Share

Bab 5

Penulis: Kacang Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.

Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini ....

...

Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.

Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.

Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."

Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"

Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.

Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina.

"Nggak."

Maxime menjawab dengan dingin.

Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?

Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?"

"Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke mana-mana, mereka nggak tahu di mana si tuli bersembunyi."

Jovan terus mengoceh.

Maxime mengernyit, tiba-tiba dia merasa kesal.

"Keluar sana!"

Jovan tercengang.

Dia melirik Maxime dan mendapati ternyata pria itu marah. Dia tidak berani berkata apa-apalagi dan buru-buru meninggalkan kantor CEO.

Di luar ruangan, Jovan mengeluarkan ponselnya dan menelepon, "Reina sudah ketemu?"

"Sudah, dia ada di motel di Jalan Gandaria."

Jovan meminta asistennya mengirimkan titik lokasi, lalu menuju ke sana.

Reina sudah menjadi penghalang Maxime dan Marshanda selama tiga tahun, meski sekarang dia sudah setuju bercerai, Jovan tidak akan membiarkan hal ini begitu saja.

Bagaimanapun, Marshanda adalah penolongnya.

Di luar sedang hujan.

Setelah selesai dengan tugas relawannya, Reina pergi ke rumah sakit untuk menebus obat, lalu berjalan menuju motel sambil memegang payung.

Hanya ada segelintir orang di jalan.

Sambil menyetir, tatapan Jovan terpaku pada punggung kurus Reina.

Dia sengaja menambah kecepatan dan melewati Reina.

Tubuh Reina jadi terciprat genangan air.

Reina menoleh dengan tatapan kosong.

Jovan melirik Reina dari kaca spionnya.

Mobil Bugatti abu-abu .... Reina kenal mobil mewah ini. Ya, ini mobil Jovan.

Reina buang muka dan pura-pura tidak melihatnya.

Jovan tentu tidak pergi begitu saja, dia memperlambat laju mobilnya dan mengikutinya dari dekat, "Hei tuli, sekarang sudah jadi orang yang tahu diri? Kamu nggak menyapaku?"

"Bukannya dulu kamu suka sekali menyapa dengan riang setiap kali melihatku? Bukannya dulu kamu suka menjilatku?"

Reina mendengarkan semua penghinaan itu tanpa ekspresi.

Karena cintanya pada Maxime, Reina selalu berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan semua orang di sekitar Maxime, termasuk teman-temannya.

Pikirnya, suatu hari nanti keluarga dan teman-teman Maxime akan menerimanya.

Reina terlalu polos, dia tidak tahu kejamnya dunia.

Suatu hari di sebuah pesta, Jovan memberi tahu Reina secara blak-blakan bahwa dia adalah teman Marshanda.

Untuk membela Marshanda, dia bahkan melepaskan martabat sebagai seorang anak orang kaya dan memaki Reina yang tidak tahu malu.

Setelah itu, dia bahkan ingin membunuh Reina dengan mendorongnya ke kolam renang.

Sejak saat itu, Reina menghindarinya.

Jovan melihat Reina mengabaikannya dan tidak menyahut sepatah kata pun. Dia menghentikan mobil, membuka pintu, melangkah menuju Reina dan menarik lengannya.

"Trik apalagi yang kamu mainkan kali ini?"

Lengan Reina terasa sakit, dia menyahut, "Aku nggak paham maksudmu."

Reina ingin melepaskan tangannya dari cengkeraman Jovan, tetapi pria itu sudah lebih dulu menepisnya.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!"

Reina yang tersentak langsung mundur beberapa langkah dan akhirnya terjatuh.

Jovan berdiri diam dan agak terkejut.

Dasar wanita jalang, sekarang dia bisa bersandiwara?

Disentak pelan begitu saja bisa jatuh?

Beberapa pejalan kaki pun menoleh ke arahnya saat melihat kejadian ini, Jovan yang merasa tidak nyaman langsung kembali ke dalam mobil dan memperingatkannya sebelum pergi.

"Reina, jangan menindas Marsha hanya karena kamu cacat. Dia berbeda darimu, dia sudah berusaha begitu keras untuk mencapai posisinya saat ini. Sebaiknya kamu berhenti mengganggu hubungannya dengan Kak Max."

Jovan pun pergi lalu dengan teganya memberi tahu Keluarga Andara di mana Reina tinggal saat ini.

Karena terjatuh tadi, tangan dan lutut Reina jadi memar. Rasa sakit yang cukup menusuk membuatnya butuh waktu lama untuk kembali berdiri.

Sebenarnya, Reina sangat tidak paham kenapa Jovan memperlakukannya seperti ini.

Reina ingat dengan jelas. Empat tahun yang lalu, Jovan mengalami kecelakaan dan terjebak di mobil yang akan segera meledak. Waktu itu Reina tanpa ragu langsung menyeretnya keluar mobil tanpa memedulikan bahaya yang mengancam.

Wajah Jovan penuh dengan darah, meski tidak bisa membuka matanya, dia berujar dengan lembut, "Terima kasih, aku pasti akan membalas kebaikanmu."

Apa ini balasan yang pria itu maksud?

Sesampainya di motel, Reina mandi dan mengobati lukanya.

Reina menjatuhkan diri ke kasur dengan tatapan kosong.

Setelah kejadian hari ini, dia semakin bertekad untuk meninggalkan Maxime.

Saat Reina terbangun, langit sudah cerah.

Reina keluar kamar dan mendapati ibunya sedang duduk di ruang tamu dengan mengenakan gaun berwarna merah.

Treya yang melihat Reina sudah bangun pun langsung menyerahkan sebuah amplop ke hadapan Reina. Treya terlihat tidak peduli sama sekali dengan kondisi putrinya.

"Baca baik-baik, ini jalan keluar yang Ibu pilihkan untukmu."

Reina mengambil dokumen itu dan melihat judulnya "Perjanjian Pranikah".

Lalu, dia membaca berkas itu.

"Nona Reina dengan sukarela menikahi Pak Jeremy dan sebagai istri akan terus merawat suaminya sampai tua ...."

"Pak Jeremy akan menafkahi Keluarga Andara dan memberi uang 600 miliar sebagai maskawin."

Jeremy Latief adalah seorang pengusaha generasi tua di Kota Simaliki yang saat ini berusia 78 tahun.

Reina tercekat.

Treya kembali melanjutkan, "Pak Jeremy bilang dia nggak keberatan menikahi kamu yang sudah pernah menikah. Asal kamu mau menikah dengannya, dia akan membantu Keluarga Andara bangkit lagi."

"Reina anak yang baik, kamu nggak mungkin mengecewakan ibu dan adikmu, 'kan?"

Seketika, wajah Reina jadi pucat.

"Aku nggak mau."

Treya jadi marah, dia tidak menyangka Reina akan langsung menolaknya.

"Punya hak apa kamu menolak? Aku yang melahirkanmu!"

Reina menatap ibunya lekat-lekat, lalu menyahut, "Kalau begitu apa utangku bisa dianggap lunas setelah kukembalikan nyawaku padamu?"

Treya tercengang.

"Apa katamu?"

Reina kembali berujar dengan bibir yang pucat pasi itu, "Kalau aku mengembalikan nyawaku padamu yang sudah melahirkanku, apa artinya kamu bukan lagi ibuku dan aku nggak lagi berutang padamu?"

Treya yang tidak percaya Reina berani berbuat nekat pun mencibir, "Oke! Kalau kamu mati, aku nggak akan memaksamu."

"Tapi, memangnya kamu berani?"

Reina menjawab dengan tegas seolah sudah membuat keputusan, "Beri aku waktu sebulan."

Treya merasa Reina sudah gila.

"Jangan pikir kamu bisa mengancamku dengan bilang mau mati. Aku nggak mengakuimu, mati ya mati saja sana. Kalau kamu nggak berani mati, lebih baik tanda tangan perjanjian ini."

Reina merasa sangat tertekan, dia ingin mencari tempat untuk melepas penatnya.

Di sebuah bar.

Reina duduk melamun di pojokan bar, menonton orang lain di sekitarnya menari, tertawa lepas dan bersenang-senang.

Seorang pria tampan dengan mata yang indah melihat sosok Reina yang seorang diri, dia pun menghampirinya.

"Eh? Reina?"

Reina balas menatap pria itu, tetapi dia tidak mengenalinya. Reina bertanya dengan tatapan kosong, "Apa kamu tahu cara supaya bisa bahagia?"

Pria itu bingung dan balas bertanya, "Apa katamu?"

Reina menegak anggurnya, lalu menjawab, "Dokter bilang aku sakit dan harus membuat diriku senang, tapi ... aku nggak bisa merasa senang ...."

Revin Lander merasa muram saat mendengar jawaban Reina.

Apa Reina tidak mengenali dirinya?

Selain itu, sakit apa dia sampai harus menyenangkan diri sendiri?

"Nona, kalau mau merasa senang harusnya kamu bukan datang ke tempat seperti ini."

"Ayo, kuantar pulang." Revin mengajaknya dengan lembut.

Reina menatapnya sambil tersenyum, "Kamu orang yang baik."

Revin menatap senyum pahit Reina dengan perasaan campur aduk, sebenarnya apa yang terjadi pada Reina belakangan ini?

Kenapa dia terlihat begitu menyedihkan?

Di sisi lain, ternyata Maxime juga berada di bar yang sama.

Sejak mengurus perceraian, setiap hari Maxime selalu pergi bersenang-senang dan sudah lama tidak pulang ke Vila Magenta.

Sekarang sudah larut malam, Maxime dan rombongannya bersiap untuk pulang.

Saat itulah Marshanda melihat sosok yang dikenalnya berada di pojok bar.

Marshanda yang terkejut pun memekik, "Eh? Itu 'kan Nona Reina?"

Maxime menoleh ke arah yang Marshanda tunjuk dan melihat seorang pria duduk di depan Reina sambil mengobrol dan tertawa bersamanya.

Wajah tampan Maxime seketika menjadi dingin.

Ternyata Reina mabuk-mabukkan dan menggoda pria lain?

Cih! Maxime sudah salah menilai Reina.

"Max, apa mau kamu samperin dulu?" tanya Marshanda.

"Nggak usah."

Maxime menjawab dengan dingin lalu langsung beranjak pergi.

Reina menolak tawaran Revin dan menjawab, "Terima kasih, aku bisa pulang sendiri, nggak perlu merepotkanmu."

Reina beranjak pergi, Revin yang mengkhawatirkannya langsung mengejarnya.

"Reina, kamu ... nggak ingat aku?"

Reina kembali menatap pria itu. Siapa pria ini?

"Aku si gendut! Kamu udah lupa?" Revin mengingatkan.

Ah, sekarang Reina ingat. Dulu waktu masih kecil, dia tinggal dengan Lyann di kampung, di sana Reina punya seorang teman baik yang dijuluki si gendut.

Waktu itu Revin dijuluki seperti itu karena memang tubuhnya sangat gendut. Sekarang pria yang berada di hadapannya ini bertubuh tinggi 190 cm dan terlihat tampan.

"Ah, aku ingat. Wah kamu beda banget dibanding waktu kecil dulu, aku sampai nggak kenal."

Bisa bertemu kenalan di tempat asing tentu adalah hal yang menyenangkan.

Reina tersenyum tipis, entah perasaan apa yang timbul di hati Revin.

"Ayo, kuantar pulang."

Revin mendapati ternyata Reina tinggal di sebuah motel bobrok.

Reina jadi sungkan dan berkata, "Ah, ketahuan deh. Jadi malu aku."

"Kamu jangan bilang ke Bu Lyann ya kalau aku tinggal di sini, takutnya dia jadi khawatir."

Revin mengangguk.

Sekarang sudah larut malam.

Tidak baik bagi Revin untuk tinggal lama-lama.

Revin pun pergi setelah memberi tahu Reina kalau dia akan menemuinya lagi besok pagi.

Karena gelap gulita, Revin tidak menyadari ada sebuah mobil Maybach berwarna hitam yang terparkir di dekat pintu hotel.

Revin sudah pulang.

Karena minum terlalu banyak, Reina merasa sakit perut dan pusing.

"Dok! Dok!"

Pintu kamar Reina digedor.

Reina kira Revin datang kembali, dia pun membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka, pergelangan tangan Reina langsung dicengkeram Maxime.

Reina yang ringkih tentu tidak sepadan dengan tenaga pria kekar seperti Max, cengkeraman Maxime membuat pergelangan tangan Reina rasanya mau patah.

"Reina! Hebat juga ya kamu!"

Maxime menutup pintu dengan punggung tangannya lalu mendorong Reina ke sofa.

"Ternyata kamu sudah memilih mangsamu selanjutnya, pantas saja kamu mau melepaskanku!" cibir Maxime.

Perkataan Maxime seperti pisau yang menyayat hatinya.

Entah bangaimana Maxime bisa mengetahui keberadaannya di sini dan bertemu dengan Revin.

Reina tertegun, dia tidak membela diri dan hanya menatap Maxime. "Kenapa? Kita 'kan sama saja."

Keluarga Andara sudah menipu Maxime dalam pernikahan ini.

Maxime memperlakukan Reina dengan dingin, bahkan dia yang berstatus suami Reina masih mempertahankan hubungannya dengan Marshanda, cinta pertamanya.

Mereka berdua sama, tidak ada yang berhak membenarkan diri.

Hari ini Maxime juga minum-minum, tubuhnya bau alkohol.

Maxime menjepit dagu Reina dan berujar dengan suara yang dalam.

"Siapa dia?"

"Sejak kapan kalian kenal?"

Ini adalah pertama kalinya Reina melihat Maxime yang seperti ini, dia pun tersenyum.

"Kamu cemburu?"

Maxime memicingkan mata lalu mendengus dingin, "Kamu pikir siapa kamu?"

Reina tercekat.

Maxime menindih tubuh Reina dan berbisik di telinga wanita itu.

"Dia sudah menyentuhmu, 'kan?"

Setelah menikah, Reina berhenti bekerja karena dilarang oleh Keluarga Sunandar. Kadang teman-temannya suka mengajaknya bertemu, tetapi selalu Reina tolak.

Sekarang bisa-bisanya Maxime masih mencurigainya.

Namun, Reina merasa agak lega.

"Menurutmu?" Reina balik bertanya.

Maxime jadi sangat kesal, tangannya pun langsung menggerayangi tubuh Reina.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yeyet Faranova
ayo tunjukan kekuatan mu Reina, sekarang udah ada semangat baru c gendut....
goodnovel comment avatar
Alwi Achmad
semangat reina
goodnovel comment avatar
Bunda Melly
Reina jadilah wanita yg kuat dan tidak Bisa di tindas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1794

    Vior memang mau lihat seperti apa rupa suami Reina.Tidak lama kemudian, mobil Maxime datang.Mobil berhenti perlahan, sopir membuka pintu dan Maxime turun dari mobil. Dia tinggi dan tegap, wajahnya luar biasa tampan.Vior yang berdiri di samping kakek sampai membelalak saat melihat Maxime.Suami Reina tampan sekali?Kalau tidak salah, dulu Syena pernah cerita kalau suami Reina dan suaminya itu saudara kembar?Jadi, suami Syena juga terlihat seperti ini?Reina ini beruntung banget bisa begitu dicintai dua orang pria luar biasa yang begitu tampan!Vior membelalak tidak percaya. Saat dia tersadar dari lamunan, Maxime sudah berada di depan mereka.Maxime sangat berwibawa dan aura sebagai seorang pemimpin sangat kuat. Tapi saat berhadapan dengan para senior, Maxime merendah dan bersikap sopan, "Kakek, Nenek."Maxime tidak lupa membawa banyak hadiah.Kakek dan nenek pun terlihat puas akan Maxime.Maxime sangat tampan dan punya perilaku yang baik."Ayo cepat masuk."Nenek yang semula khawati

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1793

    Setelah pulang kerja, Maxime menelepon Reina dan menanyakan kabarnya.Setiap hari Reina akan berbagi cerita dengan Maxime."Besok aku ke sana ya," kata Maxime."Ya." Reina mengangguk, "Kalau gitu kita bisa main bersama di sini sebentar.""Ya." Maxime tersenyum.Ingin sekali rasanya Maxime terbang ke hadapan Reina sekarang juga dan memeluknya.Setelah Reina dan Maxime selesai mengobrol, Alana baring di kasur dan berdiskusi dengan Alana ke mana tujuan wisata mereka selanjutnya.Beberapa hari yang lalu, Alana sudah menceritakan pada Reina kalau Jovan sudah tahu tentang kehamilannya.Kini Alana dan Jovan jadi lebih harmonis.Ke mana pun Reina dan Alana pergi, Jovan pasti mendampingi dan menjaga Alana.Melihat Jovan sangat mengkhawatirkan keselamatan Alana, Reina akhirnya merasa lega.Sementara itu.Liane yang ada di dalam kamar saat ini batuk parah.Sekretaris menghentakkan kakinya dengan cemas, "Bu Liane, ayo kita ke rumah sakit.""Nggak, kalau aku tiba-tiba pergi ke rumah sakit, orangtua

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1792

    Orang itu langsung bertatapan dengan Reina."Ckck, ada ya orang yang begitu nggak tahu diri. Dia pikir setelah diakuin jadi anak, dia jadi orang paling hebat sedunia?" ujar seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Reina.Gadis itu seperti baru berusia 20 tahun.Kemarin Reina sudah melihat wanita ini, sepertinya dia adalah putri dari kerabat jauh yang tinggal sementara di sini, namanya Vior Yinandar.Alasan kenapa Riana bisa mengingat wanita ini adalah karena di antara para kerabatnya yang lain, hanya wanita ini yang menatapnya dengan penuh kebencian.Vior sengaja meninggikan suaranya dan hendak berjalan melewati Reina.Tapi Reina menghentikannya, "Apa aku sudah menyinggungmu?"Vior berhenti melangkah, jelas tidak menyangka Reina berani menghalangi jalannya.Dia memiringkan kepalanya dan menatap Reina tanpa berbasa-basi."Kamu nggak sadar sama perbuatanmu sendiri?"Reina mengernyit bingung, "Hm? Aku nggak kenal kamu sama sekali. Apa yang sudah aku lakukan sampai bikin kamu kesal?"Re

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1791

    "Aku pasti sayang sama mereka, mau seperti apa pun mereka. Kan mereka anakku," ucap Jovan sambil tersenyum lebar.Alana menatap Jovan, sepertinya pria ini tidak berbohong.Alana akhirnya mengambil keputusan, "Oke, kalau gitu aku kasih kesempatan. Kalau suatu hari kamu memperlakukan aku dan anakmu dengan buruk, kami bakal langsung ninggalin kamu."Alana terdiam sesaat, lalu melanjutkan, "Oh ya, kamu juga harus kasih ganti rugi ke kami."Alana bukan orang suci. Karena tahu rasanya dikhianati, dia perlu ganti rugi untuk berjaga-jaga.Jovan mengangguk berulang kali, "Ya, kita bikin perjanjian aja. Kalau aku nggak baik sama kamu dan anak-anak, aku akan kasih semua properti Keluarga Tambolo ke kalian, aku akan mati sendirian dan hidup sengsara."Alana langsung memanfaatkan momen ini.Alana berdiri dan meminta resepsionis mengantarkan pena juga kertas."Nih, tulis."Jovan tidak bercanda, dia langsung mengambil pena dan kertas dan mulai menulis.Karena dulu pernah belajar dunia hukum, Jovan ti

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1790

    Jovan terlihat ragu-ragu.Bagaimana kalau anak itu bukan anaknya?Tapi kalau bukan anaknya, anak siapa?Sejak mereka menikah, Tuan Besar Jacob sudah mengikat mereka sehingga dari pagi sampai malam, mereka tidak terpisahkan.Pada akhirnya, rasa ingin tahulah yang menang."Kamu hamil!"Ini adalah pernyataan, bukan pertanyaan.Alana merasa seperti disambar petir, wajahnya pucat pasi.Perubahan ekspresi Alana membuat Jovan bertanya-tanya apa Alana sudah berselingkuh dengan pria lain."Anak itu anakku, 'kan?" Jovan bertanya dengan ragu.Alana tersadar dari lamunan dengan wajah memerah, "Ya menurutmu?"Jovan akhirnya yakin, Alana hamil anaknya.Entah mengapa, Jovan merasa jantungnya akan melompat keluar dari dadanya, dia ingin sekali memeluk Alana.Tangan dan kaki Jovan bergerak spontan. Dia mendatangi Alana dan menggendongnya bak seorang putri."Aku bakal jadi papa?" Jovan tersenyum lebar.Begitu tubuhnya terangkat di udara, Alana pun panik. Dia meraih lengan Jovan dengan satu tangan dan me

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1789

    Reina mengikuti Alana masuk yang langsung berdoa.Alana tidak tahu kalau Jovan sudah tahu akan kehamilannya.Alana menemui seorang guru spiritual dan memintanya untuk menulis jimat keselamatan, lalu pergi berdoa lagi.Reina juga berdoa untuk Riki, Riko, Liam, Leo, Maxime, Liane dan lainnya. Dia memohon keselamatan untuk mereka.Mereka selesai berdoa setengah jam kemudian.Begitu di luar, Alana sekilas melihat Jovan di tengah kerumunan.Pria itu menatapnya dengan aneh.Alana mengernyit bingung, "Ngapain kamu ke sini?"Mata Jovan merah, dia mau langsung menanyai Alana, tetapi niatnya dia urungkan saat melihat Reina juga ada di sini."Kamu mau pulang jam berapa? Aku mau nanya sesuatu." Jovan berusaha menjaga suaranya setenang mungkin.Alana tidak sadar gelagat aneh Jovan, dia menyahut dengan kesal, "Ih akhirnya aku bisa pergi belanja sama Nana, ngapain kamu ngurus aku pulang jam berapa. Sudah jangan buntutin kami dong."Reina bisa membaca situasi, dia merasa Jovan menyadari sesuatu.Reina

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1788

    Kakek dan nenek Reina sangat ramah.Alana mengangguk berulang kali. Dia juga tahu Keluarga Yinandar tidak akan kekurangan uang atau harta apa pun."Nanti pas belanja kita lihat ya ada barang bagus nggak yang bisa kita beli buat mereka," ucap Alana."Oke."Reina memanggil pelayan untuk memesan.Reina tidak menyangka bos restoran itu sendiri yang melayani mereka, dia berkata dengan hormat, "Kalian mau pesan apa, ini buku menunya. Kalian bisa memesan apa pun yang kalian mau."Reina belum terlalu lapar, jadi dia meminta Alana untuk memesan.Akhirnya mereka memesan beberapa hidangan khas.Tidak lama kemudian hidangan disajikan. Sambil makan, Alana memberi tahu Reina, Jovan yang sangat keras kepala itu memutuskan akan tinggal bersamanya."Menurutmu aku harus gimana?" Alana menyuap beberapa suap dan tidak nafsu lagi. Tiba-tiba dia mau muntah dan langsung lari ke kamar mandi.Bosnya ketakutan setengah mati dan buru-buru datang untuk bertanya pada Reina, "Nona, Apa makanannya tidak sesuai denga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1787

    Alana menganga saat melihat orang yang turun adalah Reina.Ada apa ini?Kenapa tiba-tiba Nana jadi suka gaya orang kaya? Mereka 'kan cuma mau makan, mengobrol dan belanja? Kenapa bawa begitu banyak orang?Reina juga memperhatikan tatapan aneh di sekelilingnya. Dia turun dari mobil dengan rasa malu, berharap bisa bersembunyi di suatu tempat.Reina buru-buru masuk ke restoran.Karena para pengawal masih mau mengikuti, Reina pun berbisik, "Nggak apa-apa, kalian tunggu aku di luar."Pengawal menatap Reina dengan tatapan khawatir."Nggak bisa, Bu Liane pesan kami harus bersiap siaga dalam radius 10 meter."Reina terdiam.Dia tidak punya pilihan selain masuk dengan sekelompok pengawal.Untungnya, tidak ada seorang pun di restoran saat ini.Bos restoran menatap mereka, langsung berjalan mendekat dan bertanya dengan hati-hati, "Ah, anu ... Apa aku melakukan kesalahan?"Reina bingung.Dia melihat sekeliling , lalu menjawab, "Menurutku tempat ini cukup bagus. Lingkungannya tenang dan dekorasinya

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1786

    "Ibu jangan ngomong sembarangan." Reina jadi khawatir.Reina baru bertemu dengan ibu kandungnya, tentu dia tidak ingin mendengar ucapan kesialan seperti itu.Liane awalnya ingin memberi tahu Reina tentang kondisi fisiknya saat ini, tapi melihat kecemasan Reina, Liane pun mengurungkan niatnya."Oke, Ibu nggak cerita lagi. Kamu cepat istirahat gih. Beberapa hari ini kamu ajak anak-anakmu main ya, kalian harus bersenang-senang.""Ya." Reina mengangguk, lalu mengantar Liane keluar kamar.Liane berjalan keluar dan kembali ke kediamannya.Sekretaris sudah menyiapkan obat untuknya."Bu Liane, Anda sudah memberi tahu Nona?"Liane menggeleng dan meminum obatnya. Pahit sekali."Belum."Liane menatap ke dalam kegelapan malam, "Aku benar-benar nggak bisa ngomong."Meski hanya beberapa kata sederhana, entah mengapa kata-kata itu tidak bisa terlontar dari mulutnya."Oke." Sekretaris Liane menghela napas dan menatapnya dengan prihatin, "Tetapi masalah ini tetap harus dibicarakan, lebih cepat lebih ba

DMCA.com Protection Status