Demi menghindari kematian, apa pun akan Arum lakukan bahkan jika harus bercerai dengan seorang suami psikopat walau ia masih mencintainya. Alih-alih ingin bercerai, Arum yang tidak ingin membuat orang tuanya malu pun harus melakukan drama sampai diceraikan di kemudian hari. Namun apa yang ia rencanakan selalu gagal di tengah jalan, meski begitu Arum takkan menyerah begitu saja. Akankah Arum dapat terbebas dari takdir kematiannya, atau justru sebaliknya ia bertahan karena cinta yang dimiliki?
View MorePernikahan adalah hal yang paling membahagiakan bagi setiap pasangan. Tak terkecuali dengan Arum dan Julvri yang saling mengikat janji suci di hadapan banyak saksi. Senyum merekah manis bak kelopak bunga yang tumbuh cantik, wajah sang pengantin pun terlihat begitu berkilau.
Seharusnya begitu. Iya, seharusnya seperti itu. Setelah menikah mereka akan hidup bahagia. Itu adalah harapan terbesar Arum sebagai seorang wanita biasa yang menikah dengan sosok lelaki sukses dan kaya raya. Hingga ucapan sang dukun membuat hati Arum bergetar.“Suami kamu bukanlah orang yang baik. Suatu saat pasti, dia akan membunuhmu.”***Kali pertama berjumpa dengannya adalah ketika berada di halaman parkir sebuah universitas. Arum dan Julvri saling bertukar tatap satu sama lain di tengah kerumunan para mahasiswa. Awalnya hanya berupa ketidaksengajaan namun lama-lama keduanya ingin saling berjumpa kembali.Saling mengetahui latar belakang, kelebihan serta kekurangan masing-masing. Kedua insan itu pun mulai berhubungan menjadi pasangan kekasih, seminggu setelah merasa cocok satu sama lain mereka memutuskan untuk segera menikah.Sekarang lelaki itu, Julvri Vandam telah menjadi seorang pendiri serta pemimpin perusahaan dalam bidang game. Tidak hanya itu ia juga memiliki usaha-usaha lain yang membuat kekayaannya semakin berlimpah.'Jika dia tidak kaya, maka mana mungkin aku menikahinya,' batin Arum kegirangan.Arum Kusuma Pramesti, wanita muda yang memiliki keluarga tergolong biasa bahkan bisa dikatakan keluarganya miskin. Saat kuliah saja ia hanya merampungkan pendidikan selama satu tahun saja.Berhubung ia sudah menikah dengan orang kaya, jadi ia takkan melanjutkan kuliah yang akan membuatnya semakin pusing. Bebas, adalah sebutan yang cocok untuk Arum.Pasar Malam.Hari ini Arum mengajak Julvri untuk pergi ke tempat yang biasa ramai, bukan restoran apalagi mall. Ia sekadar ingin mengenang masa kecilnya dengan pergi ke pasar malam. Di mana ada banyak dagangan makanan, pakaian bahkan permainan untuk anak-anak.Situasi di suatu jalan itu sangatlah ramai tak terkira. Julvri sedikit merasa resah, serta bingung mengapa istrinya ingin datang ke tempat seperti ini.“Jika ingin berjalan-jalan di malam hari. Bukankah wisata seperti taman atau sejenisnya akan jauh lebih baik?” pikir Julvri.“Sehari setelah kita berdua menikah, aku ingin datang kemari karena merasa rindu saja.”“Oh, begitu.”“Terakhir kali aku datang saat Ayah masih ada, mungkin saat aku masih berusia 8 tahun,” ungkap Arum mengumbar senyum selagi menggandeng lengan suaminya dengan mesra.“Ya sudah kalau maumu begitu. Istriku memang unik,” ucap Julvri lantas tersenyum.“Sayang bolehkah aku meminta kentang goreng di sana?” tanya Arum menunjuk dengan menatap dagangan itu dengan mata berbinar-binar.“Bo-boleh.” Julvri sempat ragu. “Tapi terlalu ramai. Kamu menunggu saja di dekat sini ya. Aku akan segera membelikannya. Jadi jangan ke mana-mana,” imbuh Julvri.“Iya, baiklah.”Sayangnya Arum bukan tipe wanita penurut. Meskipun telah diperintah oleh sang suami untuk tidak ke mana-mana, justru Arum melakukan hal sebaliknya. Ia berjalan-jalan di bagian belakang yang tidak tersorot lampu besar. Lantaran ia ingin melihat banyak hal dari kejauhan.Srak!Tidak lama Arum berjalan beberapa langkah, tangannya tidak sengaja meraih kain yang tergantung.“Apa ini?”Penasaran dengan apa yang ada di baliknya, Arum membuka kain itu dan mendapati sebuah ruangan kecil yang gelap. Hanya ada beberapa lilin yang menggantung serta seorang nenek tua yang duduk di depan meja dengan mata terpejam.“Maaf permisi aku masuk tanpa tahu ini adalah sebuah tempat. Boleh aku tahu tentang tempat ini?” tanya Arum berwaspada.“Boleh saja.” Perlahan nenek itu membuka kedua matanya lalu mengayunkan tangan tanda isyarat agar Arum mendekat.“Di sini adalah tempat yang jarang banyak orang dapat menjangkaunya. Wanita muda sepertimu bisa datang ke sini pasti ada hal yang ingin kau ketahui,” tutur nenek itu.“Kau pasti dukun. Aku tidak tertarik.” Di luar dugaan Arum kehilangan minat, ia berniat untuk segera pergi namun nenek itu kembali memanggil.“Hei, Nyonya muda. Aku harap dukun ini bisa mengatakan sebuah rahasia kecil yang akan terjadi dalam hidupmu.”Tentu saja kalimat itu adalah sebuah rayuan belaka. Arum sudah sering berjumpa dengan banyak orang seperti itu dan ia merasa letih.Arum sejenak menghela napas, kembali ia berbalik badan dan menghadapnya lalu mendekat sembari mengulurkan telapak tangan.“Baiklah, karena aku sempat tidak sopan padamu maka aku akan membiarkanmu membaca garis tanganku. Ini yang sering kalian lakukan bukan?”Arum kemudian merogoh isi tasnya, dan mengambil beberapa lembar uang bernilai tinggi yang kemudian diserahkan pada nenek itu di atas meja.“Itu tidak perlu. Karena aku sudah melihatnya.”Nenek itu menunjukkan seringai lebar dengan tanpa gigi yang tak terlihat satu pun. Sesaat udara yang masuk ke dalam tempat kecil ini terasa sangat menyengat dingin hingga membuat Arum bergidik.“Apa? Jadi tidak perlu—”“Nyonya muda berhati-hatilah. Suamimu bukanlah orang baik, suatu saat pasti dia akan membunuhmu,” ungkap sang dukun.Seketika hening sesaat, selang beberapa detik, dengan kesal Arum mengambil uangnya kembali sambil berkata, “Dasar penipu. Aku yang bodoh karena telah memberimu kesempatan, nek.”Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat yang tak seharusnya ia kunjungi. Sementara nenek si ahli perdukunan tersebut hanya tertawa dengan senyum lebar.Menggumamkan sesuatu, “Siapa yang butuh uang? Nyonya muda, aku berbaik hati memberimu peringatan, kelak kau akan mengerti.”***Raut wajah sudah tak terkontrol. Begitu Julvri kembali pun, Arum tampak emosional sekali malam ini.“Ugh! Menyebalkan!” gerutu Arum.“Ada apa? Aku terlalu lama ya?” tanya Julvri merasa bersalah.“Tidak! Ayo pulang!” teriak Arum.Siapa pun tidak ada yang mengetahui seberapa berat takdir itu ditanggung olehnya nanti. Beban di pundak akan terasa berat ketika rahasia kecil berubah menjadi besar hingga tak terbendung.Malam sudah begitu larut, kentang goreng yang dimintanya pun tidak dimakan. Arum memilih untuk langsung masuk ke dalam kamar dan berbaring sambil memejamkan mata. Sedikit demi sedikit kekesalannya perlahan hilang, ia sudah menjadi lebih rileks.“Istrimu kenapa?” tanya Ibu Julvri.“Mungkin ada masalah dengan ini?” pikir Julvri sambil mengangkat bungkusan.“Baunya kentang. Untuk apa membeli makanan murah itu?” tukas sang Ibu.“Ibu, ini kentang kesukaan istriku.”***Kriet ...Perlahan pintu kamar terbuka, Julvri masuk ke dalam dan menutup pintu itu kembali dengan sangat pelan. Melihat sang istri sudah tertidur pulas, Julvri tersenyum senang.Sembari mengelus ujung rambut istrinya, Julvri berucap dengan suara lirih namun tegas, “Aku tidak mau istriku banyak bergerak. Ah ... mungkinkah aku harus mengawetkan tubuhnya agar tetap diam di tempat?”Julvri saat itu tidak tahu bahwa sebetulnya Arum belum benar-benar tertidur. Ia hanya sekadar memejamkan mata sebab merasa tenang bila melakukan itu guna meredam amarahnya yang sempat membesar.Kehadiran seorang lelaki adalah pendamping bagi seorang wanita dan begitu juga dengan sebaliknya. Akan tetapi pasutri yang terikat pernikahan suci selama setengah tahun ini memiliki persepsi berbeda dari lainnya. Mereka memiliki sisi buruk yang tak terbayangkan serta sisi baik tak terduga. "Aku ... akan mati." Pikiran Arum hanya tertuju pada kematian saja. Dirinya berpikir ini sudah berakhir hingga beberapa petugas kepolisian menerobos masuk ke dalam rumah sembari menodongkan senjata. “Angkat tanganmu!” Luka lecet, lebam, bekas tusukan, darah terus mengalir di bagian lukanya, bahkan bekas luka jeratan tali masih terlihat. Tidak hanya itu, luka di hati pun sudah terpampang jelas di hadapan mereka. Arum sudah lemas dan tak sanggup bergerak di sisa napasnya yang sedikit. “Gawat! Orang ini tidak mau berhenti!”“Biar saya yang melakukannya!” seru seorang lelaki berpakaian jas coklat muda. Lelaki itu bergegas menghampiri lalu mem
“Ah!” Arum terbangun dalam keadaan tubuh basah berkeringat dingin. Wajahnya memucat, pupil matanya pun bergetar kuat dengan mengingat semua hal buruk yang ia pikir sedang terjadi saat ini. Namun ternyata Arum salah, begitu kesadarannya pulih dan mendapati dirinya berada di atas ranjang, ia mulai merasa tenang dan lega.“Syukurlah,” ucap Arum. “Ada apa, Arum?” Sampai melupakan sosok lelaki yang membuat Arum bermimpi buruk itu bertanya. Julvri yang telah membuka mata, lantas meraih wajah Arum dan memberinya kecupan pagi.Perasaan gelisah kembali hadir, seolah kabur hitam mengitari sekeliling tubuh mereka. Merinding tanpa bisa berekspresi lebih selain terdiam merasa takut.“Arum?” Sekali lagi sang suami memanggil dan bertanya apa masalahnya. “Ada apa?”“Julvri ... aku hanya kembali bermimpi buruk.” Perlahan Arum berucap sembari menyentuh punggung tangan kekar itu. “Mimpi buruk? Apakah itu tentang aku?”Awalnya Arum terkejut, dengan mata terbelalak dan mulut sedikit menganga, nyaris
Semilir angin membawa pergi dedaunan gugur, beterbangan bagai sehelai bulu yang ringan dan entah ke mana perginya mereka kala angin terus menggerakkannya. Sejenak suasana terasa tenang, Arum merasa begitu memejamkan mata maka dirinya akan cepat terlelap. “Julvri, apa kamu benar-benar akan membunuhku?” Dari sekian banyaknya pertanyaan, hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir tipisnya. Sosok lelaki yang hadir berada di sampingnya itu hanya bisa terdiam dengan mulut setengah terbuka seakan hendak mengatakan sesuatu tapi tertahan. Setelah beberapa saat lelaki itu melengos dan kembali menghadap arah depan sambil menggandeng tangan sang istri dengan kuat."Ada apa dengan Julvri?" batin Arum bertanya-tanya dalam kebingungan. Sebab tak pernah merasa bahwa Julvri akan bersikap begini karena ini adalah pertama kalinya. Rasa bimbang ataupun bingung, resah dan gelisah. Entah apa yang sebenarnya Julvri pikirkan. “Tidak menjawab itu artinya benar. Lalu kenapa nggak lakukan saja sekarang? Aku
“Lalu kamu akan melakukan apa setelah menemukan sesuatu di laptopku?” Bagai disambar petir di siang bolong, Arum tersentak kaget mendapat pertanyaan yang jelas adalah sebuah sindiran. Arum mengubah posisinya menjadi duduk, sekali lagi terkejut, ia menatap tajam pada Julvri seolah sedang berbalik menghakimi.Julvri lantas bangkit dan berkata, “Ayo katakan sesuatu. Jangan sampai aku dibuat penasaran.” Di lain sisi ia merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Spontan Arum menoleh ke arah pintu yang terdapat celah sedikit. “Julvri, pintunya tidak ditutup?” tanyanya sembari berusaha mengalihkan pembicaraan. “Ah, benar. Aku melupakannya,” ucap Julvri. Di celah pintu terbuka, Arum melihat sosok siluet familiar. Ia pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu dan membukanya.“Bibi Elli?” Rasanya tak pernah habis keterkejutan Arum dalam hidupnya. Ia dikagetkan oleh bibinya sendiri yang ternyata mengintip.“Ikut aku sebentar, rum.” Begitulah bibi memanggil, lalu Arum hanya mengi
Bibi Ella dan Elli adalah kembar seiras, yah, meskipun dari sifat mereka berbanding terbalik. Bibi Ella orang yang lembut sedangkan bibi Elli orangnya galak. Lalu sekarang bibi Elli berhadapan dengannya, dan entah kenapa seperti sedang marah. “Aku tidak berharap kamu mengerti ucapanku, Arum. Tapi kupikir sebaiknya ...,”“Bibi membicarakan apa?” Seolah tak ingin membahas sesuatu hal buruk itu, Arum kembali melanjutkan jahitannya yang belum selesai. Mulai dari pakaian hingga ke taplak meja, dengan sangat giat Arum mengerjakannya sepenuh hati hingga kembali sempurna seperti sedia kala. Sementara ia merasakan punggungnya dingin akibat tatapan tajam dari bibi Elli. “Aku belum selesai bicara,” katanya.Arum menelan ludah, bibir bawahnya sedikit tergigit. Setelah selesai menjahit, ia lantas menoleh ke belakang. Arum sangat terkejut akan tatapan yang dirasa semakin tajam dan menakutkan itu. “Iya, baiklah. Aku akan mendengarkannya tapi tentang apa? Bibi Elli selalu bicara setengah-setenga
Suasana di kampung halaman yang terasa lebih sejuk membuat Arum merasa rileks sejenak. Saat ini ia sedang membantu nenek menjahit pakaian yang sedikit rusak dengan cara manual. Nenek tampak sehat dengan kegesitan yang ia gunakan tuk menjahit. Sungguh hebat. “Arum, jujurlah pada nenekmu ini tentang satu hal.”Nenek memulai percakapan yang sejujurnya terdengar seolah Arum menyembunyikan sesuatu. Arum pun menghentikan gerakan tangannya terkejut. “Iya, nek. Kenapa?”“Ibumu sudah tiada dan aku ingin tahu bagaimana keadaan Ayahmu.” Rasa terkejut kembali bertambah, Arum sepenuhnya bungkam karena tak mengira bahwa nenek tidak mengetahui kabar tentang Ayahnya.“Ayahku ...,” Arum menggumam. Pikirannya mulai kalut dalam kebingungan, ia bimbang apakah perlu menceritakan yang sebenarnya atau tidak lantaran ibunya sendiri pun sengaja tidak memberitahukan hal tersebut. "Kenapa Ibu menyembunyikan hal ini? Kejadiannya sudah cukup lama. Apa aku perlu menceritakannya?" batin Arum yang memiliki bany
Arum mencercanya habis-habisan tanpa kenal takut, ia sudah tidak peduli bila suaminya akan marah karena hal ini sebab Arum pun merasa bahwa dirinya sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. "Aku ingin merekam bagian ini tapi tak aku sangka aku kehabisan cara dan yang aku andalkan sekarang kata-kata meskipun tenggorokanku terasa kering sekarang," batin Arum. Rasa takut adalah hal wajar, ia berpikir sudah tak mungkin menyembunyikan kekesalannya lagi tapi di luar dugaan Julvri merespon seolah ini candaan. “Hahaha! Apa yang kamu bicarakan, Arum?” sahut Julvri yang juga tertawa bahak-bahak.“Sejak tadi kamu sepertinya berusaha membuatku marah ya? Tapi tidak masalah,” imbuhnya. “Kamu lah yang mempermainkan aku, membuatku marah dan jengkel karena terus memperlakukan aku seperti hewan ternak. Kalau kamu kesal seharusnya bunuh saja aku!” Senyum terukir semakin lebar di wajahnya yang tampan. Jemari yang besarnya dua kali lipat itu lantas kembali meraih dan membelai wajahnya dengan penuh
Dengan memanfaatkan paras tampannya, Julvri Vandam selalu mencari kesempatan untuk bermain dengan banyak wanita. Bohong kalau ia sungguhan mencintai mereka, sebab kenyatannya ia hanya mempermainkan para wanita saja. Ia bersenang-senang demi dirinya sendiri. Julvri adalah seorang lelaki tidak waras. “Hei, bagaimana kalau kita kencan besok?” Paras tampan, berduit dan memiliki hati yang baik. Itu semua terlihat di mata para wanita, ketika diajak kencan, siapa yang akan menolak? Tentu saja tidak akan ada kecuali orang buta.“B-boleh saja.” Wanita berambut pendek sebahu menjawab dengan gugup. Namun satu syarat mutlak bagi Julvri, ia memilih wanita yang sama sekali tidak berguna di kemasyarakatan. Julvri akan mengencani setiap wanita yang statusnya kadang tidak jelas, ada yang buron, setengah tidak waras, peminum dan masih banyak lagi. Rata-rata wanitanya tidak bisa dibilang wanita normal sehingga akan mudah bagi Julvri yang akan menghabisi mereka jika sudah bosan. “Julvri, hari ini kit
“Jangan kamu kira aku tidak tahu.”“Kenapa kamu berpikir begitu? Bisa saja bukan aku 'kan?” “Tapi kupikir begitu.”Semenjak perilaku Julvri yang sebenarnya terungkap jelas di depan mata, Arum dengannya selalu berdebat dan beradu kemampuan di samping ada rasa keinginan untuk melenyapkan. Kehidupan yang didambakan oleh Arum selama ini nyatanya takkan pernah terwujud karena orang yang sekarang berada di hadapannya. Apa yang Arum masukan ke dalam makanan Julvri adalah obat pencahar sementara Julvri memasukan obat pelemas otot sehingga dengan kondisi Arum saat ini akan cepat berefek, ia lemas dan sudah tak bertenaga lagi. “Taksi online pesanan kita sudah sampai. Ayo cepat pulang ke kampung halaman rumahmu, Arum.” Sambil tersenyum pria itu kembali menuntunnya masuk ke taksi online, Arum hanya bisa pasrah kala Julvri sepenuhnya mengendalikan dirinya seperti sekarang ini. “Ayo pak, jalan.”“Baik.” Perasaan mual kembali muncul setelah sekian lama, kehamilannya membuat keadaan Arum semaki
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments