinya demi orang lain, jadi dia langsung membalikkan meja di depannya.

Sup yang dimasak Reina pun tumpah ....

...

Reina kembali ke kamar dan menegak banyak obat.

Dia menyentuh telinganya dan mendapati jarinya terlumuri darah segar.

Mungkin karena efek obat, saat matahari baru saja terbit di ufuk timur, pendengaran Reina sudah pulih.

Reina melamun sambil memandangi sinar matahari yang menembus dari celah jendelanya.

"Hujan sudah berhenti."

Hari ini, Maxime tidak pergi ke mana-mana.

Sedari pagi dia hanya duduk di sofa dan menunggu Reina yang menyesal datang minta maaf padanya.

Selama tiga tahun pernikahan, ada kalanya amarah Reina meledak.

Namun, setiap kali setelah selesai marah dan meluapkannya dalam tangisan, tidak berapa lama Reina pasti akan datang minta maaf.

Maxime pikir kali ini pasti sama saja.

Maxime melihat Reina yang bersiap pergi setelah selesai mandi. Seperti biasa wanita itu mengenakan pakaian berwarna gelap, tetapi kali ini sambil menyeret koper dan ada sebuah dokumen di tangannya.

Ketika Reina menyerahkan dokumen itu pada Maxime, barulah dia menyadari kalau itu adalah dokumen persetujuan perceraian.

"Max, telepon aku kalau sudah ada waktu."

Reina mengucapkan kalimat ini dengan santai dan tanpa ekspresi apa pun, lalu keluar dari rumah sambil menyeret kopernya.

Setelah hujan berlalu, cuaca begitu cerah.

Seketika, Reina merasa seperti terlahir kembali.

Maxime hanya berdiri mematung sambil meremas dokumen perceraian itu.

Setelah beberapa lama, barulah Maxime tersadar dari lamunannya.

Hari ini adalah hari terakhir perayaan hari ziarah makam.

Di hari seperti ini tahun-tahun sebelumnya, Maxime biasanya membawa Reina pulang ke kediaman utama untuk berdoa untuk para leluhur.

Tentu semua kerabat Keluarga Sunandar memperlakukan Reina dengan berbeda.

Hari ini, Maxime sendirian.

Maxime sangat gembira.

Di kediaman utama.

Joanna Debrista, ibu Maxime, juga kerabat lain bingung saat melihat Maxime datang sendirian.

Biasanya di saat seperti ini, Reina sebagai cucu menantu tertua akan datang paling awal dan pulang paling terakhir untuk mengambil hati kerabat lainnya.

Apa hari ini dia tidak datang?

Joanna mengernyit dan bertanya pada putranya, "Max, mana Reina?"

Tatapan Maxime menjadi dingin saat mendengar pertanyaan ini.

"Dia minta cerai, lalu kabur dari rumah."

Semua orang tercengang dan suasana sontak menjadi sunyi. Tidak ada yang memercayainya.

Joanna juga sangat terkejut.

Di dunia ini, selain orang tuanya sendiri, tidak ada yang lebih mencintai Maxime selain Reina.

Tujuh tahun lalu, Maxime terluka parah dan Reina-lah yang menyelamatkannya.

Empat tahun lalu, keduanya sudah bertunangan. Suatu hari Maxime pergi ke Kota Debai untuk keperluan bisnis, malangnya terjadi sesuatu masalah.

Semua orang mengatakan Maxime sudah mati, hanya Reina yang tidak mau memercayainya. Tanpa mengucap sepatah kata pun, dia langsung pergi ke Kota Debai.

Di kota yang ada di negara asing itu dia berjuang sendirian mencari Maxime selama tiga hari penuh.

Begitu pula setelah menikah, Reina selalu sangat berhati-hati dalam mengurus urusan rumah tangga dan memperlakukan orang-orang di sekitar Maxime termasuk sekretarisnya dengan baik.

Bagaimana bisa Reina yang seolah tidak bisa hidup tanpa Maxime minta cerai?

Kenapa?

Joanna tidak paham, tetapi dia senang wanita itu sudah melepaskan putranya.

"Mau diusahakan seperti apa pun, wanita sepertinya nggak bisa naik kelas untuk sederajat dengan kita. Baguslah kalau cerai."

"Dia sama sekali nggak pantas untukmu."

Begitu ibu Maxime berkomentar, yang lain pun ikut menimpali.

"Ya, benar itu. Kak Max masih muda dan tampan, apalagi sekarang sedang berada di puncak kejayaan, sayang Reina sudah menjadi penghalang selama ini."

Acara yang harusnya diisi dengan mendoakan para leluhur berubah jadi gosip yang menghina Reina.

Mereka semua membuat sosok Reina seperti orang jahat.

Anehnya, Maxime harusnya ikut merasa senang, 'kan? Namun, kenapa ejekan orang-orang itu membuatnya kesal?

Maxime pun pulang lebih awal.

Langit mulai gelap saat dia sampai di Vila Magenta.

Maxime membuka pintu dan melangkah masuk, dirinya langsung diselimuti oleh kegelapan dan membuatnya sadar bahwa Reina sudah benar-benar pergi.

Maxime melepas sepatunya, lalu melemparkan mantelnya ke mesin cuci.

Entah mengapa hari ini rasanya dia begitu lelah.

Maxime berniat mengambil sebotol anggur dari tempat penyimpanan anggur untuk merayakan kepergian Reina.

Namun, dia baru sadar bahwa tempat itu terkunci dan dia tidak punya kuncinya.

Maxime tidak suka keberadaan ada orang luar, sehingga tidak ada pembantu di vila ini.

Selama ini, Reina-lah yang sudah mengurus semuanya.

Maxime akhirnya hanya bisa kembali ke kamar dan membuka ponselnya. Tidak ada notifikasi lain selain urusan pekerjaan, sudah sehari berlalu dan Reina masih belum menelepon atau mengiriminya pesan.

"Cih! Aku mau lihat sampai berapa lama kamu tahan?"

Maxime membuang asal ponselnya, lalu berjalan menuju dapur.

Dia langsung tercengang begitu membuka kulkas.

Karena ternyata selain makanan, banyak sekali berbagai macam obat tradisional.

Maxime mengambil salah satu bungkus itu dan membaca nama obatnya, "Sehari lima bungkus, ramuan khusus kesuburan."

Obat kesuburan ....

Maxime bisa mencium bau tidak sedap dari obat-obatan itu.

Ah, akhirnya dia tahu dari mana bau tidak sedap tubuh Reina yang tercium olehnya dulu.

Maxime mencibir, seberapa banyak pun Reina minum obat, dia tidak mungkin hamil karena mereka berdua tidak pernah berhubungan intim.

...

Di sisi lain, di sebuah motel kecil di jalan yang gelap.

Reina yang lemah membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat sakit dan lingkungan di sekitarnya sangat sunyi.

Dia tahu kondisinya semakin buruk.

Biasanya, dia tetap bisa mendengar sedikit suara meski tanpa alat bantu dengar.

Reina berdiri dengan meraba-raba, mengambil obat dari meja di samping tempat tidur dan menjejalkannya ke dalam mulut dengan paksa. Rasa obat itu sangat pahit dan sepat.

Kemarin, Reina pergi dari Vila Magenta yang sudah ditinggalinya selama tiga tahun.

Dia pulang ke rumah orang tuanya.

Namun, baru saja sampai di depan pintu, dia mendengar ibu dan adiknya, Diego Andara sedang berdiskusi akan menikahkannya dengan kakek tua berusia 80-an tahun setelah Keluarga Sunandar mendepaknya ....

Reina memandang pintu dengan tatapan kosong, dia sadar sekarang dia sudah tidak punya rumah.

Meski belum makan apa pun selama dua hari, Reina tidak merasa lapar.

Hanya saja dunianya terasa begitu hening, begitu sunyi.

Sepertinya tahun ini Kota Simaliki lebih sering diguyur hujan dibanding tahun-tahun kemarin.

Reina memandangi para pejalan kaki yang bergegas mencari tempat berteduh di luar sana, kebanyakan mereka bersama orang lain, baik berdua atau bertiga, hanya Reina yang sendirian.

Reina yang sudah tidak tahan lagi pun membeli tiket ke luar kota, dia pergi ke sebuah desa untuk mendatangi orang yang sudah mengasuhnya dari kecil, Lyann Kintara.

Reina sampai di tempat tujuan sekitar jam sembilan malam.

Waktu Lyann melihat Reina, wajah ramahnya terlihat sangat terkejut.

"Nana ...."

Melihat dirinya disambut dengan senyum ramah Lyann, hidung Reina terasa masam. Dia mengulurkan tangan untuk memeluknya, "Bu Lyann ..."

Karena alasan kesehatan, Lyann tidak pernah menikah dan tentunya tidak punya anak kandung.

Bagi Reina, Lyann sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

Malamnya. Reina bersandar di pelukan Lyann, seolah kembali ke masa kecilnya dulu.

Lyann memeluknya dan menyadari tubuh Reina sangat kurus, bahkan sudah seperti tulang yang terbungkus kulit.

Tangan Lyann yang ada di punggung kurus Reina tidak bisa berhenti gemetar. Dia berusaha menenangkan Reina. Dia bertanya dengan hati-hati, "Nana, apakah Max memperlakukanmu dengan baik?"

Reina tercekat waktu mendengar nama Maxime, awalnya dia ingin membohongi Lyann dan mengatakan semuanya baik-baik saja ....

Namun, dia tahu Lyann bukan wanita bodoh.

Kini setelah Reina memutuskan untuk pergi, dia tidak ingin lagi membohongi dirinya sendiri atau orang lain yang mencintainya.

"Wanita yang dia cintai sudah kembali. Aku akan melepaskannya dan menceraikannya."

Lyann tertegun tidak percaya.

Bukan hanya sekali Reina mengatakan padanya kalau dia ingin menghabisi hari tua bersama Maxime.

Lyann tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya dia hanya menghibur Reina dengan mengatakan bahwa ada begitu banyak orang di dunia ini, pasti ada seseorang yang akan mencintainya dengan tulus.

Reina mengangguk dalam diam, dengungan di telinganya menutupi suara Lyann yang menenangkan.

Jarang sekali Reina bisa tidur nyenyak, tetapi malam itu dia terbangun dan sangat terkejut waktu melihat noda darah di seprai bermotif bunga kasurnya.

Reina menyentuh telinga kanannya dan merasa ada sesuatu yang lengket.

Reina membuka jarinya dan melihat ada noda darah ....

Komen (13)
goodnovel comment avatar
amat adnan
Sad bnget tetap semangat
goodnovel comment avatar
Bayuanggara Anggara
bagus banget
goodnovel comment avatar
Mur Yati
ceritanya benar " menyentuh hati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 4

    Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.Suara Lyann pun terdengar dari u

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 5

    Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini .......Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina."Nggak."Maxime menjawab dengan dingin.Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?""Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke man

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2285

    "Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2284

    Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2283

    Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2282

    Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2281

    Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2280

    Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2279

    Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2278

    Tommy benar-benar tidak bisa berkata-kata.Dia berpikir bahwa mereka tidak akan mengabaikannya selamanya. Selama dia memberi mereka sesuatu, mereka akan menjadi pengikutnya lagi.Namun, hal itu memang menyenangkan untuk dibayangkan, tetapi kenyataan tidak seperti itu.Tommy sekali lagi menyuruh orangnya membeli barang untuk menyenangkan mereka, tetapi mereka mengabaikannya."Nggak usah repot-repot, kami nggak bisa disogok sama beginian."Selama beberapa waktu ini, semua anak menyadari orang seperti apa Tommy. Dia hanya akan menindas yang lemah.Sepanjang hari, tidak ada satu pun anak yang mau diajak bicara olehnya.Tommy bertanya-tanya, apakah dia benar-benar salah?Sebelum kelas terakhir, Tommy dipanggil oleh Rina.Murid-murid lain yang berada di kelas menjadi sedikit bingung."Kenapa dia dipanggil keluar?""Mana aku tahu. Mungkin dia mau dikeluarkan.""Harusnya nggak mungkin. Keluarganya kaya dan berkuasa ...."Semua orang berbicara satu sama lain.Tommy sendiri tidak tahu apa yang s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2277

    Mengapa Melisha harus membawa anak sekecil Tommy ke luar negeri?Barusan, mendengar kata-kata Tommy, sepertinya Tuan Aarav dan Tuan Rendy tidak mengetahui berita ini.Sopir itu mengeluarkan ponselnya dan diam-diam mengirim pesan ke Aarav.Melisha tidak tahu bahwa sopir tersebut telah dibayar oleh Aarav sejak bertahun-tahun yang lalu.Setiap kali ada sesuatu yang salah dengan Melisha, sopir akan memberi tahu Aarav dan hal yang sama juga terjadi kali ini."Ayo masuk ke mobil dulu dan kita pulang." Melisha berkompromi dengan putranya.Tommy kemudian masuk ke dalam mobil. "Mama, aku nggak mau pulang. Aku mau ke sekolah dan belajar lagi."Dia sebenarnya masih ingin bermain dengan anak-anak lain.Setelah apa yang barusan terjadi, Melisha hanya bisa menuruti perkataannya dan mengantarnya kembali ke sekolah.Di dalam sekolah.Semua orang mengira Tommy tidak akan kembali.Alfian berkata, "Sekarang Tommy akhirnya mendapatkan ganjaran karena jadi orang jahat. Dia menyebalkan, aku harap dia nggak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status