Sinopsis : Perjalanan wanita muda bernama Aira setelah dikhianati sang suami. Aira terpaksa menjual air susunya untuk bayi seorang pria berwajah dingin. Namun, ternyata menjadi ibu susu tidak sesederhana yang ia bayangkan. Aira harus menghadapi berbagai masalah bukan hanya dari boss berwajah dingin, tetapi dari mantan istri boss-nya, juga dari mantan suaminya sendiri.
view more1
Aira menatap tak percaya lelaki yang duduk di tempat tidur sambil menyeringai. Barusan, lelaki itu mengucap kalimat tak masuk akal. "Apa aku tidak salah dengar, Mas?" Aira masih berusaha meyakinkan dirinya kalau semua itu tidak nyata. Padahal, apa yang tampak di depan mata sudah cukup menjelaskan semuanya. "Tidak Aira! Aku bilang kalau kamu masih mau tinggal di sini, terserah. Tapi, kamu harus mau berbagi segalanya dengan Wita, termasuk tempat tidur." Lelaki itu melirik wanita yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Membelai rambut wanita itu, lalu mencium keningnya. Semua dilakukan Randi di depan mata Aira tanpa memperdulikan perasaan wanita yang menggendong bayi itu. Sakit? Tentu saja. Istri mana yang tidak hancur mendapati suaminya berada di tempat tidur dengan wanita lain. Tempat tidur yang selama ini menjadi saksi cinta mereka, hingga akhirnya Raka –buah cinta mereka hadir. Aira mendekap erat Raka yang tertidur pulas dalam gendongannya. Kepalanya menggeleng, matanya sudah basah hingga pandangannya tak lagi jelas. Jangan tanya bagaimana kondisi hatinya saat ini. Tak ada kata yang mampu menggambarkan. Kakinya perlahan mundur. Mengambil tas di atas lemari, lalu memasukkan semua pakaiannya, juga semua perlengkapan Raka. Tak ingin membuang waktu lama. Setelah berkemas dalam waktu singkat, Aira segera keluar dari kamar laknat yang baru saja dipakai tempat mesum Randi dengan wanita tidak malu itu. "Apa kau yakin mau pergi dari rumah ini?" Pertanyaan bernada ejekan meluncur dari mulut Randi, saat Aira hampir mencapai pintu utama. Lelaki itu menyusulnya. Wanita kurus dengan rambut sebahu itu menghentikkan gerakkan tangannya. Lalu berbalik menatap laki-laki yang sesungguhnya masih bergelar suaminya. Hati Aira semakin terkoyak saat mendapati Randi tak berpakaian. Hanya boxer yang setiap hari dicuci dengan tangannya yang melekat di tubuh laki-laki itu. Aira sangat mengerti apa yang sudah terjadi di dalam sana antara Randi dan wanita yang sedang tertidur pulas itu. "Talak aku sekarang!" ujar Aira dengan menahan gemuruh di dada. Matanya menatap nyalang wajah Randi. Sebenarnya ia tak ingin mengucapkan kalimat itu. Cita-cita hidupnya adalah menikah sekali seumur hidup. Menjalani rumah tangga dengan lelaki yang mengucap ijab qabul atas namanya sampai maut memisahkan. Namun, rumah tangga seperti apa yang akan ia dapatkan setelah melihat sendiri kebejatan Randi? "Sombong sekali wanita ini! Kau pikir bisa hidup tanpa aku, hah? Kalau aku menceraikanmu, kau mau pergi ke mana, hah? Mau jadi gembel? Tinggal di kolong jembatan?" Randi membentak sambil mendengkus kasar. Aira terhenyak. Ia tidak berpikir sampai sejauh itu. Namun, tekadnya sudah bulat untuk pergi dari sana. Tak ada yang bisa diharapkan lagi dari lelaki seperti Randi. Kalau ia tetap bertahan di rumah ini, sama saja bunuh diri pelan-pelan. Karena ia akan terus menyaksikan kemesraan Randi dengan wanita bernama Wita itu. "Apa kau tidak dengar? Talak aku sekarang juga Randi Haryanto! Aku tidak sudi terus menjadi istri lelaki bejat sepertimu!" teriak Aira tak terkendali. Ia bahkan lupa kalau Raka sedang tertidur pulas dalam buaiannya. Alhasil bayi tiga bulan itu kaget, lalu menangis keras. Aira gegas menghapus sudut matanya, lalu menenangkan Raka. Rasa sakit dan marah atas perlakuan Randi membuatnya lupa kalau Raka baru saja tertidur, setelah semalaman rewel akibat demam tinggi. Bukan hanya Raka yang terkejut dengan teriakkan Aira. Wanita yang tertidur pulas setelah perbuatan mesumnya dengan Randi pun terbangun. Lalu keluar kamar dengan hanya memakai handuk sebatas dada. "Ada apa, sih, Bang? Berisik banget?" tanya wanita yang mengucek matanya. Lalu bergelayut manja di lengan Randi. "Tidak ada apa-apa, Sayang. Sudah kamu tidur saja, katanya capek setelah perjalanan indah kita." Randi menoleh ke arah wanita itu seraya tersenyum manis. Aira memejamkan matanya dengan kuat sebelum meraih gagang pintu, lalu mengambil langkah lebar menuju halaman. "Hei, Aira! Mau ke mana? Apa kau mau jadi gembel? Sudah terima saja berbagi suami dengan Wita. Malah seharusnya bersyukur ada yang membantumu melayaniku. Sadar diri saja kalau kau sudah tidak bisa melayaniku dengan baik, karena terlalu sibuk mengurusi bayi itu!"Aira terus membawa langkah-langkah panjangnya menuju jalan raya. Ia tak mempedulikan lagi teriakkan dari mulut busuk Randi. Keinginannya saat ini adalah pergi sejauh-jauhnya dari lelaki dan rumah laknat itu. Ia terus berjalan sampai makian dan sumpah serapah Randi tak tertangkap indera pendengarannya lagi. Aira pergi bersama hati yang remuk redam. ***Matahari hampir mencapai puncak tertingginya siang ini. Panasnya mungkin mencapai 37°C. Angin panas bergerak membawa debu dan dedaunan kering yang gugur dari pohonnya. Aira mengusap peluh yang mengaliri pelipisnya. Kemeja lengan panjang yang dipakainya sudah basah oleh keringat. Namun, ia masih terus berjalan tanpa arah tujuan. Selama ini, selain rumah Randi, ia memang tak punya tempat lain untuk bernaung. Aira menghentikan langkah. Raka yang semula tidur, mulai rewel karena perutnya lapar. Wanita itu berniat mencari tempat berteduh sekalian ingin menyusui sang anak. Kakinya hendak melangkah ke pelataran sebuah masjid saat matanya menangkap selebaran yang ditempel di tiang listrik. Bola matanya melebar memperhatikan tulisan demi tulisan di kertas yang mulai lusuh itu. Bukan apa-apa, ia sangat tertarik dengan pengumuman di sana, karena tulisan paling atasnya sangat mencolok. 'Lowongan kerja. Dicari wanita yang mau menyusui bayi baru lahir.'Itu bunyi tulisan paling atas. Aira semakin mempertajam penglihatan. Tangannya menyentuh kertas selebaran itu. Memperhatikan dengan seksama syarat-syarat yang tertera di sana untuk calon pelamar pekerjaan itu. Wanita dengan air susu masih subur. Bersedia menyusui langsung tanpa diperah. Bersedia bekerja dua puluh empat jam. Bisa mengurus bayi. Keibuan. Gaji sepuluh juta, bisa nego. Itu beberapa syarat yang tertera di sana, dan tulisan paling bawah, membuat bola mata Aira terbelalak. Gaji sepuluh juta masih bisa nego? Itu sangat luar biasa. Apa itu tidak terlalu tinggi untuk ukuran pekerjaan hanya menyusui dan mengurus bayi? Bukan gaji tinggi yang akhirnya membuat jari-jarinya mengetik nomor yang tertera di sana untuk melamar pekerjaan itu. Namun, air susunya yang subur, mungkin bisa dibagi antara Raka dan bayi lain yang membutuhkan. Ia dan Raka juga butuh tempat berlindung. Butuh makan untuk kelangsungan hidup setelah lepas dari Randi. Maka, Aira pun rela menjual air susunya, untuk kelangsungan hidup mereka. Walaupun mungkin ke depannya Raka tidak bisa menjadi prioritas.Extra partKepanikannya semakin menjadi saat nomor Aira tak kunjung diangkat. Sementara Anyelir menjerit-jerit merasakan rasa mulas di perutnya yang seolah diperas.Wanita paruh baya asisten rumah tangga mereka yang melihat kepanikan itu gegas menyuruh Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman melahirkan, ia tahu jika Anyelir akan segera melahirkan.Tanpa pikir panjang, Aldo mengangkat tubuh Anyelir yang beratnya sudah mencapai dua kali lipat dari berat normalnya karena kehamilan ini. Terlebih ada dua bayi kembar dalam perutnya. Untunglah rumah mereka kini bukan apartemen bertingkat. Hingga ia dengan mudah mengevakuasi sang istri.Berdua saja, Aldo membawa Anyelir ke rumah sakit yang sudah mereka tunjuk untuk tempat bersalin. Sang asisten ia minta untuk terus menghubungi kelurganya, dan menyusul ke rumah sakit setelah urusan di rumah selesai.Selama perjalanan, Anyelir terus mencengkeram lengan Aldo karena merasakan mulas tak terkira. Belum lagi sese
Extra part“Kenapa, sayang?” Aldo yang baru memasuki rumah, menatap sang istri yang bibirnya maju.Anyelir tidak menjawab. Ia meraih tangan sang suami dan menciumnya takzim. Walaupun usia Aldo lebih muda, tetapi posisinya tetap kepala keluarga. Anyelir tetap menghormati dan memperlakukan bagaimana seharusnya memperlakukan suami.Aldo menarik tubuh sang istri tetapi dengan hati-hati agar tak mengganggu perut besarnya. Sebuah kecupan mendarat di kening berpoles bedak tipis. Kemudian beralih kedua pipi dan terakhir menghisap bibir majunya dengan gemas hingga si empunya bibir meronta minta dilepaskan.“Kau membuatku sesak napas.” Anyelir mendorong dada Aldo. “Ciuman macam apa itu?” lanjutnya dengan bibir semakin maju, ditambah tangan yang dilipat di dada.“Itu ciuman penawar marah. Juga penawar rasa lelah di kantor.”Anyelir menoleh. Ia tahu Aldo lelah bekerja seharian di kantor tetapi pulang langsung disuguhi sikap manja dan sensitifnya yang semakin menjadi sejak hamil. Namun, ia tak dap
528 “Tetaplah di sisiku sampai salah satu di antara kita menutup mata. Aku bahkan ingin kebersamaan ini berlanjut hingga kehidupan kekal kita kelak. Jangan pernah tinggalkan aku. Terus dampingi dan bantu aku dalam memperbaiki diri agar menjadi suami yang bisa membimbingmu dan anak-anak kita menjalani kehidupan ini dalam koridor yang lurus. Aku ingin menjadi imam dambaanmu, sayang.” Anyelir mendongak. Hatinya trenyuh. Sejak kejadian itu, Aldo memang banyak berubah. Ia membuktikan dirinya layak mendapatkan maaf dan kesempatan kedua. Anyelir sendiri membuktikan memaafkan dengan tidak pernah membahas masalah yang sama. Jika Aldo mulai mellow, meminta maaf dan terindikasi membahas hal sama, Anyelir sendiri yang mengingatkan dan mengajak melupakan semuanya dengan menatap ke depan. Ia sadar dirinya pun bukan manusia tanpa dosa. Ia bahkan bersikap kekanakan dalam menghadapi masalah ini. Saling memaafkan, saling sadar dan terus berbenah diri, itu yang mereka lakukan saat ini. Terlebih sebent
527Semua orang terdiam mendengar ucapan Sandra. Semua orang tahu jika Gita dirawat di RSJ karena saat ditahan sering mengamuk dan beberapa kali mencoba bunuh diri lagi, bahkan bayi dalam kandungannya sampai gugur karena perilakunya sendiri. Gita akhirnya dirawat di RSJ.Keluarga Aldo menganggap semua telah selesai, karena akhirnya Gita dinyatakan bersalah. Semua bukti dan saksi menunjukkan jika Aldo tidak bersalah. Andika dan istrinya kembali ke Kalimantan. Gita tidak menuntut apa pun kepada Andika, mungkin karena melihat kondisi laki-laki itu yang mengenaskan.Justru perseteruan dengan Aldo yang ia pertahankan walaupun pada akhirnya Gita harus merasakan kehidupan di balik jeruji besi dalam kondisi hamil.Publik juga sudah mulai melupakan kasus ini, hingga Aldo dan keluarga bebas bergerak tanpa banyak yang memperhatikan.Semua sudah berjalan normal dan baik-baik saja. Aldo dan Anyelir menjalani pernikahan dengan bahagia. Terlebih mereka akan memiliki anak. Hubungan mereka bahkan sema
526 “Aku mau poliandri, apa kau setuju?” Anyelir menatap serius. Hening. Binar penuh harap di mata Aldo seketika pudar dan meredup. Senyum yang tadi sempat tersungging, raib dalam waktu singkat. Dada pemuda itu mendadak sesak. Diteguknya ludah dengan susah payah karena kerongkongan yang mendadak kemarau. Napasnya tersengal seolah telah berlari puluhan kilo meter. Bibirnya bergetar. “Mana ada seperti itu, sayang?” tanyanya dengan senyum miris. Anyelir tersenyum. “Ada, ini bukan sungguhan. Jadi, aku hanya pura-pura saja.” “Maksudnya?” Mata Aldo memicing. Anyelir menarik napas panjang. “Begini, orang tua Haris menuntutnya untuk segera menikah. Sementara ia belum menemukan wanita yang cocok. Tapi ia menolak jika harus dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Jadi, ia memintaku untuk berpura-pura menjadi….” “Tidak!” Dengan napas yang semakin tersengal dan dada makin sesak, Aldo memotong ucapan Anyelir. “Apa kau sudah gila, sayang?” “Kenapa?” Anyelir memiringkan kepala. Tawan
525“Makanya jangan petakilan. Sudah mau jadi ayah kelakukan masih bocah.” Anyelir berkata ketus seraya melipat tangan di dada. Sementara Aldo terus meringis merasakan sakit di pinggangnya. Terpaksa harus dipijat lagi. Harus menahan lagi sakit yang lebih dari sebelumnya. Namun, di balik itu semua hatinya bahagia tiada tara. Sang istri sudah kembali seperti dulu. Hanya ketus karena kesal. Baginya tak apa diberi wajah ketus seperti itu, daripada harus mendapati wajah dingin yang membuatnya putus asa.Kini, bahkan Anyelir tengah menyuapinya. Ia yang untuk sementara hanya bisa tengkurap dengan kepala hanya bisa mendongak, kesulitan untuk sekadar menyuap. Praktis makan pun harus disuapi. Anyelir geleng-geleng kepala. Ini piring ketiga yang Aldo tandaskan. Pemuda itu seperti kelaparan. Memakan apa pun yang Anyelir suapkan dengan sangat rakus. Bahkan saat piring ketiga tandas pun, lelaki itu masih meminta tambah.“Berapa hari kau tidak makan?” tanya Anyelir heran saat menyuapi dari piring k
524“Sakit ….” Aldo merengek manja dengan wajah menengadah. Tangannya memeluk erat pinggang Anyelir yang pangkuannya ia jadikan bantal.Wajah lelaki itu terlihat berkeringat. Ringisan masih sesekali menghiasi wajahnya. Pemuda itu baru saja berteriak-teriak merasakan sakit akibat pijatan bapak tua penjaga villa.Akibat terlalu bersemangat dan terlampau bahagia karena melihat wanita yang dirindukannya selama ini ada di depan mata, ia berlari hingga tak memperhatikan apa pun lagi. Tangannya menyenggol keranjang buah di atas meja, hingga isinya jatuh ke lantai dan terinjak. Aldo terpeleset karena menginjak buah apel yang jatuh menggelinding, hingga tak terelakkan tubuhnya melayang jatuh. Namun, sebelumnya pinggangnya terbentur tepian meja hingga sakitnya menjadi berlipat-lipat.Beruntunglah bapak penjaga villa bisa memijat urat keseleo. Hingga ia langsung mendapat penanganan.Anyelir yang tengah memasak dibantu istri penjaga villa, kaget karena suara benturan keras. Wanita itu langsung me
524Aldo mengeratkan pelukan demi mendengar nasihat Aira. Kalau boleh memilih, ia ingin pernikahannya lanjut. Tak ingin tercerai berai karena anak yang akan menjadi korban. Kalau boleh ia ingin bertemu Anyelir dulu agar bisa bicara dari hati ke hati. Sayangnya, bahkan di mana keberadaan wanita itu, ia tidak tahu. “Jika Tuhan masih memberimu kesempatan, ingat gunakan sebaik-baiknya. Namun, jika semuanya hanya sampai di sini karena manusia hanya punya keinginan dan usaha, kau tetap harus bisa mengambil hikmahnya, Nak. Mungkin ini takdir kalian. Takdirmu. Jangan menyalahkan Tuhan. Apa yang terjadi sudah digariskan. Jika kalian harus bercerai, itu pasti takdir karena kau sudah berusaha memperbaiki semuanya. Yakin akan ada pelangi setelah hujan, Nak. Jika Tuhan memberi ujian ini, pasti disertai jalan keluar dan hikmah di baliknya.”Aldo hanya diam meresapi setiap kalimat sang ibu. Sungguh, ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan Anyelir. Namun, jika wanita itu tetap memaksa, ia bisa
523“Anye, kamu di mana?” Aldo duduk lesu di lobi hotel. Kepalanya menunduk dalam. Tangannya meremas rambut dengan kuat. Berkali-kali mengembus napas kasar. Beban di dadanya terasa ingin meledak. Setelah menunggu berminggu-minggu dengan setumpuk rindu dan penyesalan, kini hanya mendapati Anyelir yang sudah tidak berada di tempat.Aldo menyandar lemah seraya merogoh ponsel dalam saku. Mencoba keberuntungan. Menghubungi lagi Anyelir. Namun hingga berkali-kali dilakukannya, tetap hanya dijawab operator.Pemuda itu memejam sebelum bangkit dan berjalan keluar. Para pengawal berwajah datar sigap mengiringi.“Putari kota ini, Pak. Siapa tahu aku melihat keberadaan istriku,” titahnya kepada sopir setelah duduk di dalam mobil. Sang sopir hanya mengangguk sebelum menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Mengitari kota Surabaya seperti perintah sang majikan.Hampir seharian Aldo dan rombongan berputar-putar di sana. Semua jalan disusuri bahkan hingga jalan-jalan kecil hanya agar mendapat keber
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments