Share

Masakan Asin

Penulis: Ndaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-23 17:33:29

Semenjak ucapan dukun dan kalimat Julvi di malam yang sama, Arum dibuat kebingungan serta kebimbangan dalam hatinya yang kecil. Perasaan ragu dan menghindari sang suami perlahan sadar tindakannya semakin terlihat jelas dan membuat Julvri sendiri khawatir.

Membuat ia begitu paranoid sampai kesulitan mengendalikan diri. Meski begitu upayanya untuk pergi masih ingin dilakukan sampai kehidupannya akan benar-benar terjamin aman.

Datanglah hari libur yang dibanggakan semua orang. Ibu dan ayah mertua akan pergi berjalan-jalan sendiri, sebut saja kencan di masa tua mereka. Ibu mertua menitipkan pesan pada Arum untuk membuatkan makan malam nanti. Arum yang hanya sekadar menantu tak berguna ini pun hanya bisa mengangguk dan menjawab iya.

“Arum, tidak perlu dipaksa jika memang tidak bisa atau tidak ingin membuatkan makan malam. Nanti biar bibi saja, bibi juga belum juga pulang,” ucap Julvri menatap sedih seraya mengenggam punggung tangan Arum yang terdiam duduk di kursi sofa.

“Tidak apa Julvri. Ini bukan masalah besar. Soal makan malam biar aku urus saja. Anggap saja ini hitungan bagi ibu agar aku memperbaiki kesalahanku,” ucap Arum tersenyum.

'Ya, karena nanti aku akan membuat masakannya menjadi sangat asing,' lanjutnya membatin.

“Arum, kamu begitu perhatian. Kalau begitu nanti aku akan membantu.”

“Tidak perlu Julvri. Itu urusan seorang istri. Bukan seorang suami. Kamu perlu melakukan hal lain selayaknya seorang pria,” ujar Arum.

“Bagaimana maksudmu?”

“Yah, seperti berjalan-jalan dengan teman priamu?” pikir Arum sembari mengalihkan pandangan mata darinya.

“Tidak mau,” ucap Julvri menolak.

Senyum terukir jelas seraya ia meraih punggung tangan dan mengeluskannya ke pipi Julvri sendiri. Entah tindakan manja apa yang sebenarnya ia lakukan saat ini, namun Arum kesulitan bereaksi saking ketakutannya. Tangan Arum sempat bergetar namun senyum paksa itu sudah terlihat jelas.

“Aku hanya ingin pergi denganmu. Berjalan denganmu, makan dengan dirimu dan melakukan segala hal bersama kamu seorang, istriku tercinta. Hanya kamu lah yang aku inginkan, itu saja,” ungkap Julvri menyipitkan mata, sembari menatap wajah istrinya yang kebingungan.

“Dasar. Berhentilah bersikap romantis. Kita ini sedang di rumah, bibi juga masih ada di sini,” ucap Arum sedikit terganggu. Jika bisa melepaskan genggaman tangan Julvri, sudah sejak awal ia lakukan namun entah kenapa ia tidak bisa.

***

Waktu makan malam telah tiba. Menunggu kepulangan ibu dan ayah mertua, Arum masih asik di dapur untuk menyiapkan makan malam. Itu bukan karena kesenangnya dalam memasak lantaran karena hal lain.

Berhubung bibi sedang ada urusan di ruangan lain, Arum memberikan 5 sendok garam pada makanan mewah yakni meatball spageti yang belum tersaji di atas piring itu. Secepatnya Arum mencampuradukkannya hingga tercampur rata.

“Selamat datang kembali Tuan dan Nyonya.”

Sepertinya mereka sudah datang, Arum segera menyajikan makanan tersebut di atas piring. Sembari dibantu bibi, mereka meletakkannya di meja makan. Begitu sampai, kedua orang tua Julvri pun tertegun diam menatap si menantu menggunakan celemek.

“Arum, aku sangat bangga padamu yang menyajikan makanan ini. Terlihat sangat enak, mari kita makan bersama setelah kamu berganti pakaian,” ucap Ibu.

“Iya ibu.”

Membayangkan dirinya akan dihina setelah tahu masakan yang dibuat terlalu asin, Arum tersenyum senang seolah surat cerai dari pengadilan akan segera datang. Bayangannya terhadap kebebasan sudah di luar nalar, entah Arum masih waras atau tidak.

“Aku akan makan setelah ibu dan ayah lalu suamiku memakannya lebih dulu.”

“Ya ampun kamu ini punya etika yang terlalu sopan. Meskipun sebagai istri, tapi kamu bukan pembantu yang harus menunggu kami makan. Tapi baiklah, aku akan mencobanya.”

Ibu mertua tersenyum bahagia mendapati sang menantu sesuai harapan. Arum pun juga begitu, ia terlihat sangat girang di belakang sembari menunggu reaksi buruk dari Ibu mertua.

“Silahkan dimakan.”

“Baiklah.”

Baru saja mencicip satu suapan dari setengah sendok, ibu mertua terdiam hening dalam beberapa saat lalu setelah itu ia menjatuhkan sendok yang digenggamannya.

“Ibu?” panggil Arum sembari berpura-pura gelisah.

“Makanan ini terlalu asin,” ungkap sang ibu mertua dengan ekspresi yang sudah ditebak. Keningnya mengerut lantas menatap tajam Arum dengan ekspresi menakutkan.

“Apa? Maafkan aku, bu! Maafkan aku!”

Terkejut, Arum langsung duduk bersimpuh di hadapannya. Sekujur tubuh Arum gemetaran, wajahnya pun memucat seketika. Ia berulang kali meminta maaf dengan nada meninggi namun tidak berani menatap mata ibu mertuanya itu.

“Masakannya asin ya? Ya sudah, kita pesan makan saja. Lagi pula Arum juga sedang belajar,” ujar Ayah mertua membela sang menantu.

Brak!

“Hah?! Semudah itu kau mengatakannya, lidahku terasa geli saat mencoba masakannya yang seperti sampah itu!” pekik Ibu mertua sambil menggebrak meja.

Kemudian menunjuk Arum dengan tatapan yang belum berubah, ia berkata, “Istrimu ini benar-benar tidak berguna. Selain bangun kesiangan dia juga tidak bisa memasak.”

“Ibu, manusia tidaklah sesempurna itu,” ucap Julvri membela juga.

“Tidak! Kau jangan membelanya lagi! Lalu memangnya kalian sudah mencoba masakan Arum, hah?! Buktinya saat tahu makanan ini asin saat aku coba, kalian jadi tidak jadi makan 'kan?!” sindir ibu yang berteriak seperti iblis.

“Maafkan aku, bu! Aku memang tidak bisa memasak, maafkanlah aku!” pekik Arum tetap menundukkan kepala dan bersimpuh.

“Hei, bibi! Kau yang membantunya masak 'kan? Kenapa kau tidak memeriksa masakannya lebih dulu?” amuk Ibu pada bibi.

“Tidak, tidak. Ini bukan salah bibi. Yang masak hanya aku seorang, bu. jadi jangan salahkan bibi. Bibi tidak tahu apa-apa,” ucap Arum menggelengkan kepala.

“Aduh, jangan marah-marah. Kita semua butuh waktu untuk belajar, jadi tenangkan dirimu ya,” ucap Ayah mertua.

“Ibu terlalu sensitif. Aku mohon padamu, bu. Maafkanlah istriku, Arum,” sahut Julvri membujuk.

Melihat ibu yang begitu marah, Arum segera menyiapkan segelas air putih. Ia berniat memberikannya agar rasa asin itu tidak selamanya melekat di lidah, namun Arum sengaja mengandung kakinya sendiri hingga ia pun terjatuh dan menumpahkan air putih itu ke pakaian ibu.

“Ah, ma-maafkan aku ... Ibu,” ucap Arum terbata-bata.

Bukannya mereda justru semakin marah. Ya beginilah sifat asli ibu mertua. Arum sengaja memanas-manasinya agar hinaan itu terus terdengar. Ekspresi Arum di luar nampak sangat ketakutan bahkan kedua mata Arum mulai berkaca-kaca. Namun percayalah bahwa Arum saat ini sedang tertawa dalam batin.

Dalam benaknya wanita pandai berakting layaknya seorang aktris itu berharap, 'Teruslah hina aku, ibu. Hinalah aku sampai ibu memaksa suamiku untuk segera menceraikan diriku yang tidak berguna ini ya.'

“ARUM!!!! MULAI SEKARANG, KAU HARUS BELAJAR MASAK DARI BIBI! TIDAK BOLEH KELUAR RUMAH SEBELUM KAU BISA MELAKUKANNYA!”

Emosi membludak bak muntahan gunung meletus keluar, hal yang diharapkan Arum untuk segera diusir nyatanya malah akan dikurung dalam rumah.

Bab terkait

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Drama Orang Ketiga

    Menyambut pagi hari yang begitu cerah, langit kebiruan tanpa awan, burung-burung berkicauan dan udara yang sejuk ini terasa seperti fana. Sesuatu yang seolah bukan berasal dari dunia ini. Seorang wanita muda yang melihat semua keindahan itu di balik jendela pun menghela napas panjang. “Apa yang sebenarnya aku lakukan di sini?”Dirinya bertanya-tanya apa saja yang sebenarnya ia lakukan. Ia merasa aneh entah sejak kapan. Mungkin saja karena perkataan dari dukun itu. Semakin dipikirkan semakin membuat resah saja. Wanita itu lantas menghela napas untuk yang kedua kalinya. “Ha ... baiklah. Aku jadi aneh sekarang,” pikir Arum seraya bersandar pada kusen jendela. “Arum?” panggil sang suami yang kemudian masuk ke dalam kamar. “Itu ternyata kamu. Kupikir siapa.”“Hari ini hari libur. Kamu mau pergi ke mana? Perlukah kita berjalan-jalan atau ke suatu tempat yang kamu inginkan?” tanya Julvri, duduk di tepian ranjang dan tersenyum.“Aku rasa tidak perlu.” Arum hanya menjawab singkat lantara

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Surat Cerai Bag. I

    Sebuah ponsel bergetar cukup kencang, disertai dengan nada dering khusus ketika orang yang paling ia sukai sedang berusaha menghubunginya. Tertera sebuah nama "Arum." Dalam sekejap raut wajah pria yang tadinya murung berubah menjadi senang. “Tumben sekali.” Arum seharusnya bukanlah siapa-siapa bagi pria itu tapi ia memendam sebuah rasa kepadanya dan tidak pernah mengungkapkan perasaan itu sama sekali hingga orang terkasihnya menikahi pria lain.Eka, adalah pria yang sebelum ini dihubungi oleh Arum untuk dimintai bantuan. Tidak lain adalah agar dapat berakting, memperlihatkan seolah-olah Arum sudah melakukan hal memalukan sebelum pernikahannya dengan Julvri terjadi. Eka langusng setuju dan membantu. “Terima kasih, Eka. Berkatmu aku bisa segera terbebas darinya,” ucap Arum merasa sangat berterima kasih.“Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sampai berani berakting di depan suamimu. Padahal dia terlihat tidak memiliki masalah apa pun,” pikirnya.“Ini aku lakukan demi bertahan hidup.”“Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Surat Cerai Bag. II

    Datang juga akhirnya, yang telah lama ditunggu oleh wanita itu. Belum cukup lama mereka menikah dan harapan Arum akan segera terkabul usai Julvri memberikannya surat cerai. 'Tinggal di tanda tangan, beres.' Arum membatin girang. Namun ekspresi senangnya itu ia tahan sekuat tenaga di lubuk hatinya yang terdalam. Tak ingin menaruh rasa curiga, sehingga Arum pun kembali berakting layaknya wanita yang enggan diceraikan. “Tunggu sebentar, suamiku. Aku ... aku tahu aku salah,” ucap Arum dengan nada bergetar. Ia beranjak dari tempat duduknya lantas meraih ujung lengan jas Julvri yang hendak pergi begitu saja. Julvri menghentikan langkahnya dan berbalik badan sembari menatap Arum dengan sengit. Seketika tatapan tajam itu membuat Arum reflek menarik tangannya sendiri. Terkejut sekaligus takut, rupanya perasaan itu belumlah memudar. “Maafkan aku, Julvri. Aku tidak bermaksud ... begini, aku—”Julvri mengangkat jari ke depan bibir Arum, menghentikan istrinya bicara dan ia benar-benar ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Aku Tidak Ingin Mati

    Sekalipun amplop tebal yang berisikan sejumlah uang disodorkan, hati nenek yang merupakan seorang dukun tak pernah goyah. Ia tidak menolak secara terang-terangan melainkan menyatakan bahwa dirinya tidak ada niatan untuk memeras Arum seperti ini. Tetapi, Arum merasa sangat berterima kasih pada dukun lantaran telah memberinya sebuah peringatan. Bagi dukun itu hanya sekadar peringatan kecil tapi bagi Arum itu adalah peringatan terbesar dengan tanda bahaya semakin dekat. “Sudahlah, terima saja. Anggap ini kebaikanku padamu yang sudah nenek tolong,” ucapnya bersikukuh.“Terserah Nyonya muda saja.”Matanya masih sembab namun ekspresi bahagia yang barusan tiba-tiba saja lenyap dalam sekejap. Ia menghela napas panjang sembari memalingkan wajah seolah memiliki masalah lain. Dukun sadar akan hal tersebut dan kemudian bertanya.“Apakah ada masalah?”“Aku hanya memikirkan bagaimana aku ke depannya setelah diceraikan oleh suamiku nanti. Mahkota berharga milikku sudah direnggutnya dalam satu mala

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Hidup yang Buruk

    Keluarga Arum, terdiri dari seorang Ayah, Ibu, dirinya dan seorang adik laki-laki yang tinggal di kampung halaman. Sejak kecil mereka semua hidup berbahagia hingga suatu kejadian membuat Ayahnya berubah sikap. Itu terjadi tepat setelah ia di pecat dari pekerjaan karena tertuduh telah menyebarkan informasi perusahaan. Setiap kali pulang entah dari mana, bau tak sedap tercium dari tubuh sang Ayah. Minuman-minuman keras yang tak berkhasiat lah asal dari bau tak sedap itu. Namun hal itu tak berlangsung cukup lama, Ayahnya mendadak kembali bangkit dan kembali menghidupi keluarga entah dari ia mendapatkan sejumlah uang yang bernilai besar. “Ayah pulang!”Ekspresi bahagia terpancar jelas di raut wajah sang Ayah, hal tersebut membuat Arum sangat senang. Tapi tidak dengan Ibunya. Ia menaruh rasa curiga terhadap suaminya sendiri karena hasil uang yang tidak diketahuinya itu. “Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu?” “Ini dari pekerjaan baruku. Ayo terima uang ini, dan jajankan itu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Kejujuran Sebuah Perasaan

    “Hati-hati!” Bruk! Saat ia melangkah tanpa melihat, dan tersandung, beruntung ia diselamatkan oleh sosok pria yang murah senyum. Entah itu keajaiban atau mungkin takdir yang indah, begitulah yang wanita itu pikirkan saat berjumpa dengannya.Sekilas mengingat kenangan lama semasa kuliah, Arum lantas menggelengkan kepala dan berharap dalam batin agar dapat pergi jauh dari pria mengerikan ini. “Aku sudah lama mengincarmu. Tidak, bukan kamu melainkan hartamu!” seru Arum yang terus menangis. Sekujur tubuhnya bergetar, kedua tangan Arum pun terus mendorong tubuh Julvri agar menjauhkan diri dirinya. “Harta ... ku?” “Ya! Makanya itu aku ingin meminta cerai!”“Cerai ketika kamu berpikir bahwa aku akan melakukan sesuatu hal buruk kepadamu?”“Ya! Aku tidak benar-benar mencintaimu. Aku hanya mengincar harta dan segalanya yang kamu punya,” ungkap Arum setengah jujur. Arum Kusuma Pramesti dikenal oleh banyak orang sebagai wanita materialistis. Ia memandang pria dari ukuran harta dan seberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Rasa Bersalah?

    Julvri sempat mengatakan bahwa Arum harus mengetahuinya secara langsung begitu sampai ke lokasi, tempat di mana pasar malam terakhir diadakan. Itu berhubungan dengan dukun yang selama ini telah meramalkan nasib Arum. Meskipun begitu, entah mengapa kata-kata dari dukun kerap kali diingat olehnya dalam benak sampai membuat Arum tidak bisa fokus. Lalu keadaan keluarga ini masih belum cukup jelas, tak terlihat ada kedua orang tua Julvri dalam rumah, nampaknya mereka sudah lama pergi. “Neng, mau ke mana pergi sepagi ini?” tanya bibi pembantu.Arum mengenakan pakaian tergolong biasa, baju berlengan pendek dan berkancing serta rok panjang berwarna hitam. Tidak biasanya ia mengenakan pakaian serapi dan sesopan itu, namun kecantikannya sungguh tidak pernah luntur terkait apa pun pakaiannya.“Bibi, maafkan aku. Tempo hari aku melakukan hal memalukan. Tapi sekarang tidak akan lagi,” ucap Arum tulus seraya mengambil stopmap coklat dan rantang tiga tingkat di atas meja. “Sejak kapan Neng Arum m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Bertepuk Sebelah Tangan

    Makanan yang dibuatkan untuk Julvri, ia menyukainya. Julvri menikmati makanan itu dengan sangat tenang dan elegan sampai-sampai Arum dibuat terpana walau hanya untuk sesaat. 'Padahal cuman makan,' batin Arum merasa aneh sendiri. “Julvri, ada hal yang ingin aku tanyakan kepadamu. Tidak, maksudku aku sedang meminta ijin darimu.” Tinggal sesuap terakhir, Julvri menghentikannya. Lalu bertanya, “Ijin untuk apa? Jika kamu ingin pergi maka aku akan mengantarmu ke tempat itu.”Arum menggelengkan kepala setelah itu baru menjawab, “Tidak. Bukan itu. Aku meminta ijin agar dapat bertemu dengan Eka, temanku. Kamu ingat pria yang ada di restoran itu 'kan? Itu dia.”Satu suapan memenuhi sendok. Julvri mendadak berhenti makan, lantas ia menaruh kembali sisa makanannya itu di tempat bekal. Ekpresinya jauh lebih tenang namun entah mengapa terasa menakutkan.“Julvri, sudah pasti kamu akan marah ya? Tapi aku hanya akan meminta maaf dengannya. Karena sudah mengikuti rencananya sewaktu itu.”“Minta maaf

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15

Bab terbaru

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Cinta Kematian

    Kehadiran seorang lelaki adalah pendamping bagi seorang wanita dan begitu juga dengan sebaliknya. Akan tetapi pasutri yang terikat pernikahan suci selama setengah tahun ini memiliki persepsi berbeda dari lainnya. Mereka memiliki sisi buruk yang tak terbayangkan serta sisi baik tak terduga. "Aku ... akan mati." Pikiran Arum hanya tertuju pada kematian saja. Dirinya berpikir ini sudah berakhir hingga beberapa petugas kepolisian menerobos masuk ke dalam rumah sembari menodongkan senjata. “Angkat tanganmu!” Luka lecet, lebam, bekas tusukan, darah terus mengalir di bagian lukanya, bahkan bekas luka jeratan tali masih terlihat. Tidak hanya itu, luka di hati pun sudah terpampang jelas di hadapan mereka. Arum sudah lemas dan tak sanggup bergerak di sisa napasnya yang sedikit. “Gawat! Orang ini tidak mau berhenti!”“Biar saya yang melakukannya!” seru seorang lelaki berpakaian jas coklat muda. Lelaki itu bergegas menghampiri lalu mem

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Sosok Iblis yang Dicintai

    “Ah!” Arum terbangun dalam keadaan tubuh basah berkeringat dingin. Wajahnya memucat, pupil matanya pun bergetar kuat dengan mengingat semua hal buruk yang ia pikir sedang terjadi saat ini. Namun ternyata Arum salah, begitu kesadarannya pulih dan mendapati dirinya berada di atas ranjang, ia mulai merasa tenang dan lega.“Syukurlah,” ucap Arum. “Ada apa, Arum?” Sampai melupakan sosok lelaki yang membuat Arum bermimpi buruk itu bertanya. Julvri yang telah membuka mata, lantas meraih wajah Arum dan memberinya kecupan pagi.Perasaan gelisah kembali hadir, seolah kabur hitam mengitari sekeliling tubuh mereka. Merinding tanpa bisa berekspresi lebih selain terdiam merasa takut.“Arum?” Sekali lagi sang suami memanggil dan bertanya apa masalahnya. “Ada apa?”“Julvri ... aku hanya kembali bermimpi buruk.” Perlahan Arum berucap sembari menyentuh punggung tangan kekar itu. “Mimpi buruk? Apakah itu tentang aku?”Awalnya Arum terkejut, dengan mata terbelalak dan mulut sedikit menganga, nyaris

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Persidangan

    Semilir angin membawa pergi dedaunan gugur, beterbangan bagai sehelai bulu yang ringan dan entah ke mana perginya mereka kala angin terus menggerakkannya. Sejenak suasana terasa tenang, Arum merasa begitu memejamkan mata maka dirinya akan cepat terlelap. “Julvri, apa kamu benar-benar akan membunuhku?” Dari sekian banyaknya pertanyaan, hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir tipisnya. Sosok lelaki yang hadir berada di sampingnya itu hanya bisa terdiam dengan mulut setengah terbuka seakan hendak mengatakan sesuatu tapi tertahan. Setelah beberapa saat lelaki itu melengos dan kembali menghadap arah depan sambil menggandeng tangan sang istri dengan kuat."Ada apa dengan Julvri?" batin Arum bertanya-tanya dalam kebingungan. Sebab tak pernah merasa bahwa Julvri akan bersikap begini karena ini adalah pertama kalinya. Rasa bimbang ataupun bingung, resah dan gelisah. Entah apa yang sebenarnya Julvri pikirkan. “Tidak menjawab itu artinya benar. Lalu kenapa nggak lakukan saja sekarang? Aku

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Rahasia Ibu dan Ayah

    “Lalu kamu akan melakukan apa setelah menemukan sesuatu di laptopku?” Bagai disambar petir di siang bolong, Arum tersentak kaget mendapat pertanyaan yang jelas adalah sebuah sindiran. Arum mengubah posisinya menjadi duduk, sekali lagi terkejut, ia menatap tajam pada Julvri seolah sedang berbalik menghakimi.Julvri lantas bangkit dan berkata, “Ayo katakan sesuatu. Jangan sampai aku dibuat penasaran.” Di lain sisi ia merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Spontan Arum menoleh ke arah pintu yang terdapat celah sedikit. “Julvri, pintunya tidak ditutup?” tanyanya sembari berusaha mengalihkan pembicaraan. “Ah, benar. Aku melupakannya,” ucap Julvri. Di celah pintu terbuka, Arum melihat sosok siluet familiar. Ia pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu dan membukanya.“Bibi Elli?” Rasanya tak pernah habis keterkejutan Arum dalam hidupnya. Ia dikagetkan oleh bibinya sendiri yang ternyata mengintip.“Ikut aku sebentar, rum.” Begitulah bibi memanggil, lalu Arum hanya mengi

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Berkas Kosong

    Bibi Ella dan Elli adalah kembar seiras, yah, meskipun dari sifat mereka berbanding terbalik. Bibi Ella orang yang lembut sedangkan bibi Elli orangnya galak. Lalu sekarang bibi Elli berhadapan dengannya, dan entah kenapa seperti sedang marah. “Aku tidak berharap kamu mengerti ucapanku, Arum. Tapi kupikir sebaiknya ...,”“Bibi membicarakan apa?” Seolah tak ingin membahas sesuatu hal buruk itu, Arum kembali melanjutkan jahitannya yang belum selesai. Mulai dari pakaian hingga ke taplak meja, dengan sangat giat Arum mengerjakannya sepenuh hati hingga kembali sempurna seperti sedia kala. Sementara ia merasakan punggungnya dingin akibat tatapan tajam dari bibi Elli. “Aku belum selesai bicara,” katanya.Arum menelan ludah, bibir bawahnya sedikit tergigit. Setelah selesai menjahit, ia lantas menoleh ke belakang. Arum sangat terkejut akan tatapan yang dirasa semakin tajam dan menakutkan itu. “Iya, baiklah. Aku akan mendengarkannya tapi tentang apa? Bibi Elli selalu bicara setengah-setenga

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Aura yang Sama

    Suasana di kampung halaman yang terasa lebih sejuk membuat Arum merasa rileks sejenak. Saat ini ia sedang membantu nenek menjahit pakaian yang sedikit rusak dengan cara manual. Nenek tampak sehat dengan kegesitan yang ia gunakan tuk menjahit. Sungguh hebat. “Arum, jujurlah pada nenekmu ini tentang satu hal.”Nenek memulai percakapan yang sejujurnya terdengar seolah Arum menyembunyikan sesuatu. Arum pun menghentikan gerakan tangannya terkejut. “Iya, nek. Kenapa?”“Ibumu sudah tiada dan aku ingin tahu bagaimana keadaan Ayahmu.” Rasa terkejut kembali bertambah, Arum sepenuhnya bungkam karena tak mengira bahwa nenek tidak mengetahui kabar tentang Ayahnya.“Ayahku ...,” Arum menggumam. Pikirannya mulai kalut dalam kebingungan, ia bimbang apakah perlu menceritakan yang sebenarnya atau tidak lantaran ibunya sendiri pun sengaja tidak memberitahukan hal tersebut. "Kenapa Ibu menyembunyikan hal ini? Kejadiannya sudah cukup lama. Apa aku perlu menceritakannya?" batin Arum yang memiliki bany

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Melepas Rindu di Kampung Halaman

    Arum mencercanya habis-habisan tanpa kenal takut, ia sudah tidak peduli bila suaminya akan marah karena hal ini sebab Arum pun merasa bahwa dirinya sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. "Aku ingin merekam bagian ini tapi tak aku sangka aku kehabisan cara dan yang aku andalkan sekarang kata-kata meskipun tenggorokanku terasa kering sekarang," batin Arum. Rasa takut adalah hal wajar, ia berpikir sudah tak mungkin menyembunyikan kekesalannya lagi tapi di luar dugaan Julvri merespon seolah ini candaan. “Hahaha! Apa yang kamu bicarakan, Arum?” sahut Julvri yang juga tertawa bahak-bahak.“Sejak tadi kamu sepertinya berusaha membuatku marah ya? Tapi tidak masalah,” imbuhnya. “Kamu lah yang mempermainkan aku, membuatku marah dan jengkel karena terus memperlakukan aku seperti hewan ternak. Kalau kamu kesal seharusnya bunuh saja aku!” Senyum terukir semakin lebar di wajahnya yang tampan. Jemari yang besarnya dua kali lipat itu lantas kembali meraih dan membelai wajahnya dengan penuh

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Trik Bermain II

    Dengan memanfaatkan paras tampannya, Julvri Vandam selalu mencari kesempatan untuk bermain dengan banyak wanita. Bohong kalau ia sungguhan mencintai mereka, sebab kenyatannya ia hanya mempermainkan para wanita saja. Ia bersenang-senang demi dirinya sendiri. Julvri adalah seorang lelaki tidak waras. “Hei, bagaimana kalau kita kencan besok?” Paras tampan, berduit dan memiliki hati yang baik. Itu semua terlihat di mata para wanita, ketika diajak kencan, siapa yang akan menolak? Tentu saja tidak akan ada kecuali orang buta.“B-boleh saja.” Wanita berambut pendek sebahu menjawab dengan gugup. Namun satu syarat mutlak bagi Julvri, ia memilih wanita yang sama sekali tidak berguna di kemasyarakatan. Julvri akan mengencani setiap wanita yang statusnya kadang tidak jelas, ada yang buron, setengah tidak waras, peminum dan masih banyak lagi. Rata-rata wanitanya tidak bisa dibilang wanita normal sehingga akan mudah bagi Julvri yang akan menghabisi mereka jika sudah bosan. “Julvri, hari ini kit

  • Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat   Trik Bermain I

    “Jangan kamu kira aku tidak tahu.”“Kenapa kamu berpikir begitu? Bisa saja bukan aku 'kan?” “Tapi kupikir begitu.”Semenjak perilaku Julvri yang sebenarnya terungkap jelas di depan mata, Arum dengannya selalu berdebat dan beradu kemampuan di samping ada rasa keinginan untuk melenyapkan. Kehidupan yang didambakan oleh Arum selama ini nyatanya takkan pernah terwujud karena orang yang sekarang berada di hadapannya. Apa yang Arum masukan ke dalam makanan Julvri adalah obat pencahar sementara Julvri memasukan obat pelemas otot sehingga dengan kondisi Arum saat ini akan cepat berefek, ia lemas dan sudah tak bertenaga lagi. “Taksi online pesanan kita sudah sampai. Ayo cepat pulang ke kampung halaman rumahmu, Arum.” Sambil tersenyum pria itu kembali menuntunnya masuk ke taksi online, Arum hanya bisa pasrah kala Julvri sepenuhnya mengendalikan dirinya seperti sekarang ini. “Ayo pak, jalan.”“Baik.” Perasaan mual kembali muncul setelah sekian lama, kehamilannya membuat keadaan Arum semaki

DMCA.com Protection Status