Share

Bab 5

Penulis: Kacang Merah
Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.

Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini ....

...

Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.

Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.

Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."

Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"

Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.

Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina.

"Nggak."

Maxime menjawab dengan dingin.

Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?

Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?"

"Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke mana-mana, mereka nggak tahu di mana si tuli bersembunyi."

Jovan terus mengoceh.

Maxime mengernyit, tiba-tiba dia merasa kesal.

"Keluar sana!"

Jovan tercengang.

Dia melirik Maxime dan mendapati ternyata pria itu marah. Dia tidak berani berkata apa-apalagi dan buru-buru meninggalkan kantor CEO.

Di luar ruangan, Jovan mengeluarkan ponselnya dan menelepon, "Reina sudah ketemu?"

"Sudah, dia ada di motel di Jalan Gandaria."

Jovan meminta asistennya mengirimkan titik lokasi, lalu menuju ke sana.

Reina sudah menjadi penghalang Maxime dan Marshanda selama tiga tahun, meski sekarang dia sudah setuju bercerai, Jovan tidak akan membiarkan hal ini begitu saja.

Bagaimanapun, Marshanda adalah penolongnya.

Di luar sedang hujan.

Setelah selesai dengan tugas relawannya, Reina pergi ke rumah sakit untuk menebus obat, lalu berjalan menuju motel sambil memegang payung.

Hanya ada segelintir orang di jalan.

Sambil menyetir, tatapan Jovan terpaku pada punggung kurus Reina.

Dia sengaja menambah kecepatan dan melewati Reina.

Tubuh Reina jadi terciprat genangan air.

Reina menoleh dengan tatapan kosong.

Jovan melirik Reina dari kaca spionnya.

Mobil Bugatti abu-abu .... Reina kenal mobil mewah ini. Ya, ini mobil Jovan.

Reina buang muka dan pura-pura tidak melihatnya.

Jovan tentu tidak pergi begitu saja, dia memperlambat laju mobilnya dan mengikutinya dari dekat, "Hei tuli, sekarang sudah jadi orang yang tahu diri? Kamu nggak menyapaku?"

"Bukannya dulu kamu suka sekali menyapa dengan riang setiap kali melihatku? Bukannya dulu kamu suka menjilatku?"

Reina mendengarkan semua penghinaan itu tanpa ekspresi.

Karena cintanya pada Maxime, Reina selalu berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan semua orang di sekitar Maxime, termasuk teman-temannya.

Pikirnya, suatu hari nanti keluarga dan teman-teman Maxime akan menerimanya.

Reina terlalu polos, dia tidak tahu kejamnya dunia.

Suatu hari di sebuah pesta, Jovan memberi tahu Reina secara blak-blakan bahwa dia adalah teman Marshanda.

Untuk membela Marshanda, dia bahkan melepaskan martabat sebagai seorang anak orang kaya dan memaki Reina yang tidak tahu malu.

Setelah itu, dia bahkan ingin membunuh Reina dengan mendorongnya ke kolam renang.

Sejak saat itu, Reina menghindarinya.

Jovan melihat Reina mengabaikannya dan tidak menyahut sepatah kata pun. Dia menghentikan mobil, membuka pintu, melangkah menuju Reina dan menarik lengannya.

"Trik apalagi yang kamu mainkan kali ini?"

Lengan Reina terasa sakit, dia menyahut, "Aku nggak paham maksudmu."

Reina ingin melepaskan tangannya dari cengkeraman Jovan, tetapi pria itu sudah lebih dulu menepisnya.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!"

Reina yang tersentak langsung mundur beberapa langkah dan akhirnya terjatuh.

Jovan berdiri diam dan agak terkejut.

Dasar wanita jalang, sekarang dia bisa bersandiwara?

Disentak pelan begitu saja bisa jatuh?

Beberapa pejalan kaki pun menoleh ke arahnya saat melihat kejadian ini, Jovan yang merasa tidak nyaman langsung kembali ke dalam mobil dan memperingatkannya sebelum pergi.

"Reina, jangan menindas Marsha hanya karena kamu cacat. Dia berbeda darimu, dia sudah berusaha begitu keras untuk mencapai posisinya saat ini. Sebaiknya kamu berhenti mengganggu hubungannya dengan Kak Max."

Jovan pun pergi lalu dengan teganya memberi tahu Keluarga Andara di mana Reina tinggal saat ini.

Karena terjatuh tadi, tangan dan lutut Reina jadi memar. Rasa sakit yang cukup menusuk membuatnya butuh waktu lama untuk kembali berdiri.

Sebenarnya, Reina sangat tidak paham kenapa Jovan memperlakukannya seperti ini.

Reina ingat dengan jelas. Empat tahun yang lalu, Jovan mengalami kecelakaan dan terjebak di mobil yang akan segera meledak. Waktu itu Reina tanpa ragu langsung menyeretnya keluar mobil tanpa memedulikan bahaya yang mengancam.

Wajah Jovan penuh dengan darah, meski tidak bisa membuka matanya, dia berujar dengan lembut, "Terima kasih, aku pasti akan membalas kebaikanmu."

Apa ini balasan yang pria itu maksud?

Sesampainya di motel, Reina mandi dan mengobati lukanya.

Reina menjatuhkan diri ke kasur dengan tatapan kosong.

Setelah kejadian hari ini, dia semakin bertekad untuk meninggalkan Maxime.

Saat Reina terbangun, langit sudah cerah.

Reina keluar kamar dan mendapati ibunya sedang duduk di ruang tamu dengan mengenakan gaun berwarna merah.

Treya yang melihat Reina sudah bangun pun langsung menyerahkan sebuah amplop ke hadapan Reina. Treya terlihat tidak peduli sama sekali dengan kondisi putrinya.

"Baca baik-baik, ini jalan keluar yang Ibu pilihkan untukmu."

Reina mengambil dokumen itu dan melihat judulnya "Perjanjian Pranikah".

Lalu, dia membaca berkas itu.

"Nona Reina dengan sukarela menikahi Pak Jeremy dan sebagai istri akan terus merawat suaminya sampai tua ...."

"Pak Jeremy akan menafkahi Keluarga Andara dan memberi uang 600 miliar sebagai maskawin."

Jeremy Latief adalah seorang pengusaha generasi tua di Kota Simaliki yang saat ini berusia 78 tahun.

Reina tercekat.

Treya kembali melanjutkan, "Pak Jeremy bilang dia nggak keberatan menikahi kamu yang sudah pernah menikah. Asal kamu mau menikah dengannya, dia akan membantu Keluarga Andara bangkit lagi."

"Reina anak yang baik, kamu nggak mungkin mengecewakan ibu dan adikmu, 'kan?"

Seketika, wajah Reina jadi pucat.

"Aku nggak mau."

Treya jadi marah, dia tidak menyangka Reina akan langsung menolaknya.

"Punya hak apa kamu menolak? Aku yang melahirkanmu!"

Reina menatap ibunya lekat-lekat, lalu menyahut, "Kalau begitu apa utangku bisa dianggap lunas setelah kukembalikan nyawaku padamu?"

Treya tercengang.

"Apa katamu?"

Reina kembali berujar dengan bibir yang pucat pasi itu, "Kalau aku mengembalikan nyawaku padamu yang sudah melahirkanku, apa artinya kamu bukan lagi ibuku dan aku nggak lagi berutang padamu?"

Treya yang tidak percaya Reina berani berbuat nekat pun mencibir, "Oke! Kalau kamu mati, aku nggak akan memaksamu."

"Tapi, memangnya kamu berani?"

Reina menjawab dengan tegas seolah sudah membuat keputusan, "Beri aku waktu sebulan."

Treya merasa Reina sudah gila.

"Jangan pikir kamu bisa mengancamku dengan bilang mau mati. Aku nggak mengakuimu, mati ya mati saja sana. Kalau kamu nggak berani mati, lebih baik tanda tangan perjanjian ini."

Reina merasa sangat tertekan, dia ingin mencari tempat untuk melepas penatnya.

Di sebuah bar.

Reina duduk melamun di pojokan bar, menonton orang lain di sekitarnya menari, tertawa lepas dan bersenang-senang.

Seorang pria tampan dengan mata yang indah melihat sosok Reina yang seorang diri, dia pun menghampirinya.

"Eh? Reina?"

Reina balas menatap pria itu, tetapi dia tidak mengenalinya. Reina bertanya dengan tatapan kosong, "Apa kamu tahu cara supaya bisa bahagia?"

Pria itu bingung dan balas bertanya, "Apa katamu?"

Reina menegak anggurnya, lalu menjawab, "Dokter bilang aku sakit dan harus membuat diriku senang, tapi ... aku nggak bisa merasa senang ...."

Revin Lander merasa muram saat mendengar jawaban Reina.

Apa Reina tidak mengenali dirinya?

Selain itu, sakit apa dia sampai harus menyenangkan diri sendiri?

"Nona, kalau mau merasa senang harusnya kamu bukan datang ke tempat seperti ini."

"Ayo, kuantar pulang." Revin mengajaknya dengan lembut.

Reina menatapnya sambil tersenyum, "Kamu orang yang baik."

Revin menatap senyum pahit Reina dengan perasaan campur aduk, sebenarnya apa yang terjadi pada Reina belakangan ini?

Kenapa dia terlihat begitu menyedihkan?

Di sisi lain, ternyata Maxime juga berada di bar yang sama.

Sejak mengurus perceraian, setiap hari Maxime selalu pergi bersenang-senang dan sudah lama tidak pulang ke Vila Magenta.

Sekarang sudah larut malam, Maxime dan rombongannya bersiap untuk pulang.

Saat itulah Marshanda melihat sosok yang dikenalnya berada di pojok bar.

Marshanda yang terkejut pun memekik, "Eh? Itu 'kan Nona Reina?"

Maxime menoleh ke arah yang Marshanda tunjuk dan melihat seorang pria duduk di depan Reina sambil mengobrol dan tertawa bersamanya.

Wajah tampan Maxime seketika menjadi dingin.

Ternyata Reina mabuk-mabukkan dan menggoda pria lain?

Cih! Maxime sudah salah menilai Reina.

"Max, apa mau kamu samperin dulu?" tanya Marshanda.

"Nggak usah."

Maxime menjawab dengan dingin lalu langsung beranjak pergi.

Reina menolak tawaran Revin dan menjawab, "Terima kasih, aku bisa pulang sendiri, nggak perlu merepotkanmu."

Reina beranjak pergi, Revin yang mengkhawatirkannya langsung mengejarnya.

"Reina, kamu ... nggak ingat aku?"

Reina kembali menatap pria itu. Siapa pria ini?

"Aku si gendut! Kamu udah lupa?" Revin mengingatkan.

Ah, sekarang Reina ingat. Dulu waktu masih kecil, dia tinggal dengan Lyann di kampung, di sana Reina punya seorang teman baik yang dijuluki si gendut.

Waktu itu Revin dijuluki seperti itu karena memang tubuhnya sangat gendut. Sekarang pria yang berada di hadapannya ini bertubuh tinggi 190 cm dan terlihat tampan.

"Ah, aku ingat. Wah kamu beda banget dibanding waktu kecil dulu, aku sampai nggak kenal."

Bisa bertemu kenalan di tempat asing tentu adalah hal yang menyenangkan.

Reina tersenyum tipis, entah perasaan apa yang timbul di hati Revin.

"Ayo, kuantar pulang."

Revin mendapati ternyata Reina tinggal di sebuah motel bobrok.

Reina jadi sungkan dan berkata, "Ah, ketahuan deh. Jadi malu aku."

"Kamu jangan bilang ke Bu Lyann ya kalau aku tinggal di sini, takutnya dia jadi khawatir."

Revin mengangguk.

Sekarang sudah larut malam.

Tidak baik bagi Revin untuk tinggal lama-lama.

Revin pun pergi setelah memberi tahu Reina kalau dia akan menemuinya lagi besok pagi.

Karena gelap gulita, Revin tidak menyadari ada sebuah mobil Maybach berwarna hitam yang terparkir di dekat pintu hotel.

Revin sudah pulang.

Karena minum terlalu banyak, Reina merasa sakit perut dan pusing.

"Dok! Dok!"

Pintu kamar Reina digedor.

Reina kira Revin datang kembali, dia pun membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka, pergelangan tangan Reina langsung dicengkeram Maxime.

Reina yang ringkih tentu tidak sepadan dengan tenaga pria kekar seperti Max, cengkeraman Maxime membuat pergelangan tangan Reina rasanya mau patah.

"Reina! Hebat juga ya kamu!"

Maxime menutup pintu dengan punggung tangannya lalu mendorong Reina ke sofa.

"Ternyata kamu sudah memilih mangsamu selanjutnya, pantas saja kamu mau melepaskanku!" cibir Maxime.

Perkataan Maxime seperti pisau yang menyayat hatinya.

Entah bangaimana Maxime bisa mengetahui keberadaannya di sini dan bertemu dengan Revin.

Reina tertegun, dia tidak membela diri dan hanya menatap Maxime. "Kenapa? Kita 'kan sama saja."

Keluarga Andara sudah menipu Maxime dalam pernikahan ini.

Maxime memperlakukan Reina dengan dingin, bahkan dia yang berstatus suami Reina masih mempertahankan hubungannya dengan Marshanda, cinta pertamanya.

Mereka berdua sama, tidak ada yang berhak membenarkan diri.

Hari ini Maxime juga minum-minum, tubuhnya bau alkohol.

Maxime menjepit dagu Reina dan berujar dengan suara yang dalam.

"Siapa dia?"

"Sejak kapan kalian kenal?"

Ini adalah pertama kalinya Reina melihat Maxime yang seperti ini, dia pun tersenyum.

"Kamu cemburu?"

Maxime memicingkan mata lalu mendengus dingin, "Kamu pikir siapa kamu?"

Reina tercekat.

Maxime menindih tubuh Reina dan berbisik di telinga wanita itu.

"Dia sudah menyentuhmu, 'kan?"

Setelah menikah, Reina berhenti bekerja karena dilarang oleh Keluarga Sunandar. Kadang teman-temannya suka mengajaknya bertemu, tetapi selalu Reina tolak.

Sekarang bisa-bisanya Maxime masih mencurigainya.

Namun, Reina merasa agak lega.

"Menurutmu?" Reina balik bertanya.

Maxime jadi sangat kesal, tangannya pun langsung menggerayangi tubuh Reina.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Theaamie
cerita yang buat mata ku berair...........
goodnovel comment avatar
Nisa Nadzira
max aneh bukan nya senang ditinvggal reina koq malah marah2
goodnovel comment avatar
Arda Tura
kreeeeen banget alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2297

    Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2296

    Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2295

    "Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status