Beranda / Romansa / Anak Kembar Sang Konglomerat / 3. Mertua dan Ipar yang Licik

Share

3. Mertua dan Ipar yang Licik

Elina mengusap bergantian kepala suami dan perut buncitnya dengan sayang. Sedangkan Aldi tengah memejamkan matanya menikmati usapan lembut istrinya.

Kalau boleh Aldi jujur. Jari-jemari Elina sangatlah halus dan cocok bersanding dengan kulitnya yang keras dan kasar.

"Kepalanya sudah tidak sakit Mas??" Elina memberanikan diri bertanya kepada sang suami.

Walaupun Aldi sangat mencintainya, namun suaminya tidak menyukai wanita cerewet. Jadi Elina cukup bertanya satu atau dua kali setelahnya Elina tidak berani.

Pernah dulu Elina bertanya berkali-kali bahkan ketika ngidam sangatlah cerewet membuat Aldi geram. Akhirnya Aldi membentaknya sampai ia terkejut. Sejak kejadian itu suaminya hilang bagai di telan bumi tidak pulang ke rumah selama dua hari.

Sebenarnya Elina ingin sekali marah dan protes. Namun apalah daya dirinya yang tengah mengandung tidak ingin membebankan pikirannya dengan semua masalah dan nantinya akan berakhir membahayakan anak mereka.

"Kamu masih takut sama aku??" Aldi mendongak menatap manik mata istrinya.

Elina menggelengkan kepalanya. Bohong kalau dirinya tidak trauma dengan bentakan suaminya beberapa bulan yang lalu.

"Sekali lagi mas minta maaf, ya. Ketika  kamu ngidam Mas pergi meninggalkan kamu sendiri dengan segala keegoisan Mas."

Waktu itu ingin sekali Elina menangis. Tidak ada yang peduli padanya. Hanya cacian dan makian yang ia dengar setiap saat.

Mama mertuanya menyalahkan dirinya. Gara-gara dirinya anak kesayangannya banyak pikiran dan marah-marah ke semua orang.

Elina ingin menelpon orang tuanya. Tapi ia urungkan karena ia tidak mungkin menceritakan semuanya pada keluarganya. Apalagi ayahnya yang tidak pernah menyetujui pernikahan mereka dari awal.

Untung ada bibi Minah yang selalu mengunjungi kamarnya, mengantarkan makanan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Coba kalau bibi Minah tidak memaksanya untuk makan, pasti dirinya telah mati kelaparan di dalam kamar.

"Kamu menyesal menikah dengan Mas??" tanya Aldi dengan suara khasnya.

"Aku tidak pernah menyesal menikah sama kamu Mas. Bahkan aku sangat bahagia bisa merasakan hidup satu atap dengan orang yang aku cinta." Elina berbohong.

"Sini peluk!!" Aldi merentangkan tangannya. Elina dengan senang hati masuk ke dalam dekapan suaminya yang selalu membuatnya nyaman.

Hanya kamu Mas alasan aku tetap berada di rumah ini, batin Elina mengeratkan pelukannya di dada bidang suaminya.

Aldi menggeser dirinya ke tengah ranjang agar istrinya bisa ikut tertidur sambil memeluknya.

"Mas percaya kamu bisa meluluhkan semua orang di dalam rumah ini."

"Insyaallah Mas. Semoga Mama dan kedua adik Mas bisa menerima aku suatu saat nanti."

"Iya sayang pasti."

Ingin sekali Elina berbincang-bincang dengan bebas seperti dulu ketika mereka pacaran. Sekarang keadaannya sangatlah berbeda. Suaminya jadi lebih gampang marah dan juga menyalahkan dirinya.

Mungkin kerjaan di kantor membuat Aldi kelelahan dan melampiaskan padanya. Elina harus mengerti dengan keadaan suaminya.

Hal utama yang membuat Elina dulu untuk pertama kalinya berani menentang keputusan ayahnya, adalah karena Aldinata Maheswara selalu meyakini dirinya dengan semua kata-kata manis keluar dari bibirnya.

Elina sampai sekarang selalu merasa bersalah karena menentang perkataan ayahnya, yang tidak merestui hubungan mereka karena keluarga tidak sederajat.

Ternyata ini alasan ayahnya tidak menyetujuinya menjadi salah satu anggota keluarga Maheswara.

"Tidur sayang! Jangan banyak pikiran! Nanti dedek kenapa-kenapa di dalam."

Elina memejamkan matanya dan tertidur di pelukan suaminya. Biarlah takdir berjalan sebagaimana mestinya.

***

"Dokter Shanika jangan nikah dulu. Tunggu dudanya kak Aldi. Bentar lagi."

Shanika tidak salah dengar?? Yang dikatakan Naila itu serius atau hanya candaan semata.

"Benar yang dikatakan Naila. Kamu yang sabar. Tante tahu kamu masih mencintai Aldi kan??"

Kenapa sekarang dirinya merasa terpojokkan?? Ingat Shanika pria yang kamu sukai telah memiliki istri bahkan sekarang istrinya tengah mengandung. Kamu mau menjadi perusak rumah tangga mereka dan bagaimana nasib bayi yang ada di kandungan sang istri?? Pasti nantinya akan menjadi anak broken home, batin Shanika berpikir dengan cerdas.

"Tante hanya setuju kalau Aldi menikah sama kamu. Bukan sama Elina."

"Sudah Takdir Tante. Aldi juga sekarang tengah berbahagia sebentar lagi akan punya anak. Bukannya Tante senang keturunan keluarga Maheswara akan segera lahir??"

"Tante hanya ingin keturunan pertama Aldi terlahir dari rahim kamu. Bukan rahim Elina."

"Maksud Tante bagaimana, ya??" Sebenarnya dari tadi Shanika belum sepenuhnya mengerti akar dari semua pembicaraan mereka.

"Maksud Mama itu. Dokter Shanika direstui menikah sama kak Aldi." Keyra angkat bicara menjelaskan, karena merasa gemas dengan Shanika yang dari tadi tidak mengerti akar pembicaraan mereka.

"Tapi kan Aldi sudah memiliki istri. Saya tidak ingin menjadi pelakor," tolak Shanika dengan tegas. Biar Bagaimanapun dirinya adalah perempuan terhormat juga dari kalangan atas.

"Tenang saja! Kamu tinggal tunggu tanggal mainnya," ucap Tamara.

"Dokter Shanika tahu. Kak Aldi itu sebenarnya tidak cinta sama Elina. Kalau memang cinta kenapa pas Elina ngidam, kak Aldi marah-marah karena Elina cerewet dan hilang dari rumah tidak pulang selama dua hari."

Shanika terkejut mendengarnya. Bukannya Aldi sangat mencintai istrinya?? Atau Aldi tertekan menikah dengan Elina??

"Dokter Shanika mengikhlaskan kak Aldi sama Elina karena kakak pikir kak Aldi bahagia nikah sama Elina kan. Itu salah besar."

Memang benar fakta yang dijabarkan oleh Keyra. Ia sendiri yang menceritakan semuanya.

"Mama curiga Key! Nai! Wanita itu bermain dukun. Dulu pas pacaran kakak kalian bucin sama wanita itu. Tapi sekarang huh...."

"Yang dikatakan Mama ada benernya juga. Sampai dulu kak Aldi mengancam untuk keluar dari keluarga Maheswara. Hanya karena wanita itu," seru Naila menggebu-gebu.

Sedangkan dari arah dapur. Seorang wanita paruh baya menguping semua pembicaraan mereka.

Apa dengan menjelekkan Elina mereka semua akan selalu bahagia?? Apa keluarga Maheswara hobinya menjatuhkan anggota keluarganya sendiri.

walaupun Elina adalah orang luar dan sekarang menjadi istri tuan muda di rumah ini. Tetap Elina adalah anggota keluarga Maheswara. Bukan orang lain bahkan penyusup yang akan selalu tertindas.

"Kasihan ya Non Elina. Kalau aku yang jadi non Elina pasti tidak akan kuat bertahan di rumah ini." Salah satu maid muda bersuara.

"Benar katamu. Walaupun rumah ini seperti istana. Tapi kalau isinya jelmaan siluman semua. Aku memilih mundur."

"Apalagi sekarang Non Elina tengah mengandung. Semoga kandungannya selalu dijaga oleh sang kuasa." Bibik Minah berdo'a untuk majikannya yang malang.

"Amiin Bi. Pasti suatu hari nanti mereka akan sangat menyesal telah memperlakukan non Elina seperti ini."

"Aku akan paling bahagia kalau mereka semua nyesel dan minta maaf sama Non Elina besok."

Semua pembicaraan mereka tidak luput dari pendengaran dan perhatian dari tuan besar yang telah tiba sejak sejam yang lalu. Tapi mereka semua tidak menyadarinya.

"Apa sopan menjelekkan majikan di belakang!!" suara serak nan basah itu terdengar nyaring membuat seisi rumah tertuju ke suara yang sangat mereka kenali.

"Tuan Besar!"

"Papa!" Kebiasaan dari Keyra dan Naila adalah menyambut kepulangan papanya dengan sangat gembira.

Namun kebahagiaan mereka seakan musnah ketika melihat tatapan tajam dari papanya. Tuan besar mengangkat tangan kanannya tanda tidak ingin disentuh oleh siapapun. Mereka semua dalam  bahaya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dandi Tewah
wow mantap
goodnovel comment avatar
Rozi Ojik
up up up up donggg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status