Andre menatap bingkai foto di atas mejanya. Beberapa menit yang lalu ia telah pulang dan langsung menghampiri kamar pribadinya dulu
dengan almarhumah sang istri.
"Jihan! Aku rindu. Dan aku menemukan wanita yang begitu mirip denganmu. Wajah kalian memang berbeda tapi tatapan lembut itu membuatku sama terlena dengan mu. Maafkan aku."
Sudah lima tahun berlalu. Sejak kecelakaan maut yang menewaskan istri dan anaknya. Sejak saat itu Andre memilih menduda karena hatinya telah mati. Namun sekarang perlahan hatinya menghangat hanya melihat tatapan lembut seorang wanita.
Suara pintu terbuka.
Andre mengalihkan perhatiannya ke arah pintu. Hanya mamanya yang diizinkan ma
Aldi menatap kosong kepergian mobil dokter Andre. Elina dan anak-anak masuk ke dalam mobil itu. Aldi mengepalkan tangannya."Apakah mereka memiliki hubungan yang spesial?" gumam Aldi.Yang Aldi tahu dokter Andre adalah duda yang ditinggal mati istrinya. Kepribadian yang baik dan juga cekatan dalam bekerja. Dari segi semuanya Aldi kalah jauh dengan dokter Andre."Aku tidak akan segampang itu mengikhlaskan mereka bersama."Mobil Aldi melaju dengan kecepatan kencang membelah jalan raya. Nafas Aldi memburu membayangkan anak-anak nya nanti akan membencinya dan memilih ayah baru mereka.Aldi tidak bisa membayangkan itu terjadi padanya. Mata Aldi merah
"Sedang apa Anda di sini? Dokter Shanika yang terhormat."Shanika menatap wajah dokter Andre yang terlihat tidak menyukai keberadaannya. Mereka adalah teman satu universitas kedokteran."Saya mohon. Jangan memberikan hasil itu ke suami saya."Jadi, Aldi adalah suami dari Shanika. Berarti Shanika adalah selingkuhan Aldi dan madu dari Elina. Mereka berdua telah bermain di belakang Elina bahkan berzina. Ternyata wanita ini serendah itu hanya untuk mendapatkan cintanya dengan menjatuhkan wanita lain."Kenapa?" tanya Andre dingin."Saya akui Angel bukan putri dari Aldi tapi hasil hubungan gelap saya dengan suami salah satu mantan ipar saya."
Aldi mencari keberadaan Shanika dimana-mana. Wanita licik itu tidak ada. Aldi masuk ke dalam kamar dan memeriksa isi lemari. Aldi mengepalkan tangannya."Wanita itu telah kabur."Aldi dengan nafas memburu langsung keluar kamar dan berteriak nyaring membuat semua anggota keluarga keluar melihat apa yang terjadi dengan Aldi."Kak ada apa?" tanya Naila."Kakak kenapa berteriak seperti tadi? Kakak gak kenapa-kenapa?" sambung Keyra."Tidak. Kalian berdua duduk. Mana mama?""Mama....""Ada apa Aldi?" tanya Tamara keluar dari ka
Hari ini si kembar bermain-main dimension besar Devan. Tidak ada yang bisa menembus gerbang keluarga Alexander dengan sembarangan. Penjagaan yang ketat membuat siapa saja berpikir seribu kali untuk sekedar bertamu dan melangkahkan kakinya ke mansion ini. "Dev, mana deddy dan mommy?" tanya Liana duduk di dekat Devan. "Wah si kembar telah datang," seru Mita langsung duduk di dekat Liana. Wajah Liana sangat cantik dan juga cute. Bagaimana Devan tidak terpesona. Devan memutar bola matanya malas melihat tingkah mommy nya yang sangat berlebihan. Devan memilih mengobrol dengan Liam tentang penemuan baru mereka. Entah apa itu. "Mommy Dev?" tanya Liana polos. Mita mengangguk.
Hari ini adalah hari sibuk untuk Elina, ia harus menyambut kedatangan tamu penting dari Jerman yang ingin memeriksa cabang butik Alice di Indonesia, utusan dari nyonya Alice. Elina jadi merindukan nyonya Alice yang sangat baik padanya selama di Jerman.Elina bertemu dengan nyonya Alice ketika membantu wanita paruh itu membawa barang belanjaan. Waktu itu Elina tengah mengandung lima bulan dan ingin pergi berjalan-jalan di sekitar rumah, namun niatnya berubah dan ia ingin berjalan lebih jauh lagi dan berakhir bertemu dengan nyonya Alice di jalan, yang tengah kesulitan dengan barang belanjaan yang banyak.Suara ponsel Elina bergetar. Sepertinya ada panggilan masuk.“Aku merindukanmu Elina dan kedua anak kembar itu.” Suara dibalik telepon terdengar
“Kak Liam, gendong Nana terus putar,” ujar gadis kecil itu mendekati Liam yang tengah membaca buku dengan Devan. “Biar Dev saja,” kata Devan menawarkan diri. Liana segera menggelengkan kepalanya. “Ndak boleh. Hanya kak Liam yang boleh. Nanti bunda marah.” Devan mengerti dan mengalah. Liam tersenyum ke arahnya seakan mengejeknya. Devan memilih tidak memikirkan Liam. Liam sangat menyebalkan. Liam menggendong Liana dan berputar-putar membuat Liana tertawa dengan keras karena impiannya terwujud. Liana selalu bermimpi memiliki sayap seperti bidadari. Dan Liam memiliki ide untuk membahagiakan adik kecilnya, dengan menggendongnya dan berputar tanpa henti.
"Kita perlu bicara Elina," ucap Aldi hendak memegang lengan tangan Elina, namun wanita itu langsung menepisnya dengan kasar.Aldi tidak menyerah, ia menghadang langkah Elina. Elina menatap Aldi dengan wajah datar dan dingin."Ada apa lagi? Urusan kita telah selesai Aldi?""Kamu ada hubungan dengan dokter Andre? Tolong! Jangan membuatku sakit hati Elina. Aku tidak bisa mengikhlaskan mu dengan orang lain."Kamu yang melepaskan aku Mas, batin Elina memperhatikan wajah Aldi yang nampak putus asa. Elina tidak bisa menghilangkan rasa cinta yang masih terselip di benaknya. Ia masih mencintai Aldi. Tapi mereka tidak akan mungkin bersatu kembali.Andai d
Elina mengingat kejadian yang membuatnya pingsan. Aldi, mantan suaminya mengingatkan dirinya tentang kenangan pahit dahulu. Elina memilih tidak melanjutkan ingatannya kembali, agar kepalanya tidak sakit.Suara pintu terbuka, menampilkan seorang dokter tampan dengan senyuman manis menyapanya dan memanjakan indra penglihatan Elina.“Alhamdulilah, akhirnya kamu membuka mata Ibu Elina. Liam dan liana sangat bersedih melihatmu menutup mata kemarin. Sekarang Liam dan Liana tengah masuk sekolah.”Tanpa ditanya oleh Elina, dokter Andre mengerti arti sorotan mata Elina, ingin menanyakan sesuatu. Ia sudah hafal dengan gelagat pasien, karena ia ahli dalam bidang ini juga.“Terima kasih dokter tela