Aku Paramitha, Gadis desa yang memeberanikan diri untuk mengubah takdir hidup ke Kota tetangga. Disana aku akhirnya bisa bekerja sekaligus melanjutkan study yang selama ini aku impikan. Hingga akhirnya waktu yang mempertemukanku dengan Papa Surya, seorang Ceo ditempatku brkerja. Bagaimana jadinya jika cinta terhalang status dan usia?. Mampukah aku untuk menjalaninya?. Inilah kisahku.
view moreJalan hidup seseoarang tak ada seoarangpun yang tau. Takdir Tuhan terkadang memang harus begitu jalannya dan tak bisa diubah lagi. Kita sebagai mahkluknya hanya bisa bersyukur dan menerima apa yang telah diberi-Nya.
Aku Sandra permata putri, seorang gadis yang tumbuh dan besar disebuah desa terpencil. Tuntutan hidup dan tekanan membuatku selalu bekerja keras disela-sela kesibukanku sekolah. Entah, apa ini memang takdir Tuhan yang sudah digariskan untukku.Disekolah aku termasuk salah satu murid yang berprestasi, bahkan aku sering ditujuk guru untuk memberikan les tambahan bagi siswa yang nilainya masih kurang.Ibuku meninggal saat aku masih kecil. Kemudian ayahku menikah lagi dengan seorang janda tetangga desaku. Sayangnya, ibu tiriku begitu kejam dan tidak menyukaiku, ia akan bersikap baik padaku saat ada ayah saja."San, buruan bersihin rumah. Keburu siang!" ucap Ibu tiriku."Iya, sebentar Buk. . .aku kan juga harus siap-siap berangkat sekolah, " jawabku. Tanganku langsung bergerak mencari sapu andalanku."Makanya enggak usah sekolah kamu itu. Lebih baik uangnya buat makan adik-adikmu" tuturnya. Membuatku sedikit nyeri didada."Tapi Buk, aku kan juga ingin pintar sama seperti teman-temanku. Lagian aku sekolah juga nggak perlu bayar malah dibayar, " tukasku kemudian."Kamu itu ya! Kalau ada orang tua ngomong bisa aja jawabnya!." sungut ibu tak terima."Ada apa sih Bu. Pagi-pagi udah pada ribut aja?" tanya Ayah yang baru saja selesai mandi."Ini nih anakmu. Kalau dinasihati jawab terus, lebih baik ia nggak usah disekolahkan saja." jawab ibu, ia tampak sekali menahan kesal."Biarkan saja Bu. Dia kan murid yang berprestasi. Sekolah juga dapat beasiswa tak perlu kita membayar iuran, " sahut Ayah membelaku.Aku sedikit lega mendapat pembelaan dari Bapak. Biasanya ia selalu kalah bicara kalau berhadapan dengan ibu. Aku sebenarnya heran. Kenapa dulu Ayah mau menikahi ibu yang jelas-jelas tidak menyukaiku.Setiap hari semua pekerjaan rumah harus aku yang mengerjakan, Tentu saja tanpa sepengetahuan Ayah. Sedang ibu lebih memilih duduk santai bareng Indah, adik tiriku. Beruntungnya pernikahan Ayah yang kedua ini tak menghasilkan anak."Yah, pekerjaanku udah selesai aku berangkat sekolah dulu ya, " ucapku pada Ayah."Iya hati-hati Nak. Sekolah yang rajin. . . Jangan kau pikirkan lagi ucapan ibumu!" pinta Ayah padaku."Iya, Yah do'akan aku bisa sukses ya," balasku kemudian."Tentu saja Nak, tanpa perlu kamu minta. . .Ayah mohon maafkan ibumu ya dari dulu ia tak bisa menerimamu" tutur Ayah tak terasa pelupuk mata ini mulai berembun."Iya, Yah tapi apakah selamanya ibu tak mau menganggapku anaknya," lirihku kemudian."Kamu yang sabar sayang. Ayah selalu berusaha mengambil hati ibumu agar ia mau menganggapmu sebagai anaknya juga," ujar ayah menenangkanku.Sabar. Selalu itu yang dikatakan oleh Ayah saat aku mengeluh dengan perilaku ibu. Sudah lebih dari 15 tahun, tapi ia sama sekali tak berubah tetap saja membenciku.Dulu memang waktu Nenek masih ada ia selalu melindungi dan membelaku saat ibu berbuat kasar padaku. Akan tetapi sekarang aku seperti kehilangan pelindung. Ayah saja kadang tak bisa melawan ibu yang selalu bersikap egois dan mau menang sendiri.Tanpa menjawab ucapan Ayah, aku langsung mencium punggung tangannya dan bergegas berangkat ke sekolah. Aku terbiasa berangakat dengan jalan kaki dan tanpa uang sepeserpun. Untung saja masih ada teman-teman yang selalu mau berbagi denganku.Pemm. .Pemmm . ."San, ayo bareng aku aja daripada harus jalan," ajak Adit, teman satu kelasku.
"Nggak usahlah Dit, takut nanti jadi gosip yang enggak-enggak. Lagian bentar lagi juga udah sampai sekolah," ujarku menolaknya."Udahlah. Nggak usah didengerin omongan orang, yang terpenting kan kita nggak berbuat yang tidak-tidak," tutur Adit padaku.Tanpa menunggu persetujuanku. Adit langsung menyerahkan helmnya padaku. Mau tak mau aku bergegas naik pada jok belakang motornya. Deg-degan juga kalau ada orang yang tak menyukaiku lewat. Pasti akan menjadikanku gosip baru.Tin. . .tinnnTak butuh waktu lama sampai juga kami ke seolah. Aku segera turun, dan menyerahkan helm itu pada Adit. Tak lupa kutenggok dulu area sekitar. Siapa tau muncul biang gosip sekolah.
"Makasih banyak ya, Dhit. Kamu selalu memberiku tumpangan" ucapaku padanya."Sama-sama San, lagian kita juga searah kok rumahnya," sahutnya kemudian.Saat Adit sedang memarkirkan motornya diarea parkiran, aku bergegas masuk kelas duluan. Takut juga jalan bareng dia saat tiba dikelas nanti. Pasti sorak sorai menggema seisi kelas.Tap. .Tap. . .Segera kulangkahkan kaki ini menuju kelasku yang terletak di bangunan paling unjung sekolah ini. Ternyata suasananya masih terdengar agak sepi, berarti belum banyak juga teman-temanku yang hadir dijam segini.
"Haii Sandra." ucap salah seorang cowok, ia terlihat memakai masker, sehingga aku tak bisa melihat seperti apa wajahnya."Haii juga, siapa ya?" tanyaku penasaran."Aku pengagum rahasiamu, San," jawabnya. Membuatku sangat terkejut."Pengagum rahasia, kamu siapa sih sebenarnya?" tanyaku lagi penuh selidik. Kulihat ia hanya melirik kearahku tanpa mau menjawab pertanyaanku.Sejak kapan aku memiliki pengagum rahasia di sekolah ini. Bisa belajar tenang aja udah menjadi hal yang membuatku bahagia.Aku jadi benar-benar penasaran. Siapa sebenarnya cowok itu. Dari mana ia tau siapa aku. Akan kuselidiki siapa dia. Cepat atau lambat pasti aku bisa mengetahui siapa dia.22. Akhir yang Dinantikan"Sayang,, bangun. Udah pagi ini!," ucap Mas Bayu, ia menguncang pelan tubuh polosku yang masih tertutup selimut rapat."Emmm, Mas. Apa sih, baru juga jam berapa ini?, ada apa sayang?," ucapku cukup terkejut, tentu saja dengan suara khas orang bangun tidur."Kita berangkat kekampung dimana kamu dulu berasal yuk, semua berkas sudah diurus orang-orang kepercayaanku," papar Mas Bayu."Sayang, maksudnya apaan sih. Aku enggak ngerti," ucapku santai."Kita nikah resmi dikampungmu, aku kan juga butuh restu mertuaku disana, dan sekarang waktunya telah tiba. Tak ada yang perlu ditutupi lagi," ucapnya mengejutkanku.Benar juga apa yang ia katakan, sudah cukup lama aku menunggu waktu ini tiba. Bertemu Ayah, itu juga menjadi satu hal yang selaslu kunantikan.Satu h
21. Ketok Palu"Sayang, jam segini udah rapi banget. Mau kemana?," tanyaku pada Mas Bayu."Hari ini ada sidang putusan cerai sayangku, do'akan ya. Semua lancar dan pastinya kita bakal bebas tanpa gangguan dari mereka," papar Mas Bayu."Tentu sayang, habis masalah ini selesai. Jangan lupa kamu resmikan hubungan kita, baru deh aku kasih keturunan buatmu," pintaku Padanya. Aku tak ingin ambil resiko, hamil sementara hubunganku dengannya belum resmi oleh negara, kasihan juga dengan anak keturunanku kelak."Tentu saja sayangku, aku juga udah enggak sabar untuk menghamilimu," godanya tepat ditelingaku."Udah deh sayang, buruan sana berangkat. Semoga saja hari ini masalah udah beres semua." Pungkasku mengakhiri obrolan.Udah enggak sabar nih hati, bentar lagi aku bakal resmi jadi nyonyah Bayu yang sesungguhnya.
20. Tak Selamanya Berjalan MulusSaat ponsel kuhidupkan, banyak sekali notif masuk dari Bu Maya dan juga Meisya, Ada apa lagi mereka menghubungiku?.Kubuka satu persatu pesan beruntun dari Ibu dan anak itu. Selain pesan singkat, ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari keduanya.Ting.[Sandra,, tolong aku Sand. Aku enggak tau bakal tinggal dimana lagi. Rumah mewah ini harus segera kami tinggalkan]. Pesan dari Meisya membuatku begitu terkejut.Ting[Sand,, tolongin Ibu Sand. Ibu dan Bapak memilik untuk berpisah, dan rumah ini bakal jadi bagian Pak Bayu]. Pesan dari Bu Maya.[Sandra, angkat telfon dariku]. Pesannya lagi.[Sandra,, kenapa telfonmu enggak aktif sih?]. Satu lagi pesan kubaca dari Bu Maya.Dan masih banyak pesan masuk lagi dari keduanya
19. Meleleh DibuatnyaRiasan natural dan sedikit polesan lipstik bernuansa nude kupilih untuk menghiasi paras manisku. Penuh tanya dalam kepala ini dengan maksud Mas Bayu menyuruh orang kepercayaannya untuk menjemputku."Mas,, kita bakal kemana?," tanyaku pada orang suruhan Mas Bayu."Nona nanti juga bakalan tau kok,, ini perintah dari Tuan Bayu," jawabnya dengan senyum mengembang.Mobil sport keluaran terbaru itu terus melaju, hingga pada akhirnya berbelok kearah Salon ternama dikota ini. Hati ini diliputi tanda tanya besar saat pria itu mengajakku turun dan masuk kedalam salon."Selamat datang disalon kami, selamat menikmati perawatan," sapa terapis salon tepat saat kami sampai didepan pintu."Dengan senang hati Mbak, tolong mix and mach nona ini secantik mungkin, dan pakekan gaun putih termahal yang
18. Isi Hati Anak TiriPertengkaran antara Mas Bayu dengan istrinya tentu saja menjadi berita bagus untukku. Dengan ini kesempatanku untuk menjadi wanita satu-satunya Mas bayu semakin terbuka lebar.Soal Meisya, aku tak mau ambil pusing. Meisya juga bukan anak kandung Mas Bayu, tentu saja bukan menjadi masalah denganya. Mamanya sendiri juga yang memilih pisah dengan kekasihku."Aduhh,, Mas Bayu. Kamu memang dambaanku banget. Dan sebentar lagi aku bakal jadi permaisuri dihidupmu," ucapku pada diri sendiri.Dari pada aku disini kesepian lebih baik aku jalan ke Mall deket sini, lumayan juga bisa sekalian cuci mata. Selain tampan kamu memang lelaki yang royal Mas Bayu.Drett. . .Drettt. . . DretttttttPonselku terus bergetar saat ada panggilan masuk disana. Nama Meisya kembali mengangguku, mau apa lagi anak haram itu. Anak yang lahir tanpa diharapkan.
17. Gundahnya Istri kekasihku ššššššššKutulis pesan singkat pada Mas Bayu sebelum bersiap untuk menuju kafe Unknow. Tentu saja, kekasihku itu mengijinkan aku untuk bertemu dengan istrinya. Sembari menuju keluar, kupesan ojek online untuk mengantarku ketempat tujuan. Antara penasaran dan sedikit rasa takut menyatu dan mengantarkanku menuju cafe. Sesampainya dilokasi ternyata Bu Maya belum kelihatan juga. Sengaja kupilih duduk disudut ruangan, agar terasa lebih santai dan bisa melihat pemandangan seisi cafe. "Sandra," teriak Bu Maya, ia berjalan menuju kearahku. "Eh Bu,,, baru sampai ya. Mau pesan apa, biar aku yang tlaktir deh sesekali" ucapku basa-basi. "Iya nih,,, tapi enggak usah deh Sand. Masa iya aku minta traktir sama kamu, enggak kebalik tuh," candanya padaku. Kami berdua memilih menu makanan dan minuman yang sama.
16. Wanita Kedua tetap BahagiaMobil mewah yang dikemudikan oleh Mas Bayu, akhirnya kembali membawaku kegedung megah milik Bayu Kusuma Wijaya.Didepan gedung kami berdua sudah disambut hangat oleh para karyawan. Mereka seakan ikut segan padaku, mungkin semua itu juga pengaruh Mas Bayu yang berjalan tepat disampingku."Mas,, begini ya rasanya jadi Ceo. Begitu disegani banyak orang," bisikku tepat ditelinga Mas Bayu."Iya donk sayang,,, nikmati saja peranmu ini dengan sebaik-baiknya," balas Mas Bayu.Ia mengandengku begitu pintu lift terbuka lebar. Hanya beberapa langkah saja kami sudah sampai diruangan Ceo muda itu.Kriettt. . ."Welcome honney," ucap Mas Bayu."Makasih sayang,, kamu ini ternyata sweet banget ya. Aku kira awal pertama ketemu dulu kamu ini kaku, tegas tapi berwibawa," ledekku padanya.
15. Dimandikan KemewahanAku hanya bisa mengiyakan dan mengikuti ajakan Mas Bayu untuk melihat seperti apa apartement yang beliau maksud. Beliau juga begitu antusias saat menujukkan hadiah itu padaku.Didepan ruang resepsionis Mas Bayu tak lupa berpesan pada bawahannya untuk tidak menggangunya, sebab ia sedang ada acara penting katanya. Benar-benar buaya ternyata pria beristri ini."Silahkan masuk sayangku," ucap Mas Bayu, ia membukakan pintu mobil untukku."Mas, jangan berlebih. Ntar karyawanmu pada curiga," protesku padanya, aku bergegas masuk kedalam mobil."Sudahlah, mereka juga tak akan bisa berbuat apa-apa kok." Balas Mas Bayu santai.Mas Bayu mulai melajukan mobil, yah meski sedikit berdebar tapi aku tak sabar melihat seperti apa apartement itu.Mobil ini terus melaju hingga tak lama berselang berbelok disebuah ba
14. Isi Hati Pak BayuššššššššUcapan pak Bayu membuat aku terus berfikir dan hati ini diliputi dengan kebimbangan. Bimbang antara perasaanku sendiri dan rasa sungkanku pada kelurga pak Bayu yang sudah banyak membantuku.Aku tak mengira jika pada akhirnya atasanku itu memiliki perasaan yang lebih padaku. Jujur dalam hatiku, aku juga memiliki perasaan yang sama, tapi hati nurani ini masih ada rasa sedikit sungkan dengan Bu Maya.Tok. . Tokk. . ."Sandra, kamu lagi apa ini?," sapa Bu Maya, ia tiba-tiba saja masuk kedalam kamar Meisya yang sekaligus juga jadi kamarku."Eh. . Bu Maya, enggak Bu. Ini saya cuma mainin ponsel aja kok. Ada apa ya Bu?," tanyaku.Aku yang sedari tadi asik berbaring manja diatas ranjang, bergegas duduk. Tentu saja aku harus tetap menghormati Bu Maya sebagai atasanku.Wanita can
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments