"Mas...." Elina tidak hentinya memanggil suaminya dari balik pintu yang terkunci. Tidak ada sahutan dari kamar mereka. Hanya suara keheningan dan isak tangis Elina.
"Itu semua salah paham Mas. Aku tidak pernah ada hubungan dengan Naufal. Kemarin dia mencoba mengajakku berbicara di dapur. Tapi aku menolak Mas. Percayalah Mas!!"
"Mas percaya kan sama aku??" Isakan Elina semakin mengeras ketika tidak ada sahutan dari suaminya terdengar sedikitpun.
Elina memegang perutnya yang terasa keram. Mungkin karena dia banyak pikiran dan stress. Kenapa hidupnya semenyakitkan ini?? Elina hanya mau mempertahankan rumah tangganya. Apa salah dirinya ingin menikah dengan suaminya dan hidup bahagia bersama dengan keluarga kecil mereka kelak.
Semua orang menatap aneh ke arah Aldi yang tengah melamun. Tidak biasanya Aldi kurang berkonsentrasi ketika mereka sedang rapat seperti sekarang ini."Pak Aldinata!" panggil sekretaris Aldi merasa canggung dengan semua klien."Ah, ada apa Priska??" tanya Aldi mengusap wajahnya kasar dan beralih melihat semua berkas yang sekretarisnya sodorkan di depannya.Aldi langsung membacanya dan memahaminya. Setelah benar-benar mengetahui isi dalam map tersebut. Aldi langsung menandatanganinya."Bapak sakit?" tanya Priska. Karena kalau sampai atasnya mengulang kesalahan yang sama seperti tadi. Maka klien akan menganggap perusahaan tidak serius bekerja sama."Tidak Priska," jawab Aldi langsung. Dan beralih mengedarkan Pandangannya menunduk, minta maaf kepada semua klien yang kurang nyaman dengan rapat kali ini."Begini pak Aldinata. Pembangunan hotel terpaksa dihentikan,
Bola mata Elina bergerak pelan sebelum akhirnya terbuka dengan pandangan sedikit mengabur.Elina, menatap sekeliling kamar yang kosong tanpa penghuni. Ruangan yang didominasi dengan warna putih yang Elina yakini dia tengah berada di rumah sakit.Ingatan Elina memutar tepat pada saat taksi yang ditumpangi dihantam oleh truk yang melaju kencang ke arah taksi, sehingga taksi tidak seimbang dan berakhir dengan menabrak pohon besar."Sayang... Kamu sudah bangun?"Sebuah Suara bernada senang dan lega terdengar di indra pendengaran Elina, membuat wanita itu segera mengalihkan perhatiannya ke sumber suara dan menemukan sosok pria yang tidak ingin ditemui.
Karma bergerak ke dua arah. Jika kita bertindak bijak, benih yang kita tanam akan menghasilkan kebahagiaan. Jika kita bertindak tidak bijak, hasilnya penderitaan.Semua yang dilakukan Tamara mungkin akan selalu membuatnya puas dengan kejahatannya. Namun ia tidak sadar, bahwa apa yang ia lakukan akan berpengaruh dalam kehidupan kedua putrinya."Mas," desah Naila sudah lemas dengan perlakuan suaminya. Tubuhnya remuk karena suaminya tiada hentinya menggagahinya dari tadi malam."Dasar lemah. Aku baru lima ronde. Bagaimana kamu akan mengandung kalau kamu saja seperti ini. Dasar istri tidak berguna.""Tapi Mas. Aku capek. Kamu tidak memberikan aku jeda maupun istirahat."
Tamara menyeret paksa tangan putrinya masuk ke kamar mandi. Naila dengan terisak mencoba menutup tubuhnya dengan selimut. Mamanya sekejam ini ternyata."Ma! Kasihan kak Naila. Kak Naila kesulitan berjalan," ujar Keyra mencoba melepaskan tangan Tamara dari kakaknya, bukan terlepas malah ia yang dihempaskan dengan kasar.Naila menangis histeris ketika mamanya dengan tega memaksanya duduk di bawah shower dan menutup pintu kamar mandi, tidak memperbolehkan Keyra ikut masuk."Mama tidak pernah mengajarkan kamu lemah, diinjak seenaknya orang lain, Naila.""Hiks, Ma. Naila kedinginan."Tamara tidak peduli terus membasuh wajah anaknya dengan cukup kasar dan s
Dua bulan telah berlalu banyak yang telah terjadi, Elina perlahan mengikhlaskan semuanya. Elina mencoba berdamai dengan hidupnya, dengan bantuan suaminya yang perlahan berubah dan bersikap manis padanya.Dan untuk mama mertuanya. Tamara tidak berani mengganggu nya kembali, karena mendapatkan peringatan keras dari ayah mertuanya dan juga suaminya sendiri.Elina menghela nafas, memandang bangunan menjulang tinggi di hadapannya. Elina sekarang berada di depan kantor Maheswara Group mengantarkan makanan untuk suaminya.Wanita itu berjalan sembari menyapa beberapa karyawan yang telah mengetahui siapa dirinya."Nona Elina!" panggil Priska sekertaris Aldi sedikit menunduk menyambut istri atasannya ramah.&nbs
Aldi mencari map hijau di mana-mana, perasaan tadi ia menaruhnya di atas meja, mungkin istrinya yang memindahkannya.Aldi membuka lemari dan mencari di tumpukkan map, ia bernafas lega tatkala melihat map hijau berada di tengah-tengah map yang menumpuk. Aldi segera mengambilnya.Aldi membuka map hijau itu langsung, untuk mengecek dokumen penting di dalamnya, namun bukan dokumen penting yang didapatkan tetapi hasil lab rumah sakit.Aldi perlahan membacanya dengan sangat hati-hati, jantungnya berdegup kencang ketika membaca ujung dari kertas itu. Istrinya akan sulit memiliki keturunan disebabkan rahim yang lemah karena pernah keguguran.Kenapa istrinya merahasiakan ini semua? Jadi selama dua bulan ini penantiannya sia-
"Argh." Semua berkas berceceran ke lantai. Aldi tidak bisa menahan emosinya. Semua pekerjaannya kacau. Rumah tangganya diambang kehancuran. Dan yang paling membuat Aldi geram karena kedua suami adiknya malah membela Elina di depan semua keluarga. Apa istrinya semurah itu?? Aldi masih mengingat kejadian di mana Elina dan Naufal dikabarkan selingkuh. Tadi, telah membuktikan semuanya membenarkan semuanya. Tok. Tok. Suara pintu menyadarkan Aldi. Pria itu langsung merubah ekspresi wajahnya, berjalan di atas map yang berceceran di lantai. "Aldi!" lirih Shanika dan langsung masuk ke dalam. Mata Shanika membulat sempurna melihat ruangan Aldi yang biasanya rapi dengan bau khas maskulin pria itu t
Suara detak jarum jam terdengar, menandakan sudah jam 12 malam. Semua penghuni rumah telah beristirahat. Karena dilarang keras bagi keluarga Maheswara berkeliaran melebih jam 12 malam.Seorang pria tengah mengintip di balik sela-sela jendela. Ia dengan kaos hitam mengunjungi satu persatu kamar para maid muda di dekat dapur, lantai paling bawah.Aksinya digagalkan karena ia melihat para maid muda tidak tertidur berpisah. Mereka tidur bertiga dengan para maid senior dalam satu kamar. Bagaimana ia akan melakukan aksinya.Akhirnya dengan nafas memburu ia menaiki tangga dengan berhati-hati tanpa meninggalkan suara jejak suara. Agar tidak ketahuan berkeliaran ketika jam istirahat.Menyadari pria tersebut telah pergi