Share

Bab 5

Penulis: Kacang Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-28 14:26:03
Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.

Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini ....

...

Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.

Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.

Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."

Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"

Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.

Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina.

"Nggak."

Maxime menjawab dengan dingin.

Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?

Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?"

"Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke mana-mana, mereka nggak tahu di mana si tuli bersembunyi."

Jovan terus mengoceh.

Maxime mengernyit, tiba-tiba dia merasa kesal.

"Keluar sana!"

Jovan tercengang.

Dia melirik Maxime dan mendapati ternyata pria itu marah. Dia tidak berani berkata apa-apalagi dan buru-buru meninggalkan kantor CEO.

Di luar ruangan, Jovan mengeluarkan ponselnya dan menelepon, "Reina sudah ketemu?"

"Sudah, dia ada di motel di Jalan Gandaria."

Jovan meminta asistennya mengirimkan titik lokasi, lalu menuju ke sana.

Reina sudah menjadi penghalang Maxime dan Marshanda selama tiga tahun, meski sekarang dia sudah setuju bercerai, Jovan tidak akan membiarkan hal ini begitu saja.

Bagaimanapun, Marshanda adalah penolongnya.

Di luar sedang hujan.

Setelah selesai dengan tugas relawannya, Reina pergi ke rumah sakit untuk menebus obat, lalu berjalan menuju motel sambil memegang payung.

Hanya ada segelintir orang di jalan.

Sambil menyetir, tatapan Jovan terpaku pada punggung kurus Reina.

Dia sengaja menambah kecepatan dan melewati Reina.

Tubuh Reina jadi terciprat genangan air.

Reina menoleh dengan tatapan kosong.

Jovan melirik Reina dari kaca spionnya.

Mobil Bugatti abu-abu .... Reina kenal mobil mewah ini. Ya, ini mobil Jovan.

Reina buang muka dan pura-pura tidak melihatnya.

Jovan tentu tidak pergi begitu saja, dia memperlambat laju mobilnya dan mengikutinya dari dekat, "Hei tuli, sekarang sudah jadi orang yang tahu diri? Kamu nggak menyapaku?"

"Bukannya dulu kamu suka sekali menyapa dengan riang setiap kali melihatku? Bukannya dulu kamu suka menjilatku?"

Reina mendengarkan semua penghinaan itu tanpa ekspresi.

Karena cintanya pada Maxime, Reina selalu berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan semua orang di sekitar Maxime, termasuk teman-temannya.

Pikirnya, suatu hari nanti keluarga dan teman-teman Maxime akan menerimanya.

Reina terlalu polos, dia tidak tahu kejamnya dunia.

Suatu hari di sebuah pesta, Jovan memberi tahu Reina secara blak-blakan bahwa dia adalah teman Marshanda.

Untuk membela Marshanda, dia bahkan melepaskan martabat sebagai seorang anak orang kaya dan memaki Reina yang tidak tahu malu.

Setelah itu, dia bahkan ingin membunuh Reina dengan mendorongnya ke kolam renang.

Sejak saat itu, Reina menghindarinya.

Jovan melihat Reina mengabaikannya dan tidak menyahut sepatah kata pun. Dia menghentikan mobil, membuka pintu, melangkah menuju Reina dan menarik lengannya.

"Trik apalagi yang kamu mainkan kali ini?"

Lengan Reina terasa sakit, dia menyahut, "Aku nggak paham maksudmu."

Reina ingin melepaskan tangannya dari cengkeraman Jovan, tetapi pria itu sudah lebih dulu menepisnya.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!"

Reina yang tersentak langsung mundur beberapa langkah dan akhirnya terjatuh.

Jovan berdiri diam dan agak terkejut.

Dasar wanita jalang, sekarang dia bisa bersandiwara?

Disentak pelan begitu saja bisa jatuh?

Beberapa pejalan kaki pun menoleh ke arahnya saat melihat kejadian ini, Jovan yang merasa tidak nyaman langsung kembali ke dalam mobil dan memperingatkannya sebelum pergi.

"Reina, jangan menindas Marsha hanya karena kamu cacat. Dia berbeda darimu, dia sudah berusaha begitu keras untuk mencapai posisinya saat ini. Sebaiknya kamu berhenti mengganggu hubungannya dengan Kak Max."

Jovan pun pergi lalu dengan teganya memberi tahu Keluarga Andara di mana Reina tinggal saat ini.

Karena terjatuh tadi, tangan dan lutut Reina jadi memar. Rasa sakit yang cukup menusuk membuatnya butuh waktu lama untuk kembali berdiri.

Sebenarnya, Reina sangat tidak paham kenapa Jovan memperlakukannya seperti ini.

Reina ingat dengan jelas. Empat tahun yang lalu, Jovan mengalami kecelakaan dan terjebak di mobil yang akan segera meledak. Waktu itu Reina tanpa ragu langsung menyeretnya keluar mobil tanpa memedulikan bahaya yang mengancam.

Wajah Jovan penuh dengan darah, meski tidak bisa membuka matanya, dia berujar dengan lembut, "Terima kasih, aku pasti akan membalas kebaikanmu."

Apa ini balasan yang pria itu maksud?

Sesampainya di motel, Reina mandi dan mengobati lukanya.

Reina menjatuhkan diri ke kasur dengan tatapan kosong.

Setelah kejadian hari ini, dia semakin bertekad untuk meninggalkan Maxime.

Saat Reina terbangun, langit sudah cerah.

Reina keluar kamar dan mendapati ibunya sedang duduk di ruang tamu dengan mengenakan gaun berwarna merah.

Treya yang melihat Reina sudah bangun pun langsung menyerahkan sebuah amplop ke hadapan Reina. Treya terlihat tidak peduli sama sekali dengan kondisi putrinya.

"Baca baik-baik, ini jalan keluar yang Ibu pilihkan untukmu."

Reina mengambil dokumen itu dan melihat judulnya "Perjanjian Pranikah".

Lalu, dia membaca berkas itu.

"Nona Reina dengan sukarela menikahi Pak Jeremy dan sebagai istri akan terus merawat suaminya sampai tua ...."

"Pak Jeremy akan menafkahi Keluarga Andara dan memberi uang 600 miliar sebagai maskawin."

Jeremy Latief adalah seorang pengusaha generasi tua di Kota Simaliki yang saat ini berusia 78 tahun.

Reina tercekat.

Treya kembali melanjutkan, "Pak Jeremy bilang dia nggak keberatan menikahi kamu yang sudah pernah menikah. Asal kamu mau menikah dengannya, dia akan membantu Keluarga Andara bangkit lagi."

"Reina anak yang baik, kamu nggak mungkin mengecewakan ibu dan adikmu, 'kan?"

Seketika, wajah Reina jadi pucat.

"Aku nggak mau."

Treya jadi marah, dia tidak menyangka Reina akan langsung menolaknya.

"Punya hak apa kamu menolak? Aku yang melahirkanmu!"

Reina menatap ibunya lekat-lekat, lalu menyahut, "Kalau begitu apa utangku bisa dianggap lunas setelah kukembalikan nyawaku padamu?"

Treya tercengang.

"Apa katamu?"

Reina kembali berujar dengan bibir yang pucat pasi itu, "Kalau aku mengembalikan nyawaku padamu yang sudah melahirkanku, apa artinya kamu bukan lagi ibuku dan aku nggak lagi berutang padamu?"

Treya yang tidak percaya Reina berani berbuat nekat pun mencibir, "Oke! Kalau kamu mati, aku nggak akan memaksamu."

"Tapi, memangnya kamu berani?"

Reina menjawab dengan tegas seolah sudah membuat keputusan, "Beri aku waktu sebulan."

Treya merasa Reina sudah gila.

"Jangan pikir kamu bisa mengancamku dengan bilang mau mati. Aku nggak mengakuimu, mati ya mati saja sana. Kalau kamu nggak berani mati, lebih baik tanda tangan perjanjian ini."

Reina merasa sangat tertekan, dia ingin mencari tempat untuk melepas penatnya.

Di sebuah bar.

Reina duduk melamun di pojokan bar, menonton orang lain di sekitarnya menari, tertawa lepas dan bersenang-senang.

Seorang pria tampan dengan mata yang indah melihat sosok Reina yang seorang diri, dia pun menghampirinya.

"Eh? Reina?"

Reina balas menatap pria itu, tetapi dia tidak mengenalinya. Reina bertanya dengan tatapan kosong, "Apa kamu tahu cara supaya bisa bahagia?"

Pria itu bingung dan balas bertanya, "Apa katamu?"

Reina menegak anggurnya, lalu menjawab, "Dokter bilang aku sakit dan harus membuat diriku senang, tapi ... aku nggak bisa merasa senang ...."

Revin Lander merasa muram saat mendengar jawaban Reina.

Apa Reina tidak mengenali dirinya?

Selain itu, sakit apa dia sampai harus menyenangkan diri sendiri?

"Nona, kalau mau merasa senang harusnya kamu bukan datang ke tempat seperti ini."

"Ayo, kuantar pulang." Revin mengajaknya dengan lembut.

Reina menatapnya sambil tersenyum, "Kamu orang yang baik."

Revin menatap senyum pahit Reina dengan perasaan campur aduk, sebenarnya apa yang terjadi pada Reina belakangan ini?

Kenapa dia terlihat begitu menyedihkan?

Di sisi lain, ternyata Maxime juga berada di bar yang sama.

Sejak mengurus perceraian, setiap hari Maxime selalu pergi bersenang-senang dan sudah lama tidak pulang ke Vila Magenta.

Sekarang sudah larut malam, Maxime dan rombongannya bersiap untuk pulang.

Saat itulah Marshanda melihat sosok yang dikenalnya berada di pojok bar.

Marshanda yang terkejut pun memekik, "Eh? Itu 'kan Nona Reina?"

Maxime menoleh ke arah yang Marshanda tunjuk dan melihat seorang pria duduk di depan Reina sambil mengobrol dan tertawa bersamanya.

Wajah tampan Maxime seketika menjadi dingin.

Ternyata Reina mabuk-mabukkan dan menggoda pria lain?

Cih! Maxime sudah salah menilai Reina.

"Max, apa mau kamu samperin dulu?" tanya Marshanda.

"Nggak usah."

Maxime menjawab dengan dingin lalu langsung beranjak pergi.

Reina menolak tawaran Revin dan menjawab, "Terima kasih, aku bisa pulang sendiri, nggak perlu merepotkanmu."

Reina beranjak pergi, Revin yang mengkhawatirkannya langsung mengejarnya.

"Reina, kamu ... nggak ingat aku?"

Reina kembali menatap pria itu. Siapa pria ini?

"Aku si gendut! Kamu udah lupa?" Revin mengingatkan.

Ah, sekarang Reina ingat. Dulu waktu masih kecil, dia tinggal dengan Lyann di kampung, di sana Reina punya seorang teman baik yang dijuluki si gendut.

Waktu itu Revin dijuluki seperti itu karena memang tubuhnya sangat gendut. Sekarang pria yang berada di hadapannya ini bertubuh tinggi 190 cm dan terlihat tampan.

"Ah, aku ingat. Wah kamu beda banget dibanding waktu kecil dulu, aku sampai nggak kenal."

Bisa bertemu kenalan di tempat asing tentu adalah hal yang menyenangkan.

Reina tersenyum tipis, entah perasaan apa yang timbul di hati Revin.

"Ayo, kuantar pulang."

Revin mendapati ternyata Reina tinggal di sebuah motel bobrok.

Reina jadi sungkan dan berkata, "Ah, ketahuan deh. Jadi malu aku."

"Kamu jangan bilang ke Bu Lyann ya kalau aku tinggal di sini, takutnya dia jadi khawatir."

Revin mengangguk.

Sekarang sudah larut malam.

Tidak baik bagi Revin untuk tinggal lama-lama.

Revin pun pergi setelah memberi tahu Reina kalau dia akan menemuinya lagi besok pagi.

Karena gelap gulita, Revin tidak menyadari ada sebuah mobil Maybach berwarna hitam yang terparkir di dekat pintu hotel.

Revin sudah pulang.

Karena minum terlalu banyak, Reina merasa sakit perut dan pusing.

"Dok! Dok!"

Pintu kamar Reina digedor.

Reina kira Revin datang kembali, dia pun membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka, pergelangan tangan Reina langsung dicengkeram Maxime.

Reina yang ringkih tentu tidak sepadan dengan tenaga pria kekar seperti Max, cengkeraman Maxime membuat pergelangan tangan Reina rasanya mau patah.

"Reina! Hebat juga ya kamu!"

Maxime menutup pintu dengan punggung tangannya lalu mendorong Reina ke sofa.

"Ternyata kamu sudah memilih mangsamu selanjutnya, pantas saja kamu mau melepaskanku!" cibir Maxime.

Perkataan Maxime seperti pisau yang menyayat hatinya.

Entah bangaimana Maxime bisa mengetahui keberadaannya di sini dan bertemu dengan Revin.

Reina tertegun, dia tidak membela diri dan hanya menatap Maxime. "Kenapa? Kita 'kan sama saja."

Keluarga Andara sudah menipu Maxime dalam pernikahan ini.

Maxime memperlakukan Reina dengan dingin, bahkan dia yang berstatus suami Reina masih mempertahankan hubungannya dengan Marshanda, cinta pertamanya.

Mereka berdua sama, tidak ada yang berhak membenarkan diri.

Hari ini Maxime juga minum-minum, tubuhnya bau alkohol.

Maxime menjepit dagu Reina dan berujar dengan suara yang dalam.

"Siapa dia?"

"Sejak kapan kalian kenal?"

Ini adalah pertama kalinya Reina melihat Maxime yang seperti ini, dia pun tersenyum.

"Kamu cemburu?"

Maxime memicingkan mata lalu mendengus dingin, "Kamu pikir siapa kamu?"

Reina tercekat.

Maxime menindih tubuh Reina dan berbisik di telinga wanita itu.

"Dia sudah menyentuhmu, 'kan?"

Setelah menikah, Reina berhenti bekerja karena dilarang oleh Keluarga Sunandar. Kadang teman-temannya suka mengajaknya bertemu, tetapi selalu Reina tolak.

Sekarang bisa-bisanya Maxime masih mencurigainya.

Namun, Reina merasa agak lega.

"Menurutmu?" Reina balik bertanya.

Maxime jadi sangat kesal, tangannya pun langsung menggerayangi tubuh Reina.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yeyet Faranova
ayo tunjukan kekuatan mu Reina, sekarang udah ada semangat baru c gendut....
goodnovel comment avatar
Alwi Achmad
semangat reina
goodnovel comment avatar
Bunda Melly
Reina jadilah wanita yg kuat dan tidak Bisa di tindas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2061

    "Aku pernah dengar dari Deron, katanya namanya Sophia. Semoga dia benar-benar bisa mengubah Diego."Kekhawatiran terbesar Reina sebenarnya adalah Diego akan menyakiti Sophia.Wanita sebaik itu tidak boleh disakiti lagi oleh Diego."Hmm, pasti, Bos. Jangan khawatir," kata Sisil sambil membawakan secangkir kopi untuk Reina."Terima kasih," ucap Reina....Di sisi lain, Diego selesai membeli makanan dan segera kembali ke dalam bangsal Sophia.Di dalam bangsal, Sophia mencoba memaksakan diri untuk bangun, tetapi kepalanya tiba-tiba pusing dan pandangannya menjadi hitam. Dia merasa seperti akan jatuh ke lantai.Diego tidak sempat berpikir panjang, menjatuhkan nasi di tangannya dan melangkah mendekat untuk menopangnya."Kenapa kamu tiba-tiba bangun dari tempat tidur? Apa kamu ingin ke toilet?"Diego bertanya dengan cemas.Mata Sophia sedikit terbuka, kemudian dia menyadari bahwa tubuhnya bersandar pada tubuh Diego."Aku ingin bangun dan jalan-jalan ...."Setelah mengatakan itu, dia berpegang

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2060

    Diego menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Ya, aku mengerti. Aku nggak akan menemui kakak."Sophia menatapnya dengan kekhawatiran di matanya."Sebenarnya kamu nggak perlu mendengarkanku. Pemikiran setiap orang berbeda. Mungkin beberapa orang merasa bahwa meminta uang kepada kakak mereka adalah hal yang wajar. Bagaimanapun, sudah hal biasa kalau saudara saling membantu. Kalau kamu benar-benar merasa terbebani, kamu lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Jangan sampai kamu menyalahkanku pada akhirnya."Diego kembali menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin. Aku pikir apa yang kamu katakan benar. Aku sudah besar, tapi selalu minta uang sama kakak. Ini tidak baik kalau dibiasakan.""Aku sudah bilang sebelumnya, aku harus semangat. Bukankah tabunganku sudah lebih dari enam ratus juta?"Beberapa waktu yang lalu, dia sangat putus asa. Setiap kali menemani minum, dia minum sampai pingsan.Itu sebabnya dia memiliki tabungan cukup banyak.Setelah dia bekerja sendiri, dia baru menyadari bahwa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2059

    Setelah berada di luar, Diego mengeluarkan ponselnya. Setelah berpikir cukup lama, dia menghubungi nomor Reina.Dia menunggu Reina menjawab sambil memandang dengan cemas ke arah hujan salju yang turun dengan lebat.Diego merasa bahwa dia tidak bisa melunasi utang sebanyak itu dalam hidupnya. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya memiliki masa depan baru hanyalah Reina.Dia juga tahu bahwa ini tidak baik, tetapi dia tidak punya pilihan. Selain Reina, dia benar-benar tidak tahu siapa yang harus dihubungi.Di sisi lain, melihat daerah dari nomor telepon tidak dikenal yang menghubunginya, Reina tahu bahwa Diego yang menelepon.Nomor pribadinya sangat dirahasiakan, tidak mungkin ada telepon usil. Kebanyakan, yang punya nomornya hanya mereka yang mengenalnya.Sementara di bagian daerah Diego berada, Reina tidak mengenal siapa pun.Reina mengatur ponselnya dalam mode diam dan tidak menjawab panggilan Diego.Diego menelepon beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Dia sambil mengerutkan keni

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2058

    Diego menunggu cukup lama sebelum ambulans datang. Dia menggendong Sophia keluar dan baru merasa lega setelah Sophia dibawa ke rumah sakit.Dokter memeriksa keadaan Sophia, memberinya obat dan menyarankan agar Sophia rawat inap."Demam tinggi dan flu. Kenapa baru dibawa ke mari sekarang?" tegur dokter.Diego sedikit bingung. "Flu?"Dokter mengerutkan kening. "Setidaknya sudah dua atau tiga hari, kamu nggak tahu?"Diego menggeleng. "Aku nggak tahu."Kalau dia tahu, dia pasti sudah mengajak Sophia periksa ke dokter."Kalian berani sekali. Bisa gawat kalau gejalanya makin parah."Setelah mengatakan itu, dokter pun pergi.Diego duduk di dekat ranjang rumah sakit, menemani Sophia.Entah sudah berapa lama dan Sophia akhirnya tersadar. Dia membuka matanya dan menatap langit-langit berwarna putih di depannya dengan bingung.Sophia memiringkan kepalanya untuk melihat sekeliling. Selimut berwarna putih, berbagai peralatan medis, serta bau disinfektan yang menyengat di ujung hidungnya."Apa aku d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2057

    "Kenapa? Kamu nggak nafsu makan?" tanya Diego dengan penuh perhatian.Sophia mengangguk. "Mungkin karena aku kurang istirahat. Aku tidur dulu saja, nanti baru makan lagi.""Ya, tidurlah," jawab Diego penuh perhatian.Sophia berdiri, kepalanya pusing dan dia hampir jatuh ke lantai.Dia tidak terlalu memusingkannya, hanya menganggap ini terjadi karena dia kurang tidur. Dia berdiri dengan tenang, baru kemudian berjalan ke arah tempat tidur.Sophia berbaring di tempat tidur dan kembali tertidur.Diego membereskan meja dan mencuci piring seperti kebiasaannya.Di masa lalu, jangankan membereskan dan mencuci piring, dia bahkan tidak pernah menyentuh air dengan sepuluh jarinya.Satu-satunya alasan dia mau bersih-bersih sekarang adalah karena Sophia memaksanya.Awalnya, dia tidak mau melakukannya. Ketika Sophia melihat hal ini, dia memberinya pelajaran, baik dengan menguncinya di ambang pintu atau melarangnya tidur kalau belum mencuci piring.Seiring berjalannya waktu, Diego mulai terbiasa dan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2056

    "Kalau begitu, bisakah aku melihatmu sekarang? Aku ingin melihatmu." Sisil berkata dengan agak malu-malu.Deron melihat sekeliling bangsal, tidak ingin Sisil tahu bahwa dia masih di rumah sakit."Aku masih agak sibuk, jadi kita melakukan panggilan video nanti, ya?" tanya Deron dengan lembut.Sisil mengiakan dengan penuh pengertian, "Ya, kita melakukan panggilan video nanti saja. Sekarang, aku juga masih harus bekerja. Aku juga harus memberitahu Bos kalau kamu baik-baik saja. Kalau nggak, dia pasti akan khawatir denganmu."Deron mengangguk. "Ya, baiklah."Keduanya menutup telepon dengan enggan. Setelah itu, Sisil memberi tahu Reina alasan kenapa Deron menghilang akhir-akhir ini.Reina juga terkejut saat mendengarnya. Dia akan memastikannya dulu baru mengatakannya dengan Sisil."Kamu akhirnya bisa tenang sekarang, 'kan?"Sisil mengangguk. "Ya, aku sudah nggak khawatir lagi."Dia benar-benar tidak bisa tidur nyenyak dalam beberapa hari terakhir."Tapi, sekarang aku agak khawatir, Bos. Apa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2055

    "Aku akan memberitahumu ketika waktunya tepat. Aku nggak menyangka semuanya akan berkembang secepat ini," kata Deron.Sisil sedikit bingung. "Karena kamu pewaris Keluarga Reidar, kenapa kamu bekerja sebagai pengawal Bos?"Ada keheningan panjang yang tercipta, sebelum Deron menjawab, "Karena aku bukan anak istri sah. Satu-satunya alasan aku memiliki hak atas warisan adalah karena sebelum ayahku meninggal, dia tahu kalau Kakak nggak akan bisa punya anak."Sisil menikmati ceritanya dengan serius."Karena itulah aku nggak memberitahumu identitasku yang sebenarnya." Deron melanjutkan, "Aku takut kamu akan membenci identitasku."Anak haram ... ini status yang sangat sulit untuk didengar.Dia tumbuh dengan nama seperti itu dan ibunya tidak diperlakukan dengan baik oleh Keluarga Reidar.Dia sendiri harus menjalani kehidupan yang penuh dengan bahaya hanya demi mencari nafkah.Dia cukup beruntung bisa bertemu dengan Revin, mengikutinya berkeliling, kemudian menetap sebagai pengawal Reina untuk w

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2054

    "Terserah kalau begitu." Joanna berdiri dan hendak pergi.Melihat itu, Daniel langsung memanggilnya, "Kamu pasti juga kesulitan mengurus dua anak selama ini."Dulu, Daniel tidak secara langsung membesarkan anak-anaknya, jadi dia tidak mengerti. Dia merasa bahwa di rumah sudah ada pelayan, jadi membesarkan anak tidaklah melelahkan.Namun, sekarang kedua anaknya sudah besar, tetapi masih membuatnya khawatir. Dari sini dia sadar bahwa menjadi seorang ibu tidaklah mudah.Langkah kaki Joanna terhenti, tetapi dia tidak menoleh ke belakang dan kembali melangkah pergi.Di luar rumah, angin dingin menerpa wajahnya, seperti pisau dan terasa sangat menyakitkan.Kepala pelayan yang mengikuti di belakang Joanna segera menggunakan payung untuk menghalangi angin dingin untuknya.Joanna melambaikan tangannya ke arahnya. "Ini hanya angin dingin, nggak perlu pakai payung."Setelah itu, barulah kepala pelayan menarik kembali payung dari atas kepalanya.Joanna membiarkan angin dingin menerpa wajahnya, tet

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2053

    Di dalam kamar hotel.Morgan setengah berbaring di tempat tidur, di depannya ada seorang wanita yang sedang menangis.Tubuh wanita itu penuh dengan luka dan seluruh tubuhnya menggigil. "Tuan Morgan, tolong lepaskan aku."Morgan menatapnya dengan malas."Aku nggak ingin ada yang tahu tentang apa yang terjadi hari ini."Wanita itu membeku, lalu mengangguk dengan cepat, "Ya.""Kamu boleh pergi."Wanita itu buru-buru beranjak dari lantai, mengambil tasnya dan segera pergi.Dia mengira bahwa dia telah mendapatkan berlian, tetapi tidak disangka bahwa Morgan tidak bisa.Wanita itu sedikit takut. Dia sengaja menyewa seseorang untuk mengambil foto mereka berdua setelah Morgan mabuk.Setelah keluar, dia buru-buru menelepon pria itu. "Fotonya jangan disebarkan.""Hah? Kenapa nggak bilang sejak tadi? Foto sudah diunggah di sosial media," jawab orang di ujung telepon.Hati wanita itu langsung berubah dingin. "Kamu benar-benar membunuhku!"Dia menutup telepon dan membuka ponselnya, mencoba melihat b

DMCA.com Protection Status