Berlin, Jerman
"Anak Bunda harus bangun, sekarang hari senin. Katanya mau berangkat ke sekolah." Elina mengusap lembut rambut Liana, mata cantik itu perlahan terbuka.
"Bunda! Kak Liam sudah jadi??" tanya Liana mengusap matanya pelan, wajah cantik bundanya masih samar-samar di penglihatan gadis kecil itu.
"Tuh kakak, kamu." Elina menunjuk dengan dagunya keberadaan Liam yang sudah rapi dengan kemeja biru dan celana jeans. Terlihat seperti orang dewasa.
Liana beralih menatap sang kakak dengan wajah cemberut karena lebih dulu bersiap-siap, tidak menunggu dirinya terdahulu.
"Kenapa ndak bangunin Nana dulu, Kak Liam??" protes Liana.
&
Jakarta, IndonesiaAldi menunduk tidak berani memperlihatkan wajahnya ke sang ayah yang berada di depannya sekarang."Ada perlu apa kamu kesini?? Bukannya semua impianmu telah terwujud??" tanya Surya dengan suara dingin memperhatikan Aldi yang terlihat gugup dengan mata memerah.Aldi tidak pergi ke kantor pusat hari ini. Ia dengan keberanian minim mencoba bertemu dengan sang ayah yang berada di kantor cabang perusahaan.Semenjak kepergian Elina, ayahnya bahkan tidak pernah mengeluarkan suaranya sedikitpun ketika di rumah.Semakin membuat Aldi merasa bersalah."Aldi telah mencari
Perhatian Liana tertuju ke arah seorang gadis yang diantar oleh Deddy mereka menggunakan mobil mewah dengan beberapa bodyguardnya.Mata indah itu terlihat sendu memancarkan wajah sedih. Sedangkan Liam ikut memperhatikan gadis kecil di seberang sana dengan pandangan datar tanpa minat.Setelah diantar oleh sang bunda sampai gerbang sekolah. Bunda mereka pamit karena akan segera mencari nafkah di butik milik nenek Devan."Apa yang Nana lihat??" tanya Devan tiba-tiba membuyarkan lamunan gadis kecil itu. Wajah yang tadi terlihat sedih kini digantikan dengan wajah ceria seperti biasanya.Devan baru datang dengan diantar oleh sang sopir. Namun pandangan nya terusik ketika melihat Liana yang memperhatikan seorang gadis tidak jauh darinya diantar oleh deddy mereka."Merindukan sang deddy, seperti biasa," balas Liam datar.Liana menoleh ke arah sang k
Jakarta, IndonesiaHari ini Aldi akan berangkat ke Jerman untuk mengurus cabang perusahaan yang baru di sana selama seminggu.Ia harus meninggalkan putrinya yang dari tadi tidak ingin berpisah dengannya. Sekarang Angel tengah merajuk tidak ingin menjawab semua pertanyaan nya."Papa, Jangan pergi! Kalau papa pergi, Angel sama siapa di sini?? Mama tidak pernah memperhatikan Angel." Walaupun sikap Aldi yang dingin dan selalu memperingati anaknya dengan tegas, namun ia sebenarnya menyayangi Angel, dengan selalu memberikan hadiah ke putrinya setiap minggu."Papa hanya pergi sebentar, Angel."Tamara menghampiri Angel dan Aldi yang tengah berada di ruang keluarga. Seperti
Berlian, JermanAkhirnya Aldi dan sekretaris nya telah sampai di Jerman. Mereka segera memesan dua kamar hotel untuk beristirahat. Besok pekerjaan akan dimulai dini hari."Saya beruntung berkesempatan pergi ke negara ini."Aldi tidak memperdulikan sekertaris nya. Ia segera masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Priska berjalan keluar hotel untuk menikmati senja di sore hari.Di dalam kamar, entah tiba-tiba perasaan Aldi terasa aneh berkunjung ke negara ini. Seperti ada magnet yang mengharuskan dirinya berkeliling besok setelah pekerjaan usai."Dulu Elina sangat ingin berlibur ke sini. Namun aku tidak memiliki waktu untuk menemaninya."
Priska mondar-mandir menghubungi atasannya karena telat menyusulnya ke kantor cabang yang baru. Semua para tamu menanyakan keberadaan Aldi ke sekretaris nya. Priska menggigit bibir bawahnya gelisah.Kalau sampai atasnya tidak datang tepat waktu, maka para tamu akan bubar dan perusahaan cabang akan hancur. Hampir semua klien berasal dari negara ini.Di sisi lain mobil yang dikendarai Aldi melaju dengan kecepatan kencang. Smartphone Aldi berbunyi panggilan dari sekertaris nya lagi.Aldi mencoba meraih smartphone yang ada di depannya namun tidak sengaja terjatuh. Aldi membuang nafas kasar dan mencoba mengambilnya. Ia tidak tahu itu adalah awal malapetaka terjadi.Seorang anak gadis tengah menggendong kucing berad
Aldi tidak kehabisan akal. Setelah melihat Elina keluar dari ruang inap. Ia yang bersembunyi di balik tembok dan langsung masuk dan menutup pintu ruang inap Liana.Di dalam hanya ada anak kecil perempuan yang tengah tertidur dengan lelap. Wajahnya mirip dengannya dan Elina. Perpaduan menjadi satu.Mata Aldi memerah karena terharu melihat putrinya yang tertidur. Ia mencoba meraba wajah Liana dengan lembut, sangat halus seperti kulit Elina.Aldi segera menyingkirkan tangannya dari wajah Liana. Takut Liana terbangun. Aldi benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan Elina hingga menyembunyikan anak kembar mereka.Maafkan Deddy, batin Aldi mengusap sudut matanya yang berair. Bagaimana ia akan menarik simpati Elina. Wanita
Elina masih berdiri menatap tajam ke arah Aldi. Tidak ada sifat lembut dan senyuman manis seperti dulu yang Elina perlihatkan ke mantan suaminya.Liam disuruh masuk ke dalam untuk menjaga adiknya bersama Devan. Liam mengangguk dan menurut perintah sang bunda."Jawab aku Elina! Dia anak kita, kan?? Wajah Liam sangat mirip denganku.""Saya telah menikah. Jangan mengada-ada. Bukannya Anda sudah memiliki anak dari rahim istri tercinta Anda."Hati Aldi seakan tertusuk belati. Elina menyindirnya, mata Aldi memerah tidak bisa menormalkan detak jantungnya."Maaf." Akhirnya Aldi mengalah dan minta maaf untuk semuanya.
Dengan perasaan khawatir Leo dan Diana pergi ke rumah sakit karena keponakan kesayangan kecelakaan. Leo sempat marah ke adiknya karena baru mengabari nya hari ini."Aku khawatir sama Liana, gadis sekecil itu tertabrak mobil," ucap Diana memegang lengan Leo."Iya sayang. Aku juga khawatir sama Liana."Diana memperhatikan seseorang di depan ruang rawat inap. Yang ia tahu bukannya Elina tidak memiliki suami. Lalu siapa pria yang ada di sana."Itu siapa yang??" tanya Diana menunjuk pria asing itu.Leo mengedarkan pandangannya ke arah tunjuk Diana. Rahangnya mengeras melihat wajah pria itu. Dengan langkah tegas Leo berjalan mendekati pria itu sampai tangan