Cantik, mandiri dan selalu menebar keceriaan membuat semua orang menyukai Joya Dimitra. Kecuali satu orang. Joya tidak pernah mengerti kenapa Fajar Larsson salah seorang pilot di maskapai tempatnya bekerja begitu membencinya. Tidak hanya membenci Joya, pria itu juga sangat angkuh. Hingga...mereka tanpa sengaja terjebak di sebuah pulau. Api kebencian dengan cepat berubah menjadi percikan gairah. Fajar memilih untuk menyerah pada daya tarik Joya dan gadis itu membiarkan dirinya terjerat dalam pesona Sang pilot. Walau Joya tahu...ada tunangan yang menunggu kepulangan Fajar.Akankah hubungan mereka bertahan atau hanya menjadi sebuah skandal yang disembunyikan?
Lihat lebih banyak"Joya," panggil Szasza dengan suara yang bergetar.
Joya yang sedang asik membaca langsung mengalihkan pandangannya dari buku yang ada ditangannya, "Kenapa, Sza?""Joy, gue mau ngasih tau lo sesuatu.""Apa? Ada apa sih?" tanya Joya bingung saat melihat wajah sahabatnya itu. Rasa-rasanya Joya tidak sedang dalam masalah apa pun hari ini, kenapa Szasza tampak seperti orang kebingungan.Szasza mulai mengatur napasnya, Szasza tau bila dirinya memberikan informasi ini. Szasza yakin Joya akan histeris atau bahkan ambruk."Kenapa sih?" tanya Joya gemas. Saking gemasnya Joya menutup buku yang sedang dia baca dan berjalan ke arah Szasza."Apaan, kenapa ada apa sih?" tanya Joya bingung."Joy, gue mau ngomong sesuatu.""Iya apa, lo kenapa sih?" tanya Joya bingung."Itu gue—""Sebuah tabrakan beruntun yang terjadi di Tol Jagorawi, telah memakan korban. Sepasang suami istri yang menggunakan mobil mini bus telah meregang nyawanya. Menurut data yang telah kami dapatkan kedua pasangan itu bernama Asep Dimitra dan Paula Dimitra."Suara pembawa acara di televisi terdengar sangat jelas dikuping Joya dan Szasza. Ruangan perpustakaan yang sepi benar-benar membuat Joya mendengar informasi tersebut dengan jelas."Joy," panggil Szasza pelan.Joya yang mendengarkan nama kedua orang tuanya hanya bisa mengerjapkan kedua matanya, perasaan Joya langsung campur aduk. Saking kagetnya Joya hanya bisa berdiri mematung."Joy," panggil Szasza sambil menepuk bahu Joya pelan."Sza, Papih sama Mamih, Sza," ucap Joya sambil menatap Szasza kebingungan."Iya, Joy. Gue mau bilang Om Asep sama Tante Paula meninggal. Gue baru liat beritanya di Ingsangram." Szasza menunjukkan layar ponsel miliknya ke arah Joya.Seketika itu juga, Joya menangis. Air matanya mengalir dengan derasnya, sesak didadanya membuat Joya tidak mampu lagi menopang badannya. Seketika itu juga Joya ambruk, tangisan memilukan langsung terdengar jelas di kuping Szasza dan beberapa orang yang sedang berada di perpustakaan."Joy, Joy bangun Joy. Tolong," teriak Szasza saat melihat Joya ambruk dan tak sadarkan diri.Beberapa orang di sana dan para guru langsung menolong Joya yang tak sadarkan diri. Mereka saling bahu membahu untuk menolong Joya yang tidak sadarkan diri.•••Dua minggu kemudian..."Sza, lo nggak papa nginep di rumah gue terus?" tanya Joya pada Szasza yang sudah dua minggu menginap di rumah milik Joya."Nggak papa, santai aja Joy. Lo 'kan tau gue juga yatim piatu. Siapa yang bakal nanya keadaan hidup gue." Szasza tersenyum pada Joya.Joya hanya bisa membalas senyuman Szasza, apa yang dikatakan Szasza ada benarnya juga. Szasza adalah sahabatnya semenjak sekolah dasar, selama mereka bersahabat Szasza memang sudah Joya kenal sebagai anak panti asuhan. Namun, Szasza selalu tersenyum dan entah bagaimana ceritanya dia selalu memiliki banyak uang.Joya benar-benar sangat terbantu dengan kehadiran Szasza. Joya yang tidak memiliki sanak saudara sama sekali, benar-benar kewalahan mengurusi kedua orang tuanya. Dimulai dari pemakaman hingga acara doa setelah kepergian orang tuanya. Beruntung Joya memiliki Szasza yang mampu mengurusi semuanya, relasi Szasza yang tidak terbatas benar-benar membuat Joya tercengang. Dimulai dari tukang sampah sampai anak taipan Szasza mengenal semuanya. Entah dari mana.Orang tua Joya hanya mewariskan satu buah rumah, satu buah apartemen kecil dan mobil untuk Joya. Semua aset dan harta lainnya Joya jual untuk membayar hutang-hutang orang tuanya yang banyak. Usaha orang tuanya bangkrut, sebelum kecelakaan itu terjadi.Sebenarnya kepergian orang tua Joya adalah untuk melakukan lobi dengan pengusaha lainnya untuk menyelamatkan perusahaan mereka. Namun, nasib berkata lain, orang tua Joya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa mereka berdua."Lo pindah sini aja gimana?" tanya Joya pada Szasza.Szasza yang sedang asik memakan kacang, menatap Joya kaget. "Gue tinggal sini maksudnya?""Iya, pindah kesini. Tinggal sama Gue, daripada lo tinggal di panti.""Lo nggak salah?" tanya Szasza."Nggaklah, gue nggak salah. Malah enak, gue jadi ada temennya. Rumah ini juga gede, gue juga sepi tinggal di sini, Sza." ungkap Joya sambil menatap Szasza."Benaran?""Iyalah, benaran, masa bohongan. Kalau bohongan ngapain gue nawarin, Sza. Udah tinggal sini aja yah, please," pinta Joya sambil mengatupkan kedua tangannya di dada.Szasza langsung tersenyum senang, rasanya perkataan Joya adalah tiketnya untuk keluar dari panti asuhan tempat mereka tinggal. Rasanya malas untuk tinggal di sana, dia juga sudah bosan dan muak bersama anak-anak panti yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling, apalagi Ibu panti yang selalu melarangnya bepergian dimalam hari."Tapi."Apa, tapi apa?" tanya Joya pada Szasza."Gue bakal sering pergi-pergi saat malem, Joy. Gue 'kan kerjanya dimalam hari," ungkap Szasza sambil menatap Joya."Lo kerja apaan sih, sebenarnya?" tanya Joya penasaran."Pekerjaan, adalah lo anak kecil nggak usah tau," ucap Szasza sambil mencibirkan mulutnya."Hilih, mentang-mentang kagak naik kelas dua kali lo yah, jadi ngerasa lebih tua," olok Joya pada Szasza."Suka bener aja lo," ucap Szasza sambil melemparkan bantal kecil ke arah Joya.Szasza memang tidak naik kelas sebanyak dua kali. Jadi, mau tidak mau umur Szasza lebih tua dua tahun dari Joya, Joya saat ini berumur tujuh belas tahun. Sedangkan, Szasza berumur sembilan belas tahun. Namun, mereka sama-sama bersekolah di sekolah menengah atas yang saat ini sedang libur. Karena, menunggu pengumuman kelulusan angkatan mereka."Udahlah lo tinggal di sini ajalah, Sza. Bantuin gue, beres-beres rumah juga," kekeh Joya sambil menunjuk ke sekeliling rumahnya."Lo nyari pembantu?" tanya Szasza kesal, "bangke emang lo tuh."Tawa langsung terdengar jelas di ruangan itu, "Udah pokoknya lo disini aja. Temani gue""Iya gue di sini. Tapi, lo mau kerja apa?" tanya Szasza pada Joya.Joya terdiam saat mendengar perkataan Szasza, seperti selepas SMA dia harus sesegera mungkin mencari pekerjaan. Tabungannya mungkin hanya cukup sampai tiga bulan ke depan."Nggak tau, gue bingung. Lo kerja apa, Sza?" tanya Joya sambil menatap Szasza."Nggak usah taulah gue kerja apa, nggak ada faedahnya," ucap Szasza santai."Gue mau tau, lo kayanya hidup santai banget. Nggak ribet, duit ada aja. Gawe apaan sih lo?" tanya Joya penasaran."Bukan urusan lo, lah." Szasza mengambil makanan yang ada di depannya."Ah lo mah pelit, ya udahlah nanti setelah ijasah SMA gue keluar. Gue mau coba deh kerja di mana gitu. Moga-moga gue bisa kuliah juga," ucap Joya."Aamiin, kalau ada apa-apa lo kabarin aja yah, mungkin gue bisa bantu-bantu," ucap Szasza."Iya, gue pasti bakal bilang ke lo. Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi, kali." Joya berkata sambil memeluk sahabatnya tersebut.Kring... kring...Joya langsung berdiri dan berjalan ke arah telepon di hadapannya. Dengan cepat Joya mengangkat telepon tersebut."Halo.""Bisa saya bicara dengan ahli waris Bapak Asep Dimitra?""Iya, saya sendiri. Ada apa, yah?" tanya Joya bingung, jantungnya berdebar keras saat mendengar suara di sambungan telepon lainnya."Ini berarti mbak Joya?" tanya lelaki itu."Iya, saya Joya. Ini siapa yah?""Bu Joya, saya Hasan Basrie. Ayah Anda punya hutang pada saya, hutangnya saat ini sudah tujuh Milyar rupiah.""Maksudnya?""Ayah Anda punya hutang tujuh milyar rupiah dan saya minta kamu bayar paling lambat dua minggu lagi.""Hah, yang bener aja. Gimana cara Ayah saya punya hutang sebesar itu. Nggak masuk akal." bentak Joya kesal bukan main."Ayah kamu meminjam uang pada kami dengan jaminan rumah yang kamu tinggali. Rumah itu dijual pun paling laku tiga milyar. Masih kurang empat milyar lagi." ucap Hasan dengan nada membentak keras."Hah, enak aja harga pasaran rumah ini lima milyar.""Okelah kalau lima milyar, berarti masih kurang dua milyar. Kamu punya sisanya?" tanya Hasan.Joya terdiam, mana punya Joya uang sebesar itu. "Saya mau ketemu Bapak, saya mau liat bukti-buktinya. Saya mau tau benar atau tidak Bapak saya hutang sama Bapak."Terdengar suara mendengus yang sangat merendahkan di telinga Joya. "Kamu mau bukti, boleh. Kapan kita bisa bertemu. Saya kasih semua bukti-buktinya. Tapi....""Tapi, apa?" tanya Joya takut-takut."Kamu harus bayar hutang-hutang Ayah kamu. Ini bukan main-main, saya bisa melakukan dengan cara kasar," teriak Hasan.Joya gentar, tubuhnya tiba-tiba bergetar. Rasa takut langsung menyelusup di tubuhnya. "Bapak nggak bisa gitu. Saya bisa laporkan Bapak ke kantor polisi, Pak. Ini namanya pemerasan.""Silakan, saya punya surat perjanjian hutang piutangnya," ucap Hasan."Tapi, Ayah saya sudah meninggal, Pak.""Saya tidak peduli, karena salah satu dari butir pasal surat perjanjian tersebut dituliskan—""Apa?" tanya Joya penasaran."Kalau apa pun yang terjadi hutang itu harus dibayar. Walau pihak debitur mati sekalipun." Hasan berkata sambil tertawa penuh kemenangan."Apa!?""Ingat Nona Joya, waktu kamu cuman dua minggu. Jadi, jangan coba-coba kabur. Saya bisa cari kamu hingga keliang lahat sekalipun. Camkan itu baik-baik, Nona Joya."***Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen