Share

Bab 6

Penulis: Kacang Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-28 14:26:03
Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.

Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.

Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.

Di luar, langit sudah mulai terang.

Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya.

"Plak!"

Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.

Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.

Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"

Maxime pun pergi.

Adegan semalam terus berputar di benaknya.

Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."

Ekki bingung.

Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?

...

Di motel, setelah Maxime pergi.

Reina mandi dan menggosok dirinya berulang kali.

Mendekati perceraian mereka baru melakukan hubungan suami istri? Benar-benar konyol dan juga ... miris ....

Jam 9 pagi, Revin datang membawa sarapan tetapi tidak menyadari ada yang aneh dari Reina.

"Ah, semalam aku lupa kasih tahu. Kebetulan aku punya apartemen kosong, bagaimana kalau kamu tinggal di sana?"

"Nggak aman seorang gadis sepertimu tinggal di motel sendirian."

Reina menggeleng dan menolak.

Balas budi adalah hal yang paling sulit dilakukan, Reina tidak ingin utang budi pada orang lain.

Revin sudah menduga Reina akan menolaknya, dia pun membujuk, "Sudah, nggak apa-apa, kamu tinggal saja di sana. Lagian, aku akan menagih biaya sewa."

"Tapi paling aku hanya akan tinggal selama sebulan."

"Nggak masalah, lebih baik daripada kamar itu kosong sebulan."

Sebenarnya Revin tidak paham kenapa Reina bilang dia hanya akan tinggal selama sebulan, karena baginya waktu mereka bersama masih sangat panjang.

Revin mengantar Reina ke sana.

Reina hanya membawa sebuah koper, tidak ada barang lain.

Setelah masuk ke mobil, Revin mengobrol dengan Reina tentang masa kecil mereka, lalu Revin menceritakan seperti apa hidupnya setelah mereka berpisah.

Revin pergi ke luar negeri setelah lulus SMA dan bekerja keras untuk membiayai pendidikannya di luar negeri. Di umur 20 tahun, dia berhasil mendirikan perusahaan sendiri dan sekarang dia bisa dibilang sudah jadi seorang bos.

Reina kagum mendengar pencapaian Revin yang luar biasa, lalu berkaca pada dirinya sendiri.

Setelah lulus, dia menikah dengan Maxime dan menjadi seorang ibu rumah tangga.

Reina menatap Revin dengan kagum, "Kamu hebat banget."

"Kamu juga hebat! Setelah kamu pergi dari kampung, aku masih mencari berita tentangmu. Kamu pernah masuk berita karena meraih juara satu sebagai pianis muda, 'kan? Waktu itu kamu adalah idolaku ...."

Revin tidak memberi tahu Reina.

Di awal ceritanya mengadu nasib di luar negeri, sebenarnya hidup Revin sangat susah, dia banyak belajar hal buruk bahkan sampai ingin menyerah terhadap diri sendiri.

Sampai suatu hari, dia melihat sosok Reina di berita internasional. Waktu itu Reina terlihat seperti cahaya yang mendorong Revin untuk bangkit dan kembali berjuang.

Revin memuji kehebatan Reina dan Reina mendengarkan dengan saksama, karena dia sendiri hampir melupakan masa-masa itu.

Akhirnya mereka sampai.

Sebelum masuk ke dalam, Reina berujar, "Terima kasih ya, bahkan aku hampir lupa seperti apa diriku yang dulu."

Reina tinggal di tempat Revin.

Masih ada belasan hari sebelum tanggal 15 Mei tiba, hari di mana Reina dan Maxime akan resmi bercerai.

Tiba-tiba, dia teringat janjinya pada Treya.

Suatu pagi, Reina pergi membeli guci abu.

Kemudian, dia pergi ke sebuah studio foto. Semua staf studio itu menatap Reina dengan bingung karena dia meminta foto dirinya dicetak hitam putih.

Reina pulang setelah semua urusannya selesai.

Di rumah, Reina melamun sembari menatap ke luar jendela.

Tiba-tiba ponsel Reina berdering.

"Nana, siapa yang menyuruhmu memberiku uang? Aku nggak butuh uang itu, kamu simpan saja untuk nanti, mungkin kamu mau berbisnis atau ada keperluan lain ...."

Selama ini, Reina memang diam-diam sering memberi uang pada Lyann.

Lyann tinggal di kampung sehingga tidak butuh banyak uang, jadi selama ini dia selalu menyimpan uang pemberian Reina.

Air mata mulai membasahi wajah kuyu Reina saat dia mendengar omelan Lyann yang sangat menyayanginya.

"Bu Lyann, apa Ibu mau menjemputku sama seperti waktu kecil dulu?"

Lyann bingung.

Reina melanjutkan, "Tanggal 15 nanti, aku mau Bu Lyann menjemputku pulang ke rumah kita."

Lyann tidak mengerti, ada apa dengan tanggal 15?

"Oke, Ibu jemput kamu ya tanggal 15 nanti."

Belakangan ini pihak rumah sakit sering mengiriminya pesan dan memintanya melakukan pemeriksaan kesehatan, tetapi semua ini ditolak dengan sopan oleh Reina.

Bagaimanapun, dia sudah memutuskan untuk pergi dari dunia ini, tidak ada gunanya membuang uang untuk pengobatan.

Reina membuka buku tabungannya dan melihat masih ada uang dua ratusan juta, Reina berencana memberikan uang ini pada Lyann untuk biaya masa tuanya.

Dalam beberapa hari terakhir, Kota Simaliki terus diguyur hujan.

Revin sering mengunjunginya dan selalu mendapati Reina sedang duduk melamun sendirian di teras.

Revin juga menyadari pendengaran Reina semakin memburuk karena meski Revin sudah berkali-kali mengetuk pintu, Reina tetap tidak mendengarnya.

Di sisi lain, di Grup Sunandar.

Setelah selesai bekerja, Maxime terbiasa melirik ponselnya untuk melihat apa ada pesan dari Reina atau tidak. Setiap kali mendapati tidak ada pesan dari Reina, tatapan Maxime sontak berubah menjadi suram.

Saat ini, Ekki masuk ke ruangannya.

"Pak Maxime, kami sudah tahu siapa pria itu. Namanya Revin, dia adalah teman masa kecil Reina."

Apa yang Maxime ketahui sama dengan berita yang beredar. Itu adalah teman masa kecil Reina, Revin Lander.

Ekki melaporkan, Revin adalah pria yang Reina kenal sewaktu di kampung dulu.

Artinya, Reina mengenal Revin lebih dulu dibanding mengenal Maxime.

Maxime mengernyit kesal begitu mengingat pria bermata genit itu.

"Pak Maxime, Pak Jovan masih menunggumu di luar."

Maxime menjawab, "Bilang padanya hari ini aku masih ada kerjaan."

Ekki terkejut.

Beberapa hari belakangan, Pak Maxime selalu pergi bersenang-senang dengan para anak orang kaya itu setelah selesai bekerja, ada apa hari ini? Tumben?

Maxime turun ke bawah dengan lift khusus untuknya dan naik ke mobilnya di garasi, kemudian melajukan mobilnya ke motel tempat Reina menginap.

Namun, sesampainya di sana, Maxime baru tahu kalau Reina sudah pindah beberapa hari yang lalu.

Seketika, Maxime merasa kesal. Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Reina.

Baru saja Maxime memutuskan akan meneleponnya, masuklah telepon dari Marshanda.

"Ada apa?"

"Max, kata Ibu Reina, Reina sedang bersiap menikah."

Maxime tercekat.

Marshanda pergi menemui ibu dan adik Reina.

Dari keduanya-lah Marshanda tahu bahwa Reina akan menikahi seorang kakek tua demi uang 600 miliar.

Melihat Maxime hanya diam saja, Marshanda kembali mengompori.

"Kata ibunya, Reina yang minta mahar sebesar 600 miliar. Nggak kusangka ternyata dia seperti itu."

"Dia juga bilang karena belum melewati masa tenang, dia nggak enak mengadakan pesta, jadi dia berencana menikah secara sipil dulu."

...

Padahal faktanya, Reina tidak tahu menahu rencana ibu dan adiknya yang sedang mempersiapkan pesta pernikahan untuknya. Reina sendiri tidak menganggap serius pembicaraannya dengan Treya waktu itu.

Hari ini, Reina baru mendapat pesan dari ibunya, "Pak Jeremy sudah menentukan hari pernikahanmu, tanggal 15 bulan ini."

"Masih ada empat hari lagi, siapkan dirimu dengan baik. Kali ini, kamu harus bisa menjaga perasaan Pak Jeremy, ngerti?"

Entah bagaimana Reina harus menjelaskan perasaan yang timbul di hatinya ini.

Tanggal 15 ....

Hari yang penuh kegembiraan ....

Hari di mana dia dan Maxime akan bercerai.

Hari dia dipaksa menikah dengan kakek tua ....

Juga hari di mana dia sudah memutuskan untuk meninggalkan dunia ini ....

Reina takut melupakan semua hal penting ini, jadi dia mencatatnya di buku catatannya.

Setelah selesai mencatat, Reina menulis surat wasiat.

Reina menggenggam pulpennya untuk waktu yang cukup lama, dia tidak tahu mau menulis apa. Akhirnya, dia menulis surat untuk Lyann dan Revin.

Surat itu dia selipkan di bawah bantal.

Tiga hari kemudian.

Hari ini tanggal 14 dan hujan turun dengan sangat deras.

Ponsel Reina yang ada di atas meja terus berdering.

Treya meneleponnya tanpa henti dan menanyakan keberadaannya.

Karena besok Reina akan menikah, Treya menyuruh Reina pulang supaya bisa menyiapkan pernikahan dengan baik.

Reina tidak mengangkat telepon atau membalas pesan Treya. Hari ini dia memakai gaun panjang berwarna merah muda cerah dan merias wajahnya.

Meski pada dasarnya dia sudah cantik, tubuhnya saat ini terlalu kurus dan wajahnya terlalu pucat.

Reina menatap pantulan dirinya yang cantik di cermin, saat ini dia seolah kembali seperti sebelum menikah dengan Maxime.

Setelah itu, Reina naik taksi dan pergi menuju sebuah pemakaman.

Reina turun dari taksi sambil memegang payung, lalu berjalan perlahan menuju batu nisan ayahnya dan meletakkan buket bunga aster putih.

"Ayah."

Angin dingin menderu mengiringi butiran air hujan yang jatuh di atas payung.

"Maaf .... Awalnya aku nggak mau datang ke sini, tapi sekarang aku benar-benar nggak punya tempat tujuan. "

"Aku mengaku, aku itu pengecut dan takut berjalan sendirian. Itu sebabnya aku memutuskan untuk datang ke sini ...."

"Kalau Ayah mau marah, marahi saja aku."

Reina berujar pelan, lalu duduk di samping batu nisan dan memeluk dirinya sendiri.

Dia kembali menyalakan ponselnya dan mendengar pesan suara Treya satu per satu.

"Reina! Kamu pikir kamu bisa kabur dengan bersembunyi?"

"Adikmu sudah mengambil uang itu. Pak Jeremy juga punya mata-mata di mana-mana, kamu pikir dia akan melepaskanmu?"

"Coba kamu pikir, lebih baik menikah baik-baik daripada diseret di hari pernikahanmu sendiri, 'kan?"

"Kamu harus tahu diri, sekarang ini ...."

Reina membaca semua pesan itu dalam hati.

Setelah itu, dia mengetik balasan, "Aku nggak mau pulang. Besok, kalian bisa menjemputku di pinggir barat kota. Kutunggu kalian di depan batu nisan Ayah."

Treya tidak berpikir macam-macam saat membaca pesan Reina, karena sudah mendapat balasan, Treya pun tidak lagi mengganggu Reina.

Reina menikmati saat-saat damai seperti ini.

Dia akan duduk di sini sepanjang hari.

Waktu malam tiba, dia mengeluarkan patung kayu kecil yang diukir ayahnya untuknya ketika dia masih kecil. Reina memegangnya dengan hati-hati, menggunakan tubuhnya untuk melindungi patung itu dari malam yang gelap dan hujan lebat.

Waktu berlalu menit demi menit, sampai akhirnya tepat pukul 12 malam.

Tanggal 15 pun tiba.

Reina menatap langit gelap yang tak berujung, hatinya penuh kepahitan.

Pukul tiga dini hari.

Dengan tangan gemetar, Reina mengeluarkan sebotol obat dari tasnya ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Aduuuhhh Bunuh diri kah Reina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 14

    Reina sangat ketakutan melihat Maxime yang menyerangnya penuh nafsu, dia hanya bisa melindungi perutnya dengan hati-hati.Entah setelah berapa lama barulah Maxime berhenti."Reina, jangan membuatku marah," ujar Maxime dengan napas yang tersengal-sengal.Perkataan Maxime terdengar samar-samar di telinga Reina.Dengan tatapan kosong, dia bertanya, "Bukannya kamu yang bilang nggak akan pernah menyentuhku?""Sekarang apa maksud semua ini?"Reina membenamkan wajahnya di bantal, Maxime tidak menyadari wajahnya yang pucat.Reina menambahkan, "Apa pacarmu tahu perbuatanmu ini? Dia pasti akan sangat marah kalau tahu."Dulu Reina merasa Maxime itu kejam, tetapi ada kalanya penuh kasih sayang.Sekarang, Reina hanya merasa Maxime itu pria jahat.Pacar?Maxime tahu yang Reina maksud adalah Marshanda."Apa kamu pernah memikirkan hal ini waktu bersama Revin?"Mereka saling menyerang.Maxime tidak akan pernah menyalahkan diri sendiri demi seorang wanita, apalagi wanita itu Reina.Maxime mengejek tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2061

    "Aku pernah dengar dari Deron, katanya namanya Sophia. Semoga dia benar-benar bisa mengubah Diego."Kekhawatiran terbesar Reina sebenarnya adalah Diego akan menyakiti Sophia.Wanita sebaik itu tidak boleh disakiti lagi oleh Diego."Hmm, pasti, Bos. Jangan khawatir," kata Sisil sambil membawakan secangkir kopi untuk Reina."Terima kasih," ucap Reina....Di sisi lain, Diego selesai membeli makanan dan segera kembali ke dalam bangsal Sophia.Di dalam bangsal, Sophia mencoba memaksakan diri untuk bangun, tetapi kepalanya tiba-tiba pusing dan pandangannya menjadi hitam. Dia merasa seperti akan jatuh ke lantai.Diego tidak sempat berpikir panjang, menjatuhkan nasi di tangannya dan melangkah mendekat untuk menopangnya."Kenapa kamu tiba-tiba bangun dari tempat tidur? Apa kamu ingin ke toilet?"Diego bertanya dengan cemas.Mata Sophia sedikit terbuka, kemudian dia menyadari bahwa tubuhnya bersandar pada tubuh Diego."Aku ingin bangun dan jalan-jalan ...."Setelah mengatakan itu, dia berpegang

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2060

    Diego menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Ya, aku mengerti. Aku nggak akan menemui kakak."Sophia menatapnya dengan kekhawatiran di matanya."Sebenarnya kamu nggak perlu mendengarkanku. Pemikiran setiap orang berbeda. Mungkin beberapa orang merasa bahwa meminta uang kepada kakak mereka adalah hal yang wajar. Bagaimanapun, sudah hal biasa kalau saudara saling membantu. Kalau kamu benar-benar merasa terbebani, kamu lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Jangan sampai kamu menyalahkanku pada akhirnya."Diego kembali menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin. Aku pikir apa yang kamu katakan benar. Aku sudah besar, tapi selalu minta uang sama kakak. Ini tidak baik kalau dibiasakan.""Aku sudah bilang sebelumnya, aku harus semangat. Bukankah tabunganku sudah lebih dari enam ratus juta?"Beberapa waktu yang lalu, dia sangat putus asa. Setiap kali menemani minum, dia minum sampai pingsan.Itu sebabnya dia memiliki tabungan cukup banyak.Setelah dia bekerja sendiri, dia baru menyadari bahwa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2059

    Setelah berada di luar, Diego mengeluarkan ponselnya. Setelah berpikir cukup lama, dia menghubungi nomor Reina.Dia menunggu Reina menjawab sambil memandang dengan cemas ke arah hujan salju yang turun dengan lebat.Diego merasa bahwa dia tidak bisa melunasi utang sebanyak itu dalam hidupnya. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya memiliki masa depan baru hanyalah Reina.Dia juga tahu bahwa ini tidak baik, tetapi dia tidak punya pilihan. Selain Reina, dia benar-benar tidak tahu siapa yang harus dihubungi.Di sisi lain, melihat daerah dari nomor telepon tidak dikenal yang menghubunginya, Reina tahu bahwa Diego yang menelepon.Nomor pribadinya sangat dirahasiakan, tidak mungkin ada telepon usil. Kebanyakan, yang punya nomornya hanya mereka yang mengenalnya.Sementara di bagian daerah Diego berada, Reina tidak mengenal siapa pun.Reina mengatur ponselnya dalam mode diam dan tidak menjawab panggilan Diego.Diego menelepon beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Dia sambil mengerutkan keni

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2058

    Diego menunggu cukup lama sebelum ambulans datang. Dia menggendong Sophia keluar dan baru merasa lega setelah Sophia dibawa ke rumah sakit.Dokter memeriksa keadaan Sophia, memberinya obat dan menyarankan agar Sophia rawat inap."Demam tinggi dan flu. Kenapa baru dibawa ke mari sekarang?" tegur dokter.Diego sedikit bingung. "Flu?"Dokter mengerutkan kening. "Setidaknya sudah dua atau tiga hari, kamu nggak tahu?"Diego menggeleng. "Aku nggak tahu."Kalau dia tahu, dia pasti sudah mengajak Sophia periksa ke dokter."Kalian berani sekali. Bisa gawat kalau gejalanya makin parah."Setelah mengatakan itu, dokter pun pergi.Diego duduk di dekat ranjang rumah sakit, menemani Sophia.Entah sudah berapa lama dan Sophia akhirnya tersadar. Dia membuka matanya dan menatap langit-langit berwarna putih di depannya dengan bingung.Sophia memiringkan kepalanya untuk melihat sekeliling. Selimut berwarna putih, berbagai peralatan medis, serta bau disinfektan yang menyengat di ujung hidungnya."Apa aku d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2057

    "Kenapa? Kamu nggak nafsu makan?" tanya Diego dengan penuh perhatian.Sophia mengangguk. "Mungkin karena aku kurang istirahat. Aku tidur dulu saja, nanti baru makan lagi.""Ya, tidurlah," jawab Diego penuh perhatian.Sophia berdiri, kepalanya pusing dan dia hampir jatuh ke lantai.Dia tidak terlalu memusingkannya, hanya menganggap ini terjadi karena dia kurang tidur. Dia berdiri dengan tenang, baru kemudian berjalan ke arah tempat tidur.Sophia berbaring di tempat tidur dan kembali tertidur.Diego membereskan meja dan mencuci piring seperti kebiasaannya.Di masa lalu, jangankan membereskan dan mencuci piring, dia bahkan tidak pernah menyentuh air dengan sepuluh jarinya.Satu-satunya alasan dia mau bersih-bersih sekarang adalah karena Sophia memaksanya.Awalnya, dia tidak mau melakukannya. Ketika Sophia melihat hal ini, dia memberinya pelajaran, baik dengan menguncinya di ambang pintu atau melarangnya tidur kalau belum mencuci piring.Seiring berjalannya waktu, Diego mulai terbiasa dan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2056

    "Kalau begitu, bisakah aku melihatmu sekarang? Aku ingin melihatmu." Sisil berkata dengan agak malu-malu.Deron melihat sekeliling bangsal, tidak ingin Sisil tahu bahwa dia masih di rumah sakit."Aku masih agak sibuk, jadi kita melakukan panggilan video nanti, ya?" tanya Deron dengan lembut.Sisil mengiakan dengan penuh pengertian, "Ya, kita melakukan panggilan video nanti saja. Sekarang, aku juga masih harus bekerja. Aku juga harus memberitahu Bos kalau kamu baik-baik saja. Kalau nggak, dia pasti akan khawatir denganmu."Deron mengangguk. "Ya, baiklah."Keduanya menutup telepon dengan enggan. Setelah itu, Sisil memberi tahu Reina alasan kenapa Deron menghilang akhir-akhir ini.Reina juga terkejut saat mendengarnya. Dia akan memastikannya dulu baru mengatakannya dengan Sisil."Kamu akhirnya bisa tenang sekarang, 'kan?"Sisil mengangguk. "Ya, aku sudah nggak khawatir lagi."Dia benar-benar tidak bisa tidur nyenyak dalam beberapa hari terakhir."Tapi, sekarang aku agak khawatir, Bos. Apa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2055

    "Aku akan memberitahumu ketika waktunya tepat. Aku nggak menyangka semuanya akan berkembang secepat ini," kata Deron.Sisil sedikit bingung. "Karena kamu pewaris Keluarga Reidar, kenapa kamu bekerja sebagai pengawal Bos?"Ada keheningan panjang yang tercipta, sebelum Deron menjawab, "Karena aku bukan anak istri sah. Satu-satunya alasan aku memiliki hak atas warisan adalah karena sebelum ayahku meninggal, dia tahu kalau Kakak nggak akan bisa punya anak."Sisil menikmati ceritanya dengan serius."Karena itulah aku nggak memberitahumu identitasku yang sebenarnya." Deron melanjutkan, "Aku takut kamu akan membenci identitasku."Anak haram ... ini status yang sangat sulit untuk didengar.Dia tumbuh dengan nama seperti itu dan ibunya tidak diperlakukan dengan baik oleh Keluarga Reidar.Dia sendiri harus menjalani kehidupan yang penuh dengan bahaya hanya demi mencari nafkah.Dia cukup beruntung bisa bertemu dengan Revin, mengikutinya berkeliling, kemudian menetap sebagai pengawal Reina untuk w

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2054

    "Terserah kalau begitu." Joanna berdiri dan hendak pergi.Melihat itu, Daniel langsung memanggilnya, "Kamu pasti juga kesulitan mengurus dua anak selama ini."Dulu, Daniel tidak secara langsung membesarkan anak-anaknya, jadi dia tidak mengerti. Dia merasa bahwa di rumah sudah ada pelayan, jadi membesarkan anak tidaklah melelahkan.Namun, sekarang kedua anaknya sudah besar, tetapi masih membuatnya khawatir. Dari sini dia sadar bahwa menjadi seorang ibu tidaklah mudah.Langkah kaki Joanna terhenti, tetapi dia tidak menoleh ke belakang dan kembali melangkah pergi.Di luar rumah, angin dingin menerpa wajahnya, seperti pisau dan terasa sangat menyakitkan.Kepala pelayan yang mengikuti di belakang Joanna segera menggunakan payung untuk menghalangi angin dingin untuknya.Joanna melambaikan tangannya ke arahnya. "Ini hanya angin dingin, nggak perlu pakai payung."Setelah itu, barulah kepala pelayan menarik kembali payung dari atas kepalanya.Joanna membiarkan angin dingin menerpa wajahnya, tet

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2053

    Di dalam kamar hotel.Morgan setengah berbaring di tempat tidur, di depannya ada seorang wanita yang sedang menangis.Tubuh wanita itu penuh dengan luka dan seluruh tubuhnya menggigil. "Tuan Morgan, tolong lepaskan aku."Morgan menatapnya dengan malas."Aku nggak ingin ada yang tahu tentang apa yang terjadi hari ini."Wanita itu membeku, lalu mengangguk dengan cepat, "Ya.""Kamu boleh pergi."Wanita itu buru-buru beranjak dari lantai, mengambil tasnya dan segera pergi.Dia mengira bahwa dia telah mendapatkan berlian, tetapi tidak disangka bahwa Morgan tidak bisa.Wanita itu sedikit takut. Dia sengaja menyewa seseorang untuk mengambil foto mereka berdua setelah Morgan mabuk.Setelah keluar, dia buru-buru menelepon pria itu. "Fotonya jangan disebarkan.""Hah? Kenapa nggak bilang sejak tadi? Foto sudah diunggah di sosial media," jawab orang di ujung telepon.Hati wanita itu langsung berubah dingin. "Kamu benar-benar membunuhku!"Dia menutup telepon dan membuka ponselnya, mencoba melihat b

DMCA.com Protection Status