Aldi mencari keberadaan Shanika dimana-mana. Wanita licik itu tidak ada. Aldi masuk ke dalam kamar dan memeriksa isi lemari. Aldi mengepalkan tangannya.
"Wanita itu telah kabur."
Aldi dengan nafas memburu langsung keluar kamar dan berteriak nyaring membuat semua anggota keluarga keluar melihat apa yang terjadi dengan Aldi.
"Kak ada apa?" tanya Naila.
"Kakak kenapa berteriak seperti tadi? Kakak gak kenapa-kenapa?" sambung Keyra.
"Tidak. Kalian berdua duduk. Mana mama?"
"Mama...."
"Ada apa Aldi?" tanya Tamara keluar dari ka
Hari ini si kembar bermain-main dimension besar Devan. Tidak ada yang bisa menembus gerbang keluarga Alexander dengan sembarangan. Penjagaan yang ketat membuat siapa saja berpikir seribu kali untuk sekedar bertamu dan melangkahkan kakinya ke mansion ini. "Dev, mana deddy dan mommy?" tanya Liana duduk di dekat Devan. "Wah si kembar telah datang," seru Mita langsung duduk di dekat Liana. Wajah Liana sangat cantik dan juga cute. Bagaimana Devan tidak terpesona. Devan memutar bola matanya malas melihat tingkah mommy nya yang sangat berlebihan. Devan memilih mengobrol dengan Liam tentang penemuan baru mereka. Entah apa itu. "Mommy Dev?" tanya Liana polos. Mita mengangguk.
Hari ini adalah hari sibuk untuk Elina, ia harus menyambut kedatangan tamu penting dari Jerman yang ingin memeriksa cabang butik Alice di Indonesia, utusan dari nyonya Alice. Elina jadi merindukan nyonya Alice yang sangat baik padanya selama di Jerman.Elina bertemu dengan nyonya Alice ketika membantu wanita paruh itu membawa barang belanjaan. Waktu itu Elina tengah mengandung lima bulan dan ingin pergi berjalan-jalan di sekitar rumah, namun niatnya berubah dan ia ingin berjalan lebih jauh lagi dan berakhir bertemu dengan nyonya Alice di jalan, yang tengah kesulitan dengan barang belanjaan yang banyak.Suara ponsel Elina bergetar. Sepertinya ada panggilan masuk.“Aku merindukanmu Elina dan kedua anak kembar itu.” Suara dibalik telepon terdengar
“Kak Liam, gendong Nana terus putar,” ujar gadis kecil itu mendekati Liam yang tengah membaca buku dengan Devan. “Biar Dev saja,” kata Devan menawarkan diri. Liana segera menggelengkan kepalanya. “Ndak boleh. Hanya kak Liam yang boleh. Nanti bunda marah.” Devan mengerti dan mengalah. Liam tersenyum ke arahnya seakan mengejeknya. Devan memilih tidak memikirkan Liam. Liam sangat menyebalkan. Liam menggendong Liana dan berputar-putar membuat Liana tertawa dengan keras karena impiannya terwujud. Liana selalu bermimpi memiliki sayap seperti bidadari. Dan Liam memiliki ide untuk membahagiakan adik kecilnya, dengan menggendongnya dan berputar tanpa henti.
"Kita perlu bicara Elina," ucap Aldi hendak memegang lengan tangan Elina, namun wanita itu langsung menepisnya dengan kasar.Aldi tidak menyerah, ia menghadang langkah Elina. Elina menatap Aldi dengan wajah datar dan dingin."Ada apa lagi? Urusan kita telah selesai Aldi?""Kamu ada hubungan dengan dokter Andre? Tolong! Jangan membuatku sakit hati Elina. Aku tidak bisa mengikhlaskan mu dengan orang lain."Kamu yang melepaskan aku Mas, batin Elina memperhatikan wajah Aldi yang nampak putus asa. Elina tidak bisa menghilangkan rasa cinta yang masih terselip di benaknya. Ia masih mencintai Aldi. Tapi mereka tidak akan mungkin bersatu kembali.Andai d
Elina mengingat kejadian yang membuatnya pingsan. Aldi, mantan suaminya mengingatkan dirinya tentang kenangan pahit dahulu. Elina memilih tidak melanjutkan ingatannya kembali, agar kepalanya tidak sakit.Suara pintu terbuka, menampilkan seorang dokter tampan dengan senyuman manis menyapanya dan memanjakan indra penglihatan Elina.“Alhamdulilah, akhirnya kamu membuka mata Ibu Elina. Liam dan liana sangat bersedih melihatmu menutup mata kemarin. Sekarang Liam dan Liana tengah masuk sekolah.”Tanpa ditanya oleh Elina, dokter Andre mengerti arti sorotan mata Elina, ingin menanyakan sesuatu. Ia sudah hafal dengan gelagat pasien, karena ia ahli dalam bidang ini juga.“Terima kasih dokter tela
Kedua anak kembar masih menggunakan pakaian sekolah berlari berhamburan memeluk bundanya yang tengah menyendok makanan. Elina tidak ingin disuapi oleh Rani, karena ia bisa sendiri melakukannya.Rani mengalah dan duduk di dekat Elina sembari memperhatikannya."Bunda, akhirnya bangun. Nana takut Bunda ninggalin Nana dan kak Liam."Elina menaruh sepiring makanannya di samping meja dan beralih mengelus wajah putrinya. Pasti anak-anak sangat sedih melihatnya sakit seperti ini. Ia adalah ibu yang lemah."Bunda sudah sehat berkat doa kalian. Kalian mendoakan Bunda, kan?"Mereka mengangguk kencang. Elina bangga anak-anak nya tumbuh menjadi anak-anak yang baik
Hari ini Elina diizinkan untuk pulang. Elina telah berkemas. Liam dan Liana memegang dua tangan bundanya sembari tersenyum lebar."Bunda mau ajak kalian ke bertemu saudara kalian."Liam dan Liana diam mendengar perkataan bundanya. Alis mereka bertaut, menandakan mereka tengah bingung. Ternyata mereka memiliki saudara. Mereka langsung mengangguk.Elina melangkah keluar dari ruang inap rumah sakit, berjalan di lorong dengan sesekali mendapatkan sapaan ramah dari beberapa tenaga kesehatan yang mengenalnya.Liam dan Liana tidak luput dari perhatian mereka semua. Wajah kedua anak kembar itu sangat tampan dan juga cantik."Lihatlah, kedua anak kembar
Pandangan berbinar tercetak jelas di dalam manik mata ketiga wanita memperhatikan Elina dan kedua anak kembarnya yang baru turun dari taksi.Elina menatap mereka dengan ekspresi sulit diartikan. Bahkan si pelaku yang Elina bahas beberapa jam yang lalu berada di depannya, seraya memperhatikan wajah kedua anak kembarnya.Sepertinya mereka tidak diberikan akses untuk masuk. Bahkan gerbang otomatis pengenal wajah anggota keluarga Syahreza mempersulit mereka untuk menerobos. Atau alarm peringatan akan berbunyi dengan nyaring. Dan membuat semua orang di dalam rumah akan keluar. Berakhir mengusir mereka."Elina, ini anaknya Aldi? Dan cucu saya?" tanya Tamara.Liam dan Liana bersembunyi di belakang tubuh Elina.