Share

Bab 7

Penulis: Kacang Merah
Saat ini, di Vila Magenta.

Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.

Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.

Aneh sekali.

Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.

Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....

Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.

Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.

Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."

Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan.

"Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang."

"Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."

Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.

Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.

Sudah Maxime duga, mana mungkin wanita itu mati?

Reina tidak mungkin mati dan tidak mungkin rela bercerai darinya.

Maxime pun menelepon Reina.

Selama ini, sebenarnya Reina hampir tidak pernah menerima telepon dari Maxime.

Maxime jarang sekali bicara basa-basi dengannya, komunikasi mereka hanya melalui pesan.

Reina mengangkat panggilan itu, tetapi sebelum dia sempat menyahut, perkataan dingin Maxime sudah lebih dulu mendarat di telinganya.

"Reina, kesabaranku juga ada batasnya. Bukannya kamu yang mau bercerai?"

"Sekarang kamu menyesal karena aku nggak memberimu uang?"

"Kamu mau menikah dengan orang lain, memangnya uang 600 miliar nggak cukup?"

Reina tercekat.

Tiba-tiba dia tidak bisa mendengar apa pun.

Namun, Reina tidak mau disalahkan untuk hal yang tidak dia lakukan, jadi dia menggunakan kekuatan terakhirnya untuk menjawab.

"Max ... aku menikahimu ... sama sekali bukan karena uang."

"Sekarang aku ingin bercerai ... juga bukan demi uang ...."

"Mungkin kamu nggak akan percaya, tapi aku cuma mau bilang ... aku sama sekali nggak tahu ... masalah tentang ibu dan adikku yang melanggar perjanjian."

"Sekarang, aku juga nggak akan ... menikahi orang lain hanya demi uang 600 miliar ...."

Suara Reina putus-putus.

Maxime bisa mendengar angin yang menderu kencang dan suara hujan di ujung telepon.

"Kamu ada di mana sekarang?"

Reina tidak bisa mendengar suara Maxime, dia meremas erat ponselnya dan terus menjelaskan.

"Kalau ... aku tahu ibu dan adikku akan berbuat seperti itu, aku pasti ... nggak akan mau menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... hanya ada Marshanda di hatimu ... aku nggak akan menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... ayahku akan kecelakaan di hari pernikahanku, aku juga nggak akan ... menikah denganmu."

Tidak akan! Tidak akan menikah dengan Maxime!

Dari kata-kata Reina, Maxime bisa mendengar kepahitan yang sudah terpendam selama bertahun-tahun.

Maxime juga mendengar Reina sangat menyesal sudah menikah dengannya ....

Maxime tercekat, rasanya ada bola yang mengganjal tenggorokannya.

"Apa hakmu menyesal? 'Kan kamu yang dulu merengek untuk menikah denganku?"

Suara berat Maxime terdengar agak serak.

Di ujung telepon, suara Reina yang terus melemah pun semakin tidak terdengar.

"Reina! Kamu ada di mana sekarang?"

Sampai akhir, Maxime tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya, dia hanya mendengar kata-kata terakhir Reina.

"Sebenarnya .... Aku selalu berharap supaya kamu bahagia. "

"Buk!"

Ponsel Reina jatuh dari tangannya.

Hujan membasahi ponsel itu dan lambat laun layarnya menjadi gelap.

...

Di Vila Magenta.

Maxime jadi panik waktu panggilannya terputus.

Dia menelepon kembali, tetapi langsung disambut jawaban operator, "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi ...."

Maxime berdiri, mengenakan mantelnya dan bersiap pergi.

Namun, langkahnya terhenti di depan pintu.

Reina pasti sedang bermain tarik ulur.

Mereka berdua akan segera resmi bercerai, Reina tidak ada hubungannya dengan Maxime.

Maxime pun kembali ke kamar, tetapi entah mengapa dia tidak bisa tidur.

Perkataan Reina terus terngiang di benaknya.

"Kalau ... aku tahu ibu dan adikku akan berbuat seperti itu, aku pasti ... nggak akan mau menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... hanya ada Marshanda di hatimu ... aku nggak akan menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... ayahku akan kecelakaan di hari pernikahanku, aku juga nggak akan ... menikah denganmu."

Maxime bangun lagi dan tanpa sadar berjalan ke kamar Reina.

Sudah sebulan Reina meninggalkan tempat ini.

Maxime membuka pintu kamar dan mendapati kamar itu gelap, suasananya sangat muram.

Maxime menyalakan lampu, kamar Reina sangat kosong, tidak ada barang pribadi yang tersisa.

Maxime duduk di kasur dan membuka laci meja di sampingnya, di dalam ada sebuah buku catatan kecil.

Hanya ada satu kalimat yang tertulis di sana.

"Menurutku orang yang memilih untuk pergi adalah yang paling menderita karena dia sudah melewati berbagai macam pergumulan batin sebelum akhirnya mengambil keputusan."

Maxime mencibir saat membacanya, "Menderita?"

"Kamu pikir aku nggak menderita selama bersamamu?"

Maxime membuang buku itu ke tempat sampah.

Namun, sesaat sebelum meninggalkan kamar Reina, dia kembali meletakkan buku catatan itu di atas meja.

Setelahnya, Maxime tetap tidak bisa tidur.

...

Di sisi lain.

Revin juga tidak bisa tidur nyenyak, dia merasa ada yang tidak beres dengan Reina dalam dua hari terakhir, tetapi dia tidak tahu apa yang janggal.

Sekitar pukul empat pagi, Lyann meneleponnya.

"Vin, apa kamu bisa membantuku? Coba jenguk Reina, barusan aku mimpi aneh."

Revin pun duduk di kasur, "Mimpi apa?"

"Aku mimpi sesuatu terjadi pada Nana. Dia datang padaku dalam kondisi basah kuyup dan memintaku jangan sampai lupa menjemputnya pulang."

Tangis Lyann pun pecah. "Aku takut terjadi sesuatu padanya, teleponnya nggak diangkat dari tadi."

"Beberapa hari yang lalu, dia menyuruhku untuk menjemputnya di tanggal 15."

"Aku merasa ada yang nggak beres ...."

Revin mendengarkan cerita Lyann sampai selesai lalu menggabungkannya dengan sikap Reina belakangan ini. Revin pun langsung ganti baju.

"Jangan khawatir, aku akan mencarinya sekarang."

Rumahnya sangat dekat dengan apartemen tempat Reina tinggal.

Revin sampai sepuluh menit kemudian dan langsung membuka pintu kamar, tetapi yang menyambutnya adalah suasana sunyi.

Pintu kamar tidur Reina terbuka dan di dalamnya kosong.

Reina tidak ada di rumah.

Pergi ke mana wanita itu?

Revin melihat ada dua buah amplop di dekat bantal, dia mengambil dan membukanya. Setelah dibaca sedikit, barulah dia sadar kalau itu adalah surat wasiat.

Salah satunya adalah pesan untuk Revin.

"Revin, uang sewa kamar ini sudah aku transfer ke rekeningmu, ya. Terima kasih sudah menjagaku belakangan ini."

"Kamu tahu nggak, aku itu nggak punya teman sejak datang ke Kota Simaliki. Sebelum akhirnya bertemu denganmu, kukira aku ini orang yang nggak berguna sampai nggak ada yang mau berteman denganku."

"Untungnya, kita bisa bertemu. Kamu membuatku sadar kalau ternyata aku nggak sejelek itu. Terima kasih banyak, ya .... Kamu nggak boleh sedih, aku cuma mau ketemu ayah, dia pasti akan menjagaku."

Surat wasiat lainnya ditulis untuk Lyann.

Revin membuka surat itu dan membaca isi suratnya. Di baris terakhir surat, dia menemukan sebuah alamat untuk Lyann.

Revin bergegas pergi.

Alamat yang berada di pinggir barat kota itu tidak jauh dari posisinya sekarang, bisa ditempuh sekitar 20 menit dengan mobil.

Namun, bagi Revin sekarang, tempat itu terasa sangat jauh.

Dia tidak mengerti bagaimana seseorang yang dulunya begitu cemerlang dan punya masa depan yang cerah bisa-bisanya memilih untuk mati.

Di saat bersamaan, Treya juga menuju pinggir barat kota.

Hanya saja, Treya datang menjemput Reina yang akan dijualnya seharga 600 miliar pada kakek tua.

Di Heaven Stair, sebuah taman makam di pinggir barat Kota Simaliki.

Hujan turun begitu deras.

Reina terkulai di depan batu nisan ayahnya. Hujan deras membuat tubuhnya basah kuyup, rupanya saat ini seperti setangkai bunga layu di pinggir jalan yang bisa menghilang dari dunia dalam sekejap.

Revin menerobos hujan dan berlari menghampiri Reina.

"Reina!!"

Hanya suara angin dan hujan yang menjawab teriakan Revin, tidak ada respons apa pun dari Reina. Saat Revin memeluknya, barulah dia sadar ada sebotol obat kosong di samping Reina.

Revin mengangkat tubuh Reina dengan tangan gemetar.

Ringan sekali tubuhnya?

"Reina, bangun!"

"Reina, sadarlah!"

Revin terus memanggil Reina sambil menggotongnya ke mobil.

...

"Nyonya, kita sudah sampai," kata sopir.

Treya melihat ke luar jendela dan melihat seorang pria asing sedang menggendong ... Reina.

"Bagus sekali ya kelakuanmu, Reina!"

Trenya mengernyit dan turun dari mobil.

Hari ini, Treya mengenakan gaun berwarna merah meriah, percikan air hujan membasahi gaunnya.

Treya bergegas menghampiri untuk memarahi Reina.

Namun, saat Treya baru saja mau buka mulut, dia mendapati Reina bersandar lemas di pelukan Revin, wajahnya pucat dan matanya terpejam ....

Treya mematung.

"Reina ...."

Treya baru akan bertanya apa yang terjadi saat matanya tertuju pada botol obat yang tertiup angin.

Treya buru-buru mengambil botol obat itu dan membaca labelnya, "Obat Tidur."

Treya jadi teringat perkataan Reina beberapa hari yang lalu.

"Kalau aku mengembalikan nyawaku padamu yang sudah melahirkanku, apa artinya kamu bukan lagi ibuku dan aku nggak lagi berutang padamu?"

Payung di tangan Treya jatuh ke tanah.

Treya meremas botol obat di tangannya sambil menatap Reina tidak percaya, entah matanya basah karena hujan atau air mata.

"Kurang ajar! Bisa-bisanya kamu melakukan hal ini!"

"Nyawamu itu milikku!"

Bibir merah merona Treya bergetar.

Diego tidak ikut turun, dia tetap di mobil dan jadi bertanya-tanya kenapa ibunya berdiri lama sekali di tengah kuburan.

Diego pun menyusul dan langsung terhenyak begitu tahu kondisinya.

Dia tidak menyangka kakaknya benar-benar berani bunuh diri ....

Diego yang sadar dari lamunannya pun jadi panik, "Bu, bagaimana ini? Uang Pak Jeremy sudah kupakai untuk membuka perusahaan baru."

Sekarang akhirnya Revin mengerti kenapa Reina yang awalnya ceria dan kuat berubah menjadi seperti ini!

Treya mengepalkan tinjunya, sorot matanya terlihat murka. Dia berteriak, "Kenapa kamu nggak mati setelah menikah saja? Kenapa!"

Revin tidak sanggup mendengarkan ucapan ibu dan adik berhati kejam ini.

"Pergi!"

"Jangan sampai aku mengulangi perkataanku."

Treya dan Diego baru menyadari ternyata pria di hadapan mereka cukup berkarisma, sama seperti Maxime.

"Siapa kamu?" Diego melangkah maju. "Dia itu kakakku, apa hakmu mengusir kami?"

Setelah itu, Diego berujar pada Treya, "Bu, orang-orang Pak Jeremy sudah mendesak kita, katanya kalau nggak segera mengantar Reina, mereka akan menghajar kita."

Treya menenangkan diri lalu berujar dengan kejam, "Masukkan dia ke mobil, dalam kondisi mati pun dia harus menyelesaikan prosedur pernikahannya dulu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Beatrix Abineno
ibu sama adiknya benar benar jahat,matre,dan sadis
goodnovel comment avatar
amat adnan
Suka bamget
goodnovel comment avatar
Achmad Nasirudin
mngenaskan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 14

    Reina sangat ketakutan melihat Maxime yang menyerangnya penuh nafsu, dia hanya bisa melindungi perutnya dengan hati-hati.Entah setelah berapa lama barulah Maxime berhenti."Reina, jangan membuatku marah," ujar Maxime dengan napas yang tersengal-sengal.Perkataan Maxime terdengar samar-samar di telinga Reina.Dengan tatapan kosong, dia bertanya, "Bukannya kamu yang bilang nggak akan pernah menyentuhku?""Sekarang apa maksud semua ini?"Reina membenamkan wajahnya di bantal, Maxime tidak menyadari wajahnya yang pucat.Reina menambahkan, "Apa pacarmu tahu perbuatanmu ini? Dia pasti akan sangat marah kalau tahu."Dulu Reina merasa Maxime itu kejam, tetapi ada kalanya penuh kasih sayang.Sekarang, Reina hanya merasa Maxime itu pria jahat.Pacar?Maxime tahu yang Reina maksud adalah Marshanda."Apa kamu pernah memikirkan hal ini waktu bersama Revin?"Mereka saling menyerang.Maxime tidak akan pernah menyalahkan diri sendiri demi seorang wanita, apalagi wanita itu Reina.Maxime mengejek tanpa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 15

    Setelah tahu Reina hamil, Jovan meminta pihak rumah sakit untuk selalu mengabarinya tentang kondisi Reina.Entah kenapa, tiba-tiba firasat Maxime menjadi buruk."Ada apa?""Aku nggak tahu apa yang terjadi. Waktu hari ini aku ke rumah sakit, dokter bilang Reina meninggal!"Ucapan Jovan itu membuat Maxime merasa seperti tersambar petir di siang bolong!Meninggal?Mustahil!Semalam Reina masih baik-baik saja!Maxime sontak bangkit berdiri, kepalanya terasa berputar. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Dokter bilang semalam Reina masuk rumah sakit dan hari ini dinyatakan meninggal setelah jantungnya berhenti berdetak."Tanpa berbasa-basi lagi, Maxime mengambil jas yang dia lemparkan ke atas kasur dan berjalan keluar.Setelah itu, Maxime segera mengemudikan mobilnya ke rumah sakit.Sepanjang jalan, Maxime mengingat kembali perkataan Reina kemarin malam."Pak Maxime, apa kamu sedih kalau aku mati?"Entah kenapa, saat ini Maxime merasa sulit bernapas.Dia sudah melepas dua kancing teratas kemejan

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2297

    Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2296

    Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2295

    "Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status