"Argh." Semua berkas berceceran ke lantai. Aldi tidak bisa menahan emosinya. Semua pekerjaannya kacau. Rumah tangganya diambang kehancuran.
Dan yang paling membuat Aldi geram karena kedua suami adiknya malah membela Elina di depan semua keluarga. Apa istrinya semurah itu?? Aldi masih mengingat kejadian di mana Elina dan Naufal dikabarkan selingkuh. Tadi, telah membuktikan semuanya membenarkan semuanya.
Tok. Tok.
Suara pintu menyadarkan Aldi. Pria itu langsung merubah ekspresi wajahnya, berjalan di atas map yang berceceran di lantai.
"Aldi!" lirih Shanika dan langsung masuk ke dalam. Mata Shanika membulat sempurna melihat ruangan Aldi yang biasanya rapi dengan bau khas maskulin pria itu t
Suara detak jarum jam terdengar, menandakan sudah jam 12 malam. Semua penghuni rumah telah beristirahat. Karena dilarang keras bagi keluarga Maheswara berkeliaran melebih jam 12 malam.Seorang pria tengah mengintip di balik sela-sela jendela. Ia dengan kaos hitam mengunjungi satu persatu kamar para maid muda di dekat dapur, lantai paling bawah.Aksinya digagalkan karena ia melihat para maid muda tidak tertidur berpisah. Mereka tidur bertiga dengan para maid senior dalam satu kamar. Bagaimana ia akan melakukan aksinya.Akhirnya dengan nafas memburu ia menaiki tangga dengan berhati-hati tanpa meninggalkan suara jejak suara. Agar tidak ketahuan berkeliaran ketika jam istirahat.Menyadari pria tersebut telah pergi
"Saran dari saya. Jangan terlalu banyak pikiran. Ibu bisa saja depresi," peringat sang dokter yang memeriksa Elina. Wanita itu tidak enak badan dari semalam, hingga pergi ke rumah sakit sendirian."Depresi bagaimana, Dok??" tanya Elina mulai khawatir dengan perkataan dokter padanya."Ibu memiliki tanda-tanda tersebut. Apapun masalah ibu Elina. Jangan sampai membuat Ibu Elina sampai Depresi."Dokter akhirnya menjelaskan semua gejala-gejalanya. Sebenarnya Elina mulai merasakannya sejak saat itu. Namun ia mengabaikannya. Ia enggan untuk keluar kamar dan lainnya yang biasa Elina lakukan dulu.Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus-menerus merasa sedih dan tertekan
Beberapa hari ini, Elina terlihat sangat berubah dari sikapnya dan lebih pendiam tidak seperti biasanya. Bahkan Aldi merasakan perubahan dari istrinya.Tidak ada istrinya yang menyapanya dengan senyuman walaupun ia selalu bersikap dingin.Tidak ada istrinya yang mengajaknya sekedar berbicara singkat dan menanyakan tentang kesibukannya untuk hari esok.Tidak ada istrinya yang selalu membawakan bekal untuknya. Sekarang tinggal istrinya yang pendiam dengan wajah datarnya."Aku mau ke apartemen Dokter Shanika sekarang," kata Elina mengeluarkan suaranya setelah beberapa hari mendiamkan Aldi.Aldi menatap wajah Elina tidak percaya. Apa mungkin yang me
Setelah ijab kabul diucapkan dan semua saksi berkata 'sah' maka kehidupan Elina mulai detik ini akan berubah. Suaminya memiliki tanggung jawab tidak hanya dirinya, namun istri keduanya juga.Suaminya telah membagi cinta mereka. Suaminya telah menghancurkan kepercayaan kedua orang tua Elina. Wanita itu masih menutup mulutnya dengan sangat rapat agar orang tua nya tidak mengetahui ini semua. Semuanya pasti ada waktunya.Dari tadi, Surya menatap Elina dengan wajah yang sangat prihatin. Ia sebagai ayah mertua tidak tahu harus mengajarkan anaknya yang brengsek itu bagaimana lagi. Anaknya telah menghamili Shanika, jadi mereka harus dinikahkan secepatnya sebelum keluarga malu dan tercium oleh media."Semoga kalian bahagia," kata Elina memperhatikan sepasang pengantin yang tengah be
Tujuh Tahun Berlalu, Berlin, JermanElina mencoba tidak mengingat semua masa lalu yang telah terjadi. Semuanya telah berlalu sejak tujuh tahun yang lalu, sekarang Elina sudah bahagia hidup bersama dengan kedua anak kembarnya.Elina tidak peduli apapun yang terjadi di sana sejak dirinya memutuskan untuk pergi meninggalkan suaminya. Mungkin sekarang mereka tengah berbahagia menyambut cucu pewaris Maheswara dari rahim Shanika.Itu kan yang suaminya inginkan. Elina telah mengabulkan keinginan suaminya dan semoga mereka hidup bahagia.“Hua... Nda. Nana ndak mau tinggal baleng kak Iyam. Kak Iyam nakal.” Liana masuk ke dalam kamar Elina sembari membawa sebatang lolipop buntar berukuran jumbo. Waj
Liana tersenyum lebar menyambut kedatangan Devan dengan neneknya. Gadis kecil itu langsung berlari menuruni tangga."Dev!" panggil Liana mengangkat tangan mungilnya menagih hadiah dari Devan."Besok kalau Nana lari-lari seperti tadi. Dev tidak akan kasih," peringat anak laki-laki itu menatap Liana datar. Kalau sampai Liana kenapa-kenapa bagaimana."Nana janji, Dev. Mana lollipop??" Liana kembali menagih."Jangan kasih anak nakal seperti Nana," timpal Liam mengejek adiknya yang belum dikasih lollipop oleh Devan.Liam juga kesal dengan adiknya yang berlari dari lantai atas menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ini semua salah Devan, anak laki-laki sebaya
Liam dan Liana tengah mendongak memperhatikan wajah Elina yang tengah membacakan mereka dongeng bertema Cinderella.Si kembar memutuskan untuk bermalam di kamar Elina. Kini mereka berdua tidur bertiga dalam satu ranjang yang lumayan luas dan Liana berada di tengah memeluk bundanya."Bunda! Cinderella cantik, ya?" tanya Liana polos."Iya sayang. Liana juga cantik. Tinggal polesan make up dan memakai gaun yang besar. Pasti nanti lebih cantik.""Liana tidak pantas menjadi Cinderella, Bunda. Soalnya anaknya manja dan cengeng. Sedikit-sedikit 'Bunda' sedikit-sedikit 'Dev' pokoknya gak pantes," ucap Liam membuat Liana mengerucutkan bibirnya lucu.Li
"Tidak mau ikut dengan Bunda ke butik, hem??" tanya Elina mengelus rambut kedua anak kembarnya sayang."Besok-besok deh Bunda. Soalnya kita mau main di taman seperti biasa," balas Liam."Oke, Liana tidak mau ikut dengan, Bunda??""Tidak untuk sekarang, Bunda. Nana ikut dengan kak Liam."Baiklah kedua anaknya tidak ada yang mau ikut. Elina telah mempersiapkan bekal untuk Liana berisi buah dan juga susu. Untuk Liam, anak laki-laki itu tidak mau."Ingat janji Liam semalam," peringkat Elina. Liam mengangguk mengingatnya dengan baik. Ia harus menjaga adiknya."Bunda berangkat,