Share

Bab 4

Author: Kacang Merah
last update Last Updated: 2024-02-28 14:26:03
Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....

Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.

Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.

Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.

Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.

Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.

Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.

Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.

Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.

Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.

Suara Lyann pun terdengar dari ujung telepon.

"Pak Maxime, saya adalah pengasuh Reina sedari kecil. Saya mohon, bisakah Anda bermurah hati dan memperlakukan Reina dengan lebih baik?"

"Dia nggak sekuat kelihatannya. Waktu baru lahir, Nyonya Treya langsung membuangnya dan menyerahkannya padaku karena dikira tuli."

"Dia baru boleh pulang ke rumah setelah menginjak usia masuk sekolah. Tapi di rumahnya sendiri, hanya Tuan Besar Anthony yang menyayanginya sedangkan yang lain memperlakukannya seperti pembantu ...."

"Pak Maxime dan Tuan Besar Anthony adalah orang yang paling dia sayangi, anggap saja saya memohon pada Anda, tolong perlakukan dia dengan baik ...."

Maxime merasa tertekan saat mendengar suara Lyann yang mulai terisak di ujung telepon.

"Hmph, kenapa bukan dia sendiri yang ngomong padaku? Nggak berani? Sampai perlu orang sepertimu yang mengatakannya padaku."

Maxime menjawab dengan nada dingin, "Mau Reina jadi apa lah, nggak ada hubungannya denganku!"

"Dia pantas hidup seperti itu!"

Setelah itu, Maxime langsung menutup telepon.

Lyann hanya tahu Maxime itu pria yang baik karena Reina memang menceritakannya seperti itu.

Baru sekarang akhirnya Lyann sadar ternyata pria ini begitu kejam dan sama sekali tidak pantas untuk Reina.

...

Reina sedang duduk di mobil dalam perjalanan pulang ke kota.

Ponsel Reina tiba-tiba bergetar, dia membukanya dan mendapati sebuah pesan masuk dari Maxime.

"Bukannya kamu minta cerai? Sampai ketemu besok jam 10 pagi."

Reina menatap kosong pesan itu dan membalas singkat, "Oke."

Sepatah kata itu rasanya menusuk mata Maxime.

Sepanjang hari Maxime tidak bisa fokus.

Akhirnya dia mengajak teman-temannya minum-minum di sebuah kelab.

Marshanda juga datang.

"Hari ini kalau belum mabuk, aku nggak akan pulang."

Jovan duduk di samping Maxime dan bertanya tentang Reina, "Bagaimana kabar si tuli?"

Maxime mengangkat alisnya.

"Nggak perlu menyebutkan namanya lagi, besok kami akan urus surat cerai."

Jovan tercengang tidak percaya. "Serius?"

Mata indah Marshanda berbinar, lalu menuangkan anggur ke gelas Maxime. "Max, aku bersulang untuk hidupmu yang baru."

Malam ini Maxime minum gila-gilaan.

Marshanda ingin mengantarnya pulang, tetapi Maxime menolak.

"Nggak usah, nggak pantas."

Karena besok mereka akan bercerai, mungkin Reina akan pulang malam ini.

Marshanda tidak senang atas penolakan ini, dia pun bertanya, "Kenapa? Toh kalian sudah pasti cerai, apanya yang nggak pantas?"

"Kamu takut hubungan kita ketahuan?"

Hubungan mereka?

Maxime memicingkan mata.

"Jangan berpikir macam-macam."

Setelah masuk mobil, Maxime tetap menyuruh orang untuk mengantar Marshanda pulang.

Sepanjang perjalanan.

Maxime terus melirik ponselnya untuk melihat apa Reina ada mengirimkan pesan untuknya.

Nihil ....

Sesampainya di pintu Vila Magenta, Maxime kembali disambut oleh suasana gelap gulita.

Maxime terlihat kesal, dia masuk rumah dan menyalakan lampu, tetap tidak ada sosok Reina di sana.

Dia tidak pulang ....

Kondisi rumah sama persis seperti saat ditinggalkan Reina.

Efek anggur yang tadi Maxime minum sangat kuat. Dia duduk di sofa dan merasa tidak nyaman, tetapi setelah beberapa saat dia pun tertidur dan mimpi buruk.

Dalam mimpi, dia melihat Reina yang berlumuran darah tersenyum padanya dan berkata, "Max, aku sudah nggak mencintaimu."

Maxime langsung terbangun karena kaget dan mendapati matahari sudah terbit.

Maxime memijit pelipisnya, lalu pergi mandi. Setelah itu dia berganti pakaian memakai setelan jas dan pergi ke kantor sipil.

Di pintu masuk kantor sipil.

Maxime melihat Reina yang mengenakan pakaian berwarna gelap sedang berdiri di bawah pohon besar yang tidak jauh dari situ.

Di bawah gerimis hujan dan dilihat dari jauh, Reina terlihat kurus kering sampai seakan ditiup angin pun bisa terbang.

Maxime teringat sosok Reina waktu mereka baru saja menikah. Wanita itu terlihat sangat ceria dan menawan seperti gadis muda. Beda jauh dengan penampilannya sekarang yang begitu sendu, sudah seperti tanaman hidup segan mati tak mau.

Maxime berjalan lurus menghampiri Reina sambil memegang payung.

Butuh waktu lama sampai Reina menyadari kehadirannya.

Selama tiga tahun ini Maxime tidak banyak berubah, dia tetap tampan, berkarisma, hanya lebih dewasa dan terampil dari sebelumnya.

Sesaat, Reina tenggelam dalam lamunannya. Entah kenapa tiga tahun terakhir yang rasanya berlalu dalam sekejap mata membuatnya merasa seperti sudah menghabiskan seluruh waktu hidupnya.

Maxime mendatangi Reina dan menatapnya dengan dingin, dia sedang menunggu Reina minta maaf.

Sudah cukup 'kan marah selama tiga hari?

Tidak disangka, Reina malah berkata seperti ini padanya, "Maaf sudah mengganggu waktu kerjamu, ayo kita masuk."

Maxime tertegun, tetapi langsung kembali tenang.

"Jangan sampai menyesal."

Setelah itu, Maxime berjalan masuk ke kantor sipil.

Reina menatap punggung Maxime dengan hati pilu.

Apa dia akan menyesal?

Entahlah.

Di loket pengurusan perceraian.

Petugas bertanya pada keduanya apa mereka sudah mantap untuk bercerai, Reina berkata dengan tegas, "Ya."

Tatapan tegas Reina membuat Maxime merasa tertekan.

Setelah selesai mengurus administrasi, mereka diberikan masa tenang dan harus kembali sebulan lagi.

Kalau mereka tidak datang, maka permohonan cerai mereka otomatis batal.

Setelah keluar dari kantor sipil, Reina menatap Maxime dengan tenang dan berkata, "Sampai jumpa bulan depan. Jaga dirimu baik-baik."

Setelah itu, Reina berjalan menerobos hujan dan mencegat sebuah taksi.

Maxime mematung di tempat sambil menatap taksi yang pergi, ada sebuah rasa tak terjelaskan yang timbul di hatinya.

Mungkin ... rasa lega?

Karena Maxime tidak perlu lagi berurusan dengan Reina, dia tidak lagi akan ditertawakan orang lain karena mempunyai istri yang cacat.

...

Reina bersandar di jendela taksi, dia melamun sambil mengamati tetesan air hujan yang meluncur ke bagian bawah jendela.

Si sopir melirik kaca spion dan melihat ada darah mengalir dari telinga Reina, sopir pun berteriak kaget.

"Nona, Nona!"

Sopir sudah berteriak beberapa kali tetapi Reina tidak menjawab.

Sopir pun buru-buru menghentikan mobilnya.

Reina bingung, kenapa mobilnya berhenti padahal dia belum sampai tujuan.

Reina menatap sopir dan mendapati mulut si sopir membuka tutup seolah sedang bicara dengannya, Reina sadar saat ini dia tidak dapat mendengar.

"Maaf Pak, ada apa? Aku nggak bisa dengar."

Sopir pun mengetik di ponselnya untuk memberi tahu Reina kondisi telinganya.

Reina mengulurkan tangannya perlahan dan merasakan sentuhan hangat di ujung jarinya.

Sepertinya dia sudah terbiasa.

"Nggak apa-apa, aku sudah terbiasa, nggak masalah."

Pendengaran Reina memang lemah, tetapi awalnya tidak sampai berdarah seperti ini.

Ini semua bermula saat dua tahun lalu, sahabat Maxime, Jovan mendorongnya ke kolam renang.

Reina tidak bisa berenang sehingga dia hampir tenggelam dan gendang telinganya bengkak, waktu itu dia hampir saja mati.

Setelah dirawat di rumah sakit, gendang telinganya membaik.

Jelas-jelas sebelumnya sudah sembuh, tetapi belakangan entah mengapa kambuh lagi.

Si sopir khawatir dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Reina mengucapkan terima kasih, lalu turun mobil dan pergi menemui dokter sendirian.

Reina pergi ke dokter langganannya.

"Dokter Vino, sepertinya ingatanku belakangan ini sangat buruk, aku sering lupa apa yang sedang aku lakukan," jelas Reina.

Kejadian ini terjadi lagi pagi ini. Tadi pagi waktu bangun, dia butuh waktu cukup lama untuk mengingat bahwa hari ini dia punya jadwal mengurus perceraian dengan Maxime.

Dokter tampak sedih dan khawatir saat membaca laporan diagnosis terbaru Reina.

"Nona Reina, saya sarankan Anda melakukan tes lain seperti tes psikologi."

Tes psikologi ....

Reina mengikuti saran dokter dan memeriksakan kondisi psikologisnya.

Hasilnya, dia didiagnosis menderita depresi.

Pasien yang menderita depresi berat bisa kehilangan ingatan.

Sebelum pulang ke hotel, Reina membeli buku catatan dan sebuah pulpen. Dia mencatat semua hal yang terjadi beberapa hari belakangan dan meletakkan buku itu di samping tempat tidurnya. Esok pagi saat bangun, Reina akan membaca catatannya untuk mengingat kembali cerita hidupnya.

Semua orang heboh saat mendengar kabar perceraiannya dengan Maxime.

Malam itu, Treya meneleponnya berkali-kali, tetapi Reina tidak mendengarnya.

Keesokan paginya, barulah Reina melihat tumpukan pesan dari Treya.

"Sekarang kamu ada di mana?"

"Kamu pikir kamu ini siapa? Bahkan kalau mau bercerai, harusnya Maxime yang menceraikanmu!"

"Benar-benar lintah nggak berguna! Waktu kamu menikah, ayahmu kecelakaan, sekarang setelah bercerai, kamu ingin Keluarga Andara bangkrut?"

Reina sudah terbiasa dengan pesan kasar ini.

Reina membalas.

"Bu, mulai sekarang kita harus mandiri, jangan terlalu bergantung pada orang lain."

Tidak lama kemudian, Treya membalas pesannya.

"Dasar wanita licik nggak berperasaan! Harusnya aku nggak melahirkanmu!"

Reina tidak membalas lagi dan meletakkan ponselnya di samping.

Reina sudah membayangkan, sebulan lagi dia sudah resmi bercerai dengan Maxime, setelah itu dia akan meninggalkan Kota Simaliki dan memulai hidup baru.

...

Hari terus berlalu, kesehatan Reina semakin memburuk dari hari ke hari.

Frekuensinya menjadi tuli semakin sering dan terkadang butuh waktu lama untuk pulih.

Daya ingatnya juga menurun drastis.

Mungkin kecacatan pendengarannya tidak bisa sembuh, tetapi depresi bisa.

Jadi, Reina ingin membahagiakan dirinya sendiri dengan menyibukkan diri.

Dia mendaftar menjadi relawan untuk merawat para lansia dan yatim piatu.

Ternyata kehadirannya cukup membantu, Reina seakan menemukan arti hidup.

Beberapa hari kemudian, di suatu pagi ....

Setelah bangun, Reina langsung membaca buku catatannya, lalu bersiap pergi ke panti asuhan.

Namun, begitu melihat ponselnya, Reina mendapati ada tumpukan pesan yang belum dibaca.

Pesan pertama dari Treya.

Selanjutnya dari adiknya, Diego.

Terakhir dari Marshanda ....

Reina membacanya satu per satu.

Pesan dari Treya: "Selamat, semua terjadi seperti rencanamu. Keluarga Andara bangkrut."

Pesan dari Diego: "Sembunyi saja sana, aku belum pernah melihat kakak yang begitu kejam dan pengecut sepertimu."

Pesan dari Marshanda: "Reina, turut berbela sungkawa ya. Sebenarnya bagus sih, karena Grup Andara pasti bisa lebih maju di tangan Max."

Pesan dari Marshanda: "Karena dulu Keluarga Andara sudah membantuku, katakan saja kalau ada yang bisa kubantu, kalau aku bisa, pasti akan kutolong."

Reina yang sudah hampir memutus koneksi dengan dunia luar masih belum mengerti apa yang terjadi.

Tidak berapa lama, berita hangat tersaji di hadapannya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Yeyet Faranova
baru mau bebas eh ada aja masalah...
goodnovel comment avatar
Panji Panji
duuh sedih
goodnovel comment avatar
Mulya Dewi
mengandung irisan bawang cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 5

    Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini .......Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina."Nggak."Maxime menjawab dengan dingin.Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?""Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke man

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

    Last Updated : 2024-02-28
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

    Last Updated : 2024-02-28

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2061

    "Aku pernah dengar dari Deron, katanya namanya Sophia. Semoga dia benar-benar bisa mengubah Diego."Kekhawatiran terbesar Reina sebenarnya adalah Diego akan menyakiti Sophia.Wanita sebaik itu tidak boleh disakiti lagi oleh Diego."Hmm, pasti, Bos. Jangan khawatir," kata Sisil sambil membawakan secangkir kopi untuk Reina."Terima kasih," ucap Reina....Di sisi lain, Diego selesai membeli makanan dan segera kembali ke dalam bangsal Sophia.Di dalam bangsal, Sophia mencoba memaksakan diri untuk bangun, tetapi kepalanya tiba-tiba pusing dan pandangannya menjadi hitam. Dia merasa seperti akan jatuh ke lantai.Diego tidak sempat berpikir panjang, menjatuhkan nasi di tangannya dan melangkah mendekat untuk menopangnya."Kenapa kamu tiba-tiba bangun dari tempat tidur? Apa kamu ingin ke toilet?"Diego bertanya dengan cemas.Mata Sophia sedikit terbuka, kemudian dia menyadari bahwa tubuhnya bersandar pada tubuh Diego."Aku ingin bangun dan jalan-jalan ...."Setelah mengatakan itu, dia berpegang

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2060

    Diego menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Ya, aku mengerti. Aku nggak akan menemui kakak."Sophia menatapnya dengan kekhawatiran di matanya."Sebenarnya kamu nggak perlu mendengarkanku. Pemikiran setiap orang berbeda. Mungkin beberapa orang merasa bahwa meminta uang kepada kakak mereka adalah hal yang wajar. Bagaimanapun, sudah hal biasa kalau saudara saling membantu. Kalau kamu benar-benar merasa terbebani, kamu lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Jangan sampai kamu menyalahkanku pada akhirnya."Diego kembali menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin. Aku pikir apa yang kamu katakan benar. Aku sudah besar, tapi selalu minta uang sama kakak. Ini tidak baik kalau dibiasakan.""Aku sudah bilang sebelumnya, aku harus semangat. Bukankah tabunganku sudah lebih dari enam ratus juta?"Beberapa waktu yang lalu, dia sangat putus asa. Setiap kali menemani minum, dia minum sampai pingsan.Itu sebabnya dia memiliki tabungan cukup banyak.Setelah dia bekerja sendiri, dia baru menyadari bahwa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2059

    Setelah berada di luar, Diego mengeluarkan ponselnya. Setelah berpikir cukup lama, dia menghubungi nomor Reina.Dia menunggu Reina menjawab sambil memandang dengan cemas ke arah hujan salju yang turun dengan lebat.Diego merasa bahwa dia tidak bisa melunasi utang sebanyak itu dalam hidupnya. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya memiliki masa depan baru hanyalah Reina.Dia juga tahu bahwa ini tidak baik, tetapi dia tidak punya pilihan. Selain Reina, dia benar-benar tidak tahu siapa yang harus dihubungi.Di sisi lain, melihat daerah dari nomor telepon tidak dikenal yang menghubunginya, Reina tahu bahwa Diego yang menelepon.Nomor pribadinya sangat dirahasiakan, tidak mungkin ada telepon usil. Kebanyakan, yang punya nomornya hanya mereka yang mengenalnya.Sementara di bagian daerah Diego berada, Reina tidak mengenal siapa pun.Reina mengatur ponselnya dalam mode diam dan tidak menjawab panggilan Diego.Diego menelepon beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Dia sambil mengerutkan keni

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2058

    Diego menunggu cukup lama sebelum ambulans datang. Dia menggendong Sophia keluar dan baru merasa lega setelah Sophia dibawa ke rumah sakit.Dokter memeriksa keadaan Sophia, memberinya obat dan menyarankan agar Sophia rawat inap."Demam tinggi dan flu. Kenapa baru dibawa ke mari sekarang?" tegur dokter.Diego sedikit bingung. "Flu?"Dokter mengerutkan kening. "Setidaknya sudah dua atau tiga hari, kamu nggak tahu?"Diego menggeleng. "Aku nggak tahu."Kalau dia tahu, dia pasti sudah mengajak Sophia periksa ke dokter."Kalian berani sekali. Bisa gawat kalau gejalanya makin parah."Setelah mengatakan itu, dokter pun pergi.Diego duduk di dekat ranjang rumah sakit, menemani Sophia.Entah sudah berapa lama dan Sophia akhirnya tersadar. Dia membuka matanya dan menatap langit-langit berwarna putih di depannya dengan bingung.Sophia memiringkan kepalanya untuk melihat sekeliling. Selimut berwarna putih, berbagai peralatan medis, serta bau disinfektan yang menyengat di ujung hidungnya."Apa aku d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2057

    "Kenapa? Kamu nggak nafsu makan?" tanya Diego dengan penuh perhatian.Sophia mengangguk. "Mungkin karena aku kurang istirahat. Aku tidur dulu saja, nanti baru makan lagi.""Ya, tidurlah," jawab Diego penuh perhatian.Sophia berdiri, kepalanya pusing dan dia hampir jatuh ke lantai.Dia tidak terlalu memusingkannya, hanya menganggap ini terjadi karena dia kurang tidur. Dia berdiri dengan tenang, baru kemudian berjalan ke arah tempat tidur.Sophia berbaring di tempat tidur dan kembali tertidur.Diego membereskan meja dan mencuci piring seperti kebiasaannya.Di masa lalu, jangankan membereskan dan mencuci piring, dia bahkan tidak pernah menyentuh air dengan sepuluh jarinya.Satu-satunya alasan dia mau bersih-bersih sekarang adalah karena Sophia memaksanya.Awalnya, dia tidak mau melakukannya. Ketika Sophia melihat hal ini, dia memberinya pelajaran, baik dengan menguncinya di ambang pintu atau melarangnya tidur kalau belum mencuci piring.Seiring berjalannya waktu, Diego mulai terbiasa dan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2056

    "Kalau begitu, bisakah aku melihatmu sekarang? Aku ingin melihatmu." Sisil berkata dengan agak malu-malu.Deron melihat sekeliling bangsal, tidak ingin Sisil tahu bahwa dia masih di rumah sakit."Aku masih agak sibuk, jadi kita melakukan panggilan video nanti, ya?" tanya Deron dengan lembut.Sisil mengiakan dengan penuh pengertian, "Ya, kita melakukan panggilan video nanti saja. Sekarang, aku juga masih harus bekerja. Aku juga harus memberitahu Bos kalau kamu baik-baik saja. Kalau nggak, dia pasti akan khawatir denganmu."Deron mengangguk. "Ya, baiklah."Keduanya menutup telepon dengan enggan. Setelah itu, Sisil memberi tahu Reina alasan kenapa Deron menghilang akhir-akhir ini.Reina juga terkejut saat mendengarnya. Dia akan memastikannya dulu baru mengatakannya dengan Sisil."Kamu akhirnya bisa tenang sekarang, 'kan?"Sisil mengangguk. "Ya, aku sudah nggak khawatir lagi."Dia benar-benar tidak bisa tidur nyenyak dalam beberapa hari terakhir."Tapi, sekarang aku agak khawatir, Bos. Apa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2055

    "Aku akan memberitahumu ketika waktunya tepat. Aku nggak menyangka semuanya akan berkembang secepat ini," kata Deron.Sisil sedikit bingung. "Karena kamu pewaris Keluarga Reidar, kenapa kamu bekerja sebagai pengawal Bos?"Ada keheningan panjang yang tercipta, sebelum Deron menjawab, "Karena aku bukan anak istri sah. Satu-satunya alasan aku memiliki hak atas warisan adalah karena sebelum ayahku meninggal, dia tahu kalau Kakak nggak akan bisa punya anak."Sisil menikmati ceritanya dengan serius."Karena itulah aku nggak memberitahumu identitasku yang sebenarnya." Deron melanjutkan, "Aku takut kamu akan membenci identitasku."Anak haram ... ini status yang sangat sulit untuk didengar.Dia tumbuh dengan nama seperti itu dan ibunya tidak diperlakukan dengan baik oleh Keluarga Reidar.Dia sendiri harus menjalani kehidupan yang penuh dengan bahaya hanya demi mencari nafkah.Dia cukup beruntung bisa bertemu dengan Revin, mengikutinya berkeliling, kemudian menetap sebagai pengawal Reina untuk w

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2054

    "Terserah kalau begitu." Joanna berdiri dan hendak pergi.Melihat itu, Daniel langsung memanggilnya, "Kamu pasti juga kesulitan mengurus dua anak selama ini."Dulu, Daniel tidak secara langsung membesarkan anak-anaknya, jadi dia tidak mengerti. Dia merasa bahwa di rumah sudah ada pelayan, jadi membesarkan anak tidaklah melelahkan.Namun, sekarang kedua anaknya sudah besar, tetapi masih membuatnya khawatir. Dari sini dia sadar bahwa menjadi seorang ibu tidaklah mudah.Langkah kaki Joanna terhenti, tetapi dia tidak menoleh ke belakang dan kembali melangkah pergi.Di luar rumah, angin dingin menerpa wajahnya, seperti pisau dan terasa sangat menyakitkan.Kepala pelayan yang mengikuti di belakang Joanna segera menggunakan payung untuk menghalangi angin dingin untuknya.Joanna melambaikan tangannya ke arahnya. "Ini hanya angin dingin, nggak perlu pakai payung."Setelah itu, barulah kepala pelayan menarik kembali payung dari atas kepalanya.Joanna membiarkan angin dingin menerpa wajahnya, tet

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2053

    Di dalam kamar hotel.Morgan setengah berbaring di tempat tidur, di depannya ada seorang wanita yang sedang menangis.Tubuh wanita itu penuh dengan luka dan seluruh tubuhnya menggigil. "Tuan Morgan, tolong lepaskan aku."Morgan menatapnya dengan malas."Aku nggak ingin ada yang tahu tentang apa yang terjadi hari ini."Wanita itu membeku, lalu mengangguk dengan cepat, "Ya.""Kamu boleh pergi."Wanita itu buru-buru beranjak dari lantai, mengambil tasnya dan segera pergi.Dia mengira bahwa dia telah mendapatkan berlian, tetapi tidak disangka bahwa Morgan tidak bisa.Wanita itu sedikit takut. Dia sengaja menyewa seseorang untuk mengambil foto mereka berdua setelah Morgan mabuk.Setelah keluar, dia buru-buru menelepon pria itu. "Fotonya jangan disebarkan.""Hah? Kenapa nggak bilang sejak tadi? Foto sudah diunggah di sosial media," jawab orang di ujung telepon.Hati wanita itu langsung berubah dingin. "Kamu benar-benar membunuhku!"Dia menutup telepon dan membuka ponselnya, mencoba melihat b

DMCA.com Protection Status