"Terima kasih Elina." Aldi tersenyum melihat Elina duduk di dekatnya. Mereka berjanji untuk bertemu di taman untuk yang terakhir kalinya, sebelum Aldi pulang ke Indonesia.
"Sama-sama. Ada apa Aldi?" tanya Elina langsung. Tanpa menggunakan kata 'mas' seperti biasanya. Untuk apa Elina memanggilnya seperti itu, Aldi bukan siapa-siapa Elina sekarang.
Aldi terlihat tidak enak berbincang dengan Elina. Betapa munafiknya manusia ini. Dulu ia sendiri yang sering memperlakukan Elina seperti ini. Sekarang alam membalasnya bahkan lebih.
"Kamu sudah kasih tahu anak-anak?"
"Sudah, kecuali Liana. Liam melarangnya. Karena kamu sudah memiliki seorang putri jadi Liana tidak akan ada artinya di hidup mu."
&nb
Rara menghela nafas lalu menghampiri tiga orang anak yang tengah beristirahat di bangku taman sekolah. Sebenarnya, Rara malu untuk melakukannya, tapi karena sang papa yang memerintah, jadi ia harus melakukannya walaupun nanti akan diejek habis-habisan.“Rara mau minta maaf!”Mereka menatap rara aneh dan menilai. Rara semakin menunduk dan menggigit bibir bawahnya gugup. Ia akui dirinya memang salah telah menyakiti hati Liana. Padahal Liana sangat baik padanya.“Ngapain kesini?” tanya liam datar.“Pergi!” tegas Devan tajam.Liana bangkit dari duduknya dan menghampiri Rara, “Kalian kenapa usir rara? Rara mau mint
Setelah mengobrol dengan sang adik. Leo memilih masuk kembali ke kamarnya. Ternyata gadisnya ralat, sekarang wanitanya masih tertidur dengan nyenyak menggunakan piyama yang baru, karena piyama yang semalam sudah koyak karenanya.Leo tidak bisa menahannya sampai sang istri lemas. Ternyata ini efek menikah dengan wanita yang ia cintai, sehari full Leo akan melakukannya kalau sang istri mengizinkan.Leo mengusap lembut kepala Diana. Banyak bercak merah di lehernya. Pasti akan sedikit ngilu. Sedangkan Diana hanya membuat satu di bagian dadanya, sehingga tidak terlihat."Sayang! Maaf, ya." Leo sebenarnya tidak menyesal sedikitpun membuat Diana seperti ini. Tapi nanti Diana ngambek dan tidak ingin berbicara padanya.
Jakarta, IndonesiaSemua anggota keluarga Syahreza telah keluar dari pesawat. Terlihat Liana tengah tertidur di gendongan Leo. Liam melihat negara yang asing baginya, karena telah biasa tinggal di Jerman. Pemandangan Indonesia sangat indah, tidak salah Indonesia begitu terkenal.“Kita langsung pulang Bunda?” tanya Liam.Elina mengangguk, mereka akan menuju ke kediaman keluarga Syahreza, sebenarnya rumah mereka yang dulu sudah tidak dihuni karena Leo telah membeli rumah yang jauh lebih mewah, bahkan dari istana Maheswara.“Biar Elina saja yang menggendong Liana, Kak.”“Tidak Elina. Ini sudah tugas Kaka
"Kak Liam! Dev! Nana malu. Kok mereka melihat Nana seperti itu?" Gadis kecil itu risih menjadi pusat perhatian.Semua siswa dari kelas satu sampai dengan enam menatap mereka kagum. Apalagi dengan wajah tampan kedua anak laki-laki dan wajah cantik Liana yang sangat menggemaskan."Silahkan Tuan Muda."Devan sengaja membawa lima bodyguardnya untuk berjaga-jaga dari kerumunan anak-anak. Ia juga ingin mereka mengetahui siapa dirinya. Agar tidak ada yang berani mengganggu ketenangan nya. Mereka sangat merepotkan."Dimana ruang tes nya? Nana semalam dah belajar." Liana suka kompetisi, jadi ia tidak sabar bertempur dengan berbagai macam soal. Kata Bunda, mereka akan tes masuk. Liana mengingat nya dengan baik.
"Ada perlu apa kamu ke sini?" sentak Bayu menatap tajam kehadiran Aldi di rumahnya."Aku mau minta maaf sama Ayah dan Bunda. Aldi....""PERGI!" teriak Bayu dengan nafas yang memburu. Setelah berselingkuh, berpoligami dan membuang istrinya. Aldi masih berani menampakkan wajahnya dan menemuinya.Aldi bersimpuh di kaki Bayu. Kemungkinan kecil mantan mertuanya akan memberikannya kesempatan ketiga. Aldi sudah pasrah. Ia tidak bisa hidup tanpa Elina. Elina segalanya baginya dan sekarang mereka telah memiliki anak kembar."Ada apa, Yah?" tanya Diana keluar kamar mendengar suara teriakan mertuanya. Diana melebarkan matanya melihat seorang pria bersimpuh di kaki mertuanya. Sepertinya ia mengenal pria itu.
Liana tersenyum cerah ketika melihat keberadaan mobil Aldi di depan rumahnya. Aldi berjanji akan mengantar mereka sekolah. Deddy mereka menepati janjinya.“Nana sudah siap?” tanya Aldi menggendong tubuh mungil Liana. Liana mengangguk dan tersenyum bahagia.Setelah kepergian Elina, hidup Aldi tidak pernah sebahagia ini bertemu dengan dua buah hatinya. Aldi tidak pernah menggendong Angel, walaupun anak itu dulu masih kecil. Entah kenapa hatinya menolak untuk sekedar bahagia Angel dilahirkan ke dunia. Ketika berada di dekat dua anak kembarnya hati Aldi tenang dan menyalurkan kasih sayang. Apa ini yang dinamakan ikatan batin?“Hem, Liam juga ikut Deddy?” tanya Aldi menatap putranya. Liam tidak pernah menganggap dirinya seorang ayah
Liana menutup wajahnya dan terisak. deddy Liana, deddy nya Angel. Liana tidak memiliki deddy."Liana!" panggil Liam mendekati adiknya.Liana membalik tubuhnya. Liam membuang nafas kasar. Devan berdiri di belakang Liana. Mereka berdua saling menatap."Kenapa Nana gak punya deddy? Dia bukan deddy kita. Tapi deddy Angel. Nana pinjam hiks."Liam tidak tega melihat adiknya seperti ini. Liam mendekati Liana dan membalik tubuh mungil adiknya. Wajah cantik dan ceria itu basah dengan air mata."Nana gak usah sedih. Bunda nanti marah. Kan udah ada ayah Leo. Kenapa harus nyari yang lain.""Kak Lia
Setelah dari kediaman Syahreza, Aldi langsung masuk ke dalam rumahnya. Kebetulan semua anggota keluarga berada di sana, bahkan papanya yang jarang pulang duduk di dekat mamanya. Aldi menghampiri mereka dan bergabung. “Angel! Apa maksud kamu berkata yang tidak-tidak ke Liana?” marah Aldi menatap putrinya yang berada di pangkuan Tamara. “Apa maksud kamu Aldi? Datang tiba-tiba memarahi putrimu?” tanya Tamara bingung. Angel menunduk membuat Aldi semakin geram. Yang dilakukan anak ini sangat keterlaluan sehingga membuat dirinya dan elina bertengkar kembali. Aldi memang egois lebih mementingkan dirinya sendiri. “Angel membela diri, apa salahnya? Papa gak pernah mengerti perasaan Angel. Bahkan Papa lebih meme