Liana mengelilingi halaman rumahnya sendiri, dengan mengayuh sepeda. Ia tersenyum sembari menaruh boneka sapi berukuran sedang di ranjang sepeda sebagai temannya bermain.
Kakaknya sedang belajar di dalam kamarnya, untuk persiapan olimpiade antar sekolah. Kedua anak laki-laki seperti Liam dan Devan mengambil mata pelajaran matematika dalam satu kelompok, yang sudah disaring dan dipilih.
“Nana main sama Vivi, saja.” Nama boneka sapi berwarna pink dan putih itu adalah Vivi.
Liana mengayuh sepedanya dekat dengan gerbang. Liana menatap aneh ke arah seorang wanita yang membelakanginya berada di luar gerbang. Penjagaan di rumah Andre, tidak seketat seperti dimension Syahreza. Bahkan satpamnya, entah pergi kemana.
“Bunda!” Liana memanggil wanita itu
Liana menggelengkan kepalanya, ketika dua preman dengan tubuh kekar dan brewok yang terlihat sangat menyeramkan, menyuapinya roti untuknya. Liana yang diikat di kursi dengan tubuh mungilnya bergetar sedari tadi ketakutan.“Nana mau ketemu bunda. Nana mau pulang, Paman.”“Kamu tidak akan pernah pulang selamanya,” jawab mereka. Liana kembali menggelengkan kepalanya karena tidak ingin mendengar perkataan kedua pria menyeramkan itu.Liana, beberapa jam yang lalu , bangun dari pingsannya ternyata telah terikat di sebuah kursi. Liana ingin menangis, namun bundanya selalu berkata, jangan pernah takut. Hal itu akan membuat mereka semakin menindas kita. Liana masih mengingat pesan bundanya itu.
"Masukkan ke dalam mobil!” perintah Shanika memperhatikan ke sekelilingnya, Shanika tahu mereka akan segera tertangkap karena melawan orang-orang yang berkuasa.Liana dimasukkan ke dalam mobil, namun dalam keadaan mulut disumpal dengan lakban dan tidak diikat seperti beberapa jam yang lalu.“Nana ngak mau ke luar negeri. Jangan paksa Nana. Bunda! Tolongin Nana!"Liana tidak ingin pergi jauh dari bundanya. Liana tidak bisa membayangkan nasibnya, apabila Shanika membawanya pergi sangat jauh dari negaranya.Liana telah masuk ke dalam mobil. Dijaga oleh dua anak buah Shanika. Mereka berbicara sebuah rencana selanjutnya. Apabila mereka gagal, maka mereka akan menga
“Bagaimana keadaan Naufal, Dokter Andre?” tanya Keyra langsung menghampiri Andre yang sudah keluar dari ruangan.Keyra tidak sabar menunggu kabar dari Andre. Jantungnya berdetak dengan cepat. Keyra khawatir dan juga takut. Dalam lubuk hatinya, masih tersimpan rasa cinta untuk Naufal walaupun hanya secuil.Andre menghela nafas pelan, membuat semua orang yang ada di sana was-was. Tidak biasanya Andre berbelit-belit seperti ini ketika menjelaskan sesuatu. Apalagi ini soal keadaan seseorang.“Naufal gak apa-apa kan, Dok?!” bentak Keyra menggoyang tangan Andre dengan keras. Ia tahu ini sangat lancang, namun Keyra merasakan perasaan yang tidak enak.“Saya sudah berusaha semaksimal mungk
Setelah acara pemakaman selesai, mereka semua sekarang berkumpul di kediaman dokter Andre. Memakai pakaian serba hitam dan duduk di sofa ruang keluarga.“Elina! Saya selaku kedua orang tua almarhum, ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada, Nak Elina. Atas kelakukan almarhum yang telah membuat Nak Elina hampir depresi karena trauma.”Elina mengusap kepala Liana, yang berada di pangkuannya, tersenyum dan mengangguk, “Saya sudah memaafkannya, sejak bertahun-tahun yang lalu. Bahkan saya berhutang budi kepada almarhum, karena telah menyelamatkan putri saya.”“Maafin, Nana!” lirih Liana menatap mereka semua dengan wajah polos dan sendunya.Mereka semua menghela nafas. Ini
Elina tersenyum melihat kebersamaan mereka yang tengah bermain basket berempat. Terlihat Liam dan Liana merebut bola basket dari Aldi dan juga Andre yang tengah senang menggoda mereka yang masih pendek.Liam mengambil bola basket tersebut dan melemparnya dengan gaya memukau. Berhasil! Masuk dengan sempurna membuat mereka bersorak ria. Aldi menggendong Liana, sedangkan andre menggendong Liam yang dengan wajah membanggakan dirinya dan bertepuk tangan.Elina sampai meneteskan air matanya karena terharu. Akhirnya kehidupannya bisa ia rasakan sampai detik ini juga. Setelah badai begitu dahsyatmemporak-porandakan hidupnya.Tuhan memiliki rencana yang sangat indah, untuk kehidupan Elina. Elina selalu percaya, sk
Di dunia ini harta kekayaan dan kekuasaan selalu diagungkan. Sehingga manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan segala kemewahan walaupun dengan cara menindas orang sekalipun. Ini yang tengah dirasakan seorang wanita menjadi istri salah satu konglomerat terkaya di daerahnya. Sedangkan dirinya hanya berasal dari kelas menengah menjabat menjadi karyawan biasa di salah satu perusahaan swasta di bawah naungan perusahaan besar milik suaminya. “Mas, Aku bisa jelaskan semuanya. Aku tidak pernah selingkuh.” Seorang wanita memegang perut buncitnya yang sekarang berumur empat bulan. Wanita itu dengan sekuat tenaga melindungi janinnya agar tidak terluka dan tergores sedikitpun. “Itu semua sudah jelas Elina. Mau menjelaskan bag
Tamara memasukkan sesuatu ke dalam segelas susu menantunya. Ia tersenyum dan mengambil nampan untuk mengantar susu yang menantunya itu pesan dari sang bibi. "Nih!" Tamara memberikan nampan tersebut pada bibi. "Nyonya yang buat untuk Nona Elina??" bibi Minah merasa ada kejanggalan dengan susu yang dibuat oleh nyonya besar. Tidak biasanya Tamara mau menyentuh peralatan dapur. Bahkan membuat susu untuk menantunya sendiri. Semua anggota keluarga mengetahui Tamara tidak pernah menyukai kehadiran cucunya sendiri. Semenjak Elina dikabarkan hamil untuk pertama kalinya. Kemarahan Tamara semakin memuncak ketika kedua putrinya bahkan di dahului berisi oleh orang luar itu. Sedangk
Elina mengusap bergantian kepala suami dan perut buncitnya dengan sayang. Sedangkan Aldi tengah memejamkan matanya menikmati usapan lembut istrinya.Kalau boleh Aldi jujur. Jari-jemari Elina sangatlah halus dan cocok bersanding dengan kulitnya yang keras dan kasar."Kepalanya sudah tidak sakit Mas??" Elina memberanikan diri bertanya kepada sang suami.Walaupun Aldi sangat mencintainya, namun suaminya tidak menyukai wanita cerewet. Jadi Elina cukup bertanya satu atau dua kali setelahnya Elina tidak berani.Pernah dulu Elina bertanya berkali-kali bahkan ketika ngidam sangatlah cerewet membuat Aldi geram. Akhirnya Aldi membentaknya sampai ia terkejut. Sejak kejadian itu suaminya hilang bagai di telan bumi tidak pulang ke rumah selama dua hari.