Dengan perasaan khawatir Leo dan Diana pergi ke rumah sakit karena keponakan kesayangan kecelakaan. Leo sempat marah ke adiknya karena baru mengabari nya hari ini.
"Aku khawatir sama Liana, gadis sekecil itu tertabrak mobil," ucap Diana memegang lengan Leo.
"Iya sayang. Aku juga khawatir sama Liana."
Diana memperhatikan seseorang di depan ruang rawat inap. Yang ia tahu bukannya Elina tidak memiliki suami. Lalu siapa pria yang ada di sana.
"Itu siapa yang??" tanya Diana menunjuk pria asing itu.
Leo mengedarkan pandangannya ke arah tunjuk Diana. Rahangnya mengeras melihat wajah pria itu. Dengan langkah tegas Leo berjalan mendekati pria itu sampai tangan
Setelah tiga hari di rawat di rumah sakit, Liana diizinkan untuk pulang. Namun harus selalu cek up selama seminggu persyaratan dari dokter dan juga meminum semua obat dan sirup dari rumah sakit."Nana ndak mau minum obat Bunda. Nana sudah sembuh. Kenapa harus minum obat," keluh Liana menggeleng kepalanya ketika satu sendok sirup rasa jeruk ada di dekat mulutnya. Ia menutup rapat mulutnya tidak mau.Sebelum mereka keluar dari rumah sakit. Liana dianjurkan untuk meminum obat nya terlebih dahulu."Nana mau tinggal di sini? Ingat kata dokter, ngak di kasih pulang kalau ngak minum obat dulu." Liam mencoba menakuti adik kecilnya.Liana membuang nafas lesu dan membuka mulutnya dengan lebar. Elina tersenyum lalu memasukkan
Tamara MaheswaraMama sudah menghubungi karyawan butik Alice. Kamu tinggal mengambil barang Mama dan Angel.Aldinata MaheswaraBaik Ma. Nanti siang Aldi mengambil barang kalian.Aldi memejamkan matanya lelah. Kenapa hidupnya seperti ini? Harta tiada artinya kalau tidak dinikmati dengan orang yang ia cinta.Aldi kehabisan akal untuk mendekati mereka. Namun Aldi bisa bernafas lega sejenak untuk saat ini karena Elina tidak memiliki kekasih. Aldi ada kesempatan untuk meluluhkan hati Elina kembali.Aldi keluar dari kamar hotel untuk bertemu dengan Priska di luar. Para klien menunggunya di sana untuk membahas permasalahan kemarin."Selamat pagi Pak Aldinata," salah satu investor berjabat tangan dengan Aldi."Pagi," jawab Aldi dengan penuh wibawa."Saya disini ingin protes dengan Pak Aldinata selaku CEO Perusahaan. Apa Bapak
Jakarta, IndonesiaAngel Maheswara adalah princess di rumah keluarga Maheswara. Manja dan tidak suka diajar tata krama. Walaupun seperti itu Tamara selalu membanggakan didikannya. Angel manja karena berasal dari keluarga konglomerat."Papa sudah mengambil pesanan kita Oma?" tanya Angel penasaran. Karena besok ia akan segera memakainya ketika masuk les bahasa.Tamara mengangguk sambil memainkan smartphone nya. Angel antusias mendengar nya. Pasti di Alexander School tidak ada yang sekaya keluarga nya."Oma, di daerah ini keluarga kita yang paling kaya?" tanya Angel kembali bertanya.Tamara berhenti memainkan smartphone nya dan beralih menatap Angel, "Tidak. D
Dari tadi Neve mencoba mengganggu pekerjaan Elina. Wanita itu tidak akan berhenti sebelum Elina menceritakan semuanya. Elina akhirnya menyerah dan menoleh ke arah Neve yang sedang menyilang kedua tangannya di dada."Ceritakan!" paksa Neve memegang lengan tangan Elina. Elina menghembuskan nafasnya pelan."Pria itu suami aku, Neve," ungkap Elina membuat Neve membelalakkan matanya terkejut. Kejutan apa lagi ini? Kemarin kakak Elina, sekarang suami Elina. Sungguh hidup Elina dikelilingi pria tampan dan kaya."Kamu tidak bercanda kan Elina?" tanya Neve menyelidik."Wajahku terlihat berbohong. Percaya atau tidak itu urusanmu Neve," ujar Elina acuh."Baiklah
Elina beserta kedua anak kembarnya, termasuk Devan masuk ke dalam hotel yang telah didesain dan ramai dengan semua tamu undangan dan rekan pebisnis yang telah datang. Hampir semua dari kalangan atas menengah menghadiri acara pernikahan meriah kakaknya. Kecuali keluarga Maheswara, hanya ayah mertuanya yang diundang karena telah berjasa dalam perusahaan mereka.“Liana cantik ndak?” tanya Liana berputar dengan gaun berwarna biru langit.Elina tersenyum, tidak dapat berkata-kata, putrinya sangat cantik. Andai ayah mereka tidak berkhianat pasti sekarang Liana menjadi princess di keluarga Maheswara. Namun semuanya telah digarisi oleh takdir. Liana bukan princess keluarga Maheswara tapi sekarang princess di keluarga besarnya sendiri.“Cantik. Nana mau jadi p
Anak-anak bersembunyi di belakang Elina. Sepertinya Kakek dan neneknya sedang tidak menyukai kehadiran mereka. Setelah acara pesta selesai mereka semua berkumpul di salah satu restoran yang ada di sana."Nana takut Bunda," kata Liana memegang erat baju Elina dari belakang."Siapa mereka Elina?" tanya Bayu.Elina membuang nafas pelan dan kembali menatap kedua orang tuanya.Mungkin orang tuanya berpikir ia telah menikah kembali dan memiliki seorang anak tanpa meminta restu dari mereka."Dia anak aku, Yah. Namanya Liam dan Liana. Dan yang satunya cucu dari Nyonya Alice tempat Elina bekerja."Bayu dan Ra
"Terima kasih Elina." Aldi tersenyum melihat Elina duduk di dekatnya. Mereka berjanji untuk bertemu di taman untuk yang terakhir kalinya, sebelum Aldi pulang ke Indonesia."Sama-sama. Ada apa Aldi?" tanya Elina langsung. Tanpa menggunakan kata 'mas' seperti biasanya. Untuk apa Elina memanggilnya seperti itu, Aldi bukan siapa-siapa Elina sekarang.Aldi terlihat tidak enak berbincang dengan Elina. Betapa munafiknya manusia ini. Dulu ia sendiri yang sering memperlakukan Elina seperti ini. Sekarang alam membalasnya bahkan lebih."Kamu sudah kasih tahu anak-anak?""Sudah, kecuali Liana. Liam melarangnya. Karena kamu sudah memiliki seorang putri jadi Liana tidak akan ada artinya di hidup mu."&nb
Rara menghela nafas lalu menghampiri tiga orang anak yang tengah beristirahat di bangku taman sekolah. Sebenarnya, Rara malu untuk melakukannya, tapi karena sang papa yang memerintah, jadi ia harus melakukannya walaupun nanti akan diejek habis-habisan.“Rara mau minta maaf!”Mereka menatap rara aneh dan menilai. Rara semakin menunduk dan menggigit bibir bawahnya gugup. Ia akui dirinya memang salah telah menyakiti hati Liana. Padahal Liana sangat baik padanya.“Ngapain kesini?” tanya liam datar.“Pergi!” tegas Devan tajam.Liana bangkit dari duduknya dan menghampiri Rara, “Kalian kenapa usir rara? Rara mau mint