Share

Bab 4

Penulis: Kacang Merah
Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....

Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.

Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.

Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.

Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.

Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.

Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.

Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.

Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.

Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.

Suara Lyann pun terdengar dari ujung telepon.

"Pak Maxime, saya adalah pengasuh Reina sedari kecil. Saya mohon, bisakah Anda bermurah hati dan memperlakukan Reina dengan lebih baik?"

"Dia nggak sekuat kelihatannya. Waktu baru lahir, Nyonya Treya langsung membuangnya dan menyerahkannya padaku karena dikira tuli."

"Dia baru boleh pulang ke rumah setelah menginjak usia masuk sekolah. Tapi di rumahnya sendiri, hanya Tuan Besar Anthony yang menyayanginya sedangkan yang lain memperlakukannya seperti pembantu ...."

"Pak Maxime dan Tuan Besar Anthony adalah orang yang paling dia sayangi, anggap saja saya memohon pada Anda, tolong perlakukan dia dengan baik ...."

Maxime merasa tertekan saat mendengar suara Lyann yang mulai terisak di ujung telepon.

"Hmph, kenapa bukan dia sendiri yang ngomong padaku? Nggak berani? Sampai perlu orang sepertimu yang mengatakannya padaku."

Maxime menjawab dengan nada dingin, "Mau Reina jadi apa lah, nggak ada hubungannya denganku!"

"Dia pantas hidup seperti itu!"

Setelah itu, Maxime langsung menutup telepon.

Lyann hanya tahu Maxime itu pria yang baik karena Reina memang menceritakannya seperti itu.

Baru sekarang akhirnya Lyann sadar ternyata pria ini begitu kejam dan sama sekali tidak pantas untuk Reina.

...

Reina sedang duduk di mobil dalam perjalanan pulang ke kota.

Ponsel Reina tiba-tiba bergetar, dia membukanya dan mendapati sebuah pesan masuk dari Maxime.

"Bukannya kamu minta cerai? Sampai ketemu besok jam 10 pagi."

Reina menatap kosong pesan itu dan membalas singkat, "Oke."

Sepatah kata itu rasanya menusuk mata Maxime.

Sepanjang hari Maxime tidak bisa fokus.

Akhirnya dia mengajak teman-temannya minum-minum di sebuah kelab.

Marshanda juga datang.

"Hari ini kalau belum mabuk, aku nggak akan pulang."

Jovan duduk di samping Maxime dan bertanya tentang Reina, "Bagaimana kabar si tuli?"

Maxime mengangkat alisnya.

"Nggak perlu menyebutkan namanya lagi, besok kami akan urus surat cerai."

Jovan tercengang tidak percaya. "Serius?"

Mata indah Marshanda berbinar, lalu menuangkan anggur ke gelas Maxime. "Max, aku bersulang untuk hidupmu yang baru."

Malam ini Maxime minum gila-gilaan.

Marshanda ingin mengantarnya pulang, tetapi Maxime menolak.

"Nggak usah, nggak pantas."

Karena besok mereka akan bercerai, mungkin Reina akan pulang malam ini.

Marshanda tidak senang atas penolakan ini, dia pun bertanya, "Kenapa? Toh kalian sudah pasti cerai, apanya yang nggak pantas?"

"Kamu takut hubungan kita ketahuan?"

Hubungan mereka?

Maxime memicingkan mata.

"Jangan berpikir macam-macam."

Setelah masuk mobil, Maxime tetap menyuruh orang untuk mengantar Marshanda pulang.

Sepanjang perjalanan.

Maxime terus melirik ponselnya untuk melihat apa Reina ada mengirimkan pesan untuknya.

Nihil ....

Sesampainya di pintu Vila Magenta, Maxime kembali disambut oleh suasana gelap gulita.

Maxime terlihat kesal, dia masuk rumah dan menyalakan lampu, tetap tidak ada sosok Reina di sana.

Dia tidak pulang ....

Kondisi rumah sama persis seperti saat ditinggalkan Reina.

Efek anggur yang tadi Maxime minum sangat kuat. Dia duduk di sofa dan merasa tidak nyaman, tetapi setelah beberapa saat dia pun tertidur dan mimpi buruk.

Dalam mimpi, dia melihat Reina yang berlumuran darah tersenyum padanya dan berkata, "Max, aku sudah nggak mencintaimu."

Maxime langsung terbangun karena kaget dan mendapati matahari sudah terbit.

Maxime memijit pelipisnya, lalu pergi mandi. Setelah itu dia berganti pakaian memakai setelan jas dan pergi ke kantor sipil.

Di pintu masuk kantor sipil.

Maxime melihat Reina yang mengenakan pakaian berwarna gelap sedang berdiri di bawah pohon besar yang tidak jauh dari situ.

Di bawah gerimis hujan dan dilihat dari jauh, Reina terlihat kurus kering sampai seakan ditiup angin pun bisa terbang.

Maxime teringat sosok Reina waktu mereka baru saja menikah. Wanita itu terlihat sangat ceria dan menawan seperti gadis muda. Beda jauh dengan penampilannya sekarang yang begitu sendu, sudah seperti tanaman hidup segan mati tak mau.

Maxime berjalan lurus menghampiri Reina sambil memegang payung.

Butuh waktu lama sampai Reina menyadari kehadirannya.

Selama tiga tahun ini Maxime tidak banyak berubah, dia tetap tampan, berkarisma, hanya lebih dewasa dan terampil dari sebelumnya.

Sesaat, Reina tenggelam dalam lamunannya. Entah kenapa tiga tahun terakhir yang rasanya berlalu dalam sekejap mata membuatnya merasa seperti sudah menghabiskan seluruh waktu hidupnya.

Maxime mendatangi Reina dan menatapnya dengan dingin, dia sedang menunggu Reina minta maaf.

Sudah cukup 'kan marah selama tiga hari?

Tidak disangka, Reina malah berkata seperti ini padanya, "Maaf sudah mengganggu waktu kerjamu, ayo kita masuk."

Maxime tertegun, tetapi langsung kembali tenang.

"Jangan sampai menyesal."

Setelah itu, Maxime berjalan masuk ke kantor sipil.

Reina menatap punggung Maxime dengan hati pilu.

Apa dia akan menyesal?

Entahlah.

Di loket pengurusan perceraian.

Petugas bertanya pada keduanya apa mereka sudah mantap untuk bercerai, Reina berkata dengan tegas, "Ya."

Tatapan tegas Reina membuat Maxime merasa tertekan.

Setelah selesai mengurus administrasi, mereka diberikan masa tenang dan harus kembali sebulan lagi.

Kalau mereka tidak datang, maka permohonan cerai mereka otomatis batal.

Setelah keluar dari kantor sipil, Reina menatap Maxime dengan tenang dan berkata, "Sampai jumpa bulan depan. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah itu, Reina berjalan menerobos hujan dan mencegat sebuah taksi.

Maxime mematung di tempat sambil menatap taksi yang pergi, ada sebuah rasa tak terjelaskan yang timbul di hatinya.

Mungkin ... rasa lega?

Karena Maxime tidak perlu lagi berurusan dengan Reina, dia tidak lagi akan ditertawakan orang lain karena mempunyai istri yang cacat.

...

Reina bersandar di jendela taksi, dia melamun sambil mengamati tetesan air hujan yang meluncur ke bagian bawah jendela.

Si sopir melirik kaca spion dan melihat ada darah mengalir dari telinga Reina, sopir pun berteriak kaget.

"Nona, Nona!"

Sopir sudah berteriak beberapa kali tetapi Reina tidak menjawab.

Sopir pun buru-buru menghentikan mobilnya.

Reina bingung, kenapa mobilnya berhenti padahal dia belum sampai tujuan.

Reina menatap sopir dan mendapati mulut si sopir membuka tutup seolah sedang bicara dengannya, Reina sadar saat ini dia tidak dapat mendengar.

"Maaf Pak, ada apa? Aku nggak bisa dengar."

Sopir pun mengetik di ponselnya untuk memberi tahu Reina kondisi telinganya.

Reina mengulurkan tangannya perlahan dan merasakan sentuhan hangat di ujung jarinya.

Sepertinya dia sudah terbiasa.

"Nggak apa-apa, aku sudah terbiasa, nggak masalah."

Pendengaran Reina memang lemah, tetapi awalnya tidak sampai berdarah seperti ini.

Ini semua bermula saat dua tahun lalu, sahabat Maxime, Jovan mendorongnya ke kolam renang.

Reina tidak bisa berenang sehingga dia hampir tenggelam dan gendang telinganya bengkak, waktu itu dia hampir saja mati.

Setelah dirawat di rumah sakit, gendang telinganya membaik.

Jelas-jelas sebelumnya sudah sembuh, tetapi belakangan entah mengapa kambuh lagi.

Si sopir khawatir dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Reina mengucapkan terima kasih, lalu turun mobil dan pergi menemui dokter sendirian.

Reina pergi ke dokter langganannya.

"Dokter Vino, sepertinya ingatanku belakangan ini sangat buruk, aku sering lupa apa yang sedang aku lakukan," jelas Reina.

Kejadian ini terjadi lagi pagi ini. Tadi pagi waktu bangun, dia butuh waktu cukup lama untuk mengingat bahwa hari ini dia punya jadwal mengurus perceraian dengan Maxime.

Dokter tampak sedih dan khawatir saat membaca laporan diagnosis terbaru Reina.

"Nona Reina, saya sarankan Anda melakukan tes lain seperti tes psikologi."

Tes psikologi ....

Reina mengikuti saran dokter dan memeriksakan kondisi psikologisnya.

Hasilnya, dia didiagnosis menderita depresi.

Pasien yang menderita depresi berat bisa kehilangan ingatan.

Sebelum pulang ke hotel, Reina membeli buku catatan dan sebuah pulpen. Dia mencatat semua hal yang terjadi beberapa hari belakangan dan meletakkan buku itu di samping tempat tidurnya. Esok pagi saat bangun, Reina akan membaca catatannya untuk mengingat kembali cerita hidupnya.

Semua orang heboh saat mendengar kabar perceraiannya dengan Maxime.

Malam itu, Treya meneleponnya berkali-kali, tetapi Reina tidak mendengarnya.

Keesokan paginya, barulah Reina melihat tumpukan pesan dari Treya.

"Sekarang kamu ada di mana?"

"Kamu pikir kamu ini siapa? Bahkan kalau mau bercerai, harusnya Maxime yang menceraikanmu!"

"Benar-benar lintah nggak berguna! Waktu kamu menikah, ayahmu kecelakaan, sekarang setelah bercerai, kamu ingin Keluarga Andara bangkrut?"

Reina sudah terbiasa dengan pesan kasar ini.

Reina membalas.

"Bu, mulai sekarang kita harus mandiri, jangan terlalu bergantung pada orang lain."

Tidak lama kemudian, Treya membalas pesannya.

"Dasar wanita licik nggak berperasaan! Harusnya aku nggak melahirkanmu!"

Reina tidak membalas lagi dan meletakkan ponselnya di samping.

Reina sudah membayangkan, sebulan lagi dia sudah resmi bercerai dengan Maxime, setelah itu dia akan meninggalkan Kota Simaliki dan memulai hidup baru.

...

Hari terus berlalu, kesehatan Reina semakin memburuk dari hari ke hari.

Frekuensinya menjadi tuli semakin sering dan terkadang butuh waktu lama untuk pulih.

Daya ingatnya juga menurun drastis.

Mungkin kecacatan pendengarannya tidak bisa sembuh, tetapi depresi bisa.

Jadi, Reina ingin membahagiakan dirinya sendiri dengan menyibukkan diri.

Dia mendaftar menjadi relawan untuk merawat para lansia dan yatim piatu.

Ternyata kehadirannya cukup membantu, Reina seakan menemukan arti hidup.

Beberapa hari kemudian, di suatu pagi ....

Setelah bangun, Reina langsung membaca buku catatannya, lalu bersiap pergi ke panti asuhan.

Namun, begitu melihat ponselnya, Reina mendapati ada tumpukan pesan yang belum dibaca.

Pesan pertama dari Treya.

Selanjutnya dari adiknya, Diego.

Terakhir dari Marshanda ....

Reina membacanya satu per satu.

Pesan dari Treya: "Selamat, semua terjadi seperti rencanamu. Keluarga Andara bangkrut."

Pesan dari Diego: "Sembunyi saja sana, aku belum pernah melihat kakak yang begitu kejam dan pengecut sepertimu."

Pesan dari Marshanda: "Reina, turut berbela sungkawa ya. Sebenarnya bagus sih, karena Grup Andara pasti bisa lebih maju di tangan Max."

Pesan dari Marshanda: "Karena dulu Keluarga Andara sudah membantuku, katakan saja kalau ada yang bisa kubantu, kalau aku bisa, pasti akan kutolong."

Reina yang sudah hampir memutus koneksi dengan dunia luar masih belum mengerti apa yang terjadi.

Tidak berapa lama, berita hangat tersaji di hadapannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Beatrix Abineno
urus diri masing masing
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
wanita dungu yg pasif dlm menunggu hari kematiannya. sangat tidak berguna.
goodnovel comment avatar
amat adnan
Tetap tgar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 5

    Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini .......Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina."Nggak."Maxime menjawab dengan dingin.Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?""Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke man

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2297

    Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2296

    Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2295

    "Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status