Share

5

Penulis: Khanza Adreena
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 07:36:22

Setiap kejujuran yang berhasil kita ungkapkan, akan membawa kelegaan dan kebahagiaan tersendiri dalam hati kita. Tekanan dan beban akan kita bawa saat tidak bisa jujur mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, memendam sesuatu bukanlah hal yang teramat mudah.

Aku harus jujur mengatakan yang sebenarnya pada Ayah. Biar semua terungkap jelas kebohongan dan sandiwara yang dilakukan istrinya selama ini. Aku juga pasti bisa bernafas lega dan terbebas dari tekanan ibu selama ini.

Apalagi saat ini aku tahu Ayah sedang marah dan kecewa pada tindakan ibu. Aku harus bisa mengambil hati ayahku sendiri, jangan sampai wanita jahat itu mengambil alih perhatian ayah kembali.

"Se-sebenarnya tiap hari aku makan nasi aja Yah, terkadang pake kuah sayur tapi itu juga jarang." lirihku pada ayah.

"Apa?, masak sih Nak . . .kamu benar kan nak tidak sedang berbohong?". tanya ayah seolah tak percaya.

"Iya Yah". jawabku singkat.

"Apa ini ibumu yang memintamu, lagian kan kamu juga yang memasak". ucap ayah.

"Iya benar Yah, setiap aku selesai masak ibu langsung mengambil alih makanan itu lalu bergegas makan dengan anak-anaknya". tuturku pada ayah.

"Jadi selama ini dia hanya bersandiwara pada ayah Nak". lirih ayah.

"Udahlah yah, mungkin ini memang sudah menjadi nasipku aku harus terima dan aku juga sudah terbiasa kok". sahutku kemudian, aku mencoba tegar dan tak menampakkan kesedihanku.

"Ayah terlalu jahat padamu sayang, sampai hal kaya gini aja bertahun-tahun ayah sama sekali tidak tau".  gumamnya lagi.

Aku memilih diam dan tak merespon ucapan ayah. Segera menghabiskan piring didepanku menjadi fokusku kali ini. Ada sedikit kelegaan saat aku sudah bisa berkata jujur pada ayah. Semoga saja ia bisa memberikan nasehat untuk istrinya itu.

Sebaiknya aku bicarakan saja soal rencanaku kuliah diluar kota. Agar aku bisa terbebas dari kelakuan ibu yang selalu semena-mena padaku.

"Yah, bolehkah Sandra ngomong sesuatu", ucapku saat aku telah selesai dengan sesi makanku, rasa kenyang langsung menghampiriku.

"Tentu boleh sayang, mau ngomong apa anak ayah satu ini?". tanyanya antusias.

"Sandra boleh enggak ngajuin biasiswa keluar kota?", tanyaku hati-hati, takut juga nanti jika sampai membuat ayah marah padaku.

"Tentu boleh sayang, semua akan ayah lakukan yang terbaik untukmu".  ucapnya, aku benar-benar terkejut tak kusangka jika ia menyetujui rencanaku.

"Soal ibu bagaimana, pasti ia enggak setuju Yah, sekolah aja aku disuruh berhenti". ucapku parau.

"Soal itu jangan kau fikirkan, yang terpenting sekarang kamu harus fokus pada pendidikanmu dulu". pintanya menenangkanku.

"Maksud Ayah?". tanyaku penasaran.

"Ayah sudah terlalu muak dengan tingkah dan perilaku ibumu sayang, ayah ingin berpisah darinya". ucap ayah, sontak membuatku yang sedang minum tersedak.

Uhuk. . .uhukk . . .

"Maksud ayah, ayah mau cerai gitu dengan ibu?". tanyaku kemastikan.

"Iya Nak, dari pada Ayah terus membuat hidupmu menderita, kita hidup berdua saja pasti lebih tenang dan beban tanggugan ayah juga ikut berkurang". tuturnya padaku.

"Apa sudah Ayah pikirkan matang-matang, jangan mengambil keputusan dikala pikiran masih diselimuti emosi!". ucapku mengingatkan.

"Tentu saja sayang, ini kan nantinya bakal membuatmu terbebas dari kesewenang-wenangan ibumu itu". tegas ayah kemudian.

"Aku sih terserah ayah saja, yang terpenting ayah bahagia itu saja sudah cukup untukku". sahutku kemudian.

Ayah hanya diam dan terus melanjutkan makannya hingga tandas. Semoga saja perpisahan menjadi jalan terbaik. Apalagi ibu juga tak mau berperan sebagai istri, semua pekerjaan rumah aku yang harus mengerjakan.

Seandainya perpisahan ini terjadi, lantas bagaimana dengan anak-anak ibu. Setahuku bapak kandungnya sudah tidak peduli, meski soal keuangan tiap bulan selalu memberi, namun kasih sayang dan perhatian tak pernah diberikan.

"Nak, kita mampir sebentar kemakam ibumu yuk, ayah kangen!". ajak ayah, sontak membuatku terkejut. Bagaimana tidak selama menikah dengan istri barunya tak pernah sekalipun ayah mengunjungi makam ibu.

"Ayah serius mau mengajakku ke makam ibu?". tanyaku seolah tak percaya.

"Tentu saja sayang, maafkan ayah ya, selama ini tak bisa berkunjung ke makam ibumu". lirihnya padaku.

"Memangnya kenapa yah, apa ada yang melarang?". tanyaku penuh selidik.

"Iya, ibumu memberi syarat itu, ayah dilarang mengujungi makam ibumu agar dia bisa sayang padamu". tutur ayah kemudian.

"Tapi selama ini beliau tidak pernah menyayangiku Yah, baik juga pas ada ayah aja". ujarku kemudian. Aku sudah tak peduli jika mendapat omelan dari ibu, yang terpenting sekarang aku bisa jujur bicara dengan Ayah.

Semoga saja ayah bisa mengerti apa yang aku rasakan kini. Kelakuan ibu memang benar-benar seperti ibu tiri yang diceritakan disinetron televisi. Aku tak menyangka jika harus mengalaminya di dunia nyata ini, bahkan harus menerima nasip yang sama.

"Maka dari itulah Nak, nggak usah kita pedulikan lagi ibumu, ayo kita ke makam!". ajak ayah padaku.

"Iya yah, aku ikut ayah saja bagaimana nanti baiknya". tukasku kemudian.

Ayah bergegas mendekati Mak iyah untuk membayar makanan kami. Hari ini benar-benar membawa keberuntungan untukku. Mimpi apa aku semalam hingga siang ini aku bisa makan di warung Mak iyah yang aku inginkan sejak dulu.

"Semua jadi berapa Mbak?". tanya Ayah kemudian.

"Nggak usah bayar Dek, tadi sudah ada yang membayar kok".  jawabnya yang membuat kami terkejut.

"Siapa orangnya yang bayar Mbak?". tanya Ayah penasaran.

"Tadi katanya temannya Sandra gitu" . jawab Mak iyah ramah.

"Baik makasih Mak".  sahutku singkat.

Aku dan ayah bergegas menuju sepeda butut yang ia parkir dibawah pohon mangga gadung kepunyaan Mak iyah. Suasana begitu asri dan rindang membuat pengunjung betah berlama-lama disini.

 

"Ayo naik Nak!".  pinta Ayah padaku.

"Iya Yah". jawabku singkat, aku segera mendudukkan pantat ini dibelakang ayah. Ayah bergegas mengayuh sepeda tua itu, sepeda yang telah memberi kami begitu banyak kenangan pada sosok Nenek.

Disepanjang perjalanan aku terus kefikiran siapa sebenarnya yang telah membayar makanan kami. Salahku juga yang terlalu fokus pada obrolan dengan ayah, hingga tak kuhiraukan orang-orang yang berada di warung Mak iyah. Siapapun itu aku akan mengucapkan banyak terimakasih.

Tak butuh waktu lama, Ayah sudah membawaku ke pemakanan yang berada didekat komplek masjid. Disinilah makam ibuku berada, wanita berhati suci yang begitu tulua menyangiku.

"Dek, ini kami datang". Ucap Ayah saat kami sudah berada dipusaran makam ibu.

"Iya Bu, ini Sandra datang. . . Aku kangen banget sama ibu" ucapku berkaca-kaca.

Kupeluk erat nisan ibu, rasa nyaman langsung menyambutku. Tak terasa air mata ini menetes begitu saja tanpa bisa aku tahan. Mungkin karna aku terlalu merindukan sosok beliau.

Ayah langsung membawaku kedalam dekapannya. Ia bergegas mengusap lembut air mata yang sudah membasahi seluruh pipiku.

"Jangan nangis Nak, nanti ibu sedih!". Pinta Ayah padaku.

"Iya Yah". Jawabku singkat, segera kuhapus air mata ini, aku berusaha untuk menghentikan mata ini agar tidak menangis.

Dengan dipimpin Ayah, kami berdua mendo'akan ibu. Semoga Allah memgampuni dan memberi tempat terbaik untuk ibu disana.

Setelah selesai berdo'a mata Ayah tampak berkaca-kaca, kesedihan tergambar jelas pada raut wajahnya. 

"Yah, jangan nangis ya!". Pintaku padanya.

"I-iya, Ayah enggak nangis kok. Cuma kangen ibumu saja dan juga Ayah menyesal telah memberi ibu baru untukmu". tuturnya padaku.

"Suadahlah, jangan diingat lagi. . . Nanti ibu ikutan sedih disana!". Pintaku menenangkannya.

Benar saja Ayah buru-buru mengusap air mata yang mulai membanjiri kedua pipinya. Ia lantas tersenyum padaku, reflek akupun membalas senyuam penuh arti itu.

"Kita pulang yuk Yah!". ucapku kemudian.

"I-iya Nak, ayo udah mau sore juga" jawab Ayah kemudian.

Aku lantas mengikuti langkah Ayah untuk kembali menaiki sepeda tua itu, seulas senyum tergambar jelas dari wajah Ayah.

"Naik Nak!". Pinta Ayah padaku. Aku bergegas naik pada boncengan yang berada dibelakang sepeda ayah.

Pelan dan pasti sepeda tua itu membawa kami meninggalkan area pemakaman. Aku juga merasa senang dan lega sekali saat Ayah sudah mau mengajakku mengujungi ibu.

Dulu biasanya hanya aku dan Nenek yang rutin tiap waktu mengunjungi pusaran ibu. Kini baru aku tau jika ibu tirikulah yang selama ini melarang ayah berkunjung ke makam ibu.

"Yah, kalau ibu marah gimana?". Tanyaku ragu.

"Udah jangan kau pikirkan lagi". Jawab Ayah menenangkanku. Meski sedikt ragu namun tetap kuiyakan saja jawaban Ayah.

Aku sebenarnya juga penasaran, apa yang akan diperbuat ibu tiriku saat Ayah sudah mengetahui kebusukannya. Akankah ia bisa berubah dan memohon pada Ayah agar tidak berpisah dengannya.

Bab terkait

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   6

    Akan selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian. Begitupun dengan kesabaran, suatu saat pasti akan membuahkan sebuah kebahagiaan, kapan itu tunggu saja suatu saat akan tiba waktunya.Waktu sudah mau menjelang sore, saat aku dan Ayah tiba di halaman rumah. Diambang pintu berdiri ibu tiriku yang menyambut kedatangan kami dengan muka masam, serta sorot mata yang nampak tajam."Dari mana saja kalian?." tanya ibu penuh selidik."Itu bukan urusanmu, urus saja pekerjaan rumah yang memang seharusnya menjadi kewajibanmu!." jawab Ayah, ia langsung membimbingku masuk rumah.Merasa diabaikan Ayah, ibu bergegas mengikuti kami masuk kedalam rumah. Ia langsung duduk bergabung bersama kami dikursi tamu sederhana. Yah, hanya itulah yang kami miliki, itu aja juga peninggal

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   7.

    Hukum sebab akibat akan selalu ada. Entah perbuatan baik atau buruk suatu saat nanti kita pasti menerima balasannya.Sepekan setelah Ayah pulang tanpa Ibu, hari-hariku lebih merasa tenang dan damai. Begitupun dengan Ayah, ia terlihat lebih santai dalam menikmati hidup. Semoga saja hati Ayah benar-benar diliputi kebahagian."Yah, lagi apa?." tanyaku, aku langsung duduk disamping Ayah."Ehh. . .kamu San, nggak ngapa-ngapain sih Ayah." jawab Ayah tampak terkejut."Ayah sedang mikirin Ibu ya?." tanyaku hati-hati."Bukan sayang, Ayah malah lagi mencoba untuk melupakan beliau, meski bagaimana pun ia pernah menemani Ayah bertahun-tahun." tutur Ayah padaku.Benar juga apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   8.

    Rasa keingintahuan terkadang akan muncul tanpa kita bisa mencegahnya, terkadang pula kita melakukan berbagai cara agar bisa mencari jawaban atas rasa keingintahuan kita itu sendiri.Setelah belajar cukup lama, selama 3 tahun. Akhirnya tibalah saat ini ujian kelulusan, hari ini bakal dilaksanakan. Aku begitu semangat dan antusias, mengingat hari aku berada dititik puncak perjuanganku."Ndun, rumahmu bukannya didesa sebelah ya?," tanyaku pada Hindun salah satu teman disekolahku."Iya bener San, aku disini ikut Nenekku biar tidak terlalu jauh berangkat kesekolahnya," tuturnya padaku."Ndun, kamu tau enggak kabar ibu tiriku gimana?," tanyaku penasaran."Bukannya ia selalu jahat sama kamu ya San, ngapain lagi kamu pengen tau kabarnya. Setauku ia saat ini lagi jadi bahan gosip dilingkungan rumahku, dia tuh ya baru saja berpisah dari Ayahmu tapi sudah gandengan dengan duda bar

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   9. Rahasia Ayah

    9. Rahasia AyahTak terasa ujian kelulusanku selesai juga. Aku merasa begitu senang dan juga lega, titik perjuanganku bisa kuhadapi dengan cukup lancar. Dirumah pun Ayah juga tampak tersenyum lega melihatku."Yah, bolehkah Sandra tanya sesuatu?,' tanyaku meminta persetujuan."Tanyalah Nak, jika Ayah mampu jawab ya bakal kujawab," balas Ayah, ia tampak membuang nafas kasar."Kemarin Ayah kan bilang aku suruh tenang aja, emang Ayah masih punya tabungan kah?," tanyaku hati-hati, meski sedikit ragu tetap kuberanikan diri ini untuk berbicara."Oh. . .soal itu, iya meski enggak banyak dan tak berwujud uang, Ayahmu ini masih punya tabungan kok bekal masa depanmu kelak." Jawabnya meyakinkanku."Iyahkah Yah, tapi kalau enggak berwujud uang terus apa donk Yah," tanyaku penasaran."Coba kamu tebak!, anak Ayah ini kan pintar, berprestasi lagi," pinta A

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   10. Mengharap Pak Bayu

    10. Mengharap Pak Bayu🌷🌷🌷🌷🌷🌷Aku pasrah mengikuti Pak Bayu kerumahnya. Entahlah, semua ini diluar perkiraanku. Semoga saja Pak Bayu benar-benar orang baik yang mau menolongku dalam kesulitan ini.Mobil yang dikendarai supir Pak Bayu melaju membelah kemacetan ibu kota. Pada akhirnya mobil itu berhenti disalah satu rumah mewah dan megah."Sudah sampai, ayo silahkan turun!," pinta Pak Bayu padaku."I-ini beneran rumah Bapak," ucapku tergagap."Iya, udah yuk santai aja kali. Disana ada anak dan istriku," jawabnya, ia mengiringiku masuk kedalam rumah.Tapp. . .tappp. ."PAPA," teriak gadis seusiaku, ia keluar dari dalam kamar."Haii sayang," sapa Pak Bayu."Ini siapa Pa?, kok ikut pulang bareng Papa sih," tanya seorang ibu, mun

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   11. Kesempatan Besar

    11. Kesempatan Besar UntukkuDengan sedikit rasa penasaran, aku menaiki tangga demi tangga menuju ruangan Bu Maya. Sebenarnya pekerjaan apa yang bakal diberikan Bu Maya padaku, memikirkan semua itu membuat pikiranku berkelana kemana-mana.Begitu sampai didepan ruangan Bu Maya, aku terdiam cukup lama. Kuatur nafas ini setenang mungkin, bagaimana pun juga aku tak akan mengecewakan kebaikan Bu Maya selama ini.Tok. . Tokkk"Masuk aja Sandra!," pinta Bu Maya dari dalam."Siang Bu, apa benar Ibu tadi memanggilku?," tanyaku hati-hati."Iya benar sayang, duduk disini sebentar ya!. Ibu mau nyelesain pembukuan ini dulu," pintanya padaku, matanya masih saja fokus pada laptop yang berada didepannya.Sembari menunggu Bu Maya selesai dengan pekerjaannya. Mata ini terus saja mengagumi ruangan kerja Bu Maya yang sanga

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   12. Keluarga super Baik

    12. Keluarga Super Baik"Biar enggak penasaran, kamu buka aja!," pinta Meisya padaku."Wawww," mata ini langsung membelalak seketika.Berkali-kali aku mencubit lembut pipi ini, aku seolah tak percaya dengan apa yang aku lihat. Membanyangakannya saja aku belum berani, memgingat harganya yang pasti cukup mahal buatku."Mei,, ini beneran buatku?, ini kan mahal banget," ucapku seolah tak percaya."Iya, Sandra. Ini buatmu hadiah dari keluragaku. Semoga bisa membantu pekerjaanmu juga dan lebih-lebih bisa kamu gunakan buat kuliahmu nanti," tutur Meisya menyakinkanku."Wah, aku masih sedikit tak percaya Mei, tapi maksih banyak ya keluargamu memang super baik sekali. Padahal tak ada ikatan apapun denganku," ucapku haru."Udah deh Sand, sekarang kamu coba ya. Semoga suka, sekalian aku mau pamit dulu ya." Pungkasnya padaku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Gadis Manis Simpanan Ceo   13. Liburan Tiba

    13. Liburan Pertama KaliHari ini aku sangat senang sekali, pagi hari aku bangun lantas bersiap untuk berangkat ketoko. Kebetulan tak ada jadwal ngampus, jadi aku bisa fokus dalam bekerja.Seperti biasa aku turut serta membantu menyelesaikan pekerjaan dapur, tak lupa juga menata sarapan menjadi bagianku. Menu nasi goreng seafood menjadi pilihan pagi ini, semoga saja semua anggota keluarga Pak Bayu menyukainya."Selamat pagi Pak, Bu. Sarapan sudah siap," sapaku pada pemilik rumah ini."Pagi juga Sandra. Wah, ada nasi goreng kesukaanku banget ini. Meisya mana Sand?," tanya Bu Maya padaku."Masih tidur Bu, semalam sudah berpesan hari ini dia enggak ada kelas. Jadi dia ingin bebas dari bangun pagi," jawabku santai."Kok gitu sih, Sand coba kamu kasih tau Meisya biar bisa belajar bangun pagi. Syukur-syukur mau membantu perkerjaan rumah," ucap P

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11

Bab terbaru

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   22. Akhir yang Kunantikan

    22. Akhir yang Dinantikan"Sayang,, bangun. Udah pagi ini!," ucap Mas Bayu, ia menguncang pelan tubuh polosku yang masih tertutup selimut rapat."Emmm, Mas. Apa sih, baru juga jam berapa ini?, ada apa sayang?," ucapku cukup terkejut, tentu saja dengan suara khas orang bangun tidur."Kita berangkat kekampung dimana kamu dulu berasal yuk, semua berkas sudah diurus orang-orang kepercayaanku," papar Mas Bayu."Sayang, maksudnya apaan sih. Aku enggak ngerti," ucapku santai."Kita nikah resmi dikampungmu, aku kan juga butuh restu mertuaku disana, dan sekarang waktunya telah tiba. Tak ada yang perlu ditutupi lagi," ucapnya mengejutkanku.Benar juga apa yang ia katakan, sudah cukup lama aku menunggu waktu ini tiba. Bertemu Ayah, itu juga menjadi satu hal yang selaslu kunantikan.Satu h

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   21. Ketok Palu

    21. Ketok Palu"Sayang, jam segini udah rapi banget. Mau kemana?," tanyaku pada Mas Bayu."Hari ini ada sidang putusan cerai sayangku, do'akan ya. Semua lancar dan pastinya kita bakal bebas tanpa gangguan dari mereka," papar Mas Bayu."Tentu sayang, habis masalah ini selesai. Jangan lupa kamu resmikan hubungan kita, baru deh aku kasih keturunan buatmu," pintaku Padanya. Aku tak ingin ambil resiko, hamil sementara hubunganku dengannya belum resmi oleh negara, kasihan juga dengan anak keturunanku kelak."Tentu saja sayangku, aku juga udah enggak sabar untuk menghamilimu," godanya tepat ditelingaku."Udah deh sayang, buruan sana berangkat. Semoga saja hari ini masalah udah beres semua." Pungkasku mengakhiri obrolan.Udah enggak sabar nih hati, bentar lagi aku bakal resmi jadi nyonyah Bayu yang sesungguhnya.

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   20. Tak Selamanya Mulus

    20. Tak Selamanya Berjalan MulusSaat ponsel kuhidupkan, banyak sekali notif masuk dari Bu Maya dan juga Meisya, Ada apa lagi mereka menghubungiku?.Kubuka satu persatu pesan beruntun dari Ibu dan anak itu. Selain pesan singkat, ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari keduanya.Ting.[Sandra,, tolong aku Sand. Aku enggak tau bakal tinggal dimana lagi. Rumah mewah ini harus segera kami tinggalkan]. Pesan dari Meisya membuatku begitu terkejut.Ting[Sand,, tolongin Ibu Sand. Ibu dan Bapak memilik untuk berpisah, dan rumah ini bakal jadi bagian Pak Bayu]. Pesan dari Bu Maya.[Sandra, angkat telfon dariku]. Pesannya lagi.[Sandra,, kenapa telfonmu enggak aktif sih?]. Satu lagi pesan kubaca dari Bu Maya.Dan masih banyak pesan masuk lagi dari keduanya

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   19. Meleleh Dibuatnya

    19. Meleleh DibuatnyaRiasan natural dan sedikit polesan lipstik bernuansa nude kupilih untuk menghiasi paras manisku. Penuh tanya dalam kepala ini dengan maksud Mas Bayu menyuruh orang kepercayaannya untuk menjemputku."Mas,, kita bakal kemana?," tanyaku pada orang suruhan Mas Bayu."Nona nanti juga bakalan tau kok,, ini perintah dari Tuan Bayu," jawabnya dengan senyum mengembang.Mobil sport keluaran terbaru itu terus melaju, hingga pada akhirnya berbelok kearah Salon ternama dikota ini. Hati ini diliputi tanda tanya besar saat pria itu mengajakku turun dan masuk kedalam salon."Selamat datang disalon kami, selamat menikmati perawatan," sapa terapis salon tepat saat kami sampai didepan pintu."Dengan senang hati Mbak, tolong mix and mach nona ini secantik mungkin, dan pakekan gaun putih termahal yang

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   18. Isi Hati Anak tiri

    18. Isi Hati Anak TiriPertengkaran antara Mas Bayu dengan istrinya tentu saja menjadi berita bagus untukku. Dengan ini kesempatanku untuk menjadi wanita satu-satunya Mas bayu semakin terbuka lebar.Soal Meisya, aku tak mau ambil pusing. Meisya juga bukan anak kandung Mas Bayu, tentu saja bukan menjadi masalah denganya. Mamanya sendiri juga yang memilih pisah dengan kekasihku."Aduhh,, Mas Bayu. Kamu memang dambaanku banget. Dan sebentar lagi aku bakal jadi permaisuri dihidupmu," ucapku pada diri sendiri.Dari pada aku disini kesepian lebih baik aku jalan ke Mall deket sini, lumayan juga bisa sekalian cuci mata. Selain tampan kamu memang lelaki yang royal Mas Bayu.Drett. . .Drettt. . . DretttttttPonselku terus bergetar saat ada panggilan masuk disana. Nama Meisya kembali mengangguku, mau apa lagi anak haram itu. Anak yang lahir tanpa diharapkan.

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   17. Kegundahan Istri Kekasihku

    17. Gundahnya Istri kekasihku 🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒Kutulis pesan singkat pada Mas Bayu sebelum bersiap untuk menuju kafe Unknow. Tentu saja, kekasihku itu mengijinkan aku untuk bertemu dengan istrinya. Sembari menuju keluar, kupesan ojek online untuk mengantarku ketempat tujuan. Antara penasaran dan sedikit rasa takut menyatu dan mengantarkanku menuju cafe. Sesampainya dilokasi ternyata Bu Maya belum kelihatan juga. Sengaja kupilih duduk disudut ruangan, agar terasa lebih santai dan bisa melihat pemandangan seisi cafe. "Sandra," teriak Bu Maya, ia berjalan menuju kearahku. "Eh Bu,,, baru sampai ya. Mau pesan apa, biar aku yang tlaktir deh sesekali" ucapku basa-basi. "Iya nih,,, tapi enggak usah deh Sand. Masa iya aku minta traktir sama kamu, enggak kebalik tuh," candanya padaku. Kami berdua memilih menu makanan dan minuman yang sama.

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   16. Wanita Kedua

    16. Wanita Kedua tetap BahagiaMobil mewah yang dikemudikan oleh Mas Bayu, akhirnya kembali membawaku kegedung megah milik Bayu Kusuma Wijaya.Didepan gedung kami berdua sudah disambut hangat oleh para karyawan. Mereka seakan ikut segan padaku, mungkin semua itu juga pengaruh Mas Bayu yang berjalan tepat disampingku."Mas,, begini ya rasanya jadi Ceo. Begitu disegani banyak orang," bisikku tepat ditelinga Mas Bayu."Iya donk sayang,,, nikmati saja peranmu ini dengan sebaik-baiknya," balas Mas Bayu.Ia mengandengku begitu pintu lift terbuka lebar. Hanya beberapa langkah saja kami sudah sampai diruangan Ceo muda itu.Kriettt. . ."Welcome honney," ucap Mas Bayu."Makasih sayang,, kamu ini ternyata sweet banget ya. Aku kira awal pertama ketemu dulu kamu ini kaku, tegas tapi berwibawa," ledekku padanya.

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   15. Bermandikan Kemewahan

    15. Dimandikan KemewahanAku hanya bisa mengiyakan dan mengikuti ajakan Mas Bayu untuk melihat seperti apa apartement yang beliau maksud. Beliau juga begitu antusias saat menujukkan hadiah itu padaku.Didepan ruang resepsionis Mas Bayu tak lupa berpesan pada bawahannya untuk tidak menggangunya, sebab ia sedang ada acara penting katanya. Benar-benar buaya ternyata pria beristri ini."Silahkan masuk sayangku," ucap Mas Bayu, ia membukakan pintu mobil untukku."Mas, jangan berlebih. Ntar karyawanmu pada curiga," protesku padanya, aku bergegas masuk kedalam mobil."Sudahlah, mereka juga tak akan bisa berbuat apa-apa kok." Balas Mas Bayu santai.Mas Bayu mulai melajukan mobil, yah meski sedikit berdebar tapi aku tak sabar melihat seperti apa apartement itu.Mobil ini terus melaju hingga tak lama berselang berbelok disebuah ba

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   14. Isi Hati Pak Bayu

    14. Isi Hati Pak Bayu🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒Ucapan pak Bayu membuat aku terus berfikir dan hati ini diliputi dengan kebimbangan. Bimbang antara perasaanku sendiri dan rasa sungkanku pada kelurga pak Bayu yang sudah banyak membantuku.Aku tak mengira jika pada akhirnya atasanku itu memiliki perasaan yang lebih padaku. Jujur dalam hatiku, aku juga memiliki perasaan yang sama, tapi hati nurani ini masih ada rasa sedikit sungkan dengan Bu Maya.Tok. . Tokk. . ."Sandra, kamu lagi apa ini?," sapa Bu Maya, ia tiba-tiba saja masuk kedalam kamar Meisya yang sekaligus juga jadi kamarku."Eh. . Bu Maya, enggak Bu. Ini saya cuma mainin ponsel aja kok. Ada apa ya Bu?," tanyaku.Aku yang sedari tadi asik berbaring manja diatas ranjang, bergegas duduk. Tentu saja aku harus tetap menghormati Bu Maya sebagai atasanku.Wanita can

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status