Berlian, Jerman
Akhirnya Aldi dan sekretaris nya telah sampai di Jerman. Mereka segera memesan dua kamar hotel untuk beristirahat. Besok pekerjaan akan dimulai dini hari.
"Saya beruntung berkesempatan pergi ke negara ini."
Aldi tidak memperdulikan sekertaris nya. Ia segera masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Priska berjalan keluar hotel untuk menikmati senja di sore hari.
Di dalam kamar, entah tiba-tiba perasaan Aldi terasa aneh berkunjung ke negara ini. Seperti ada magnet yang mengharuskan dirinya berkeliling besok setelah pekerjaan usai.
"Dulu Elina sangat ingin berlibur ke sini. Namun aku tidak memiliki waktu untuk menemaninya."
Priska mondar-mandir menghubungi atasannya karena telat menyusulnya ke kantor cabang yang baru. Semua para tamu menanyakan keberadaan Aldi ke sekretaris nya. Priska menggigit bibir bawahnya gelisah.Kalau sampai atasnya tidak datang tepat waktu, maka para tamu akan bubar dan perusahaan cabang akan hancur. Hampir semua klien berasal dari negara ini.Di sisi lain mobil yang dikendarai Aldi melaju dengan kecepatan kencang. Smartphone Aldi berbunyi panggilan dari sekertaris nya lagi.Aldi mencoba meraih smartphone yang ada di depannya namun tidak sengaja terjatuh. Aldi membuang nafas kasar dan mencoba mengambilnya. Ia tidak tahu itu adalah awal malapetaka terjadi.Seorang anak gadis tengah menggendong kucing berad
Aldi tidak kehabisan akal. Setelah melihat Elina keluar dari ruang inap. Ia yang bersembunyi di balik tembok dan langsung masuk dan menutup pintu ruang inap Liana.Di dalam hanya ada anak kecil perempuan yang tengah tertidur dengan lelap. Wajahnya mirip dengannya dan Elina. Perpaduan menjadi satu.Mata Aldi memerah karena terharu melihat putrinya yang tertidur. Ia mencoba meraba wajah Liana dengan lembut, sangat halus seperti kulit Elina.Aldi segera menyingkirkan tangannya dari wajah Liana. Takut Liana terbangun. Aldi benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan Elina hingga menyembunyikan anak kembar mereka.Maafkan Deddy, batin Aldi mengusap sudut matanya yang berair. Bagaimana ia akan menarik simpati Elina. Wanita
Elina masih berdiri menatap tajam ke arah Aldi. Tidak ada sifat lembut dan senyuman manis seperti dulu yang Elina perlihatkan ke mantan suaminya.Liam disuruh masuk ke dalam untuk menjaga adiknya bersama Devan. Liam mengangguk dan menurut perintah sang bunda."Jawab aku Elina! Dia anak kita, kan?? Wajah Liam sangat mirip denganku.""Saya telah menikah. Jangan mengada-ada. Bukannya Anda sudah memiliki anak dari rahim istri tercinta Anda."Hati Aldi seakan tertusuk belati. Elina menyindirnya, mata Aldi memerah tidak bisa menormalkan detak jantungnya."Maaf." Akhirnya Aldi mengalah dan minta maaf untuk semuanya.
Dengan perasaan khawatir Leo dan Diana pergi ke rumah sakit karena keponakan kesayangan kecelakaan. Leo sempat marah ke adiknya karena baru mengabari nya hari ini."Aku khawatir sama Liana, gadis sekecil itu tertabrak mobil," ucap Diana memegang lengan Leo."Iya sayang. Aku juga khawatir sama Liana."Diana memperhatikan seseorang di depan ruang rawat inap. Yang ia tahu bukannya Elina tidak memiliki suami. Lalu siapa pria yang ada di sana."Itu siapa yang??" tanya Diana menunjuk pria asing itu.Leo mengedarkan pandangannya ke arah tunjuk Diana. Rahangnya mengeras melihat wajah pria itu. Dengan langkah tegas Leo berjalan mendekati pria itu sampai tangan
Setelah tiga hari di rawat di rumah sakit, Liana diizinkan untuk pulang. Namun harus selalu cek up selama seminggu persyaratan dari dokter dan juga meminum semua obat dan sirup dari rumah sakit."Nana ndak mau minum obat Bunda. Nana sudah sembuh. Kenapa harus minum obat," keluh Liana menggeleng kepalanya ketika satu sendok sirup rasa jeruk ada di dekat mulutnya. Ia menutup rapat mulutnya tidak mau.Sebelum mereka keluar dari rumah sakit. Liana dianjurkan untuk meminum obat nya terlebih dahulu."Nana mau tinggal di sini? Ingat kata dokter, ngak di kasih pulang kalau ngak minum obat dulu." Liam mencoba menakuti adik kecilnya.Liana membuang nafas lesu dan membuka mulutnya dengan lebar. Elina tersenyum lalu memasukkan
Tamara MaheswaraMama sudah menghubungi karyawan butik Alice. Kamu tinggal mengambil barang Mama dan Angel.Aldinata MaheswaraBaik Ma. Nanti siang Aldi mengambil barang kalian.Aldi memejamkan matanya lelah. Kenapa hidupnya seperti ini? Harta tiada artinya kalau tidak dinikmati dengan orang yang ia cinta.Aldi kehabisan akal untuk mendekati mereka. Namun Aldi bisa bernafas lega sejenak untuk saat ini karena Elina tidak memiliki kekasih. Aldi ada kesempatan untuk meluluhkan hati Elina kembali.Aldi keluar dari kamar hotel untuk bertemu dengan Priska di luar. Para klien menunggunya di sana untuk membahas permasalahan kemarin."Selamat pagi Pak Aldinata," salah satu investor berjabat tangan dengan Aldi."Pagi," jawab Aldi dengan penuh wibawa."Saya disini ingin protes dengan Pak Aldinata selaku CEO Perusahaan. Apa Bapak
Jakarta, IndonesiaAngel Maheswara adalah princess di rumah keluarga Maheswara. Manja dan tidak suka diajar tata krama. Walaupun seperti itu Tamara selalu membanggakan didikannya. Angel manja karena berasal dari keluarga konglomerat."Papa sudah mengambil pesanan kita Oma?" tanya Angel penasaran. Karena besok ia akan segera memakainya ketika masuk les bahasa.Tamara mengangguk sambil memainkan smartphone nya. Angel antusias mendengar nya. Pasti di Alexander School tidak ada yang sekaya keluarga nya."Oma, di daerah ini keluarga kita yang paling kaya?" tanya Angel kembali bertanya.Tamara berhenti memainkan smartphone nya dan beralih menatap Angel, "Tidak. D
Dari tadi Neve mencoba mengganggu pekerjaan Elina. Wanita itu tidak akan berhenti sebelum Elina menceritakan semuanya. Elina akhirnya menyerah dan menoleh ke arah Neve yang sedang menyilang kedua tangannya di dada."Ceritakan!" paksa Neve memegang lengan tangan Elina. Elina menghembuskan nafasnya pelan."Pria itu suami aku, Neve," ungkap Elina membuat Neve membelalakkan matanya terkejut. Kejutan apa lagi ini? Kemarin kakak Elina, sekarang suami Elina. Sungguh hidup Elina dikelilingi pria tampan dan kaya."Kamu tidak bercanda kan Elina?" tanya Neve menyelidik."Wajahku terlihat berbohong. Percaya atau tidak itu urusanmu Neve," ujar Elina acuh."Baiklah