Share

Bab 7

Author: Kacang Merah
Saat ini, di Vila Magenta.

Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.

Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.

Aneh sekali.

Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.

Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....

Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.

Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.

Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."

Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan.

"Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang."

"Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."

Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.

Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.

Sudah Maxime duga, mana mungkin wanita itu mati?

Reina tidak mungkin mati dan tidak mungkin rela bercerai darinya.

Maxime pun menelepon Reina.

Selama ini, sebenarnya Reina hampir tidak pernah menerima telepon dari Maxime.

Maxime jarang sekali bicara basa-basi dengannya, komunikasi mereka hanya melalui pesan.

Reina mengangkat panggilan itu, tetapi sebelum dia sempat menyahut, perkataan dingin Maxime sudah lebih dulu mendarat di telinganya.

"Reina, kesabaranku juga ada batasnya. Bukannya kamu yang mau bercerai?"

"Sekarang kamu menyesal karena aku nggak memberimu uang?"

"Kamu mau menikah dengan orang lain, memangnya uang 600 miliar nggak cukup?"

Reina tercekat.

Tiba-tiba dia tidak bisa mendengar apa pun.

Namun, Reina tidak mau disalahkan untuk hal yang tidak dia lakukan, jadi dia menggunakan kekuatan terakhirnya untuk menjawab.

"Max ... aku menikahimu ... sama sekali bukan karena uang."

"Sekarang aku ingin bercerai ... juga bukan demi uang ...."

"Mungkin kamu nggak akan percaya, tapi aku cuma mau bilang ... aku sama sekali nggak tahu ... masalah tentang ibu dan adikku yang melanggar perjanjian."

"Sekarang, aku juga nggak akan ... menikahi orang lain hanya demi uang 600 miliar ...."

Suara Reina putus-putus.

Maxime bisa mendengar angin yang menderu kencang dan suara hujan di ujung telepon.

"Kamu ada di mana sekarang?"

Reina tidak bisa mendengar suara Maxime, dia meremas erat ponselnya dan terus menjelaskan.

"Kalau ... aku tahu ibu dan adikku akan berbuat seperti itu, aku pasti ... nggak akan mau menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... hanya ada Marshanda di hatimu ... aku nggak akan menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... ayahku akan kecelakaan di hari pernikahanku, aku juga nggak akan ... menikah denganmu."

Tidak akan! Tidak akan menikah dengan Maxime!

Dari kata-kata Reina, Maxime bisa mendengar kepahitan yang sudah terpendam selama bertahun-tahun.

Maxime juga mendengar Reina sangat menyesal sudah menikah dengannya ....

Maxime tercekat, rasanya ada bola yang mengganjal tenggorokannya.

"Apa hakmu menyesal? 'Kan kamu yang dulu merengek untuk menikah denganku?"

Suara berat Maxime terdengar agak serak.

Di ujung telepon, suara Reina yang terus melemah pun semakin tidak terdengar.

"Reina! Kamu ada di mana sekarang?"

Sampai akhir, Maxime tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya, dia hanya mendengar kata-kata terakhir Reina.

"Sebenarnya .... Aku selalu berharap supaya kamu bahagia. "

"Buk!"

Ponsel Reina jatuh dari tangannya.

Hujan membasahi ponsel itu dan lambat laun layarnya menjadi gelap.

...

Di Vila Magenta.

Maxime jadi panik waktu panggilannya terputus.

Dia menelepon kembali, tetapi langsung disambut jawaban operator, "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi ...."

Maxime berdiri, mengenakan mantelnya dan bersiap pergi.

Namun, langkahnya terhenti di depan pintu.

Reina pasti sedang bermain tarik ulur.

Mereka berdua akan segera resmi bercerai, Reina tidak ada hubungannya dengan Maxime.

Maxime pun kembali ke kamar, tetapi entah mengapa dia tidak bisa tidur.

Perkataan Reina terus terngiang di benaknya.

"Kalau ... aku tahu ibu dan adikku akan berbuat seperti itu, aku pasti ... nggak akan mau menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... hanya ada Marshanda di hatimu ... aku nggak akan menikah denganmu."

"Kalau aku tahu ... ayahku akan kecelakaan di hari pernikahanku, aku juga nggak akan ... menikah denganmu."

Maxime bangun lagi dan tanpa sadar berjalan ke kamar Reina.

Sudah sebulan Reina meninggalkan tempat ini.

Maxime membuka pintu kamar dan mendapati kamar itu gelap, suasananya sangat muram.

Maxime menyalakan lampu, kamar Reina sangat kosong, tidak ada barang pribadi yang tersisa.

Maxime duduk di kasur dan membuka laci meja di sampingnya, di dalam ada sebuah buku catatan kecil.

Hanya ada satu kalimat yang tertulis di sana.

"Menurutku orang yang memilih untuk pergi adalah yang paling menderita karena dia sudah melewati berbagai macam pergumulan batin sebelum akhirnya mengambil keputusan."

Maxime mencibir saat membacanya, "Menderita?"

"Kamu pikir aku nggak menderita selama bersamamu?"

Maxime membuang buku itu ke tempat sampah.

Namun, sesaat sebelum meninggalkan kamar Reina, dia kembali meletakkan buku catatan itu di atas meja.

Setelahnya, Maxime tetap tidak bisa tidur.

...

Di sisi lain.

Revin juga tidak bisa tidur nyenyak, dia merasa ada yang tidak beres dengan Reina dalam dua hari terakhir, tetapi dia tidak tahu apa yang janggal.

Sekitar pukul empat pagi, Lyann meneleponnya.

"Vin, apa kamu bisa membantuku? Coba jenguk Reina, barusan aku mimpi aneh."

Revin pun duduk di kasur, "Mimpi apa?"

"Aku mimpi sesuatu terjadi pada Nana. Dia datang padaku dalam kondisi basah kuyup dan memintaku jangan sampai lupa menjemputnya pulang."

Tangis Lyann pun pecah. "Aku takut terjadi sesuatu padanya, teleponnya nggak diangkat dari tadi."

"Beberapa hari yang lalu, dia menyuruhku untuk menjemputnya di tanggal 15."

"Aku merasa ada yang nggak beres ...."

Revin mendengarkan cerita Lyann sampai selesai lalu menggabungkannya dengan sikap Reina belakangan ini. Revin pun langsung ganti baju.

"Jangan khawatir, aku akan mencarinya sekarang."

Rumahnya sangat dekat dengan apartemen tempat Reina tinggal.

Revin sampai sepuluh menit kemudian dan langsung membuka pintu kamar, tetapi yang menyambutnya adalah suasana sunyi.

Pintu kamar tidur Reina terbuka dan di dalamnya kosong.

Reina tidak ada di rumah.

Pergi ke mana wanita itu?

Revin melihat ada dua buah amplop di dekat bantal, dia mengambil dan membukanya. Setelah dibaca sedikit, barulah dia sadar kalau itu adalah surat wasiat.

Salah satunya adalah pesan untuk Revin.

"Revin, uang sewa kamar ini sudah aku transfer ke rekeningmu, ya. Terima kasih sudah menjagaku belakangan ini."

"Kamu tahu nggak, aku itu nggak punya teman sejak datang ke Kota Simaliki. Sebelum akhirnya bertemu denganmu, kukira aku ini orang yang nggak berguna sampai nggak ada yang mau berteman denganku."

"Untungnya, kita bisa bertemu. Kamu membuatku sadar kalau ternyata aku nggak sejelek itu. Terima kasih banyak, ya .... Kamu nggak boleh sedih, aku cuma mau ketemu ayah, dia pasti akan menjagaku."

Surat wasiat lainnya ditulis untuk Lyann.

Revin membuka surat itu dan membaca isi suratnya. Di baris terakhir surat, dia menemukan sebuah alamat untuk Lyann.

Revin bergegas pergi.

Alamat yang berada di pinggir barat kota itu tidak jauh dari posisinya sekarang, bisa ditempuh sekitar 20 menit dengan mobil.

Namun, bagi Revin sekarang, tempat itu terasa sangat jauh.

Dia tidak mengerti bagaimana seseorang yang dulunya begitu cemerlang dan punya masa depan yang cerah bisa-bisanya memilih untuk mati.

Di saat bersamaan, Treya juga menuju pinggir barat kota.

Hanya saja, Treya datang menjemput Reina yang akan dijualnya seharga 600 miliar pada kakek tua.

Di Heaven Stair, sebuah taman makam di pinggir barat Kota Simaliki.

Hujan turun begitu deras.

Reina terkulai di depan batu nisan ayahnya. Hujan deras membuat tubuhnya basah kuyup, rupanya saat ini seperti setangkai bunga layu di pinggir jalan yang bisa menghilang dari dunia dalam sekejap.

Revin menerobos hujan dan berlari menghampiri Reina.

"Reina!!"

Hanya suara angin dan hujan yang menjawab teriakan Revin, tidak ada respons apa pun dari Reina. Saat Revin memeluknya, barulah dia sadar ada sebotol obat kosong di samping Reina.

Revin mengangkat tubuh Reina dengan tangan gemetar.

Ringan sekali tubuhnya?

"Reina, bangun!"

"Reina, sadarlah!"

Revin terus memanggil Reina sambil menggotongnya ke mobil.

...

"Nyonya, kita sudah sampai," kata sopir.

Treya melihat ke luar jendela dan melihat seorang pria asing sedang menggendong ... Reina.

"Bagus sekali ya kelakuanmu, Reina!"

Trenya mengernyit dan turun dari mobil.

Hari ini, Treya mengenakan gaun berwarna merah meriah, percikan air hujan membasahi gaunnya.

Treya bergegas menghampiri untuk memarahi Reina.

Namun, saat Treya baru saja mau buka mulut, dia mendapati Reina bersandar lemas di pelukan Revin, wajahnya pucat dan matanya terpejam ....

Treya mematung.

"Reina ...."

Treya baru akan bertanya apa yang terjadi saat matanya tertuju pada botol obat yang tertiup angin.

Treya buru-buru mengambil botol obat itu dan membaca labelnya, "Obat Tidur."

Treya jadi teringat perkataan Reina beberapa hari yang lalu.

"Kalau aku mengembalikan nyawaku padamu yang sudah melahirkanku, apa artinya kamu bukan lagi ibuku dan aku nggak lagi berutang padamu?"

Payung di tangan Treya jatuh ke tanah.

Treya meremas botol obat di tangannya sambil menatap Reina tidak percaya, entah matanya basah karena hujan atau air mata.

"Kurang ajar! Bisa-bisanya kamu melakukan hal ini!"

"Nyawamu itu milikku!"

Bibir merah merona Treya bergetar.

Diego tidak ikut turun, dia tetap di mobil dan jadi bertanya-tanya kenapa ibunya berdiri lama sekali di tengah kuburan.

Diego pun menyusul dan langsung terhenyak begitu tahu kondisinya.

Dia tidak menyangka kakaknya benar-benar berani bunuh diri ....

Diego yang sadar dari lamunannya pun jadi panik, "Bu, bagaimana ini? Uang Pak Jeremy sudah kupakai untuk membuka perusahaan baru."

Sekarang akhirnya Revin mengerti kenapa Reina yang awalnya ceria dan kuat berubah menjadi seperti ini!

Treya mengepalkan tinjunya, sorot matanya terlihat murka. Dia berteriak, "Kenapa kamu nggak mati setelah menikah saja? Kenapa!"

Revin tidak sanggup mendengarkan ucapan ibu dan adik berhati kejam ini.

"Pergi!"

"Jangan sampai aku mengulangi perkataanku."

Treya dan Diego baru menyadari ternyata pria di hadapan mereka cukup berkarisma, sama seperti Maxime.

"Siapa kamu?" Diego melangkah maju. "Dia itu kakakku, apa hakmu mengusir kami?"

Setelah itu, Diego berujar pada Treya, "Bu, orang-orang Pak Jeremy sudah mendesak kita, katanya kalau nggak segera mengantar Reina, mereka akan menghajar kita."

Treya menenangkan diri lalu berujar dengan kejam, "Masukkan dia ke mobil, dalam kondisi mati pun dia harus menyelesaikan prosedur pernikahannya dulu."

Comments (9)
goodnovel comment avatar
amat adnan
Suka bamget
goodnovel comment avatar
Achmad Nasirudin
mngenaskan
goodnovel comment avatar
Licha Licha
sedih punya saudara dan ibu seperti mereka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 11

    Hujan masih sering turun di penghujung bulan Mei.Setelah Reina keluar rumah sakit, Revin sering meluangkan waktu untuk menemaninya.Mungkin karena efek samping dari obat-obatan yang dia minum dulu, kondisi kesehatan Reina jadi lebih buruk dari sebelumnya.Namun, semangat hidupnya sangat tinggi, kadang saat tidak nafsu makan, dia tetap memaksakan diri untuk mengisi perutnya.Selama bersama Revin, dia tidak pernah menyebut nama Maxime sekalipun.Setiap orang berbeda, ada tipe yang suka memendam masalah dan begitu masalah itu diungkit kembali, mereka akan merasa tersiksa sama seperti luka lama yang terbuka kembali.Atau mungkin dia tidak ingin menyebarkan aura negatif pada orang-orang di sekitarnya.Saat sendirian, ada kalanya Reina memandangi foto profil WhatsApp Maxime.Dia tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai pembicaraan untuk membahas perceraian mereka.Hari ini, Reina pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan dan baru saja hendak pulang.Saat dia hendak pulang, ada seseorang ber

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 12

    Reina baru paham maksud peringatan Marshanda tadi, ternyata dia akan mengadukan pembicaraan mereka tadi pada Maxime.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah kembali melanjutkan."Perceraian ini urusan kita berdua, kamu nggak perlu melukai Marshanda sampai membuatnya masuk rumah sakit."Reina tertegun sesaat, tetapi langsung paham situasinya.Dia tidak menyangka Marshanda menggunakan cara kotor untuk menjebaknya dan bisa-bisanya Maxime percaya."Terserah mau percaya atau nggak. Tadi kami hanya bertemu untuk mengobrol sebentar, aku nggak melakukan apa pun padanya."Setelah berkata Reina langsung menutup telepon.Ekspresi Maxime yang sedang menemani Marshanda di rumah sakit sangat tidak enak dilihat.Marshanda sedang berbaring di ranjang rumah sakit, dahinya terbalut perban.Tadi setelah bertemu Reina, dia sengaja melukai dahinya dan memfitnah Reina."Awalnya aku cuma mau bicara baik-baik dengannya, nggak kusangka dia malah ...."Sebelum Marshanda selesai berbicara, dia mengeluarkan s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 13

    Apanya yang menyarankan? Jelas-jelas ini memberi pelajaran pada Reina.Semua anggota keluarga Maxime, Ekki bahkan semua pembantu di kediaman utama berhak mengajari Reina.Reina harus berterima kasih dan menerima dengan senyum.Namun, sekarang Reina tidak ingin lagi menyalahkan dirinya sendiri ....Reina mengepalkan tangannya.Dia menatap Ekki dengan dingin. "Dia marah? Bukan urusanku.""Kalau nggak ada urusan lain, aku permisi dulu."Hati Ekki bergetar saat melihat tatapan dingin Reina.Ekki baru akan menjawab saat Reina sudah lebih dulu menutup pintu.Ini adalah pertama kalinya Ekki ditolak mentah-mentah.Selama ini hanya Ekki seorang yang mengabaikan Reina, kenapa sekarang posisi mereka terbalik?Apa Reina serius ingin bercerai?...Reina tahu Ekki pasti akan melaporkan hal ini pada Maxime.Jadi, Reina duduk lemas di sofa sambil menunggu Maxime memarahinya.Persis seperti dugaan Reina, Ekki memang melapor kejadian barusan pada Maxime.Hari ini angin bertiup sangat kencang, kaca jende

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 14

    Reina sangat ketakutan melihat Maxime yang menyerangnya penuh nafsu, dia hanya bisa melindungi perutnya dengan hati-hati.Entah setelah berapa lama barulah Maxime berhenti."Reina, jangan membuatku marah," ujar Maxime dengan napas yang tersengal-sengal.Perkataan Maxime terdengar samar-samar di telinga Reina.Dengan tatapan kosong, dia bertanya, "Bukannya kamu yang bilang nggak akan pernah menyentuhku?""Sekarang apa maksud semua ini?"Reina membenamkan wajahnya di bantal, Maxime tidak menyadari wajahnya yang pucat.Reina menambahkan, "Apa pacarmu tahu perbuatanmu ini? Dia pasti akan sangat marah kalau tahu."Dulu Reina merasa Maxime itu kejam, tetapi ada kalanya penuh kasih sayang.Sekarang, Reina hanya merasa Maxime itu pria jahat.Pacar?Maxime tahu yang Reina maksud adalah Marshanda."Apa kamu pernah memikirkan hal ini waktu bersama Revin?"Mereka saling menyerang.Maxime tidak akan pernah menyalahkan diri sendiri demi seorang wanita, apalagi wanita itu Reina.Maxime mengejek tanpa

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 15

    Setelah tahu Reina hamil, Jovan meminta pihak rumah sakit untuk selalu mengabarinya tentang kondisi Reina.Entah kenapa, tiba-tiba firasat Maxime menjadi buruk."Ada apa?""Aku nggak tahu apa yang terjadi. Waktu hari ini aku ke rumah sakit, dokter bilang Reina meninggal!"Ucapan Jovan itu membuat Maxime merasa seperti tersambar petir di siang bolong!Meninggal?Mustahil!Semalam Reina masih baik-baik saja!Maxime sontak bangkit berdiri, kepalanya terasa berputar. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Dokter bilang semalam Reina masuk rumah sakit dan hari ini dinyatakan meninggal setelah jantungnya berhenti berdetak."Tanpa berbasa-basi lagi, Maxime mengambil jas yang dia lemparkan ke atas kasur dan berjalan keluar.Setelah itu, Maxime segera mengemudikan mobilnya ke rumah sakit.Sepanjang jalan, Maxime mengingat kembali perkataan Reina kemarin malam."Pak Maxime, apa kamu sedih kalau aku mati?"Entah kenapa, saat ini Maxime merasa sulit bernapas.Dia sudah melepas dua kancing teratas kemejan

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2285

    "Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti palu, ini palsu!" Tommy bergumam sendiri.Dia tidak percaya ibunya akan pergi dengan pria lain.Melisha sangat mencintainya, bagaimana mungkin dia meninggalkannya begitu saja?Melihat ketidakpercayaannya, murid-murid yang lain berkata, "Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama kakek dan ayahmu."Tommy segera menelepon Aarav."Kakek, mereka bilang Mama kabur sama pria lain dan nggak menginginkanku lagi."Mendengar cucunya menanyakan hal ini, Aarav tidak menyembunyikannya darinya."Tommy,, mulai sekarang kamu cuma punya Kakek dan Papa. Nggak usah pedulikan Mama mu. Papa sama Kakek bakal jaga kamu dengan baik."Tommy masih kecil, tetapi dia tidak bodoh.Apa yang tidak bisa dia pahami sekarang? Ternyata ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi.Jelas-jelas kemarin lusa ibunya sudah siap untuk membawanya pergi, kenapa sekarang berubah pikiran?Tommy benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah lagi dan bergegas keluar dari dalam kelas.Namun, dia mem

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2284

    Klinton memeluk Melisha dari belakang.Melisha menghela napas. "Kita melarikan diri ke sini berdua, tapi anakku sendirian di Kota Simaliki."Kata siapa dia sendirian? Kakek sama ayahnya ada di Kota Simaliki, jadi nggak usah khawatir. " Klinton berusaha menenangkannya.Melisha tidak bisa menahan diri dan meninjunya di dada."Itu bukan anakmu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir."Mendengar ini, Klinton kembali memeluknya."Begini saja, lahirkan anak juga untukku."Dia menggendong Melisha menuju tempat tidur.Melisha memukulnya dengan malu-malu. "Aku nggak akan kasih kamu anak."Kedua orang itu berbicara dan tertawa, tidak sadar bahwa mereka berdua sedang dipantau.Di sisi lain.Di dalam bar.Rendy terus menenggak minuman di tangannya.Teman-teman di sekelilingnya menasihatinya, "Rendy, nggak perlu marah sama wanita model begitu. Kita punya uang, wanita seperti apa yang nggak bisa kita dapatkan?"Mudah memang bicara begitu, tetapi Rendy masih tidak terima.Sejak dipukuli oleh Maxime, d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2283

    Melihat ini, Joanna cukup terhibur, lalu dia bertanya, "Kak, ada apa? Kita keluarga, jadi nggak ada yang perlu disembunyikan, 'kan?"Dia mengatakan apa yang Aarav katakan barusan.Sudut mulut Aarav berkedut pelan, memaksa dirinya untuk tenang."Bukan apa-apa, cuma katanya bawahanku belum menemukan Melisha."Dia sebenarnya telah berbohong.Sekretaris yang baru saja datang memberitahunya bahwa banyak hal penting di dalam perusahaan telah dibawa pergi oleh Melisha, kemudian ada beberapa rahasia perusahaan yang bocor.Tentu saja Joanna tidak akan mempercayai perkataannya, tetapi dia tetap berkata, "Kenapa bisa begitu? Apa mau minta Max buat bantu cari?""Nggak perlu. Max sudah sibuk, jadi lebih baik nggak merepotkannya."Aarav langsung minum air setelah mengatakan itu.Wajahnya sedikit menegang saat menatap Joanna, Reina dan Maxime yang terlihat masih belum ingin pergi."Kalian sudah makan belum? Kalau belum, ada restoran yang bagus di luar. Aku akan minta sekretarisku buat membawakan maka

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2282

    Wajah Joanna membeku, semua kebahagiaan yang dia rasakan lenyap begitu saja."Huh!" Dia mendengus dingin. "Daniel, urus saja urusanmu sendiri, aku akan melakukan apa yang aku inginkan, kenapa kamu ribut?"Dibantah di depan Reina, wajah Daniel terlihat muram."Kenapa sekarang kamu jadi begini?" Dia pergi dengan tangan di belakang punggungnya.Melihat kepergiannya, Joanna berkata kepada Reina, "Nana, ayo pergi, kita temui om mu itu."Reina tentu saja tidak bisa menolak."Ya."Saat masuk ke dalam mobil dan pergi menemui Aarav, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Maxime.Bukan karena hal lain, tetapi karena pasti akan ada masalah saat mereka sudah sampai di sana nanti.Reina berpikir bahwa dia lebih baik sedikit menjauh.Maxime masih di luar mengurus pekerjaannya. Melihat pesan yang dikirimkan Reina, dia langsung membalasnya tanpa ragu."Ya, aku akan ke sana sekarang."Awalnya Maxime selalu bersama Reina, tetapi hari ini ada kerja sama yang sangat penting yang harus dia

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2281

    Keesokan harinya.Kediaman Keluarga Sunandar.Teman-teman Joanna datang untuk bermain kartu dengan Joanna. Mereka tidak bisa menahan diri dan mulai bergosip tentang Melisha.Hari ini, Reina kebetulan sedang tidak ada urusan penting, jadi datang membawa anak-anaknya. Dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka."Aku nggak percaya kalau Melisha wanita kayak gitu.""Ya, bikin malu Keluarga Madison saja karena punya anak sepertinya.""Joanna, katakan sesuatu. Keluarga kakakmu itu pasti lagi berantakan, ya?"Sudut mulut Joanna terangkat sedikit.Dia mengeluarkan kartunya, lalu menjawab, "Siapa yang tahu? Sekarang, kesibukanku cuma main kartu dan minum teh, nggak terlalu peduli sama apa yang terjadi di luar sana. Kalau kalian nggak bilang, aku malah nggak tahu.""Wah, kita semua harus belajar dari Joanna dan nggak bergosip terus." Ada satu istri kaya yang menyanjung Joanna.Istri yang lain juga mengangguk setuju.Joanna melambaikan tangannya. "Bicara apa kalian ini? Kalian lanjutkan saja pe

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2280

    Setelah kembali ke rumah, mereka menyadari bahwa Melisha tidak ada di rumah, melainkan sudah melarikan diri.Semua informasi kontak Melisha juga tidak tersedia.Aarav makin jengkel saat mengetahui hal ini."Bagus sekali! Pergilah, berapa pun biayanya, kamu harus membawa orang itu kepadaku.""Baik." Sekretaris itu membungkuk, lalu dengan cepat berjalan keluar dari bangsal.Aarav benar-benar kesal hingga tangannya gemetar.Dia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rendy."Halo, Ayah, ada apa? Kenapa nelepon selarut ini? Aku sudah tidur."Aarav makin geram ketika mendengar suara malas anaknya."Kamu masih sempat tidur? Istrimu kabur sama pria itu!" Aarav mengucapkannya dengan kesal.Rendy tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar."Apa Ayah bercanda? Barusan aku sudah telepon, katanya dia lagi ada urusan.""Dasar bodoh! Kamu nggak lihat berita? Yang ada di berita itu benar! Mereka sudah bersama setidaknya hampir empat tahun!" maki Aarav lagi.Rasa kantuk Rendy benar-benar menghilang

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2279

    Aarav menelepon lagi dan tidak lama kemudian, seorang pengasuh datang, membawa Tommy ke tempat lain untuk bermain.Begitu Tommy pergi, wajah penuh kasih sayang Aarav langsung berubah menjadi dingin."Pasti Melisha melakukan sesuatu yang nggak benar."Sebelumnya, ketika dia melihat foto yang tersebar di berita, dia sebenarnya tidak terlalu percaya. Namun, sekarang dia percaya."Kirim seseorang untuk memeriksa Melisha dan pria itu!" Aarav menunjuk ke foto pria yang ada di ponsel dan memberikan perintah kepada sekretarisnya yang baru masuk.Sekretaris itu mengangguk mengerti. "Baik, harusnya nggak butuh waktu lama."Aarav mengangguk."Pastikan kamu mengawasi perusahaan kita, jangan menyerahkan semuanya padanya.""Baik." Sekretaris itu mengangguk lagi.Aarav memerintahkan sesuatu yang lain, sebelum memejamkan mata dan beristirahat.Di sisi lain, hari ini Melisha sangat kesal. Dia tidak berani pulang dan mencari hotel yang tidak terlalu ramai, lalu menelepon pria simpanannya."Apa yang haru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2278

    Tommy benar-benar tidak bisa berkata-kata.Dia berpikir bahwa mereka tidak akan mengabaikannya selamanya. Selama dia memberi mereka sesuatu, mereka akan menjadi pengikutnya lagi.Namun, hal itu memang menyenangkan untuk dibayangkan, tetapi kenyataan tidak seperti itu.Tommy sekali lagi menyuruh orangnya membeli barang untuk menyenangkan mereka, tetapi mereka mengabaikannya."Nggak usah repot-repot, kami nggak bisa disogok sama beginian."Selama beberapa waktu ini, semua anak menyadari orang seperti apa Tommy. Dia hanya akan menindas yang lemah.Sepanjang hari, tidak ada satu pun anak yang mau diajak bicara olehnya.Tommy bertanya-tanya, apakah dia benar-benar salah?Sebelum kelas terakhir, Tommy dipanggil oleh Rina.Murid-murid lain yang berada di kelas menjadi sedikit bingung."Kenapa dia dipanggil keluar?""Mana aku tahu. Mungkin dia mau dikeluarkan.""Harusnya nggak mungkin. Keluarganya kaya dan berkuasa ...."Semua orang berbicara satu sama lain.Tommy sendiri tidak tahu apa yang s

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2277

    Mengapa Melisha harus membawa anak sekecil Tommy ke luar negeri?Barusan, mendengar kata-kata Tommy, sepertinya Tuan Aarav dan Tuan Rendy tidak mengetahui berita ini.Sopir itu mengeluarkan ponselnya dan diam-diam mengirim pesan ke Aarav.Melisha tidak tahu bahwa sopir tersebut telah dibayar oleh Aarav sejak bertahun-tahun yang lalu.Setiap kali ada sesuatu yang salah dengan Melisha, sopir akan memberi tahu Aarav dan hal yang sama juga terjadi kali ini."Ayo masuk ke mobil dulu dan kita pulang." Melisha berkompromi dengan putranya.Tommy kemudian masuk ke dalam mobil. "Mama, aku nggak mau pulang. Aku mau ke sekolah dan belajar lagi."Dia sebenarnya masih ingin bermain dengan anak-anak lain.Setelah apa yang barusan terjadi, Melisha hanya bisa menuruti perkataannya dan mengantarnya kembali ke sekolah.Di dalam sekolah.Semua orang mengira Tommy tidak akan kembali.Alfian berkata, "Sekarang Tommy akhirnya mendapatkan ganjaran karena jadi orang jahat. Dia menyebalkan, aku harap dia nggak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status