Share

Bab 2

Author: Kacang Merah
Semua orang yang ada di ruangan itu menengok ke arah pintu.

Sontak, suasana jadi hening.

Reina melirik Maxime, tatapan pria itu begitu jernih, jelas dia sama sekali tidak mabuk.

Reina sadar dia sudah ditipu Marshanda.

Saat Maxime melihat sosok Reina, bola matanya yang gelap pun menegang.

Sedangkan Jovan dan yang lainnya yang barusan mendukung Maxime untuk menerima perasaan Marshanda, semua tersenyum canggung.

Harusnya Reina tidak datang.

"Nana, jangan salah paham. Jovan cuma bercanda, sekarang Max dan aku hanya teman biasa."

Marshanda-lah yang pertama kali memecah ketenangan.

Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime yang kehilangan kesabaran sudah berdiri lebih dulu.

"Nggak perlu menjelaskan apa pun padanya."

Setelah itu, Maxime berjalan ke depan muka Reina dan bertanya, "Mau apa ke sini?"

"Kupikir kamu mabuk, jadi aku datang untuk menjemputmu pulang," jawab Reina jujur.

Maxime mencibir, "Sepertinya kamu nggak ingat sepatah kata pun yang kukatakan, ya."

Maxime mengecilkan suaranya sehingga ucapannya hanya bisa didengar Reina dan Maxime.

"Kamu datang untuk mengingatkan semua orang bahwa tiga tahun lalu aku sudah ditipu olehmu? Kamu pikir mereka sudah lupa kejadian itu?"

Reina terhenyak.

Maxime menatap dengan dingin, "Nggak usah menampakkan diri untuk membuat orang lain sadar akan keberadaanmu, sikapmu ini hanya membuatku semakin membencimu!"

Setelah berkata demikian, Maxime pun balik badan dan pergi meninggalkan Reina.

Reina menatap kosong sosok Maxime dari belakang untuk waktu yang cukup lama.

Para anak orang kaya yang ada di ruang privat itu menatap Reina yang dicampakkan Maxime tanpa simpati sedikit pun.

Jovan yang doyan memprovokasi pun tidak menahan diri dan berkata pada Marshanda yang pura-pura terlihat sedih, "Marsha, kamu ini jadi orang jangan terlalu baik. Apa yang perlu dijelaskan?"

"Kalau bukan karena ditipu Reina, Kak Max pasti akan menikahimu. Kamu jadi nggak perlu pergi jauh ke negara lain dan menjalani kehidupan yang sulit."

Telinga Reina berdengung, tetapi semua perkataan itu terdengar jelas di telinganya.

Reina yang paling mengerti situasi ini.

Terlepas dari Maxime akan menikah dengannya atau tidak, yang jelas dia tidak akan menikahi Marshanda yang tidak berasal dari keluarga mana pun.

Marshanda juga sadar akan fakta ini, itulah sebabnya dia memutuskan untuk putus dengan Maxime dan mengadu nasib di negeri orang.

Namun, kenapa akhirnya semua ini jadi salah Reina?

Sambil membawa payung, Reina berjalan keluar dari Sobernica dan merasa dirinya diselimuti kegelapan.

Tiba-tiba, seorang wanita cantik menghampirinya .... Itu Marshanda!

Malam ini Marshanda sangat cantik, dia mengenakan sepatu hak tinggi dan terlihat sangat bangga.

"Malam ini dingin banget, ya. Bagaimana rasanya datang mencari Max, eh malah diejek olehnya?"

Reina mendengar perkataan Marshanda, tetapi tidak menjawab.

Marshanda juga tidak peduli dan terus bicara.

"Kamu ini kasihan sekali. Sampai sekarang kamu nggak pernah merasa dicintai, 'kan? Apa kamu tahu, dulu waktu Max bersamaku, dia mau memasak untukku bahkan langsung bergegas menemaniku di rumah sakit waktu aku sakit ...."

"Reina, apa Max pernah bilang dia mencintaimu? Haha, padahal waktu denganku dulu, setiap hari dia bilang dia mencintaiku."

Reina mendengarkan dalam diam sembari mengingat kembali waktu tiga tahun yang dia habiskan bersama Maxime.

Maxime tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di dapur.

Waktu Reina sakit, tidak ada sepatah kata perhatian yang terlontar dari mulut Maxime.

Apalagi kata 'cinta', tentu tidak ada kata ini di kamus Maxime.

Malamnya, Reina tidak bisa tidur.

Ternyata pria yang dicintainya selama 12 tahun ini pernah sangat mencintai wanita lain dengan tulus.

Di saat seperti ini, Reina rasanya ingin menyerah saja.

Keesokan harinya ....

Maxime akhirnya pulang dan menatap Reina dengan sangat dingin.

"Ternyata seenggan itu kamu berpisah dengan uang Keluarga Sunandar? Kamu nggak mau sampai kehilangan aku, Maxime si mesin penghasil uang ini, 'kan!"

Reina tertegun dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Maxime hari ini. Reina pun menjelaskan, "Aku nggak pernah minta uang ke kamu."

Yang ada di mata Reina adalah sosok Maxime seorang, bukan hartanya.

Maxime tersenyum menghina.

"Lalu, kenapa pagi-pagi sekali ibumu datang ke kantorku dan memohon padaku supaya kamu bisa hamil?"

Reina bingung.

Dia menatap bola mata hitam Maxime yang begitu dingin, barulah Reina sadar kalau pria ini bukan memperkarakan masalah semalam.

Maxime tidak ingin buang waktu lebih lama dan langsung pergi setelah berkata, "Reina, kalau kamu mau tetap menjadi anggota Keluarga Sunandar dan Keluarga Andara nggak bangkrut, suruh ibumu tenang sedikit."

...

Reina baru saja mau pergi mencari ibunya, ternyata ibunya sudah mendatangi Reina duluan.

Tidak seperti biasanya, Treya yang sedari dulu terlihat dingin kali ini datang dengan cemas. Dia langsung menggenggam tangan Reina dan berujar dengan lembut, "Nana, cepat pergi memohon pada Max supaya dia mau punya anak denganmu. Lewat prosedur bayi tabung juga nggak apa-apa."

Bayi tabung?

Reina menatap ibunya dengan tatapan kosong dan mendengarkan ocehan ibunya.

"Marshanda sudah memberitahuku, ternyata selama ini Max sama sekali nggak pernah menyentuhmu?"

Kalimat ini rasanya langsung menelan habis perasaan yang tersisa di hati Reina.

Reina tidak paham untuk apa Maxime memberi tahu Marshanda tentang hal ini.

Mungkin karena pria itu benar-benar mencintainya ....

Begitu terpikir akan hal ini, tiba-tiba Reina merasa lega.

"Bu, sudahlah."

Treya tertegun dan mengernyit, "Apa?"

"Aku lelah, aku mau bercerai saja ...."

"Plak!"

Sebelum Reina selesai bicara, Treya sudah lebih dulu menampar wajah Reina dengan keras.

Citranya sebagai seorang ibu yang penuh kasih sudah sirna, dia menunjuk Reina dan berkata, "Berani sekali kamu minta cerai? Memangnya kamu siapa? Kamu mau meninggalkan Keluarga Sunandar? Kamu pikir siapa pria bodoh yang akan menikahi wanita cacat dan bekas sepertimu?"

Tubuh Reina terasa mati rasa.

Sejak kecil, Treya memang tidak pernah menyayangi putrinya.

Treya adalah seorang penari terkenal.

Namun, Reina yang terlahir dengan gangguan pendengaran adalah momok dalam hidupnya.

Oleh karena itu, Treya tega membiarkan putrinya tumbuh dalam perawatan seorang pengasuh. Dia baru memanggil Reina pulang ke Keluarga Andara waktu Reina cukup umur untuk masuk sekolah.

Dulu kata orang, seorang ibu tidak mungkin tidak menyayangi anak-anaknya.

Jadi, Reina berjuang keras untuk menjadi yang terbaik sehingga bisa menyenangkan ibunya.

Meski memiliki gangguan pendengaran, di sekolah Reina menduduki peringkat atas dalam pelajaran tari, seni musik, sastra dan bahasa, seni lukis, serta pelajaran lainnya.

Namun, sepintar apa pun Reina di sekolah, ibunya tidak pernah menyayanginya.

Seperti kata Treya tadi, Reina adalah orang cacat.

Yang cacat bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam urusan keluarga dan percintaan ....

Setelah Treya pergi, Reina menutupi bekas telapak tangan merah yang terjiplak di wajahnya dengan bedak, lalu mengemasi barang-barang pribadinya dalam diam.

Selama tiga tahun pernikahan, harta pribadinya hanya barang-barang di koper ini.

Setelah selesai, Reina mengumpulkan keberanian dan mengirim pesan pada Maxime.

"Apa malam ini ada waktu? Ada yang mau kubicarakan."

Maxime tidak membalas pesannya.

Tatapan Reina meredup, dia tahu sekarang Maxime bahkan tidak sudi membalas pesannya.

Akhirnya, Reina hanya bisa menunggu Maxime pulang.

Dia pikir malam ini Maxime tidak akan kembali.

Namun, tepat pukul 12 malam, pria itu pulang.

Reina tidak tidur, dia menghampiri Maxime dan dengan terampil membantu sang suami melepaskan mantel dan membawakan tasnya.

Serangkaian tindakannya ini sangat mirip dengan pasangan pada umumnya.

"Lain kali, jangan sembarangan mengirimiku pesan."

Suara dingin Maxime memecah keheningan.

Tangan Reina gemetar saat dia menggantungkan mantel Maxime, lalu dia bergumam, "Oke, nggak lagi."

Maxime tidak menyadari ada yang salah dalam nada bicara Reina, dia langsung pergi ke ruang kerja.

Selama ini, setiap kali pulang Maxime selalu menghabiskan waktu di ruang kerjanya.

Mungkin dalam persepsi Maxime, dunia orang tuli itu sunyi.

Atau mungkin dia sama sekali tidak peduli pada Reina.

Oleh karena itu, sesampainya di ruang kerja, Maxime lanjut bekerja dan mendiskusikan urusan bisnis termasuk tentang cara mengakuisisi Grup Andara ....

Seperti biasa, Reina membawakannya semangkuk sup. Dia bisa mendengar Maxime yang sangat antusias mendiskusikan cara untuk mengakuisisi perusahaan ayahnya. Perasaanya tidak bisa dijelaskan.

Reina sadar adiknya itu tidak berguna dan suatu hari nanti Grup Andara pasti akan diambil alih seseorang. Hanya saja, dia tidak menyangka orang yang paling cepat bertindak adalah suaminya sendiri.

"Max."

Sebuah suara menginterupsi diskusi Maxime.

Maxime tertegun. Entah karena merasa bersalah atau alasan lain, dia langsung menutup telepon dan laptopnya.

Reina pura-pura tidak memperhatikan gerak-gerik Maxime. Dia masuk dan meletakkan sup itu di hadapan Maxime.

"Max, cepat istirahat setelah minum sup ini. Kesehatan lebih penting."

Entah kenapa, hati Maxime yang awalnya tegang menjadi rileks saat dia mendengarkan suara lembut Reina.

Sepertinya Reina tidak mendengar rencananya tadi.

Mungkin karena merasa bersalah, Maxime menghentikan Reina yang beranjak pergi.

"Tadi katanya ada yang mau kamu bicarakan? Ada apa?"

Reina pun menoleh dan berujar dengan lembut, "Aku mau tanya apa siang nanti ada waktu? Aku mau mengurus surat perceraian."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (31)
goodnovel comment avatar
Omah Arysa
bkun penasaran kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Arda Tura
ceritanya luar biasa banget
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
wanita yg katanya cerdas tapi sangat menyedihkan.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 3

    Suara Reina begitu tenang dan ringan.Seolah perceraian ini hanya hal sepele.Pupil mata Maxime menegang."Apa katamu?"Selama pernikahan mereka, seketerlaluan apa pun perlakuan Maxime padanya, Reina tidak pernah menyebut kata 'cerai'.Sebenarnya Maxime paham betul betapa Reina sangat mencintainya.Tatapan Reina yang awalnya kosong saat ini berubah menjadi sangat tajam."Pak Maxime, selama ini aku sudah menjadi penghalangmu.""Kita cerai saja."Maxime meremas tinjunya kuat-kuat."Kamu dengar pembicaraanku barusan, 'kan? Keluarga Andara sudah berada di ujung jurang, apa bedanya menikah denganku atau menikah dengan orang lain?""Apa tujuanmu bercerai? Kamu mau anak atau mau uang? Atau mau mengancamku supaya aku nggak melakukan apa pun pada Keluarga Andara?" Maxime bertanya dengan dingin."Jangan lupa, aku sama sekali nggak mencintaimu, ancamanmu nggak berguna untukku!"Sosok Maxime di mata Reina tiba-tiba menjadi kabur. Reina merasa tenggorokannya tercekat dan telinganya sakit. Bahkan de

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 4

    Alat bantu dengarnya terselimuti darah ....Pupil mata Reina bergetar, dia buru-buru menyeka telinganya dengan tisu, melepas seprai dan mencucinya.Reina takut akan ketahuan karena Lyann pasti mengkhawatirkan kondisinya. Jadi, dia diam-diam mengemasi semua barangnya lalu membuat alasan asal dan berpamitan pada Lyann.Sebelum pergi, diam-diam Reina meninggalkan sebagian uang tabungannya di meja di samping tempat tidur.Lyann mengantar Reina ke stasiun sambil melambaikan tangan dengan enggan.Lyann sangat mengkhawatirkan Reina yang sangat kurus, jadi dia menghubungi orang dalam Grup Sunandar.Sekretaris Maxime langsung melapor begitu tahu pengasuh Reina yang menelepon.Hari ini adalah hari ketiga sejak kepergian Reina.Ini juga pertama kalinya Maxime menerima telepon yang berhubungan dengan Reina.Maxime sedang duduk di kantornya dan begitu mendapat kabar ini, dia sangat senang. Benar 'kan perkiraannya, wanita itu tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.Suara Lyann pun terdengar dari u

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 5

    Reina membuka berita dan melihat konferensi yang diadakan Grup Sunandar, beritanya Maxime telah berhasil mengakuisisi Grup Andara.Mulai sekarang, Grup Andara sudah punah dari dunia ini .......Kehidupan Maxime akhir-akhir ini sangat menyenangkan.Setelah berhasil mengakuisisi Grup Andara, balas dendam yang sudah ditunggu-tunggu Maxime pun terbalaskan.Jovan tersenyum seraya berkata, "Akhirnya Keluarga Andara kena karma karena sudah menipumu tiga tahun yang lalu."Jovan mengganti topik pembicaraan dan bertanya pada Maxime yang sedang bekerja, "Kak Max, apa si tuli itu datang memohon padamu?"Tangan Maxime yang sedang menandatangani dokumen berhenti bergerak.Entah mengapa belakangan ini selalu saja ada orang yang menyebut nama Reina."Nggak."Maxime menjawab dengan dingin.Jovan tercengang, setelah masalah sebesar ini terjadi di Keluarga Andara, Reina tetap diam?Dia melanjutkan, "Jangan-jangan dia sudah sadar akan semua perbuatannya?""Katanya ibu dan adiknya sedang mencarinya ke man

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 6

    Reina mematung dan tidak bisa berkutik, dia tidak percaya semua hal ini terjadi.Reina berusaha meronta dan menolak, tetapi usahanya sia-sia.Maxime baru kembali tenang setelah mencapai puncak kepuasan.Di luar, langit sudah mulai terang.Maxime melirik tubuh Reina yang ringkih, lalu mendapati ada noda merah di kasur. Maxime merasakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya."Plak!"Reina mengangkat tangannya dan menampar wajah Maxime kuat-kuat.Tamparan ini sekaligus mematahkan semua ilusinya tentang cinta.Telinga Reina kembali berdengung, dia tidak bisa mendengar apa yang Maxime katakan dan langsung membentaknya, "Keluar!"Maxime pun pergi.Adegan semalam terus berputar di benaknya.Maxime kembali ke mobilnya dan berkata pada Ekki, asistennya, "Selidiki pria mana saja yang Reina kenal."Ekki bingung.Mana mungkin ada pria lain? Setelah menikah setiap hari Reina hanya mencintai Pak Maxime, mana mungkin ada pria lain?...Di motel, setelah Maxime pergi.Reina mandi dan menggosok

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 7

    Saat ini, di Vila Magenta.Waktu pulang, Maxime langsung duduk di sofa di ruang tamu tanpa menyalakan lampu.Saking lelahnya, Maxime memijit pelipisnya lalu tertidur, tetapi tidak berapa lama dia kembali terbangun.Aneh sekali.Lagi-lagi dia mimpi buruk tentang Reina.Dalam mimpinya, dia melihat Reina sudah mati dan hal itu terasa sangat nyata ....Maxime melirik ponselnya, sekarang baru jam empat pagi.Maxime sadar hari ini adalah hari terakhir masa tenang dan mereka sepakat untuk bercerai.Maxime pun tidak menahan diri dan mengirimkan sebuah pesan pada Reina, "Jangan lupa, hari ini kita harus urus perceraian."Reina sudah mulai tidak sadar saat menerima pesan Maxime, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk mengetik pesan balasan."Maaf ... sepertinya aku nggak bisa datang.""Tapi, kamu nggak usah khawatir. Perceraian kita akan tetap berjalan ...."Kalau Reina meninggal, tentu pernikahan mereka tidak lagi berlaku.Maxime merasa lega setelah mendengarkan pesan suara Reina.Sudah Maxime

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 8

    "Oke!"Diego berjalan mendekat, bersiap bertarung dengan Revin untuk merebut Reina.Tidak disangka, Diego baru saja menjulurkan tangan, tubuhnya sudah lebih dulu dihajar dan ditendang Revin."Buak!" Diego sampai terlempar beberapa meter ke belakang, dia menangkupi dadanya dan tidak bisa berkata-kata.Treya langsung membantu Diego berdiri, lalu menatap Revin dengan marah, "Berani sekali kamu menendang anakku!"Revin menggendong Reina sambil menatap kedua orang itu dengan dingin.Buliran air hujan menetes dari ujung rambut Revin.Dia berjalan menghampiri Treya dan Diego, selangkah demi selangkah. Sosoknya sangat berbeda, dia terlihat tegas dan garang."Kalian cari mati?"Treya dan Diego ketakutan dengan sosok Revin, seketika mereka diam membisu.Sambil membopong Reina, Revin tidak lupa mengingatkan Treya."Dalam surat wasiatnya, Nana bilang dia punya rekaman di mana kamu berjanji untuk memutuskan hubungan dengannya, kamu nggak lupa, 'kan?"Reina tidak mau jadi putrinya lagi ....Reina ta

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 9

    Maxime mendengarkan dalam diam, tatapannya menjadi suram tetapi dia tidak membantah.Justru karena sikap acuh tak acuh Maxime inilah yang membuat baik Jovan, Joanna, Ekki bahkan semua pelayan di kediaman utama Keluarga Sunandar tidak memperlakukan Reina layaknya manusia.Tiba-tiba Jovan menerima telepon dan pergi dengan tergesa-gesa.Setelah Jovan pergi, Maxime spontan melirik ponselnya dan mendapati Reina tidak meneleponnya.Maxime menelepon, tetapi kembali disambut suara operator."Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak terjangkau. Silakan hubungi lagi beberapa saat lagi ...."Maxime pun membuang ponselnya ke samping karena frustrasi.Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besar yang tingginya sama dengan tinggi ruangannya, lalu menyalakan rokok.Perkataan Reina tadi pagi masih terngiang-ngiang ... Reina bilang dia menyesal ....Tenggorokan Maxime terasa sangat pahit, dia berdeham dua kali dan tiba-tiba mendengar suara seorang wanita di belakangnya."Kak Max jangan merokok, ng

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 10

    Angin bertiup kencang di luar jendela, Reina meletakkan tangannya yang pucat dan kurus di perut bagian bawah, tatapannya terlihat pilu.Revin memberitahunya, dokter bilang dia hamil.Anak ini datang di waktu yang salah.Lyann menatap Reina dan mendapati tatapannya kosong, Reina tidak terlihat punya keinginan untuk bertahan hidup."Nana."Reina tersadar dari lamunannya, lalu menoleh. "Bu Lyann."Mata Lyann memerah, dia merapikan beberapa helai rambut yang berantakan di pelipis Reina seraya berkata, "Nana, Ibu itu nggak punya anak dan sudah menganggapmu seperti anakku sendiri.""Ibu nggak berharap kamu jadi orang sukses dan kaya raya, aku hanya ingin melihatmu sehat.""Kalau satu-satunya anakku mati, mana mungkin aku bisa tetap menjalani hidup?"Mata Reina menegang saat melihat Lyann mengambil pisau buah."Aku yang membesarkanmu sampai umur 10 tahun, tapi aku salah karena nggak bisa menemanimu lagi setelah itu. Sekarang, aku mau pergi minta maaf pada Tuan Besar Anthony."Setelah Lyann se

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2297

    Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2296

    Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2295

    "Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status