Liana menutup wajahnya dan terisak. deddy Liana, deddy nya Angel. Liana tidak memiliki deddy.
"Liana!" panggil Liam mendekati adiknya.
Liana membalik tubuhnya. Liam membuang nafas kasar. Devan berdiri di belakang Liana. Mereka berdua saling menatap.
"Kenapa Nana gak punya deddy? Dia bukan deddy kita. Tapi deddy Angel. Nana pinjam hiks."
Liam tidak tega melihat adiknya seperti ini. Liam mendekati Liana dan membalik tubuh mungil adiknya. Wajah cantik dan ceria itu basah dengan air mata.
"Nana gak usah sedih. Bunda nanti marah. Kan udah ada ayah Leo. Kenapa harus nyari yang lain."
"Kak Lia
Setelah dari kediaman Syahreza, Aldi langsung masuk ke dalam rumahnya. Kebetulan semua anggota keluarga berada di sana, bahkan papanya yang jarang pulang duduk di dekat mamanya. Aldi menghampiri mereka dan bergabung. “Angel! Apa maksud kamu berkata yang tidak-tidak ke Liana?” marah Aldi menatap putrinya yang berada di pangkuan Tamara. “Apa maksud kamu Aldi? Datang tiba-tiba memarahi putrimu?” tanya Tamara bingung. Angel menunduk membuat Aldi semakin geram. Yang dilakukan anak ini sangat keterlaluan sehingga membuat dirinya dan elina bertengkar kembali. Aldi memang egois lebih mementingkan dirinya sendiri. “Angel membela diri, apa salahnya? Papa gak pernah mengerti perasaan Angel. Bahkan Papa lebih meme
Shanika menunggu Naufal di kamar hotel. Selama ini mereka diam-diam bertemu di sini untuk merencanakan sesuatu. Kali ini perasaan Shanika campur aduk karena gelisah dengan keputusan Aldi. Dan tes DNA anak mereka.Suara pintu terbuka. Shanika langsung menghampiri Naufal yang baru saja tiba."Kenapa?" tanya Naufal."Mas Aldi akan melakukan tes DNA. Aku takut. Kebohongan kita selama ini akan terbongkar. Kamu tahu? Elina, mantan istri Aldi kembali dan memiliki seorang anak."Naufal tidak bereaksi apapun. Ini yang tunggu-tunggu dari dulu. Kedatangan Elina dan Shanika akan diceraikan oleh Aldi."Kenapa kamu diam saja?"
Andre menatap bingkai foto di atas mejanya. Beberapa menit yang lalu ia telah pulang dan langsung menghampiri kamar pribadinya duludengan almarhumah sang istri."Jihan! Aku rindu. Dan aku menemukan wanita yang begitu mirip denganmu. Wajah kalian memang berbeda tapi tatapan lembut itu membuatku sama terlena dengan mu. Maafkan aku."Sudah lima tahun berlalu. Sejak kecelakaan maut yang menewaskan istri dan anaknya. Sejak saat itu Andre memilih menduda karena hatinya telah mati. Namun sekarang perlahan hatinya menghangat hanya melihat tatapan lembut seorang wanita.Suara pintu terbuka.Andre mengalihkan perhatiannya ke arah pintu. Hanya mamanya yang diizinkan ma
Aldi menatap kosong kepergian mobil dokter Andre. Elina dan anak-anak masuk ke dalam mobil itu. Aldi mengepalkan tangannya."Apakah mereka memiliki hubungan yang spesial?" gumam Aldi.Yang Aldi tahu dokter Andre adalah duda yang ditinggal mati istrinya. Kepribadian yang baik dan juga cekatan dalam bekerja. Dari segi semuanya Aldi kalah jauh dengan dokter Andre."Aku tidak akan segampang itu mengikhlaskan mereka bersama."Mobil Aldi melaju dengan kecepatan kencang membelah jalan raya. Nafas Aldi memburu membayangkan anak-anak nya nanti akan membencinya dan memilih ayah baru mereka.Aldi tidak bisa membayangkan itu terjadi padanya. Mata Aldi merah
"Sedang apa Anda di sini? Dokter Shanika yang terhormat."Shanika menatap wajah dokter Andre yang terlihat tidak menyukai keberadaannya. Mereka adalah teman satu universitas kedokteran."Saya mohon. Jangan memberikan hasil itu ke suami saya."Jadi, Aldi adalah suami dari Shanika. Berarti Shanika adalah selingkuhan Aldi dan madu dari Elina. Mereka berdua telah bermain di belakang Elina bahkan berzina. Ternyata wanita ini serendah itu hanya untuk mendapatkan cintanya dengan menjatuhkan wanita lain."Kenapa?" tanya Andre dingin."Saya akui Angel bukan putri dari Aldi tapi hasil hubungan gelap saya dengan suami salah satu mantan ipar saya."
Aldi mencari keberadaan Shanika dimana-mana. Wanita licik itu tidak ada. Aldi masuk ke dalam kamar dan memeriksa isi lemari. Aldi mengepalkan tangannya."Wanita itu telah kabur."Aldi dengan nafas memburu langsung keluar kamar dan berteriak nyaring membuat semua anggota keluarga keluar melihat apa yang terjadi dengan Aldi."Kak ada apa?" tanya Naila."Kakak kenapa berteriak seperti tadi? Kakak gak kenapa-kenapa?" sambung Keyra."Tidak. Kalian berdua duduk. Mana mama?""Mama....""Ada apa Aldi?" tanya Tamara keluar dari ka
Hari ini si kembar bermain-main dimension besar Devan. Tidak ada yang bisa menembus gerbang keluarga Alexander dengan sembarangan. Penjagaan yang ketat membuat siapa saja berpikir seribu kali untuk sekedar bertamu dan melangkahkan kakinya ke mansion ini. "Dev, mana deddy dan mommy?" tanya Liana duduk di dekat Devan. "Wah si kembar telah datang," seru Mita langsung duduk di dekat Liana. Wajah Liana sangat cantik dan juga cute. Bagaimana Devan tidak terpesona. Devan memutar bola matanya malas melihat tingkah mommy nya yang sangat berlebihan. Devan memilih mengobrol dengan Liam tentang penemuan baru mereka. Entah apa itu. "Mommy Dev?" tanya Liana polos. Mita mengangguk.
Hari ini adalah hari sibuk untuk Elina, ia harus menyambut kedatangan tamu penting dari Jerman yang ingin memeriksa cabang butik Alice di Indonesia, utusan dari nyonya Alice. Elina jadi merindukan nyonya Alice yang sangat baik padanya selama di Jerman.Elina bertemu dengan nyonya Alice ketika membantu wanita paruh itu membawa barang belanjaan. Waktu itu Elina tengah mengandung lima bulan dan ingin pergi berjalan-jalan di sekitar rumah, namun niatnya berubah dan ia ingin berjalan lebih jauh lagi dan berakhir bertemu dengan nyonya Alice di jalan, yang tengah kesulitan dengan barang belanjaan yang banyak.Suara ponsel Elina bergetar. Sepertinya ada panggilan masuk.“Aku merindukanmu Elina dan kedua anak kembar itu.” Suara dibalik telepon terdengar
Elina tersenyum melihat kebersamaan mereka yang tengah bermain basket berempat. Terlihat Liam dan Liana merebut bola basket dari Aldi dan juga Andre yang tengah senang menggoda mereka yang masih pendek.Liam mengambil bola basket tersebut dan melemparnya dengan gaya memukau. Berhasil! Masuk dengan sempurna membuat mereka bersorak ria. Aldi menggendong Liana, sedangkan andre menggendong Liam yang dengan wajah membanggakan dirinya dan bertepuk tangan.Elina sampai meneteskan air matanya karena terharu. Akhirnya kehidupannya bisa ia rasakan sampai detik ini juga. Setelah badai begitu dahsyatmemporak-porandakan hidupnya.Tuhan memiliki rencana yang sangat indah, untuk kehidupan Elina. Elina selalu percaya, sk
Setelah acara pemakaman selesai, mereka semua sekarang berkumpul di kediaman dokter Andre. Memakai pakaian serba hitam dan duduk di sofa ruang keluarga.“Elina! Saya selaku kedua orang tua almarhum, ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada, Nak Elina. Atas kelakukan almarhum yang telah membuat Nak Elina hampir depresi karena trauma.”Elina mengusap kepala Liana, yang berada di pangkuannya, tersenyum dan mengangguk, “Saya sudah memaafkannya, sejak bertahun-tahun yang lalu. Bahkan saya berhutang budi kepada almarhum, karena telah menyelamatkan putri saya.”“Maafin, Nana!” lirih Liana menatap mereka semua dengan wajah polos dan sendunya.Mereka semua menghela nafas. Ini
“Bagaimana keadaan Naufal, Dokter Andre?” tanya Keyra langsung menghampiri Andre yang sudah keluar dari ruangan.Keyra tidak sabar menunggu kabar dari Andre. Jantungnya berdetak dengan cepat. Keyra khawatir dan juga takut. Dalam lubuk hatinya, masih tersimpan rasa cinta untuk Naufal walaupun hanya secuil.Andre menghela nafas pelan, membuat semua orang yang ada di sana was-was. Tidak biasanya Andre berbelit-belit seperti ini ketika menjelaskan sesuatu. Apalagi ini soal keadaan seseorang.“Naufal gak apa-apa kan, Dok?!” bentak Keyra menggoyang tangan Andre dengan keras. Ia tahu ini sangat lancang, namun Keyra merasakan perasaan yang tidak enak.“Saya sudah berusaha semaksimal mungk
"Masukkan ke dalam mobil!” perintah Shanika memperhatikan ke sekelilingnya, Shanika tahu mereka akan segera tertangkap karena melawan orang-orang yang berkuasa.Liana dimasukkan ke dalam mobil, namun dalam keadaan mulut disumpal dengan lakban dan tidak diikat seperti beberapa jam yang lalu.“Nana ngak mau ke luar negeri. Jangan paksa Nana. Bunda! Tolongin Nana!"Liana tidak ingin pergi jauh dari bundanya. Liana tidak bisa membayangkan nasibnya, apabila Shanika membawanya pergi sangat jauh dari negaranya.Liana telah masuk ke dalam mobil. Dijaga oleh dua anak buah Shanika. Mereka berbicara sebuah rencana selanjutnya. Apabila mereka gagal, maka mereka akan menga
Liana menggelengkan kepalanya, ketika dua preman dengan tubuh kekar dan brewok yang terlihat sangat menyeramkan, menyuapinya roti untuknya. Liana yang diikat di kursi dengan tubuh mungilnya bergetar sedari tadi ketakutan.“Nana mau ketemu bunda. Nana mau pulang, Paman.”“Kamu tidak akan pernah pulang selamanya,” jawab mereka. Liana kembali menggelengkan kepalanya karena tidak ingin mendengar perkataan kedua pria menyeramkan itu.Liana, beberapa jam yang lalu , bangun dari pingsannya ternyata telah terikat di sebuah kursi. Liana ingin menangis, namun bundanya selalu berkata, jangan pernah takut. Hal itu akan membuat mereka semakin menindas kita. Liana masih mengingat pesan bundanya itu.
Liana mengelilingi halaman rumahnya sendiri, dengan mengayuh sepeda. Ia tersenyum sembari menaruh boneka sapi berukuran sedang di ranjang sepeda sebagai temannya bermain.Kakaknya sedang belajar di dalam kamarnya, untuk persiapan olimpiade antar sekolah. Kedua anak laki-laki seperti Liam dan Devan mengambil mata pelajaran matematika dalam satu kelompok, yang sudah disaring dan dipilih.“Nana main sama Vivi, saja.” Nama boneka sapi berwarna pink dan putih itu adalah Vivi.Liana mengayuh sepedanya dekat dengan gerbang. Liana menatap aneh ke arah seorang wanita yang membelakanginya berada di luar gerbang. Penjagaan di rumah Andre, tidak seketat seperti dimension Syahreza. Bahkan satpamnya, entah pergi kemana.“Bunda!” Liana memanggil wanita itu
Berlin, Jerman, 2013Setelah dokter memberikan kabar baik kepada Elina, wanita hamil itu tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaan bahagianya sekarang. Ia bersandar di sofa sambil menonton acara televisi dengan menikmati secangkir kopi.“Huek!” elina segera berlari ke kamar mandi yang berada di lantai bawah. Dengan wajah pucat dan perut yang bergejolak, Elina memuntahkan cairan kental dan bening. Kepalanya kembali pusing seperti pertama kali dirinya muntah karena kehamilannya.Elina membasuh wajahnya dengan air dan menatap dirinya di cermin. Entah angin apa, Elina terisak merasakan sakit di dadanya. Elina menghapus air matanya sembari mengingat kembali kebersamaanya dengan mantan suami.Elina harus m
Tok! Tok! Shanika dengan malas mengetuk pintu kamar Elina beberapa kali. Kalau tidak disuruh oleh suaminya. Shanika tidak akan sudi melakukannya. "Elina! Kau belum juga bangun?! Istri macam apa, belum bangun sampai jam segini," cibir Shanika di depan pintu kamar Elina. "Kenapa Sayang?" tanya Aldi menghampiri Shanika yang terlihat kesal dan cemberut. Shanika menoleh, "Ini loh, Mas. Elina belum juga mau bangun." Aldi kembali mengetuk pintu kamar Elina. Jauh lebih keras. Bahkan banyak pasang mata yang melihatnya, karena mendengar gedoran terdengar nyaring. "Kasihan ya, No
Elina memandang bangunan di depannya dengan wajah tegar dan tatapan sendu. Ia mengeratkan pegangannya di koper yang tengah ia bawa. Keputusannya sudah bulat. Walaupun hatinya bagai tertusuk ribuan duri, entah kalau bisa dijabarkan, mungkin sekarang hatinya tengah berdarah dan sakit.“Elina,” panggil Surya kepada Elina, yang sudah berada di dalam mobil menunggu Elina.Elina menoleh dan terisak. Dadanya sesak. Air mata menetes dari pelupuk matanya tiada henti. Surya mengerti akan posisi menantunya sekarang. Tangannya terkepal. Ia berjanji tidak akan merestui kembali hubungan Elina dengan Aldi esok apabila Aldi telah menyesali perbuatannya dan ingin rujuk kembali.Elina mencoba menguatkan diri dan menghapus air matanya sampai bersih. Ia kembali berbalik melihat kedi