Share

Bab 4

Author: Kacang Merah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....

Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.

Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.

Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.

Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.

Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.

Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.

Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.

Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.

Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.

Suara Lyann pun terdengar dari ujung telepon.

"Pak Maxime, saya adalah pengasuh Reina sedari kecil. Saya mohon, bisakah Anda bermurah hati dan memperlakukan Reina dengan lebih baik?"

"Dia nggak sekuat kelihatannya. Waktu baru lahir, Nyonya Treya langsung membuangnya dan menyerahkannya padaku karena dikira tuli."

"Dia baru boleh pulang ke rumah setelah menginjak usia masuk sekolah. Tapi di rumahnya sendiri, hanya Tuan Besar Anthony yang menyayanginya sedangkan yang lain memperlakukannya seperti pembantu ...."

"Pak Maxime dan Tuan Besar Anthony adalah orang yang paling dia sayangi, anggap saja saya memohon pada Anda, tolong perlakukan dia dengan baik ...."

Maxime merasa tertekan saat mendengar suara Lyann yang mulai terisak di ujung telepon.

"Hmph, kenapa bukan dia sendiri yang ngomong padaku? Nggak berani? Sampai perlu orang sepertimu yang mengatakannya padaku."

Maxime menjawab dengan nada dingin, "Mau Reina jadi apa lah, nggak ada hubungannya denganku!"

"Dia pantas hidup seperti itu!"

Setelah itu, Maxime langsung menutup telepon.

Lyann hanya tahu Maxime itu pria yang baik karena Reina memang menceritakannya seperti itu.

Baru sekarang akhirnya Lyann sadar ternyata pria ini begitu kejam dan sama sekali tidak pantas untuk Reina.

...

Reina sedang duduk di mobil dalam perjalanan pulang ke kota.

Ponsel Reina tiba-tiba bergetar, dia membukanya dan mendapati sebuah pesan masuk dari Maxime.

"Bukannya kamu minta cerai? Sampai ketemu besok jam 10 pagi."

Reina menatap kosong pesan itu dan membalas singkat, "Oke."

Sepatah kata itu rasanya menusuk mata Maxime.

Sepanjang hari Maxime tidak bisa fokus.

Akhirnya dia mengajak teman-temannya minum-minum di sebuah kelab.

Marshanda juga datang.

"Hari ini kalau belum mabuk, aku nggak akan pulang."

Jovan duduk di samping Maxime dan bertanya tentang Reina, "Bagaimana kabar si tuli?"

Maxime mengangkat alisnya.

"Nggak perlu menyebutkan namanya lagi, besok kami akan urus surat cerai."

Jovan tercengang tidak percaya. "Serius?"

Mata indah Marshanda berbinar, lalu menuangkan anggur ke gelas Maxime. "Max, aku bersulang untuk hidupmu yang baru."

Malam ini Maxime minum gila-gilaan.

Marshanda ingin mengantarnya pulang, tetapi Maxime menolak.

"Nggak usah, nggak pantas."

Karena besok mereka akan bercerai, mungkin Reina akan pulang malam ini.

Marshanda tidak senang atas penolakan ini, dia pun bertanya, "Kenapa? Toh kalian sudah pasti cerai, apanya yang nggak pantas?"

"Kamu takut hubungan kita ketahuan?"

Hubungan mereka?

Maxime memicingkan mata.

"Jangan berpikir macam-macam."

Setelah masuk mobil, Maxime tetap menyuruh orang untuk mengantar Marshanda pulang.

Sepanjang perjalanan.

Maxime terus melirik ponselnya untuk melihat apa Reina ada mengirimkan pesan untuknya.

Nihil ....

Sesampainya di pintu Vila Magenta, Maxime kembali disambut oleh suasana gelap gulita.

Maxime terlihat kesal, dia masuk rumah dan menyalakan lampu, tetap tidak ada sosok Reina di sana.

Dia tidak pulang ....

Kondisi rumah sama persis seperti saat ditinggalkan Reina.

Efek anggur yang tadi Maxime minum sangat kuat. Dia duduk di sofa dan merasa tidak nyaman, tetapi setelah beberapa saat dia pun tertidur dan mimpi buruk.

Dalam mimpi, dia melihat Reina yang berlumuran darah tersenyum padanya dan berkata, "Max, aku sudah nggak mencintaimu."

Maxime langsung terbangun karena kaget dan mendapati matahari sudah terbit.

Maxime memijit pelipisnya, lalu pergi mandi. Setelah itu dia berganti pakaian memakai setelan jas dan pergi ke kantor sipil.

Di pintu masuk kantor sipil.

Maxime melihat Reina yang mengenakan pakaian berwarna gelap sedang berdiri di bawah pohon besar yang tidak jauh dari situ.

Di bawah gerimis hujan dan dilihat dari jauh, Reina terlihat kurus kering sampai seakan ditiup angin pun bisa terbang.

Maxime teringat sosok Reina waktu mereka baru saja menikah. Wanita itu terlihat sangat ceria dan menawan seperti gadis muda. Beda jauh dengan penampilannya sekarang yang begitu sendu, sudah seperti tanaman hidup segan mati tak mau.

Maxime berjalan lurus menghampiri Reina sambil memegang payung.

Butuh waktu lama sampai Reina menyadari kehadirannya.

Selama tiga tahun ini Maxime tidak banyak berubah, dia tetap tampan, berkarisma, hanya lebih dewasa dan terampil dari sebelumnya.

Sesaat, Reina tenggelam dalam lamunannya. Entah kenapa tiga tahun terakhir yang rasanya berlalu dalam sekejap mata membuatnya merasa seperti sudah menghabiskan seluruh waktu hidupnya.

Maxime mendatangi Reina dan menatapnya dengan dingin, dia sedang menunggu Reina minta maaf.

Sudah cukup 'kan marah selama tiga hari?

Tidak disangka, Reina malah berkata seperti ini padanya, "Maaf sudah mengganggu waktu kerjamu, ayo kita masuk."

Maxime tertegun, tetapi langsung kembali tenang.

"Jangan sampai menyesal."

Setelah itu, Maxime berjalan masuk ke kantor sipil.

Reina menatap punggung Maxime dengan hati pilu.

Apa dia akan menyesal?

Entahlah.

Di loket pengurusan perceraian.

Petugas bertanya pada keduanya apa mereka sudah mantap untuk bercerai, Reina berkata dengan tegas, "Ya."

Tatapan tegas Reina membuat Maxime merasa tertekan.

Setelah selesai mengurus administrasi, mereka diberikan masa tenang dan harus kembali sebulan lagi.

Kalau mereka tidak datang, maka permohonan cerai mereka otomatis batal.

Setelah keluar dari kantor sipil, Reina menatap Maxime dengan tenang dan berkata, "Sampai jumpa bulan depan. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah itu, Reina berjalan menerobos hujan dan mencegat sebuah taksi.

Maxime mematung di tempat sambil menatap taksi yang pergi, ada sebuah rasa tak terjelaskan yang timbul di hatinya.

Mungkin ... rasa lega?

Karena Maxime tidak perlu lagi berurusan dengan Reina, dia tidak lagi akan ditertawakan orang lain karena mempunyai istri yang cacat.

...

Reina bersandar di jendela taksi, dia melamun sambil mengamati tetesan air hujan yang meluncur ke bagian bawah jendela.

Si sopir melirik kaca spion dan melihat ada darah mengalir dari telinga Reina, sopir pun berteriak kaget.

"Nona, Nona!"

Sopir sudah berteriak beberapa kali tetapi Reina tidak menjawab.

Sopir pun buru-buru menghentikan mobilnya.

Reina bingung, kenapa mobilnya berhenti padahal dia belum sampai tujuan.

Reina menatap sopir dan mendapati mulut si sopir membuka tutup seolah sedang bicara dengannya, Reina sadar saat ini dia tidak dapat mendengar.

"Maaf Pak, ada apa? Aku nggak bisa dengar."

Sopir pun mengetik di ponselnya untuk memberi tahu Reina kondisi telinganya.

Reina mengulurkan tangannya perlahan dan merasakan sentuhan hangat di ujung jarinya.

Sepertinya dia sudah terbiasa.

"Nggak apa-apa, aku sudah terbiasa, nggak masalah."

Pendengaran Reina memang lemah, tetapi awalnya tidak sampai berdarah seperti ini.

Ini semua bermula saat dua tahun lalu, sahabat Maxime, Jovan mendorongnya ke kolam renang.

Reina tidak bisa berenang sehingga dia hampir tenggelam dan gendang telinganya bengkak, waktu itu dia hampir saja mati.

Setelah dirawat di rumah sakit, gendang telinganya membaik.

Jelas-jelas sebelumnya sudah sembuh, tetapi belakangan entah mengapa kambuh lagi.

Si sopir khawatir dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Reina mengucapkan terima kasih, lalu turun mobil dan pergi menemui dokter sendirian.

Reina pergi ke dokter langganannya.

"Dokter Vino, sepertinya ingatanku belakangan ini sangat buruk, aku sering lupa apa yang sedang aku lakukan," jelas Reina.

Kejadian ini terjadi lagi pagi ini. Tadi pagi waktu bangun, dia butuh waktu cukup lama untuk mengingat bahwa hari ini dia punya jadwal mengurus perceraian dengan Maxime.

Dokter tampak sedih dan khawatir saat membaca laporan diagnosis terbaru Reina.

"Nona Reina, saya sarankan Anda melakukan tes lain seperti tes psikologi."

Tes psikologi ....

Reina mengikuti saran dokter dan memeriksakan kondisi psikologisnya.

Hasilnya, dia didiagnosis menderita depresi.

Pasien yang menderita depresi berat bisa kehilangan ingatan.

Sebelum pulang ke hotel, Reina membeli buku catatan dan sebuah pulpen. Dia mencatat semua hal yang terjadi beberapa hari belakangan dan meletakkan buku itu di samping tempat tidurnya. Esok pagi saat bangun, Reina akan membaca catatannya untuk mengingat kembali cerita hidupnya.

Semua orang heboh saat mendengar kabar perceraiannya dengan Maxime.

Malam itu, Treya meneleponnya berkali-kali, tetapi Reina tidak mendengarnya.

Keesokan paginya, barulah Reina melihat tumpukan pesan dari Treya.

"Sekarang kamu ada di mana?"

"Kamu pikir kamu ini siapa? Bahkan kalau mau bercerai, harusnya Maxime yang menceraikanmu!"

"Benar-benar lintah nggak berguna! Waktu kamu menikah, ayahmu kecelakaan, sekarang setelah bercerai, kamu ingin Keluarga Andara bangkrut?"

Reina sudah terbiasa dengan pesan kasar ini.

Reina membalas.

"Bu, mulai sekarang kita harus mandiri, jangan terlalu bergantung pada orang lain."

Tidak lama kemudian, Treya membalas pesannya.

"Dasar wanita licik nggak berperasaan! Harusnya aku nggak melahirkanmu!"

Reina tidak membalas lagi dan meletakkan ponselnya di samping.

Reina sudah membayangkan, sebulan lagi dia sudah resmi bercerai dengan Maxime, setelah itu dia akan meninggalkan Kota Simaliki dan memulai hidup baru.

...

Hari terus berlalu, kesehatan Reina semakin memburuk dari hari ke hari.

Frekuensinya menjadi tuli semakin sering dan terkadang butuh waktu lama untuk pulih.

Daya ingatnya juga menurun drastis.

Mungkin kecacatan pendengarannya tidak bisa sembuh, tetapi depresi bisa.

Jadi, Reina ingin membahagiakan dirinya sendiri dengan menyibukkan diri.

Dia mendaftar menjadi relawan untuk merawat para lansia dan yatim piatu.

Ternyata kehadirannya cukup membantu, Reina seakan menemukan arti hidup.

Beberapa hari kemudian, di suatu pagi ....

Setelah bangun, Reina langsung membaca buku catatannya, lalu bersiap pergi ke panti asuhan.

Namun, begitu melihat ponselnya, Reina mendapati ada tumpukan pesan yang belum dibaca.

Pesan pertama dari Treya.

Selanjutnya dari adiknya, Diego.

Terakhir dari Marshanda ....

Reina membacanya satu per satu.

Pesan dari Treya: "Selamat, semua terjadi seperti rencanamu. Keluarga Andara bangkrut."

Pesan dari Diego: "Sembunyi saja sana, aku belum pernah melihat kakak yang begitu kejam dan pengecut sepertimu."

Pesan dari Marshanda: "Reina, turut berbela sungkawa ya. Sebenarnya bagus sih, karena Grup Andara pasti bisa lebih maju di tangan Max."

Pesan dari Marshanda: "Karena dulu Keluarga Andara sudah membantuku, katakan saja kalau ada yang bisa kubantu, kalau aku bisa, pasti akan kutolong."

Reina yang sudah hampir memutus koneksi dengan dunia luar masih belum mengerti apa yang terjadi.

Tidak berapa lama, berita hangat tersaji di hadapannya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Yeyet Faranova
baru mau bebas eh ada aja masalah...
goodnovel comment avatar
Panji Panji
duuh sedih
goodnovel comment avatar
Mulya Dewi
mengandung irisan bawang cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 5

    Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini .......Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina."Nggak."Maxime menjawab dengan dingin.Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?""Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke man

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

    Last Updated : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1794

    Vior memang mau lihat seperti apa rupa suami Reina.Tidak lama kemudian, mobil Maxime datang.Mobil berhenti perlahan, sopir membuka pintu dan Maxime turun dari mobil. Dia tinggi dan tegap, wajahnya luar biasa tampan.Vior yang berdiri di samping kakek sampai membelalak saat melihat Maxime.Suami Reina tampan sekali?Kalau tidak salah, dulu Syena pernah cerita kalau suami Reina dan suaminya itu saudara kembar?Jadi, suami Syena juga terlihat seperti ini?Reina ini beruntung banget bisa begitu dicintai dua orang pria luar biasa yang begitu tampan!Vior membelalak tidak percaya. Saat dia tersadar dari lamunan, Maxime sudah berada di depan mereka.Maxime sangat berwibawa dan aura sebagai seorang pemimpin sangat kuat. Tapi saat berhadapan dengan para senior, Maxime merendah dan bersikap sopan, "Kakek, Nenek."Maxime tidak lupa membawa banyak hadiah.Kakek dan nenek pun terlihat puas akan Maxime.Maxime sangat tampan dan punya perilaku yang baik."Ayo cepat masuk."Nenek yang semula khawati

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1793

    Setelah pulang kerja, Maxime menelepon Reina dan menanyakan kabarnya.Setiap hari Reina akan berbagi cerita dengan Maxime."Besok aku ke sana ya," kata Maxime."Ya." Reina mengangguk, "Kalau gitu kita bisa main bersama di sini sebentar.""Ya." Maxime tersenyum.Ingin sekali rasanya Maxime terbang ke hadapan Reina sekarang juga dan memeluknya.Setelah Reina dan Maxime selesai mengobrol, Alana baring di kasur dan berdiskusi dengan Alana ke mana tujuan wisata mereka selanjutnya.Beberapa hari yang lalu, Alana sudah menceritakan pada Reina kalau Jovan sudah tahu tentang kehamilannya.Kini Alana dan Jovan jadi lebih harmonis.Ke mana pun Reina dan Alana pergi, Jovan pasti mendampingi dan menjaga Alana.Melihat Jovan sangat mengkhawatirkan keselamatan Alana, Reina akhirnya merasa lega.Sementara itu.Liane yang ada di dalam kamar saat ini batuk parah.Sekretaris menghentakkan kakinya dengan cemas, "Bu Liane, ayo kita ke rumah sakit.""Nggak, kalau aku tiba-tiba pergi ke rumah sakit, orangtua

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1792

    Orang itu langsung bertatapan dengan Reina."Ckck, ada ya orang yang begitu nggak tahu diri. Dia pikir setelah diakuin jadi anak, dia jadi orang paling hebat sedunia?" ujar seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Reina.Gadis itu seperti baru berusia 20 tahun.Kemarin Reina sudah melihat wanita ini, sepertinya dia adalah putri dari kerabat jauh yang tinggal sementara di sini, namanya Vior Yinandar.Alasan kenapa Riana bisa mengingat wanita ini adalah karena di antara para kerabatnya yang lain, hanya wanita ini yang menatapnya dengan penuh kebencian.Vior sengaja meninggikan suaranya dan hendak berjalan melewati Reina.Tapi Reina menghentikannya, "Apa aku sudah menyinggungmu?"Vior berhenti melangkah, jelas tidak menyangka Reina berani menghalangi jalannya.Dia memiringkan kepalanya dan menatap Reina tanpa berbasa-basi."Kamu nggak sadar sama perbuatanmu sendiri?"Reina mengernyit bingung, "Hm? Aku nggak kenal kamu sama sekali. Apa yang sudah aku lakukan sampai bikin kamu kesal?"Re

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1791

    "Aku pasti sayang sama mereka, mau seperti apa pun mereka. Kan mereka anakku," ucap Jovan sambil tersenyum lebar.Alana menatap Jovan, sepertinya pria ini tidak berbohong.Alana akhirnya mengambil keputusan, "Oke, kalau gitu aku kasih kesempatan. Kalau suatu hari kamu memperlakukan aku dan anakmu dengan buruk, kami bakal langsung ninggalin kamu."Alana terdiam sesaat, lalu melanjutkan, "Oh ya, kamu juga harus kasih ganti rugi ke kami."Alana bukan orang suci. Karena tahu rasanya dikhianati, dia perlu ganti rugi untuk berjaga-jaga.Jovan mengangguk berulang kali, "Ya, kita bikin perjanjian aja. Kalau aku nggak baik sama kamu dan anak-anak, aku akan kasih semua properti Keluarga Tambolo ke kalian, aku akan mati sendirian dan hidup sengsara."Alana langsung memanfaatkan momen ini.Alana berdiri dan meminta resepsionis mengantarkan pena juga kertas."Nih, tulis."Jovan tidak bercanda, dia langsung mengambil pena dan kertas dan mulai menulis.Karena dulu pernah belajar dunia hukum, Jovan ti

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1790

    Jovan terlihat ragu-ragu.Bagaimana kalau anak itu bukan anaknya?Tapi kalau bukan anaknya, anak siapa?Sejak mereka menikah, Tuan Besar Jacob sudah mengikat mereka sehingga dari pagi sampai malam, mereka tidak terpisahkan.Pada akhirnya, rasa ingin tahulah yang menang."Kamu hamil!"Ini adalah pernyataan, bukan pertanyaan.Alana merasa seperti disambar petir, wajahnya pucat pasi.Perubahan ekspresi Alana membuat Jovan bertanya-tanya apa Alana sudah berselingkuh dengan pria lain."Anak itu anakku, 'kan?" Jovan bertanya dengan ragu.Alana tersadar dari lamunan dengan wajah memerah, "Ya menurutmu?"Jovan akhirnya yakin, Alana hamil anaknya.Entah mengapa, Jovan merasa jantungnya akan melompat keluar dari dadanya, dia ingin sekali memeluk Alana.Tangan dan kaki Jovan bergerak spontan. Dia mendatangi Alana dan menggendongnya bak seorang putri."Aku bakal jadi papa?" Jovan tersenyum lebar.Begitu tubuhnya terangkat di udara, Alana pun panik. Dia meraih lengan Jovan dengan satu tangan dan me

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1789

    Reina mengikuti Alana masuk yang langsung berdoa.Alana tidak tahu kalau Jovan sudah tahu akan kehamilannya.Alana menemui seorang guru spiritual dan memintanya untuk menulis jimat keselamatan, lalu pergi berdoa lagi.Reina juga berdoa untuk Riki, Riko, Liam, Leo, Maxime, Liane dan lainnya. Dia memohon keselamatan untuk mereka.Mereka selesai berdoa setengah jam kemudian.Begitu di luar, Alana sekilas melihat Jovan di tengah kerumunan.Pria itu menatapnya dengan aneh.Alana mengernyit bingung, "Ngapain kamu ke sini?"Mata Jovan merah, dia mau langsung menanyai Alana, tetapi niatnya dia urungkan saat melihat Reina juga ada di sini."Kamu mau pulang jam berapa? Aku mau nanya sesuatu." Jovan berusaha menjaga suaranya setenang mungkin.Alana tidak sadar gelagat aneh Jovan, dia menyahut dengan kesal, "Ih akhirnya aku bisa pergi belanja sama Nana, ngapain kamu ngurus aku pulang jam berapa. Sudah jangan buntutin kami dong."Reina bisa membaca situasi, dia merasa Jovan menyadari sesuatu.Reina

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1788

    Kakek dan nenek Reina sangat ramah.Alana mengangguk berulang kali. Dia juga tahu Keluarga Yinandar tidak akan kekurangan uang atau harta apa pun."Nanti pas belanja kita lihat ya ada barang bagus nggak yang bisa kita beli buat mereka," ucap Alana."Oke."Reina memanggil pelayan untuk memesan.Reina tidak menyangka bos restoran itu sendiri yang melayani mereka, dia berkata dengan hormat, "Kalian mau pesan apa, ini buku menunya. Kalian bisa memesan apa pun yang kalian mau."Reina belum terlalu lapar, jadi dia meminta Alana untuk memesan.Akhirnya mereka memesan beberapa hidangan khas.Tidak lama kemudian hidangan disajikan. Sambil makan, Alana memberi tahu Reina, Jovan yang sangat keras kepala itu memutuskan akan tinggal bersamanya."Menurutmu aku harus gimana?" Alana menyuap beberapa suap dan tidak nafsu lagi. Tiba-tiba dia mau muntah dan langsung lari ke kamar mandi.Bosnya ketakutan setengah mati dan buru-buru datang untuk bertanya pada Reina, "Nona, Apa makanannya tidak sesuai denga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1787

    Alana menganga saat melihat orang yang turun adalah Reina.Ada apa ini?Kenapa tiba-tiba Nana jadi suka gaya orang kaya? Mereka 'kan cuma mau makan, mengobrol dan belanja? Kenapa bawa begitu banyak orang?Reina juga memperhatikan tatapan aneh di sekelilingnya. Dia turun dari mobil dengan rasa malu, berharap bisa bersembunyi di suatu tempat.Reina buru-buru masuk ke restoran.Karena para pengawal masih mau mengikuti, Reina pun berbisik, "Nggak apa-apa, kalian tunggu aku di luar."Pengawal menatap Reina dengan tatapan khawatir."Nggak bisa, Bu Liane pesan kami harus bersiap siaga dalam radius 10 meter."Reina terdiam.Dia tidak punya pilihan selain masuk dengan sekelompok pengawal.Untungnya, tidak ada seorang pun di restoran saat ini.Bos restoran menatap mereka, langsung berjalan mendekat dan bertanya dengan hati-hati, "Ah, anu ... Apa aku melakukan kesalahan?"Reina bingung.Dia melihat sekeliling , lalu menjawab, "Menurutku tempat ini cukup bagus. Lingkungannya tenang dan dekorasinya

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1786

    "Ibu jangan ngomong sembarangan." Reina jadi khawatir.Reina baru bertemu dengan ibu kandungnya, tentu dia tidak ingin mendengar ucapan kesialan seperti itu.Liane awalnya ingin memberi tahu Reina tentang kondisi fisiknya saat ini, tapi melihat kecemasan Reina, Liane pun mengurungkan niatnya."Oke, Ibu nggak cerita lagi. Kamu cepat istirahat gih. Beberapa hari ini kamu ajak anak-anakmu main ya, kalian harus bersenang-senang.""Ya." Reina mengangguk, lalu mengantar Liane keluar kamar.Liane berjalan keluar dan kembali ke kediamannya.Sekretaris sudah menyiapkan obat untuknya."Bu Liane, Anda sudah memberi tahu Nona?"Liane menggeleng dan meminum obatnya. Pahit sekali."Belum."Liane menatap ke dalam kegelapan malam, "Aku benar-benar nggak bisa ngomong."Meski hanya beberapa kata sederhana, entah mengapa kata-kata itu tidak bisa terlontar dari mulutnya."Oke." Sekretaris Liane menghela napas dan menatapnya dengan prihatin, "Tetapi masalah ini tetap harus dibicarakan, lebih cepat lebih ba

DMCA.com Protection Status