"Tidak mau ikut dengan Bunda ke butik, hem??" tanya Elina mengelus rambut kedua anak kembarnya sayang.
"Besok-besok deh Bunda. Soalnya kita mau main di taman seperti biasa," balas Liam.
"Oke, Liana tidak mau ikut dengan, Bunda??"
"Tidak untuk sekarang, Bunda. Nana ikut dengan kak Liam."
Baiklah kedua anaknya tidak ada yang mau ikut. Elina telah mempersiapkan bekal untuk Liana berisi buah dan juga susu. Untuk Liam, anak laki-laki itu tidak mau.
"Ingat janji Liam semalam," peringkat Elina. Liam mengangguk mengingatnya dengan baik. Ia harus menjaga adiknya.
"Bunda berangkat,
Si kembar tengah sibuk mengotak atik komputer di depannya. Liam memperhatikan setiap data yang ia search di google mengenai semua data-data konglomerat di negaranya."Kata Dev. Kita berasal dari Indonesia. Sama seperti Dev," kata Liana berada di samping sang kakak.Bagaimana anak sekecil Dev mengetahuinya?? Karena mereka sama seperti dirinya. Setiap negara maupun benua memiliki ciri ras yang berbeda. Dan semua itu mereka pelajari, namun Liam tidak memperhatikannya dengan baik ciri ras mereka.Di dunia, ada empat jenis ras yang umumnya dikenal. Empat jenis ras tersebut adalah ras Mongoloid, ras Negroid, ras Kaukasoid, dan ras khusus. Masyarakat Indonesia sendiri dikategorikan sebagai ras Mongoloid, tepatnya Malayan Mongoloid. Jadi, jika ingin mengetahui ciri-ciri ras Malayan
Tujuh tahun yang laluAldi menghela nafas sembari membawa photo pernikahan mereka masuk ke dalam kamar Elina, yang berjarak dua kamar dari kamar Shanika sekarang."Aku hanya mau mengembalikan ini, Elina. Shanika terganggu dengan photo kita berada di kamarnya."Elina sempat memperhatikan bingkai photo yang Aldi bawa, lalu mengambilnya langsung tanpa permisi. Bukannya ini yang suaminya ingin kan."Terima kasih, telah menyisakan waktu anda untuk istri pertama mu," jawab Elina datar."Kita telah membicarakan ini sebelumnya Elina. Semua telah disepakati. Jadi jangan egois."
Berlin, Jerman"Anak Bunda harus bangun, sekarang hari senin. Katanya mau berangkat ke sekolah." Elina mengusap lembut rambut Liana, mata cantik itu perlahan terbuka."Bunda! Kak Liam sudah jadi??" tanya Liana mengusap matanya pelan, wajah cantik bundanya masih samar-samar di penglihatan gadis kecil itu."Tuh kakak, kamu." Elina menunjuk dengan dagunya keberadaan Liam yang sudah rapi dengan kemeja biru dan celana jeans. Terlihat seperti orang dewasa.Liana beralih menatap sang kakak dengan wajah cemberut karena lebih dulu bersiap-siap, tidak menunggu dirinya terdahulu."Kenapa ndak bangunin Nana dulu, Kak Liam??" protes Liana.&
Jakarta, IndonesiaAldi menunduk tidak berani memperlihatkan wajahnya ke sang ayah yang berada di depannya sekarang."Ada perlu apa kamu kesini?? Bukannya semua impianmu telah terwujud??" tanya Surya dengan suara dingin memperhatikan Aldi yang terlihat gugup dengan mata memerah.Aldi tidak pergi ke kantor pusat hari ini. Ia dengan keberanian minim mencoba bertemu dengan sang ayah yang berada di kantor cabang perusahaan.Semenjak kepergian Elina, ayahnya bahkan tidak pernah mengeluarkan suaranya sedikitpun ketika di rumah.Semakin membuat Aldi merasa bersalah."Aldi telah mencari
Perhatian Liana tertuju ke arah seorang gadis yang diantar oleh Deddy mereka menggunakan mobil mewah dengan beberapa bodyguardnya.Mata indah itu terlihat sendu memancarkan wajah sedih. Sedangkan Liam ikut memperhatikan gadis kecil di seberang sana dengan pandangan datar tanpa minat.Setelah diantar oleh sang bunda sampai gerbang sekolah. Bunda mereka pamit karena akan segera mencari nafkah di butik milik nenek Devan."Apa yang Nana lihat??" tanya Devan tiba-tiba membuyarkan lamunan gadis kecil itu. Wajah yang tadi terlihat sedih kini digantikan dengan wajah ceria seperti biasanya.Devan baru datang dengan diantar oleh sang sopir. Namun pandangan nya terusik ketika melihat Liana yang memperhatikan seorang gadis tidak jauh darinya diantar oleh deddy mereka."Merindukan sang deddy, seperti biasa," balas Liam datar.Liana menoleh ke arah sang k
Jakarta, IndonesiaHari ini Aldi akan berangkat ke Jerman untuk mengurus cabang perusahaan yang baru di sana selama seminggu.Ia harus meninggalkan putrinya yang dari tadi tidak ingin berpisah dengannya. Sekarang Angel tengah merajuk tidak ingin menjawab semua pertanyaan nya."Papa, Jangan pergi! Kalau papa pergi, Angel sama siapa di sini?? Mama tidak pernah memperhatikan Angel." Walaupun sikap Aldi yang dingin dan selalu memperingati anaknya dengan tegas, namun ia sebenarnya menyayangi Angel, dengan selalu memberikan hadiah ke putrinya setiap minggu."Papa hanya pergi sebentar, Angel."Tamara menghampiri Angel dan Aldi yang tengah berada di ruang keluarga. Seperti
Berlian, JermanAkhirnya Aldi dan sekretaris nya telah sampai di Jerman. Mereka segera memesan dua kamar hotel untuk beristirahat. Besok pekerjaan akan dimulai dini hari."Saya beruntung berkesempatan pergi ke negara ini."Aldi tidak memperdulikan sekertaris nya. Ia segera masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Priska berjalan keluar hotel untuk menikmati senja di sore hari.Di dalam kamar, entah tiba-tiba perasaan Aldi terasa aneh berkunjung ke negara ini. Seperti ada magnet yang mengharuskan dirinya berkeliling besok setelah pekerjaan usai."Dulu Elina sangat ingin berlibur ke sini. Namun aku tidak memiliki waktu untuk menemaninya."
Priska mondar-mandir menghubungi atasannya karena telat menyusulnya ke kantor cabang yang baru. Semua para tamu menanyakan keberadaan Aldi ke sekretaris nya. Priska menggigit bibir bawahnya gelisah.Kalau sampai atasnya tidak datang tepat waktu, maka para tamu akan bubar dan perusahaan cabang akan hancur. Hampir semua klien berasal dari negara ini.Di sisi lain mobil yang dikendarai Aldi melaju dengan kecepatan kencang. Smartphone Aldi berbunyi panggilan dari sekertaris nya lagi.Aldi mencoba meraih smartphone yang ada di depannya namun tidak sengaja terjatuh. Aldi membuang nafas kasar dan mencoba mengambilnya. Ia tidak tahu itu adalah awal malapetaka terjadi.Seorang anak gadis tengah menggendong kucing berad