Share

Bab 6

Author: Kacang Merah
Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.

Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.

Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.

Di luar, langit sudah mulai terang.

Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.

"Plak!"

Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.

Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.

Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"

Maxime pun pergi.

Adegan semalam terus berputar di benaknya.

Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."

Ekki bingung.

Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?

...

Di motel, setelah Maxime pergi.

Reina mandi dan menggosok dirinya berulang kali.

Mendekati perceraian mereka baru melakukan hubungan suami istri? Benar-benar konyol dan juga ... miris ....

Jam 9 pagi, Revin datang membawa sarapan tetapi tidak menyadari ada yang aneh dari Reina.

"Ah, semalam aku lupa kasih tahu. Kebetulan aku punya apartemen kosong, bagaimana kalau kamu tinggal di sana?"

"Nggak aman seorang gadis sepertimu tinggal di motel sendirian."

Reina menggeleng dan menolak.

Balas budi adalah hal yang paling sulit dilakukan, Reina tidak ingin utang budi pada orang lain.

Revin sudah menduga Reina akan menolaknya, dia pun membujuk, "Sudah, nggak apa-apa, kamu tinggal saja di sana. Lagian, aku akan menagih biaya sewa."

"Tapi paling aku hanya akan tinggal selama sebulan."

"Nggak masalah, lebih baik daripada kamar itu kosong sebulan."

Sebenarnya Revin tidak paham kenapa Reina bilang dia hanya akan tinggal selama sebulan, karena baginya waktu mereka bersama masih sangat panjang.

Revin mengantar Reina ke sana.

Reina hanya membawa sebuah koper, tidak ada barang lain.

Setelah masuk ke mobil, Revin mengobrol dengan Reina tentang masa kecil mereka, lalu Revin menceritakan seperti apa hidupnya setelah mereka berpisah.

Revin pergi ke luar negeri setelah lulus SMA dan bekerja keras untuk membiayai pendidikannya di luar negeri. Di umur 20 tahun, dia berhasil mendirikan perusahaan sendiri dan sekarang dia bisa dibilang sudah jadi seorang bos.

Reina kagum mendengar pencapaian Revin yang luar biasa, lalu berkaca pada dirinya sendiri.

Setelah lulus, dia menikah dengan Maxime dan menjadi seorang ibu rumah tangga.

Reina menatap Revin dengan kagum, "Kamu hebat banget."

"Kamu juga hebat! Setelah kamu pergi dari kampung, aku masih mencari berita tentangmu. Kamu pernah masuk berita karena meraih juara satu sebagai pianis muda, 'kan? Waktu itu kamu adalah idolaku ...."

Revin tidak memberi tahu Reina.

Di awal ceritanya mengadu nasib di luar negeri, sebenarnya hidup Revin sangat susah, dia banyak belajar hal buruk bahkan sampai ingin menyerah terhadap diri sendiri.

Sampai suatu hari, dia melihat sosok Reina di berita internasional. Waktu itu Reina terlihat seperti cahaya yang mendorong Revin untuk bangkit dan kembali berjuang.

Revin memuji kehebatan Reina dan Reina mendengarkan dengan saksama, karena dia sendiri hampir melupakan masa-masa itu.

Akhirnya mereka sampai.

Sebelum masuk ke dalam, Reina berujar, "Terima kasih ya, bahkan aku hampir lupa seperti apa diriku yang dulu."

Reina tinggal di tempat Revin.

Masih ada belasan hari sebelum tanggal 15 Mei tiba, hari di mana Reina dan Maxime akan resmi bercerai.

Tiba-tiba, dia teringat janjinya pada Treya.

Suatu pagi, Reina pergi membeli guci abu.

Kemudian, dia pergi ke sebuah studio foto. Semua staf studio itu menatap Reina dengan bingung karena dia meminta foto dirinya dicetak hitam putih.

Reina pulang setelah semua urusannya selesai.

Di rumah, Reina melamun sembari menatap ke luar jendela.

Tiba-tiba ponsel Reina berdering.

"Nana, siapa yang menyuruhmu memberiku uang? Aku nggak butuh uang itu, kamu simpan saja untuk nanti, mungkin kamu mau berbisnis atau ada keperluan lain ...."

Selama ini, Reina memang diam-diam sering memberi uang pada Lyann.

Lyann tinggal di kampung sehingga tidak butuh banyak uang, jadi selama ini dia selalu menyimpan uang pemberian Reina.

Air mata mulai membasahi wajah kuyu Reina saat dia mendengar omelan Lyann yang sangat menyayanginya.

"Bu Lyann, apa Ibu mau menjemputku sama seperti waktu kecil dulu?"

Lyann bingung.

Reina melanjutkan, "Tanggal 15 nanti, aku mau Bu Lyann menjemputku pulang ke rumah kita."

Lyann tidak mengerti, ada apa dengan tanggal 15?

"Oke, Ibu jemput kamu ya tanggal 15 nanti."

Belakangan ini pihak rumah sakit sering mengiriminya pesan dan memintanya melakukan pemeriksaan kesehatan, tetapi semua ini ditolak dengan sopan oleh Reina.

Bagaimanapun, dia sudah memutuskan untuk pergi dari dunia ini, tidak ada gunanya membuang uang untuk pengobatan.

Reina membuka buku tabungannya dan melihat masih ada uang dua ratusan juta, Reina berencana memberikan uang ini pada Lyann untuk biaya masa tuanya.

Dalam beberapa hari terakhir, Kota Simaliki terus diguyur hujan.

Revin sering mengunjunginya dan selalu mendapati Reina sedang duduk melamun sendirian di teras.

Revin juga menyadari pendengaran Reina semakin memburuk karena meski Revin sudah berkali-kali mengetuk pintu, Reina tetap tidak mendengarnya.

Di sisi lain, di Grup Sunandar.

Setelah selesai bekerja, Maxime terbiasa melirik ponselnya untuk melihat apa ada pesan dari Reina atau tidak. Setiap kali mendapati tidak ada pesan dari Reina, tatapan Maxime sontak berubah menjadi suram.

Saat ini, Ekki masuk ke ruangannya.

"Pak Maxime, kami sudah tahu siapa pria itu. Namanya Revin, dia adalah teman masa kecil Reina."

Apa yang Maxime ketahui sama dengan berita yang beredar. Itu adalah teman masa kecil Reina, Revin Lander.

Ekki melaporkan, Revin adalah pria yang Reina kenal sewaktu di kampung dulu.

Artinya, Reina mengenal Revin lebih dulu dibanding mengenal Maxime.

Maxime mengernyit kesal begitu mengingat pria bermata genit itu.

"Pak Maxime, Pak Jovan masih menunggumu di luar."

Maxime menjawab, "Bilang padanya hari ini aku masih ada kerjaan."

Ekki terkejut.

Beberapa hari belakangan, Pak Maxime selalu pergi bersenang-senang dengan para anak orang kaya itu setelah selesai bekerja, ada apa hari ini? Tumben?

Maxime turun ke bawah dengan lift khusus untuknya dan naik ke mobilnya di garasi, kemudian melajukan mobilnya ke motel tempat Reina menginap.

Namun, sesampainya di sana, Maxime baru tahu kalau Reina sudah pindah beberapa hari yang lalu.

Seketika, Maxime merasa kesal. Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Reina.

Baru saja Maxime memutuskan akan meneleponnya, masuklah telepon dari Marshanda.

"Ada apa?"

"Max, kata Ibu Reina, Reina sedang bersiap menikah."

Maxime tercekat.

Marshanda pergi menemui ibu dan adik Reina.

Dari keduanya-lah Marshanda tahu bahwa Reina akan menikahi seorang kakek tua demi uang 600 miliar.

Melihat Maxime hanya diam saja, Marshanda kembali mengompori.

"Kata ibunya, Reina yang minta mahar sebesar 600 miliar. Nggak kusangka ternyata dia seperti itu."

"Dia juga bilang karena belum melewati masa tenang, dia nggak enak mengadakan pesta, jadi dia berencana menikah secara sipil dulu."

...

Padahal faktanya, Reina tidak tahu menahu rencana ibu dan adiknya yang sedang mempersiapkan pesta pernikahan untuknya. Reina sendiri tidak menganggap serius pembicaraannya dengan Treya waktu itu.

Hari ini, Reina baru mendapat pesan dari ibunya, "Pak Jeremy sudah menentukan hari pernikahanmu, tanggal 15 bulan ini."

"Masih ada empat hari lagi, siapkan dirimu dengan baik. Kali ini, kamu harus bisa menjaga perasaan Pak Jeremy, ngerti?"

Entah bagaimana Reina harus menjelaskan perasaan yang timbul di hatinya ini.

Tanggal 15 ....

Hari yang penuh kegembiraan ....

Hari di mana dia dan Maxime akan bercerai.

Hari dia dipaksa menikah dengan kakek tua ....

Juga hari di mana dia sudah memutuskan untuk meninggalkan dunia ini ....

Reina takut melupakan semua hal penting ini, jadi dia mencatatnya di buku catatannya.

Setelah selesai mencatat, Reina menulis surat wasiat.

Reina menggenggam pulpennya untuk waktu yang cukup lama, dia tidak tahu mau menulis apa. Akhirnya, dia menulis surat untuk Lyann dan Revin.

Surat itu dia selipkan di bawah bantal.

Tiga hari kemudian.

Hari ini tanggal 14 dan hujan turun dengan sangat deras.

Ponsel Reina yang ada di atas meja terus berdering.

Treya meneleponnya tanpa henti dan menanyakan keberadaannya.

Karena besok Reina akan menikah, Treya menyuruh Reina pulang supaya bisa menyiapkan pernikahan dengan baik.

Reina tidak mengangkat telepon atau membalas pesan Treya. Hari ini dia memakai gaun panjang berwarna merah muda cerah dan merias wajahnya.

Meski pada dasarnya dia sudah cantik, tubuhnya saat ini terlalu kurus dan wajahnya terlalu pucat.

Reina menatap pantulan dirinya yang cantik di cermin, saat ini dia seolah kembali seperti sebelum menikah dengan Maxime.

Setelah itu, Reina naik taksi dan pergi menuju sebuah pemakaman.

Reina turun dari taksi sambil memegang payung, lalu berjalan perlahan menuju batu nisan ayahnya dan meletakkan buket bunga aster putih.

"Ayah."

Angin dingin menderu mengiringi butiran air hujan yang jatuh di atas payung.

"Maaf .... Awalnya aku nggak mau datang ke sini, tapi sekarang aku benar-benar nggak punya tempat tujuan. "

"Aku mengaku, aku itu pengecut dan takut berjalan sendirian. Itu sebabnya aku memutuskan untuk datang ke sini ...."

"Kalau Ayah mau marah, marahi saja aku."

Reina berujar pelan, lalu duduk di samping batu nisan dan memeluk dirinya sendiri.

Dia kembali menyalakan ponselnya dan mendengar pesan suara Treya satu per satu.

"Reina! Kamu pikir kamu bisa kabur dengan bersembunyi?"

"Adikmu sudah mengambil uang itu. Pak Jeremy juga punya mata-mata di mana-mana, kamu pikir dia akan melepaskanmu?"

"Coba kamu pikir, lebih baik menikah baik-baik daripada diseret di hari pernikahanmu sendiri, 'kan?"

"Kamu harus tahu diri, sekarang ini ...."

Reina membaca semua pesan itu dalam hati.

Setelah itu, dia mengetik balasan, "Aku nggak mau pulang. Besok, kalian bisa menjemputku di pinggir barat kota. Kutunggu kalian di depan batu nisan Ayah."

Treya tidak berpikir macam-macam saat membaca pesan Reina, karena sudah mendapat balasan, Treya pun tidak lagi mengganggu Reina.

Reina menikmati saat-saat damai seperti ini.

Dia akan duduk di sini sepanjang hari.

Waktu malam tiba, dia mengeluarkan patung kayu kecil yang diukir ayahnya untuknya ketika dia masih kecil. Reina memegangnya dengan hati-hati, menggunakan tubuhnya untuk melindungi patung itu dari malam yang gelap dan hujan lebat.

Waktu berlalu menit demi menit, sampai akhirnya tepat pukul 12 malam.

Tanggal 15 pun tiba.

Reina menatap langit gelap yang tak berujung, hatinya penuh kepahitan.

Pukul tiga dini hari.

Dengan tangan gemetar, Reina mengeluarkan sebotol obat dari tasnya ....

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Licha Licha
semoga msh lanjut
goodnovel comment avatar
Rangga Putra Arssela
lanjut evisode
goodnovel comment avatar
Nur Rossalina Nova
semoga tidak terjadi apa-apa dengan Reina ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 14

    Reina sangat ketakutan melihat Maxime yang menyerangnya penuh nafsu, dia hanya bisa melindungi perutnya dengan hati-hati.Entah setelah berapa lama barulah Maxime berhenti."Reina, jangan membuatku marah," ujar Maxime dengan napas yang tersengal-sengal.Perkataan Maxime terdengar samar-samar di telinga Reina.Dengan tatapan kosong, dia bertanya, "Bukannya kamu yang bilang nggak akan pernah menyentuhku?""Sekarang apa maksud semua ini?"Reina membenamkan wajahnya di bantal, Maxime tidak menyadari wajahnya yang pucat.Reina menambahkan, "Apa pacarmu tahu perbuatanmu ini? Dia pasti akan sangat marah kalau tahu."Dulu Reina merasa Maxime itu kejam, tetapi ada kalanya penuh kasih sayang.Sekarang, Reina hanya merasa Maxime itu pria jahat.Pacar?Maxime tahu yang Reina maksud adalah Marshanda."Apa kamu pernah memikirkan hal ini waktu bersama Revin?"Mereka saling menyerang.Maxime tidak akan pernah menyalahkan diri sendiri demi seorang wanita, apalagi wanita itu Reina.Maxime mengejek tanpa

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2285

    "Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2284

    Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2283

    Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2282

    Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2281

    Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2280

    Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2279

    Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2278

    Tommy benar-benar tidak bisa berkata-kata.Dia berpikir bahwa mereka tidak akan mengabaikannya selamanya. Selama dia memberi mereka sesuatu, mereka akan menjadi pengikutnya lagi.Namun, hal itu memang menyenangkan untuk dibayangkan, tetapi kenyataan tidak seperti itu.Tommy sekali lagi menyuruh orangnya membeli barang untuk menyenangkan mereka, tetapi mereka mengabaikannya."Nggak usah repot-repot, kami nggak bisa disogok sama beginian."Selama beberapa waktu ini, semua anak menyadari orang seperti apa Tommy. Dia hanya akan menindas yang lemah.Sepanjang hari, tidak ada satu pun anak yang mau diajak bicara olehnya.Tommy bertanya-tanya, apakah dia benar-benar salah?Sebelum kelas terakhir, Tommy dipanggil oleh Rina.Murid-murid lain yang berada di kelas menjadi sedikit bingung."Kenapa dia dipanggil keluar?""Mana aku tahu. Mungkin dia mau dikeluarkan.""Harusnya nggak mungkin. Keluarganya kaya dan berkuasa ...."Semua orang berbicara satu sama lain.Tommy sendiri tidak tahu apa yang s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2277

    Mengapa Melisha harus membawa anak sekecil Tommy ke luar negeri?Barusan, mendengar kata-kata Tommy, sepertinya Tuan Aarav dan Tuan Rendy tidak mengetahui berita ini.Sopir itu mengeluarkan ponselnya dan diam-diam mengirim pesan ke Aarav.Melisha tidak tahu bahwa sopir tersebut telah dibayar oleh Aarav sejak bertahun-tahun yang lalu.Setiap kali ada sesuatu yang salah dengan Melisha, sopir akan memberi tahu Aarav dan hal yang sama juga terjadi kali ini."Ayo masuk ke mobil dulu dan kita pulang." Melisha berkompromi dengan putranya.Tommy kemudian masuk ke dalam mobil. "Mama, aku nggak mau pulang. Aku mau ke sekolah dan belajar lagi."Dia sebenarnya masih ingin bermain dengan anak-anak lain.Setelah apa yang barusan terjadi, Melisha hanya bisa menuruti perkataannya dan mengantarnya kembali ke sekolah.Di dalam sekolah.Semua orang mengira Tommy tidak akan kembali.Alfian berkata, "Sekarang Tommy akhirnya mendapatkan ganjaran karena jadi orang jahat. Dia menyebalkan, aku harap dia nggak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status