"Lepaskan anak saya!" tegas seorang wanita keluar dari ruang inap dengan wajah datar dan segera mengambil Liam dari dekapan Aldi. Aldi melepaskan pelukannya menatap wajah wanita yang sangat ia rindukan selama ini. Liam langsung menuju ke bundanya berlindung di sana. "Elina!" panggil Aldi. "Anda mengenal saya?" ketus Elina. Aldi terkekeh mendengar pertanyaan Elina. Elina pura-pura tidak mengenal nya. Liam semakin yakin pria dewasa ini gila. "Kamu ternyata di sini. Aku mencarimu Elina." "Maaf! Saya tidak mengenal Anda, Tuan. Urusan Anda telah selesai di sini. Jadi enyahlah." Aldi menggepalkan tangan nya. Sampai kapan Elina akan berpura-pura seperti ini. "Saya orang yang kamu cinta Elina. Kamu tidak mengingat bagaimana kita memperjuangkan restu kedua orang tua kita dulu untuk menikah." Aldi sengaja agar Elina terpancing dan tidak berpura-pura lagi. Elina menatap tajam Aldi. Elina tidak mengingat apapun tentang masa lalu mereka. Karena ia tidak mau mengingatnya kembali. Terlalu sakit untuk dikenang sepanjang masa. "Pria yang saya cintai akan memperjuangkan cinta nya. Bukan malah berkhianat. Seperti yang Anda jelaskan. Saya dan Anda berjuang mendapatkan restu. Tapi setelah pernikahan, Anda tidak pernah menganggap saya hidup di rumah itu dan terakhir yang membuat saya hancur adalah poligami."
view moreDi dunia ini harta kekayaan dan kekuasaan selalu diagungkan. Sehingga manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan segala kemewahan walaupun dengan cara menindas orang sekalipun.
Ini yang tengah dirasakan seorang wanita menjadi istri salah satu konglomerat terkaya di daerahnya.
Sedangkan dirinya hanya berasal dari kelas menengah menjabat menjadi karyawan biasa di salah satu perusahaan swasta di bawah naungan perusahaan besar milik suaminya.
“Mas, Aku bisa jelaskan semuanya. Aku tidak pernah selingkuh.”
Seorang wanita memegang perut buncitnya yang sekarang berumur empat bulan. Wanita itu dengan sekuat tenaga melindungi janinnya agar tidak terluka dan tergores sedikitpun.
“Itu semua sudah jelas Elina. Mau menjelaskan bagaimana lagi?” salah satu adik iparnya semakin memperkeruh keadaan yang memanas.
“Jelaskan!” titah suaminya membuat jantung Elina berdegup sangat kencang. Suaminya memberikan dirinya kesempatan.
Elina Pelita Kejora Maheswara, nama wanita hamil itu. Tengah menjadi bulan-bulanan keluarga konglomerat yang tidak pernah menyukai kehadirannya di keluarga ini sejak awal pernikahan mereka.
Sekarang Elina sangat tahu. Mereka semua akan bersikap sangat baik dan memperlakukannya seperti ratu ketika di depan ayah mertuanya. Sekarang wajah-wajah yang ditutupi oleh topeng terbuka sangat lebar.
Di dalam keluarga ini terdiri dari kepala keluarga dan dua belas anggota keluarga lainnya termasuk dirinya sendiri.
“Tadi aku sempat mendapatkan sms dari seseorang. Katanya Mas ada di hotel. Karena aku khawatir dengan Mas, aku langsung pergi ke sana. Tapi yang aku temukan bukan Mas tapi orang lain.”
“Kalau Mas ragu sama penjelasan aku. Ini buktinya.” Elina menunjukkan bukti tangkapan layar pesan masuk di ponselnya.
Aldinata Maheswara, suami dari Elina langsung mengambil alih ponsel istrinya dan memeriksa tangkapan layar pesan. Setelah itu membuka semua pesan masuk, bukan hanya satu pesan tapi semuanya. Yang dikatakan istrinya memang benar.
“Maaf.” Kata terucap di bibir suaminya membuat Elina tersenyum lega. Sedangkan mama dan kedua adik perempuan dari Aldinata menggeram kesal. Untuk kesekian kalinya mereka gagal.
Elina beruntung telah menyimpan foto tangkapan layar tersebut. Karena pesan aslinya entah hilang kemana secara tiba-tiba, padahal dirinya tidak pernah menghapusnya.
****
“Mama tidak kehabisan akal kan untuk menyingkirkan wanita kampungan itu?” Naila Maheswara salah satu putri pertamanya bertanya dengan nada ketus.
“Bagaimana bisa dia punya bukti yang telah kita hapus sebelumya.” Sahutan terdengar dari putri keduanya yakni Keyra Maheswara.
Bukan hanya tentang harta dan kecemburuan sosial. Kedua putri konglomerat itu sangatlah benci pada Elina karena telah lebih dulu hamil, padahal jarak pernikahan mereka bertiga sangatlah jauh.
Kedua putri konglomerat telah menikah kurang lebih sejak dua tahun yang lalu tapi belum dikarunia seorang anak. Kalah dengan Elina yang menikah belum genap setahun dengan kakaknya, yang sekarang telah mengandung.
“Mama pokoknya harus menyingkirkan wanita itu. Mama tidak ingin 80% harta warisan jatuh ke anak dalam kandungan Elina.”
Tamara Maheswara tersenyum sinis memikirkan rencanakan licik selanjutnya.
“Mama tidak ingin anak itu lahir ke dunia. Jadi kita harus menyingkirkannya. Hanya Shanika yang berhak bersanding dengan Aldi dan melahirkan keturunan pewaris Maheswara.”
***
Hanya ada keheningan di dalam kamar. Sepasang suami istri masih sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Akhirnya terdengar deru nafas Elina mengalah. Sampai besok pun mereka akan diam seperti ini kalau dirinya tidak mengajak sang suami berkomunikasi. Semenjak pernikahan mereka, suaminya semakin kesini semakin berubah dan egois.
Harus dirinya yang mengalah dan minta maaf. Dulu ketika mereka pacaran, suaminya sangatlah dewasa dan juga manis.
Namun sekarang semuanya perlahan berubah, bahkan bertanya tentang kabar anak mereka pun suaminya tidak pernah. Padahal suaminya baru pulang dari Singapura selama seminggu.
“Kamu banyak berubah Mas.” Dengan suara bergetar Elina menatap sang suami yang sekarang ada di sampingnya.
“Aku harus bagaimana lagi Mas? Aku juga punya batas kesabaran. Sebenarnya aku istri kamu atau bukan?”
“Kamu istri aku Elina!” tegas Aldi tidak ada bantahan.
Elina tersenyum kecut mendengarkannya. Bolehkah sekarang Elina menyesal telah menikah dengan anak konglomerat. Kenapa dulu dirinya tidak sadar diri dan mundur ketika dengan terang-terangan hampir semua anggota keluarga Maheswara tidak merestuinya.
Dirinya dibutakan oleh cinta. Perasaan ingin memiliki yang mengendalikan Elina. Sampai tidak memikirkan akibatnya untuk masa depannya nanti dengan akal dan logika.
“Aku tahu kamu pulang sehari sebelum ke rumah.”
Aldi terkejut mendengar perkataan istrinya. Nafasnya seakan tercekik. Dari mana istrinya mengetahuinya? Kepulangan Aldi hanya anggota keluarganya yang tahu.
“Kalian semua menghadiri pesta meriah tanpa aku, kan?” Suara Elina terdengar sendu, sebenarnya ia ingin menangis dan marah pada suaminya. Namun dirinya tidak ada keberanian untuk hal itu.
Elina takut kalau dirinya marah suaminya akan tersinggung dan pergi lagi dari rumah ini. Meninggalkan dirinya yang hanya berdiam diri di kamar karena tidak tahan mendengar cacian dan makian semua anggota keluarga Maheswara di ruang keluarga.
“Aku bisa jelaskan.”
“Aku sadar diri Mas. Aku tidak sebanding dengan keluarga Mas. Makanya Mas malu, kan.”
“Bukan seperti itu Elina. Acaranya sangat mendadak dan….”
“Dan kamu harus bersanding dengan wanita itu tanpa sepengetahuan aku.”
“Terserah kamu Elina.”
Aldi mengerang dan mengacak rambutnya frustasi. Detik berikutnya Aldi membuka pintu dengan kasar meninggalkan Elina dengan tatapan kosong melihat kepergian suaminya, entah sekarang kemana lagi suaminya akan menyendiri.
Masalah yang seharusnya diselesaikan dengan kepala dingin. Yang dilakukan suaminya, bahkan sebaliknya. Lari dari masalah tanpa niat menjelaskannya.
Elina mengetahui suaminya dan semua anggota keluarga Maheswara pergi ke pesta meriah itu meninggalkan dirinya di rumah sendirian.
Elina melihat nya di i*******m yang mengadakan live langsung di pesta tersebut. Dengan mata kepalanya, Elina melihat dengan nyata suaminya bergandengan dengan wanita yang sangat Elina kenal.
“Ayah! Ibu! Elina rindu sama kalian,” lirih Elina mengusap perut buncitnya agar dirinya rileks dan berakhir tertidur nantinya.
“Maafkan bunda sayang! Bunda janji akan menjaga dedek bayi bagaimanapun caranya, bahkan dengan nyawa bunda sendiri. Dedek jangan sedih ya sama sifat papa ke kita.”
Elina harus berusaha tegar. Demi anaknya, Elina tidak ingin nantinya anaknya menjadi korban keegoisan orang tuanya. Elina sangat tahu semua anak tidak ingin hidup di tengah-tengah keluarga yang broken home.
“Sebentar lagi papa akan pulang dan mengunjungi dedek. Sabar ya sayang.”
Elina menghela nafas, dan mulai berbaring dengan senyaman mungkin. Beberapa menit kemudian wanita hamil itu langsung tertidur dengan sangat pulas.
Sedangkan di luar kamar. Ternyata Aldi tidak keluar rumah, pria itu duduk di salah satu sofa di ruang tengah sembari minum secangkir kopi agar pikirannya tidak kacau dan nantinya akan berakhir membentak istrinya.
“Kenapa lagi?” Tamara yang melihat anaknya di sana memiliki kesempatan untuk menghasut anaknya tanpa henti.
“Aldi menikmati kopi.” Suara berat Aldi terdengar datar.
“Kamu tidak bahagia menikah dengan wanita itu, kan?”
“Aldi bahkan sangat bahagia menjadikan Elina menjadi istri aku, Ma. Jadi, Mama jangan menjelekkan Elina di depan suaminya sendiri.”
“Ini buktinya semenjak kamu mengenal wanita itu. Kamu berani melawan Mama.” Dari Aldi kecil anaknya tidak pernah berani melawannya apalagi membentaknya.
“Mama yang salah. Kalau Mama bersikap baik kepada Elina. Aldi juga tidak akan seperti ini.”
Tamara menahan emosinya dengan nafas memburu mendengar putranya sendiri membela wanita itu dan menyalahkan dirinya yang di sini ibu kandung dari anaknya. Sembilan bulan Tamara mengandung dan menjaga Aldi dengan penuh kasih sayang, tidak ada artinya di mata anaknya. Aldi lebih menyayangi istrinya
“Kamu ceraikan Elina secepatnya! Gara-gara wanita itu kamu durhaka ke orang tua.”
Tamara pergi dari hadapan anaknya, menyisakan Aldi yang kini memegang kepalanya semakin frustasi tinggal satu atap dengan orang tuanya.
Andai Aldi diizinkan keluar dari rumah ini oleh ayahnya. Sejak dari dulu ia akan angkat kaki bersama dengan Elina.
Ternyata yang semua orang bilang memang benar adanya. Mertua dan menantu lebih baik hidup masing-masing di rumah yang berbeda.
Kalau seperti ini, Aldi tidak mungkin bisa memilih antara mamanya yang melahirkan dirinya dan istrinya sendiri.
Elina tersenyum melihat kebersamaan mereka yang tengah bermain basket berempat. Terlihat Liam dan Liana merebut bola basket dari Aldi dan juga Andre yang tengah senang menggoda mereka yang masih pendek.Liam mengambil bola basket tersebut dan melemparnya dengan gaya memukau. Berhasil! Masuk dengan sempurna membuat mereka bersorak ria. Aldi menggendong Liana, sedangkan andre menggendong Liam yang dengan wajah membanggakan dirinya dan bertepuk tangan.Elina sampai meneteskan air matanya karena terharu. Akhirnya kehidupannya bisa ia rasakan sampai detik ini juga. Setelah badai begitu dahsyatmemporak-porandakan hidupnya.Tuhan memiliki rencana yang sangat indah, untuk kehidupan Elina. Elina selalu percaya, sk
Setelah acara pemakaman selesai, mereka semua sekarang berkumpul di kediaman dokter Andre. Memakai pakaian serba hitam dan duduk di sofa ruang keluarga.“Elina! Saya selaku kedua orang tua almarhum, ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada, Nak Elina. Atas kelakukan almarhum yang telah membuat Nak Elina hampir depresi karena trauma.”Elina mengusap kepala Liana, yang berada di pangkuannya, tersenyum dan mengangguk, “Saya sudah memaafkannya, sejak bertahun-tahun yang lalu. Bahkan saya berhutang budi kepada almarhum, karena telah menyelamatkan putri saya.”“Maafin, Nana!” lirih Liana menatap mereka semua dengan wajah polos dan sendunya.Mereka semua menghela nafas. Ini
“Bagaimana keadaan Naufal, Dokter Andre?” tanya Keyra langsung menghampiri Andre yang sudah keluar dari ruangan.Keyra tidak sabar menunggu kabar dari Andre. Jantungnya berdetak dengan cepat. Keyra khawatir dan juga takut. Dalam lubuk hatinya, masih tersimpan rasa cinta untuk Naufal walaupun hanya secuil.Andre menghela nafas pelan, membuat semua orang yang ada di sana was-was. Tidak biasanya Andre berbelit-belit seperti ini ketika menjelaskan sesuatu. Apalagi ini soal keadaan seseorang.“Naufal gak apa-apa kan, Dok?!” bentak Keyra menggoyang tangan Andre dengan keras. Ia tahu ini sangat lancang, namun Keyra merasakan perasaan yang tidak enak.“Saya sudah berusaha semaksimal mungk
"Masukkan ke dalam mobil!” perintah Shanika memperhatikan ke sekelilingnya, Shanika tahu mereka akan segera tertangkap karena melawan orang-orang yang berkuasa.Liana dimasukkan ke dalam mobil, namun dalam keadaan mulut disumpal dengan lakban dan tidak diikat seperti beberapa jam yang lalu.“Nana ngak mau ke luar negeri. Jangan paksa Nana. Bunda! Tolongin Nana!"Liana tidak ingin pergi jauh dari bundanya. Liana tidak bisa membayangkan nasibnya, apabila Shanika membawanya pergi sangat jauh dari negaranya.Liana telah masuk ke dalam mobil. Dijaga oleh dua anak buah Shanika. Mereka berbicara sebuah rencana selanjutnya. Apabila mereka gagal, maka mereka akan menga
Liana menggelengkan kepalanya, ketika dua preman dengan tubuh kekar dan brewok yang terlihat sangat menyeramkan, menyuapinya roti untuknya. Liana yang diikat di kursi dengan tubuh mungilnya bergetar sedari tadi ketakutan.“Nana mau ketemu bunda. Nana mau pulang, Paman.”“Kamu tidak akan pernah pulang selamanya,” jawab mereka. Liana kembali menggelengkan kepalanya karena tidak ingin mendengar perkataan kedua pria menyeramkan itu.Liana, beberapa jam yang lalu , bangun dari pingsannya ternyata telah terikat di sebuah kursi. Liana ingin menangis, namun bundanya selalu berkata, jangan pernah takut. Hal itu akan membuat mereka semakin menindas kita. Liana masih mengingat pesan bundanya itu.
Liana mengelilingi halaman rumahnya sendiri, dengan mengayuh sepeda. Ia tersenyum sembari menaruh boneka sapi berukuran sedang di ranjang sepeda sebagai temannya bermain.Kakaknya sedang belajar di dalam kamarnya, untuk persiapan olimpiade antar sekolah. Kedua anak laki-laki seperti Liam dan Devan mengambil mata pelajaran matematika dalam satu kelompok, yang sudah disaring dan dipilih.“Nana main sama Vivi, saja.” Nama boneka sapi berwarna pink dan putih itu adalah Vivi.Liana mengayuh sepedanya dekat dengan gerbang. Liana menatap aneh ke arah seorang wanita yang membelakanginya berada di luar gerbang. Penjagaan di rumah Andre, tidak seketat seperti dimension Syahreza. Bahkan satpamnya, entah pergi kemana.“Bunda!” Liana memanggil wanita itu
Berlin, Jerman, 2013Setelah dokter memberikan kabar baik kepada Elina, wanita hamil itu tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan bahagianya sekarang. Ia bersandar di sofa sambil menonton acara televisi dengan menikmati secangkir kopi.“Huek!” elina segera berlari ke kamar mandi yang berada di lantai bawah. Dengan wajah pucat dan perut yang bergejolak, Elina memuntahkan cairan kental dan bening. Kepalanya kembali pusing seperti pertama kali dirinya muntah karena kehamilannya.Elina membasuh wajahnya dengan air dan menatap dirinya di cermin. Entah angin apa, Elina terisak merasakan sakit di dadanya. Elina menghapus air matanya sembari mengingat kembali kebersamaanya dengan mantan suami.Elina harus m
Tok! Tok! Shanika dengan malas mengetuk pintu kamar Elina beberapa kali. Kalau tidak disuruh oleh suaminya. Shanika tidak akan sudi melakukannya. "Elina! Kau belum juga bangun?! Istri macam apa, belum bangun sampai jam segini," cibir Shanika di depan pintu kamar Elina. "Kenapa Sayang?" tanya Aldi menghampiri Shanika yang terlihat kesal dan cemberut. Shanika menoleh, "Ini loh, Mas. Elina belum juga mau bangun." Aldi kembali mengetuk pintu kamar Elina. Jauh lebih keras. Bahkan banyak pasang mata yang melihatnya, karena mendengar gedoran terdengar nyaring. "Kasihan ya, No
Elina memandang bangunan di depannya dengan wajah tegar dan tatapan sendu. Ia mengeratkan pegangannya di koper yang tengah ia bawa. Keputusannya sudah bulat. Walaupun hatinya bagai tertusuk ribuan duri, entah kalau bisa dijabarkan, mungkin sekarang hatinya tengah berdarah dan sakit.“Elina,” panggil Surya kepada Elina, yang sudah berada di dalam mobil menunggu Elina.Elina menoleh dan terisak. Dadanya sesak. Air mata menetes dari pelupuk matanya tiada henti. Surya mengerti akan posisi menantunya sekarang. Tangannya terkepal. Ia berjanji tidak akan merestui kembali hubungan Elina dengan Aldi esok apabila Aldi telah menyesali perbuatannya dan ingin rujuk kembali.Elina mencoba menguatkan diri dan menghapus air matanya sampai bersih. Ia kembali berbalik melihat kedi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments