Share

Bab 7

Penulis: Kacang Merah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Saat ini, di Vila Magenta.

Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.

Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.

Aneh sekali.

Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.

Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....

Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.

Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.

Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."

Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan.

"Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang."

"Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."

Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.

Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.

Sudah Maxime duga, mana mungkin wanita itu mati?

Reina tidak mungkin mati dan tidak mungkin rela bercerai darinya.

Maxime pun menelepon Reina.

Selama ini, sebenarnya Reina hampir tidak pernah menerima telepon dari Maxime.

Maxime jarang sekali bicara basa-basi dengannya, komunikasi mereka hanya melalui pesan.

Reina mengangkat panggilan itu, tetapi sebelum dia sempat menyahut, perkataan dingin Maxime sudah lebih dulu mendarat di telinganya.

"Reina, kesabaranku juga ada batasnya. Bukannya kamu yang mau bercerai?"

"Sekarang kamu menyesal karena aku nggak memberimu uang?"

"Kamu mau menikah dengan orang lain, memangnya uang 600 miliar nggak cukup?"

Reina tercekat.

Tiba-tiba dia tidak bisa mendengar apa pun.

Namun, Reina tidak mau disalahkan untuk hal yang tidak dia lakukan, jadi dia menggunakan kekuatan terakhirnya untuk menjawab.

"Max ... aku menikahimu ... sama sekali bukan karena uang."

"Sekarang aku ingin bercerai ... juga bukan demi uang ...."

"Mungkin kamu nggak akan percaya, tapi aku cuma mau bilang ... aku sama sekali nggak tahu ... masalah tentang ibu dan adikku yang melanggar perjanjian."

"Sekarang, aku juga nggak akan ... menikahi orang lain hanya demi uang 600 miliar ...."

Suara Reina putus-putus.

Maxime bisa mendengar angin yang menderu kencang dan suara hujan di ujung telepon.

"Kamu ada di mana sekarang?"

Reina tidak bisa mendengar suara Maxime, dia meremas erat ponselnya dan terus menjelaskan.

"Kalau ... aku tahu ibu dan adikku akan berbuat seperti itu, aku pasti ... nggak akan mau menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... hanya ada Marshanda di hatimu ... aku nggak akan menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... ayahku akan kecelakaan di hari pernikahanku, aku juga nggak akan ... menikah denganmu."

Tidak akan! Tidak akan menikah dengan Maxime!

Dari kata-kata Reina, Maxime bisa mendengar kepahitan yang sudah terpendam selama bertahun-tahun.

Maxime juga mendengar Reina sangat menyesal sudah menikah dengannya ....

Maxime tercekat, rasanya ada bola yang mengganjal tenggorokannya.

"Apa hakmu menyesal? 'Kan kamu yang dulu merengek untuk menikah denganku?"

Suara berat Maxime terdengar agak serak.

Di ujung telepon, suara Reina yang terus melemah pun semakin tidak terdengar.

"Reina! Kamu ada di mana sekarang?"

Sampai akhir, Maxime tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya, dia hanya mendengar kata-kata terakhir Reina.

"Sebenarnya .... Aku selalu berharap supaya kamu bahagia. "

"Buk!"

Ponsel Reina jatuh dari tangannya.

Hujan membasahi ponsel itu dan lambat laun layarnya menjadi gelap.

...

Di Vila Magenta.

Maxime jadi panik waktu panggilannya terputus.

Dia menelepon kembali, tetapi langsung disambut jawaban operator, "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi ...."

Maxime berdiri, mengenakan mantelnya dan bersiap pergi.

Namun, langkahnya terhenti di depan pintu.

Reina pasti sedang bermain tarik ulur.

Mereka berdua akan segera resmi bercerai, Reina tidak ada hubungannya dengan Maxime.

Maxime pun kembali ke kamar, tetapi entah mengapa dia tidak bisa tidur.

Perkataan Reina terus terngiang di benaknya.

"Kalau ... aku tahu ibu dan adikku akan berbuat seperti itu, aku pasti ... nggak akan mau menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... hanya ada Marshanda di hatimu ... aku nggak akan menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... ayahku akan kecelakaan di hari pernikahanku, aku juga nggak akan ... menikah denganmu."

Maxime bangun lagi dan tanpa sadar berjalan ke kamar Reina.

Sudah sebulan Reina meninggalkan tempat ini.

Maxime membuka pintu kamar dan mendapati kamar itu gelap, suasananya sangat muram.

Maxime menyalakan lampu, kamar Reina sangat kosong, tidak ada barang pribadi yang tersisa.

Maxime duduk di kasur dan membuka laci meja di sampingnya, di dalam ada sebuah buku catatan kecil.

Hanya ada satu kalimat yang tertulis di sana.

"Menurutku orang yang memilih untuk pergi adalah yang paling menderita karena dia sudah melewati berbagai macam pergumulan batin sebelum akhirnya mengambil keputusan."

Maxime mencibir saat membacanya, "Menderita?"

"Kamu pikir aku nggak menderita selama bersamamu?"

Maxime membuang buku itu ke tempat sampah.

Namun, sesaat sebelum meninggalkan kamar Reina, dia kembali meletakkan buku catatan itu di atas meja.

Setelahnya, Maxime tetap tidak bisa tidur.

...

Di sisi lain.

Revin juga tidak bisa tidur nyenyak, dia merasa ada yang tidak beres dengan Reina dalam dua hari terakhir, tetapi dia tidak tahu apa yang janggal.

Sekitar pukul empat pagi, Lyann meneleponnya.

"Vin, apa kamu bisa membantuku? Coba jenguk Reina, barusan aku mimpi aneh."

Revin pun duduk di kasur, "Mimpi apa?"

"Aku mimpi sesuatu terjadi pada Nana. Dia datang padaku dalam kondisi basah kuyup dan memintaku jangan sampai lupa menjemputnya pulang."

Tangis Lyann pun pecah. "Aku takut terjadi sesuatu padanya, teleponnya nggak diangkat dari tadi."

"Beberapa hari yang lalu, dia menyuruhku untuk menjemputnya di tanggal 15."

"Aku merasa ada yang nggak beres ...."

Revin mendengarkan cerita Lyann sampai selesai lalu menggabungkannya dengan sikap Reina belakangan ini. Revin pun langsung ganti baju.

"Jangan khawatir, aku akan mencarinya sekarang."

Rumahnya sangat dekat dengan apartemen tempat Reina tinggal.

Revin sampai sepuluh menit kemudian dan langsung membuka pintu kamar, tetapi yang menyambutnya adalah suasana sunyi.

Pintu kamar tidur Reina terbuka dan di dalamnya kosong.

Reina tidak ada di rumah.

Pergi ke mana wanita itu?

Revin melihat ada dua buah amplop di dekat bantal, dia mengambil dan membukanya. Setelah dibaca sedikit, barulah dia sadar kalau itu adalah surat wasiat.

Salah satunya adalah pesan untuk Revin.

"Revin, uang sewa kamar ini sudah aku transfer ke rekeningmu, ya. Terima kasih sudah menjagaku belakangan ini."

"Kamu tahu nggak, aku itu nggak punya teman sejak datang ke Kota Simaliki. Sebelum akhirnya bertemu denganmu, kukira aku ini orang yang nggak berguna sampai nggak ada yang mau berteman denganku."

"Untungnya, kita bisa bertemu. Kamu membuatku sadar kalau ternyata aku nggak sejelek itu. Terima kasih banyak, ya .... Kamu nggak boleh sedih, aku cuma mau ketemu ayah, dia pasti akan menjagaku."

Surat wasiat lainnya ditulis untuk Lyann.

Revin membuka surat itu dan membaca isi suratnya. Di baris terakhir surat, dia menemukan sebuah alamat untuk Lyann.

Revin bergegas pergi.

Alamat yang berada di pinggir barat kota itu tidak jauh dari posisinya sekarang, bisa ditempuh sekitar 20 menit dengan mobil.

Namun, bagi Revin sekarang, tempat itu terasa sangat jauh.

Dia tidak mengerti bagaimana seseorang yang dulunya begitu cemerlang dan punya masa depan yang cerah bisa-bisanya memilih untuk mati.

Di saat bersamaan, Treya juga menuju pinggir barat kota.

Hanya saja, Treya datang menjemput Reina yang akan dijualnya seharga 600 miliar pada kakek tua.

Di Heaven Stair, sebuah taman makam di pinggir barat Kota Simaliki.

Hujan turun begitu deras.

Reina terkulai di depan batu nisan ayahnya. Hujan deras membuat tubuhnya basah kuyup, rupanya saat ini seperti setangkai bunga layu di pinggir jalan yang bisa menghilang dari dunia dalam sekejap.

Revin menerobos hujan dan berlari menghampiri Reina.

"Reina!!"

Hanya suara angin dan hujan yang menjawab teriakan Revin, tidak ada respons apa pun dari Reina. Saat Revin memeluknya, barulah dia sadar ada sebotol obat kosong di samping Reina.

Revin mengangkat tubuh Reina dengan tangan gemetar.

Ringan sekali tubuhnya?

"Reina, bangun!"

"Reina, sadarlah!"

Revin terus memanggil Reina sambil menggotongnya ke mobil.

...

"Nyonya, kita sudah sampai," kata sopir.

Treya melihat ke luar jendela dan melihat seorang pria asing sedang menggendong ... Reina.

"Bagus sekali ya kelakuanmu, Reina!"

Trenya mengernyit dan turun dari mobil.

Hari ini, Treya mengenakan gaun berwarna merah meriah, percikan air hujan membasahi gaunnya.

Treya bergegas menghampiri untuk memarahi Reina.

Namun, saat Treya baru saja mau buka mulut, dia mendapati Reina bersandar lemas di pelukan Revin, wajahnya pucat dan matanya terpejam ....

Treya mematung.

"Reina ...."

Treya baru akan bertanya apa yang terjadi saat matanya tertuju pada botol obat yang tertiup angin.

Treya buru-buru mengambil botol obat itu dan membaca labelnya, "Obat Tidur."

Treya jadi teringat perkataan Reina beberapa hari yang lalu.

"Kalau aku mengembalikan nyawaku padamu yang sudah melahirkanku, apa artinya kamu bukan lagi ibuku dan aku nggak lagi berutang padamu?"

Payung di tangan Treya jatuh ke tanah.

Treya meremas botol obat di tangannya sambil menatap Reina tidak percaya, entah matanya basah karena hujan atau air mata.

"Kurang ajar! Bisa-bisanya kamu melakukan hal ini!"

"Nyawamu itu milikku!"

Bibir merah merona Treya bergetar.

Diego tidak ikut turun, dia tetap di mobil dan jadi bertanya-tanya kenapa ibunya berdiri lama sekali di tengah kuburan.

Diego pun menyusul dan langsung terhenyak begitu tahu kondisinya.

Dia tidak menyangka kakaknya benar-benar berani bunuh diri ....

Diego yang sadar dari lamunannya pun jadi panik, "Bu, bagaimana ini? Uang Pak Jeremy sudah kupakai untuk membuka perusahaan baru."

Sekarang akhirnya Revin mengerti kenapa Reina yang awalnya ceria dan kuat berubah menjadi seperti ini!

Treya mengepalkan tinjunya, sorot matanya terlihat murka. Dia berteriak, "Kenapa kamu nggak mati setelah menikah saja? Kenapa!"

Revin tidak sanggup mendengarkan ucapan ibu dan adik berhati kejam ini.

"Pergi!"

"Jangan sampai aku mengulangi perkataanku."

Treya dan Diego baru menyadari ternyata pria di hadapan mereka cukup berkarisma, sama seperti Maxime.

"Siapa kamu?" Diego melangkah maju. "Dia itu kakakku, apa hakmu mengusir kami?"

Setelah itu, Diego berujar pada Treya, "Bu, orang-orang Pak Jeremy sudah mendesak kita, katanya kalau nggak segera mengantar Reina, mereka akan menghajar kita."

Treya menenangkan diri lalu berujar dengan kejam, "Masukkan dia ke mobil, dalam kondisi mati pun dia harus menyelesaikan prosedur pernikahannya dulu."

Komen (5)
goodnovel comment avatar
ILaa
baru kali ini baca novel sambil menangis
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Iyaa sama saya membaca sambil menangis Ngebayangke begitu peliknya berada di Posisi Reina
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Astaghfirullah ibu macam apa itu... Koq bisanya setela itu dgn anaknya sndr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 14

    Reina sangat ketakutan melihat Maxime yang menyerangnya penuh nafsu, dia hanya bisa melindungi perutnya dengan hati-hati.Entah setelah berapa lama barulah Maxime berhenti."Reina, jangan membuatku marah," ujar Maxime dengan napas yang tersengal-sengal.Perkataan Maxime terdengar samar-samar di telinga Reina.Dengan tatapan kosong, dia bertanya, "Bukannya kamu yang bilang nggak akan pernah menyentuhku?""Sekarang apa maksud semua ini?"Reina membenamkan wajahnya di bantal, Maxime tidak menyadari wajahnya yang pucat.Reina menambahkan, "Apa pacarmu tahu perbuatanmu ini? Dia pasti akan sangat marah kalau tahu."Dulu Reina merasa Maxime itu kejam, tetapi ada kalanya penuh kasih sayang.Sekarang, Reina hanya merasa Maxime itu pria jahat.Pacar?Maxime tahu yang Reina maksud adalah Marshanda."Apa kamu pernah memikirkan hal ini waktu bersama Revin?"Mereka saling menyerang.Maxime tidak akan pernah menyalahkan diri sendiri demi seorang wanita, apalagi wanita itu Reina.Maxime mengejek tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 15

    Setelah tahu Reina hamil, Jovan meminta pihak rumah sakit untuk selalu mengabarinya tentang kondisi Reina.Entah kenapa, tiba-tiba firasat Maxime menjadi buruk."Ada apa?""Aku nggak tahu apa yang terjadi. Waktu hari ini aku ke rumah sakit, dokter bilang Reina meninggal!"Ucapan Jovan itu membuat Maxime merasa seperti tersambar petir di siang bolong!Meninggal?Mustahil!Semalam Reina masih baik-baik saja!Maxime sontak bangkit berdiri, kepalanya terasa berputar. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Dokter bilang semalam Reina masuk rumah sakit dan hari ini dinyatakan meninggal setelah jantungnya berhenti berdetak."Tanpa berbasa-basi lagi, Maxime mengambil jas yang dia lemparkan ke atas kasur dan berjalan keluar.Setelah itu, Maxime segera mengemudikan mobilnya ke rumah sakit.Sepanjang jalan, Maxime mengingat kembali perkataan Reina kemarin malam."Pak Maxime, apa kamu sedih kalau aku mati?"Entah kenapa, saat ini Maxime merasa sulit bernapas.Dia sudah melepas dua kancing teratas kemejan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1794

    Vior memang mau lihat seperti apa rupa suami Reina.Tidak lama kemudian, mobil Maxime datang.Mobil berhenti perlahan, sopir membuka pintu dan Maxime turun dari mobil. Dia tinggi dan tegap, wajahnya luar biasa tampan.Vior yang berdiri di samping kakek sampai membelalak saat melihat Maxime.Suami Reina tampan sekali?Kalau tidak salah, dulu Syena pernah cerita kalau suami Reina dan suaminya itu saudara kembar?Jadi, suami Syena juga terlihat seperti ini?Reina ini beruntung banget bisa begitu dicintai dua orang pria luar biasa yang begitu tampan!Vior membelalak tidak percaya. Saat dia tersadar dari lamunan, Maxime sudah berada di depan mereka.Maxime sangat berwibawa dan aura sebagai seorang pemimpin sangat kuat. Tapi saat berhadapan dengan para senior, Maxime merendah dan bersikap sopan, "Kakek, Nenek."Maxime tidak lupa membawa banyak hadiah.Kakek dan nenek pun terlihat puas akan Maxime.Maxime sangat tampan dan punya perilaku yang baik."Ayo cepat masuk."Nenek yang semula khawati

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1793

    Setelah pulang kerja, Maxime menelepon Reina dan menanyakan kabarnya.Setiap hari Reina akan berbagi cerita dengan Maxime."Besok aku ke sana ya," kata Maxime."Ya." Reina mengangguk, "Kalau gitu kita bisa main bersama di sini sebentar.""Ya." Maxime tersenyum.Ingin sekali rasanya Maxime terbang ke hadapan Reina sekarang juga dan memeluknya.Setelah Reina dan Maxime selesai mengobrol, Alana baring di kasur dan berdiskusi dengan Alana ke mana tujuan wisata mereka selanjutnya.Beberapa hari yang lalu, Alana sudah menceritakan pada Reina kalau Jovan sudah tahu tentang kehamilannya.Kini Alana dan Jovan jadi lebih harmonis.Ke mana pun Reina dan Alana pergi, Jovan pasti mendampingi dan menjaga Alana.Melihat Jovan sangat mengkhawatirkan keselamatan Alana, Reina akhirnya merasa lega.Sementara itu.Liane yang ada di dalam kamar saat ini batuk parah.Sekretaris menghentakkan kakinya dengan cemas, "Bu Liane, ayo kita ke rumah sakit.""Nggak, kalau aku tiba-tiba pergi ke rumah sakit, orangtua

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1792

    Orang itu langsung bertatapan dengan Reina."Ckck, ada ya orang yang begitu nggak tahu diri. Dia pikir setelah diakuin jadi anak, dia jadi orang paling hebat sedunia?" ujar seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Reina.Gadis itu seperti baru berusia 20 tahun.Kemarin Reina sudah melihat wanita ini, sepertinya dia adalah putri dari kerabat jauh yang tinggal sementara di sini, namanya Vior Yinandar.Alasan kenapa Riana bisa mengingat wanita ini adalah karena di antara para kerabatnya yang lain, hanya wanita ini yang menatapnya dengan penuh kebencian.Vior sengaja meninggikan suaranya dan hendak berjalan melewati Reina.Tapi Reina menghentikannya, "Apa aku sudah menyinggungmu?"Vior berhenti melangkah, jelas tidak menyangka Reina berani menghalangi jalannya.Dia memiringkan kepalanya dan menatap Reina tanpa berbasa-basi."Kamu nggak sadar sama perbuatanmu sendiri?"Reina mengernyit bingung, "Hm? Aku nggak kenal kamu sama sekali. Apa yang sudah aku lakukan sampai bikin kamu kesal?"Re

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1791

    "Aku pasti sayang sama mereka, mau seperti apa pun mereka. Kan mereka anakku," ucap Jovan sambil tersenyum lebar.Alana menatap Jovan, sepertinya pria ini tidak berbohong.Alana akhirnya mengambil keputusan, "Oke, kalau gitu aku kasih kesempatan. Kalau suatu hari kamu memperlakukan aku dan anakmu dengan buruk, kami bakal langsung ninggalin kamu."Alana terdiam sesaat, lalu melanjutkan, "Oh ya, kamu juga harus kasih ganti rugi ke kami."Alana bukan orang suci. Karena tahu rasanya dikhianati, dia perlu ganti rugi untuk berjaga-jaga.Jovan mengangguk berulang kali, "Ya, kita bikin perjanjian aja. Kalau aku nggak baik sama kamu dan anak-anak, aku akan kasih semua properti Keluarga Tambolo ke kalian, aku akan mati sendirian dan hidup sengsara."Alana langsung memanfaatkan momen ini.Alana berdiri dan meminta resepsionis mengantarkan pena juga kertas."Nih, tulis."Jovan tidak bercanda, dia langsung mengambil pena dan kertas dan mulai menulis.Karena dulu pernah belajar dunia hukum, Jovan ti

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1790

    Jovan terlihat ragu-ragu.Bagaimana kalau anak itu bukan anaknya?Tapi kalau bukan anaknya, anak siapa?Sejak mereka menikah, Tuan Besar Jacob sudah mengikat mereka sehingga dari pagi sampai malam, mereka tidak terpisahkan.Pada akhirnya, rasa ingin tahulah yang menang."Kamu hamil!"Ini adalah pernyataan, bukan pertanyaan.Alana merasa seperti disambar petir, wajahnya pucat pasi.Perubahan ekspresi Alana membuat Jovan bertanya-tanya apa Alana sudah berselingkuh dengan pria lain."Anak itu anakku, 'kan?" Jovan bertanya dengan ragu.Alana tersadar dari lamunan dengan wajah memerah, "Ya menurutmu?"Jovan akhirnya yakin, Alana hamil anaknya.Entah mengapa, Jovan merasa jantungnya akan melompat keluar dari dadanya, dia ingin sekali memeluk Alana.Tangan dan kaki Jovan bergerak spontan. Dia mendatangi Alana dan menggendongnya bak seorang putri."Aku bakal jadi papa?" Jovan tersenyum lebar.Begitu tubuhnya terangkat di udara, Alana pun panik. Dia meraih lengan Jovan dengan satu tangan dan me

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1789

    Reina mengikuti Alana masuk yang langsung berdoa.Alana tidak tahu kalau Jovan sudah tahu akan kehamilannya.Alana menemui seorang guru spiritual dan memintanya untuk menulis jimat keselamatan, lalu pergi berdoa lagi.Reina juga berdoa untuk Riki, Riko, Liam, Leo, Maxime, Liane dan lainnya. Dia memohon keselamatan untuk mereka.Mereka selesai berdoa setengah jam kemudian.Begitu di luar, Alana sekilas melihat Jovan di tengah kerumunan.Pria itu menatapnya dengan aneh.Alana mengernyit bingung, "Ngapain kamu ke sini?"Mata Jovan merah, dia mau langsung menanyai Alana, tetapi niatnya dia urungkan saat melihat Reina juga ada di sini."Kamu mau pulang jam berapa? Aku mau nanya sesuatu." Jovan berusaha menjaga suaranya setenang mungkin.Alana tidak sadar gelagat aneh Jovan, dia menyahut dengan kesal, "Ih akhirnya aku bisa pergi belanja sama Nana, ngapain kamu ngurus aku pulang jam berapa. Sudah jangan buntutin kami dong."Reina bisa membaca situasi, dia merasa Jovan menyadari sesuatu.Reina

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1788

    Kakek dan nenek Reina sangat ramah.Alana mengangguk berulang kali. Dia juga tahu Keluarga Yinandar tidak akan kekurangan uang atau harta apa pun."Nanti pas belanja kita lihat ya ada barang bagus nggak yang bisa kita beli buat mereka," ucap Alana."Oke."Reina memanggil pelayan untuk memesan.Reina tidak menyangka bos restoran itu sendiri yang melayani mereka, dia berkata dengan hormat, "Kalian mau pesan apa, ini buku menunya. Kalian bisa memesan apa pun yang kalian mau."Reina belum terlalu lapar, jadi dia meminta Alana untuk memesan.Akhirnya mereka memesan beberapa hidangan khas.Tidak lama kemudian hidangan disajikan. Sambil makan, Alana memberi tahu Reina, Jovan yang sangat keras kepala itu memutuskan akan tinggal bersamanya."Menurutmu aku harus gimana?" Alana menyuap beberapa suap dan tidak nafsu lagi. Tiba-tiba dia mau muntah dan langsung lari ke kamar mandi.Bosnya ketakutan setengah mati dan buru-buru datang untuk bertanya pada Reina, "Nona, Apa makanannya tidak sesuai denga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1787

    Alana menganga saat melihat orang yang turun adalah Reina.Ada apa ini?Kenapa tiba-tiba Nana jadi suka gaya orang kaya? Mereka 'kan cuma mau makan, mengobrol dan belanja? Kenapa bawa begitu banyak orang?Reina juga memperhatikan tatapan aneh di sekelilingnya. Dia turun dari mobil dengan rasa malu, berharap bisa bersembunyi di suatu tempat.Reina buru-buru masuk ke restoran.Karena para pengawal masih mau mengikuti, Reina pun berbisik, "Nggak apa-apa, kalian tunggu aku di luar."Pengawal menatap Reina dengan tatapan khawatir."Nggak bisa, Bu Liane pesan kami harus bersiap siaga dalam radius 10 meter."Reina terdiam.Dia tidak punya pilihan selain masuk dengan sekelompok pengawal.Untungnya, tidak ada seorang pun di restoran saat ini.Bos restoran menatap mereka, langsung berjalan mendekat dan bertanya dengan hati-hati, "Ah, anu ... Apa aku melakukan kesalahan?"Reina bingung.Dia melihat sekeliling , lalu menjawab, "Menurutku tempat ini cukup bagus. Lingkungannya tenang dan dekorasinya

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 1786

    "Ibu jangan ngomong sembarangan." Reina jadi khawatir.Reina baru bertemu dengan ibu kandungnya, tentu dia tidak ingin mendengar ucapan kesialan seperti itu.Liane awalnya ingin memberi tahu Reina tentang kondisi fisiknya saat ini, tapi melihat kecemasan Reina, Liane pun mengurungkan niatnya."Oke, Ibu nggak cerita lagi. Kamu cepat istirahat gih. Beberapa hari ini kamu ajak anak-anakmu main ya, kalian harus bersenang-senang.""Ya." Reina mengangguk, lalu mengantar Liane keluar kamar.Liane berjalan keluar dan kembali ke kediamannya.Sekretaris sudah menyiapkan obat untuknya."Bu Liane, Anda sudah memberi tahu Nona?"Liane menggeleng dan meminum obatnya. Pahit sekali."Belum."Liane menatap ke dalam kegelapan malam, "Aku benar-benar nggak bisa ngomong."Meski hanya beberapa kata sederhana, entah mengapa kata-kata itu tidak bisa terlontar dari mulutnya."Oke." Sekretaris Liane menghela napas dan menatapnya dengan prihatin, "Tetapi masalah ini tetap harus dibicarakan, lebih cepat lebih ba

DMCA.com Protection Status